Mila melangkah masuk ke rumah dengan wajah ceria. Senyum manis mengembang di bibirnya saat dia membuka pintu.
"Assalamualaikum..." salamnya.Akan tetapi, suara keheningan menjadi satu-satunya respon yang didapatkannya. Entah mengapa, suasana seolah-olah berbeda hari ini. Biasanya, mamanya langsung menyambut dengan senyum lebar dan menjawab salamnya dengan hangat saat Mila sampai di rumah.Rasa kebingungan menyelimuti pikiran Mila, membuat keningnya mengerut dan langkahnya melambat. Ke mana mamanya? Dorongan mencari tahu di mana keberadaan mamanya membuat Mila berjalan menuju ruangan lain. Dalam hati, kekhawatiran akan kondisi mamanya mulai muncul. Bagaikan seorang anak kecil yang kehilangan sang ibu di keramaian pasar, Mila merasa resah dan sedikit panik. Seperti anak pada umumnya, rasa kebingungan merebak ketika tak menemui orang tuanya, terlebih mama yang selalu ada di sisi.Samar, Mila bisa mendengar suara isak tangis di ruang kerja ayahnya. Mila mendekat, melangkah dengan pelan hingga ia bisa mendengar suara isak tangis semakin keras di telinganya.Bisa Mila lihat pintu ruang kerja ayahnya yang tidak tertutup rapat, ada sedikit celah yang bisa ia gunakan untuk mengintip ke dalam ruangan.Ketika Mila mengintip ke dalam, ia bisa melihat mama dan papanya tengah berpelukan di dekat meja kerja sambil menangis terisak. Terlebih lagi mamanya."Mama sama papa nangis kenapa?" Gumamnya bertanya-tanya.Kriieettt....Mila membuka pintu perlahan hingga kedua orang tuanya pun melepaskan pelukan mereka dan mengusap jejak-jejak air mata yang mungkin bisa terlihat oleh Mila seolah ingin menyembunyikan bahwa mereka habis menangis."Mama sama papa kenapa?" Tanyanya.Mamanya, Mustika langsung memperlihatkan senyumannya dan menggelengkan kepala dengan cepat, "Nggak ada apa-apa, Mil. Kamu baru aja pulang? Mau mama siapin makan siangnya sekarang?" Tanya mamanya hendak melangkah pergi.Namun Mila langsung menahan tangan mamanya dan menatap mama dan papanya bergantian."Mila tau mama sama papa habis nangis. Ada apa ma? pa? Kenapa disembunyiin dari Mila?" Tanyanya.Yusuf, papa Arumi menghela nafasnya panjang. Ia menatap anaknya dengan wajah yang kelihatan ragu."Papa sama mama sebenarnya mau sembunyikan ini dulu dari kamu, tapi karena kamu udah melihat mama sama papa nangis, papa bakal kasih tau semuanya." Kata papanya."Papa yakin?" Tanya Mustika ragu.Bukan keputusan tepat untuk memberitahukan kepada anak mengenai kesulitan yang mereka hadapi menurut Mustika. Namun, bagi Yusuf cepat atau lambat Mila akan segera tahu jadi gimanapun, ia akan tetap membicarakannya dengan Mila."Sebenarnya, perusahaan papa bangkrut nak. Papa terkena masalah besar yang berakhir dengan pemutusan kontrak sepihak dengan para klien dan papa harus membayar pinalti serta semua kerugian perusahaan." Jelas papanya.Mila tersentak kaget, "Bangkrut pah?" Tanyanya tak percaya.Yusuf menghela nafasmya panjang dan menganggukkan kepalanya, "Sudah dua minggu dan papa harus segera melunasi segala hutang dan kerugiannya secepatnya.""Terus gimana pah? Papa sama mama udah nemu solusi untuk itu?" Tanya Mila.Yusuf dan Mustika menggelengkan kepala pelan dengan wajah lesu dan sedih."Kita harus pindah dari rumah ini kalau papa gak bisa lunasin semuanya." Ucap papanya.******Akibat hal itu, selama seminggu belakangan ini Mila jadi sering murung, sering bengong sendirian di kelas dan tak pernah bermain kemanapun. Pikirannya masih melalang buana, berpikir keras bagaimana kelanjutan hidup keluarga mereka kalau papanya gagal melunasi semua hutang-hutangnya."Mil, mau ikut gue keluar gak? Katanya ada yang lagi berantem di lapangan. Yuk!" Ajak Alice.Mila menggelengkan kepalanya, "Nggak dulu deh, Al. Gue lagi males keluar. Lagian, gue gak minat liatin orang berantem."Alice cemberut, "Gak nerima penolakan! Lo seminggu belakangan ini dikelas terus, jadi ayo ikut gue ke bawah sekarang." Ajaknya.Alice langsung menarik tangan Mila dengan kuat bahkan walaupun Mila berusaha berontak dan melepaskan pegangan tangan Alice, cengkraman gadis itu masih tetap terasa kuat di tangannya.Begitu sampai di bawah ternyata lapangan sudah ramai dengan kerumunan siswi-siswi yang ingin melihat dari dekat siapa yang berkelahi disana.Mila dan Alice menerobos kerumunan hingga mereka bisa sampai di depan dan melihat langsung sosok yang menjadi pusat perhatian di jam istirahat siang ini."Kak Arshaka?" Gumam Mila pelan dengan wajah mengernyit.Bugh!Arshaka menonjok tepat di bibir hingga lawannya terjatuh terlentang di lapangan."Hah... Hah..." Arshaka menarik nafas pelan, menelan salivanya dengan rahang yang mengeras.Ia berjalan mendekat ke Dimas, orang yang mencari ribut ke dirinya siang ini."Lo!"Arshaka berjongkok dengan gaya coolnya dan menampar pelan wajah Dimas, masih dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi padahal wajahnya sudah babak belur gak karuan."Gue udah memperingati lo untuk gak nyari masalah sama gue. Mental tahu gak perlu sok berani." Kata Arshaka.Setelah mengatakan itu, ia bangkit dan menatap sebentar wajah Dimas yang sudah tak terkendali. Sudah kehabisan tenaga pula sedangkan Arshaka hanya babak belur sedikit dengan baju yang acak-acakan dan luka di sudut bibir dan sudut matanya.Bugh!Arshaka menendang kaki Dimas sebelum pergi meninggalkan kerumunan dengan santainya dan diikuti oleh ketiga temannya yang sejak tadi memperhatikan dirinya.Mila meremat rok sekolahnya sendiri dengan wajah meringis saat melihat kondisi Dimas di depan sana yang sedang dipapah oleh anak laki-laki yang lain.Benci, ia jadi semakin benci dengan Arshaka dan komplotannya yang suka main tangan dan kasar dengan orang lain."Lo dipanggil Buk Dewi njir." Kata Raka."Buat apaan? Ngomelin gue doang? Bikin gatel dikuping doang." Sahut Arshaka santai.Keempatnya naik ke rooftop, tempat yang dikunci dan tidak ada satu orangpun yang punya akses kesana. Hanya Arshaka yang punya kuncinya dan bisa naik kesana.Di rooftop ini, ia punya satu ruangan khusus yang disulapnya menjadi basecamp mereka disaat malas masuk ke kelas atau sekedar ingin berlama-lama di sekolah.Arshaka duduk sambil menyandarkan kepalanya ke sofa sambil memejamkan kedua matanya, menenangkan dirinya sendiri dari emosi yang menyelimuti dirinya.Felix membuka lemari kecil disana dan mengambil sekotak p3k yang tersimpan disana, dengan santainya ia melemparkan kotak p3k tadi ke Arshaka."Obatin tuh luka lo. Kalo dibiarin ntar kepopuleran lo sebagai cowok paling ganteng di SMA ini bakal kegeser sama gue perkara luka tonjokan." Kata Felix.Arshaka hanya diam tak menanggapi, masih fokus dengan dirinya sendiri. Sedangkan David mengambil air dingin dari dalam kulkas untuk mereka.Raka sendiri sudah sibuk dengan rokok dan pemantiknya di sudut ruangan seolah rokok itu candu untuknya dan tidak bisa ia hindari kalau sudah menginjakkan kaki di basecamp."Dia ada hubungan apa sih sama angel?" Tanya David bingung.Arshaka membuka kedua matanya, "Dia suka sama tuh perempuan."Raka mengerutkan keningnya sambil menghembuskan asap rokok, "Terus? Apa hubungannya sama lo? Kan elo sama Angel udah putus." Tanyanya."Karena Angel masih berusaha buat ngejer Arshaka lah. Lo gak liat dia sampai ganti rok lebih pendek buat narik perhatian Arshaka?" Kata Felix."Bitch." Gumam Arshaka."Terus Ar, siapa mangsa lo sekarang?" Tanya David yang paham betul kalau Arshaka gak akan pernah diem aja setelah ngebuang satu perempuan.Arshaka tersenyum miring, "Mila. Anak kelas 10-2.""Mila.. papa mau bicara serius sama kamu." Ucap Yusuf dipertengahan makan malam mereka.Mila langsung menatap papanya kemudian beralih menatap mamanya dengan wajah kebingungan, "Bicara seeius apa pa?" Tanyanya.TakYusuf meletakkan sendok dan garpunya, mengambil gelas berisikan air putih di samping piringnya dan meneguknya beberapa kali hingga tersisa setengah gelas saja."Papa mau menjodohkan kamu dan menikahkan kamu secepatnya." Ucap Yusuf.PranggGelas yang tadinya dipegang oleh Mila langsung jatuh bebas ke lantai dan pecah berserakan dilantai."Astaga! Mila!" Pekik mamanya kaget.Sedangkan Mila sendiri masih terdiam dengan wajah kagetnya, masih mematung kebingungan hendak mengatakan apa kepada papanya."Kamu akan papa nikahkan dengan seseorang.""Pah.... Papa tau Mila masih kelas 10 kan?" Tanyanya.Yusuf menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah yang menyelimuti dirinya sendiri, ia sendiri juga tidak mau menikahkan anaknya di usia semuda ini namun hanya inilah cara dan jalan satu
"Nanti malam kita akan makan malam bersama dengan keluarga mereka, keluarga Hardinata." Ucap Yusuf ketika anaknya turun dari tangga.Mila yang baru saja menapakkan kakinya di tangga terakhir langsung menoleh dengan wajah datarnya, wajah yang menyiratkan ketidaksukaan dan ketidakinginan.Tanpa mengatakan apapun, Mila langsung melenggang pergi melewati kedua orang tuanya yang hendak sarapan.Ia berjalan dengan langkah yang ia hentak-hentakkan kuat menuju ke depan. Di depan gerbang rumahnya, sudah ada gojek yang menunggu dirinya. Gojek yang ia pesan saat masih di dalam kamar."Milaa.." panggil mamanya dari dalam rumah.Mila menoleh namun ia hanya diam saja menunggu mamanya yang setengah berlari menghampirinya. Membawakan sebuah bekal makanan ditangannya."Mama tau kamu pasti gak mau sarapan bareng mama dan papa pagi ini. Jadi mama siapin bekal untuk kamu, dimakan ya sayang." Ucap mamanya.Mila hanya diam dan menerima totebag berisikan bekal dari mamanya. Tidak mengucapkan apapun, benar-b
Miran langsung tersenyum bahagia, "Wah... Bagus dong, kalau ternyata kalian emang lagi pendekatan! Jadi artinya gak akan ada yang menolak perjodohan ini kan?" Ucapnya dengan wajah senang.Mila menggelengkan kepalanya, "Saya gak setuju tante. Saya gak mau dijodohin sama kak Arshaka." Tolaknya.Mama dan papanya Mila langsung menoleh ke arah anaknya dengan wajah kebingungan dan bertanya-tanya apa yang terjadi tiba-tiba hingga Mila menolak?"Mil.. bicara dulu sama mama yuk." Ajak mamanya.Mila dan mamanya kemudian berdiri dan menjauh dari meja mereka. Keduanya berdiri di sudut ruangan, menjauh dari semua orang dan pengunjung yang ada disana."Kenapa kamu gak mau dijodohin sama dia, Mil?" Tanya mamanya.Mila menghela nafasnya, "Dia cowok gak bener mah. Urakan, berandalan, suka ngerokok, suka bolos sekolah, suka berantem dan suka gonta ganti perempuan. Mama gak lihat bekas luka lebam di wajahnya?" Tanya Mila.Mustika terdiam sejenak dan mengingat-ingat, "Iya, mama ingat ada luka lebam di wa
"Dua minggu lagi? Apa tidak terlalu cepat? Maksudnya- ada banyak yang harus disiapkan sebelum mereka berdua menikah." Tanya Mustika.Sukma menggelengkan kepalanya, "Tidak sama sekali. Semua yang harus mereka siapkan untuk menikah akan selesai dengan cepat, kalian cukup memantau saja perkembangannya." Jelasnya."Iya, benar bu. Gedung, catering, gaun, riasan wajah dan hal lainnya yang diperlukan itu semuanya aman karena keluarga kami punya semua bisnis dan orang terdekat di bidang itu." Jelas Miran.Jadi bukan hanya bekerja dibidang properti dan bisnis makanan cepat saji yang ada diminimarket-minimarket seperti pada umumnya, keluarga Hardinata juga punya banyak usaha dibidang lain. Karena itu, susah untuk menjatuhkan keluarganya karena sudah menjadi keluarga yang dipercaya oleh masyarakat luas dibanyak bidang."Jadi, kami tidak perlu terlalu repot untuk menyiapkan apapun?" Tanya Yusuf.Sukma mengangguk, "Iya, benar. Kalian cukup bantu siapkan berkas yang Mila butuhkan saja. Selebihnya, a
"Terus lo putus sama si angel?" Tanya David yang tiba-tiba saja muncul sambil membawa dua botol air mineral dingin.Arshaka mengambil air mineral yang dibawa oleh David, meneguknya dengan cepat untuk kembali membasahi tenggorokannya hingga jakunnya naik turun dan mengisi energinya sehabis bermain basket.David duduk disamping Arshaka, salah satu sahabat yang sudah menemani Arshaka sejak masih duduk dibangku SMP hingga sekarang mereka berada di kelas 3 SMA."Hmm..."David menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa? Cewek secantik itu lo putusin gitu aja?" Tanyanya histeris.Arshaka diam sejenak, memperhatikan sekelilingnya dan orang-orang yang berada diluar lapangan. Perempuan-perempuan yang sedang melirik ke arahnya dengan tatapan kagum dan penuh cinta."Terlalu murahan. And you know what's the important things?" Tanya Arshaka.David diam menunggu hingga Arshaka menyunggingkan senyuman nakalnya dan menepuk bahunya kuat."Gue udah tau rasa tubuh dia, dan gue udah gak penasaran lagi sama dia."
"Dua minggu lagi? Apa tidak terlalu cepat? Maksudnya- ada banyak yang harus disiapkan sebelum mereka berdua menikah." Tanya Mustika.Sukma menggelengkan kepalanya, "Tidak sama sekali. Semua yang harus mereka siapkan untuk menikah akan selesai dengan cepat, kalian cukup memantau saja perkembangannya." Jelasnya."Iya, benar bu. Gedung, catering, gaun, riasan wajah dan hal lainnya yang diperlukan itu semuanya aman karena keluarga kami punya semua bisnis dan orang terdekat di bidang itu." Jelas Miran.Jadi bukan hanya bekerja dibidang properti dan bisnis makanan cepat saji yang ada diminimarket-minimarket seperti pada umumnya, keluarga Hardinata juga punya banyak usaha dibidang lain. Karena itu, susah untuk menjatuhkan keluarganya karena sudah menjadi keluarga yang dipercaya oleh masyarakat luas dibanyak bidang."Jadi, kami tidak perlu terlalu repot untuk menyiapkan apapun?" Tanya Yusuf.Sukma mengangguk, "Iya, benar. Kalian cukup bantu siapkan berkas yang Mila butuhkan saja. Selebihnya, a
Miran langsung tersenyum bahagia, "Wah... Bagus dong, kalau ternyata kalian emang lagi pendekatan! Jadi artinya gak akan ada yang menolak perjodohan ini kan?" Ucapnya dengan wajah senang.Mila menggelengkan kepalanya, "Saya gak setuju tante. Saya gak mau dijodohin sama kak Arshaka." Tolaknya.Mama dan papanya Mila langsung menoleh ke arah anaknya dengan wajah kebingungan dan bertanya-tanya apa yang terjadi tiba-tiba hingga Mila menolak?"Mil.. bicara dulu sama mama yuk." Ajak mamanya.Mila dan mamanya kemudian berdiri dan menjauh dari meja mereka. Keduanya berdiri di sudut ruangan, menjauh dari semua orang dan pengunjung yang ada disana."Kenapa kamu gak mau dijodohin sama dia, Mil?" Tanya mamanya.Mila menghela nafasnya, "Dia cowok gak bener mah. Urakan, berandalan, suka ngerokok, suka bolos sekolah, suka berantem dan suka gonta ganti perempuan. Mama gak lihat bekas luka lebam di wajahnya?" Tanya Mila.Mustika terdiam sejenak dan mengingat-ingat, "Iya, mama ingat ada luka lebam di wa
"Nanti malam kita akan makan malam bersama dengan keluarga mereka, keluarga Hardinata." Ucap Yusuf ketika anaknya turun dari tangga.Mila yang baru saja menapakkan kakinya di tangga terakhir langsung menoleh dengan wajah datarnya, wajah yang menyiratkan ketidaksukaan dan ketidakinginan.Tanpa mengatakan apapun, Mila langsung melenggang pergi melewati kedua orang tuanya yang hendak sarapan.Ia berjalan dengan langkah yang ia hentak-hentakkan kuat menuju ke depan. Di depan gerbang rumahnya, sudah ada gojek yang menunggu dirinya. Gojek yang ia pesan saat masih di dalam kamar."Milaa.." panggil mamanya dari dalam rumah.Mila menoleh namun ia hanya diam saja menunggu mamanya yang setengah berlari menghampirinya. Membawakan sebuah bekal makanan ditangannya."Mama tau kamu pasti gak mau sarapan bareng mama dan papa pagi ini. Jadi mama siapin bekal untuk kamu, dimakan ya sayang." Ucap mamanya.Mila hanya diam dan menerima totebag berisikan bekal dari mamanya. Tidak mengucapkan apapun, benar-b
"Mila.. papa mau bicara serius sama kamu." Ucap Yusuf dipertengahan makan malam mereka.Mila langsung menatap papanya kemudian beralih menatap mamanya dengan wajah kebingungan, "Bicara seeius apa pa?" Tanyanya.TakYusuf meletakkan sendok dan garpunya, mengambil gelas berisikan air putih di samping piringnya dan meneguknya beberapa kali hingga tersisa setengah gelas saja."Papa mau menjodohkan kamu dan menikahkan kamu secepatnya." Ucap Yusuf.PranggGelas yang tadinya dipegang oleh Mila langsung jatuh bebas ke lantai dan pecah berserakan dilantai."Astaga! Mila!" Pekik mamanya kaget.Sedangkan Mila sendiri masih terdiam dengan wajah kagetnya, masih mematung kebingungan hendak mengatakan apa kepada papanya."Kamu akan papa nikahkan dengan seseorang.""Pah.... Papa tau Mila masih kelas 10 kan?" Tanyanya.Yusuf menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah yang menyelimuti dirinya sendiri, ia sendiri juga tidak mau menikahkan anaknya di usia semuda ini namun hanya inilah cara dan jalan satu
Mila melangkah masuk ke rumah dengan wajah ceria. Senyum manis mengembang di bibirnya saat dia membuka pintu."Assalamualaikum..." salamnya.Akan tetapi, suara keheningan menjadi satu-satunya respon yang didapatkannya. Entah mengapa, suasana seolah-olah berbeda hari ini. Biasanya, mamanya langsung menyambut dengan senyum lebar dan menjawab salamnya dengan hangat saat Mila sampai di rumah.Rasa kebingungan menyelimuti pikiran Mila, membuat keningnya mengerut dan langkahnya melambat. Ke mana mamanya? Dorongan mencari tahu di mana keberadaan mamanya membuat Mila berjalan menuju ruangan lain. Dalam hati, kekhawatiran akan kondisi mamanya mulai muncul. Bagaikan seorang anak kecil yang kehilangan sang ibu di keramaian pasar, Mila merasa resah dan sedikit panik. Seperti anak pada umumnya, rasa kebingungan merebak ketika tak menemui orang tuanya, terlebih mama yang selalu ada di sisi.Samar, Mila bisa mendengar suara isak tangis di ruang kerja ayahnya. Mila mendekat, melangkah dengan pelan hi
"Terus lo putus sama si angel?" Tanya David yang tiba-tiba saja muncul sambil membawa dua botol air mineral dingin.Arshaka mengambil air mineral yang dibawa oleh David, meneguknya dengan cepat untuk kembali membasahi tenggorokannya hingga jakunnya naik turun dan mengisi energinya sehabis bermain basket.David duduk disamping Arshaka, salah satu sahabat yang sudah menemani Arshaka sejak masih duduk dibangku SMP hingga sekarang mereka berada di kelas 3 SMA."Hmm..."David menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa? Cewek secantik itu lo putusin gitu aja?" Tanyanya histeris.Arshaka diam sejenak, memperhatikan sekelilingnya dan orang-orang yang berada diluar lapangan. Perempuan-perempuan yang sedang melirik ke arahnya dengan tatapan kagum dan penuh cinta."Terlalu murahan. And you know what's the important things?" Tanya Arshaka.David diam menunggu hingga Arshaka menyunggingkan senyuman nakalnya dan menepuk bahunya kuat."Gue udah tau rasa tubuh dia, dan gue udah gak penasaran lagi sama dia."