"Dua minggu lagi? Apa tidak terlalu cepat? Maksudnya- ada banyak yang harus disiapkan sebelum mereka berdua menikah." Tanya Mustika.
Sukma menggelengkan kepalanya, "Tidak sama sekali. Semua yang harus mereka siapkan untuk menikah akan selesai dengan cepat, kalian cukup memantau saja perkembangannya." Jelasnya."Iya, benar bu. Gedung, catering, gaun, riasan wajah dan hal lainnya yang diperlukan itu semuanya aman karena keluarga kami punya semua bisnis dan orang terdekat di bidang itu." Jelas Miran.Jadi bukan hanya bekerja dibidang properti dan bisnis makanan cepat saji yang ada diminimarket-minimarket seperti pada umumnya, keluarga Hardinata juga punya banyak usaha dibidang lain. Karena itu, susah untuk menjatuhkan keluarganya karena sudah menjadi keluarga yang dipercaya oleh masyarakat luas dibanyak bidang."Jadi, kami tidak perlu terlalu repot untuk menyiapkan apapun?" Tanya Yusuf.Sukma mengangguk, "Iya, benar. Kalian cukup bantu siapkan berkas yang Mila butuhkan saja. Selebihnya, akan disiapkan oleh sekretaris saya.""Baiklah, kalau begitu saya sama istri saya setuju kalau pernikahannya memang akan diadakan dua minggu lagi. Lagipula, niat baik itu memang lebih bagus kalau bisa dilakukan secepatnya." Kata Yusuf pada akhirnya.Kedua orang tua Mila dan Arshaka akhirnya setuju untuk mengadakan pernikahan bagi kedua anak mereka di dua minggu yang akan datang.Persetujuan keduanya tadi menjadi akhir dari pertemuan malam ini. Kedua keluarga pamit sebelum kembali ke rumah mereka masing-masing untuk beristirahat dan mempersiapkan kembali keperluan pernikahan Mila dan Arshaka nantinya."Tunggu, Mila pulang sama Arshaka saja." Ucap Sukma yang langsung menghentikan pergerakan Mila.Mila tadinya lagi sibuk membenarkan penampilannya sendiri, menyampirkan tasnya di bahu dengan semangat untuk pulang.Tapi ucapan dari calon mertuanya barusan langsung ngebuat Mila mematung dengan wajah bengongnya. Hanya Arshaka saja yang terlihat santai dengan wajahnya yang hanya datar tanpa ekspresi apapun."Nah setuju pah! Arshaka tadi juga bawa mobil sendiri kan." Sambung Miran.Sukma tersenyum dengan kedua tangan yang ia satukan dibelakang punggungnya."Biarkan Arshaka yang mengantar Mila pulang. Tadi kamu bilang kalian lagi pdkt kan?" Tanya Sukma pada anaknya.Arshaka melirik sekejap pada Mila yang diam dengan wajah bengongnya lalu kembali menatap ke arah papanya."Iya, pah.""Nah anggap ini jadi kesempatan kalian untuk pdkt lebih jauh lagi. Kalau mau pergi bermain dulu sebelum pulang juga tidak apa-apa." Kata Sukma.Sukma menatap ke arah Yusuf, "Tidak apa-apa kan pak? Toh anak kita akan menikah sebentar lagi." Tanyanya.Yusuf tersenyum kikuk begitupula dengan istrinya, ingin menolak juga rasanya tidak bisa mengingat mereka masih membutuhkan bantuan dari keluarga Hardinata sejauh ini. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain meng-iyakan segala ucapan Sukma."Tidak apa-apa pak, lagipula itu ide yang bagus juga supaya Mila dan Arshaka bisa dekat.""Pah..." Bisik Mila ingin protes."Ya sudah kalau begitu, Ar kamu ajak Mila pulang. Antar dia sampai ke rumahnya dengan selamat." Pinta Sukma pada anaknya.Arshaka hanya bergumam mengiyakan permintaan dari papanya barusan. Diambilnya kunci mobilnya yang ada di atas meja dan setelah itu ia menyimpan kedua tangannya di saku jaket kulit yang dikenakannya."Hey!" Panggil Arshaka.Mila menoleh ke arahnya, dengan gerakan mata Arshaka seperti meminta Mila untuk mengikutinya."Arshaka pulang dulu, permisi." Ucapnya dengan nada dingin.Setelah mengatakan itu, Arshaka langsung melenggang pergi yang membuat Mila langsung bangkit dari duduknya dan salim kepada para orang tua yang ada disana."Kalau gitu Mila juga pamit, Assalamualaikum." Ucapnya."Waalaikumsalam."*****"Orang tua kita gak saling kenal dekat, cuma kenal karena sama-sama pebisnis yang berasal dari Jakarta." Kata Arshaka membuka keheningan diantara keduanya sejak tadi."Menurut lo, kenapa orang tua lo mau jodohin kita berdua?" Tanyanya.Mila meremat tangannya sendiri yang sejak tadi saling bertautan di atas pahanya, apalagi kalau bukan karena gugup sebab duduk disatu mobil yang sama, hanya berdua aja dengan Arshaka.Si brengsek yang punya tatapan mengintimidasi menurut Mila."Hmm? Menurut lo kenapa?" Tanya Arshaka lagi.Mila menggeleng-gelengkan kepalanya, "Aku gak tau kak." Jawabnya cepat.Mila menahan nafasnya sendiri dengan berat, 'Kak Arshaka gak tau kan alasan perjodohan ini? Kalaupun kak Arshaka udah tau alasannya, dia pasti bakal benci sama gue kan?' pikirnya.Gimanapun, apapun bahasa halusnya tetap aja pernikahan mereka ini adalah urusan bisnis, lebih tepatnya Mila yang dijual ayahnya demi perusahaan yang terancam bangkrut.Jadi, gak akan mungkin Arshaka gak benci dengan dirinya kalau tau alasan pasti pernikahan mereka berdua."Bokap gue gak bilang alasan kenapa gue harus nikah sama lo. Tapi gue harap, lo gak ikut campur kehidupan gue." Ucapnya.'Gak ikut campur? Gimana bisa?' batin Mila.Menurut Mila yang namanya menikah pasti bakal berbagi kehidupan kan? Terus gimana caranya dia bisa gak tau dan ikut campur di kehidupan Arshaka?Arshaka menghentikan mobilnya tepat di depan pagar sebuah rumah mewah, rumah mewah yang tadinya terancam akan disita kalau hutang-hutang ayah Mila tidak bisa dibayar dalam kurun waktu yang ditentukan.Arshaka diam, menyandarkan tubuhnya sendiri di kursi kemudi dengan sebelah tangan yang bertumpu pada pintu mobil untuk menyanggah kepalanya sendiri.Cukup lama sampai Arshaka melirik ke samping, ngeliat Mila yang masih duduk diam di kursinya.'Ini bocah gak sadar udah sampai dirumahnya atau gimana sih?' batin Arshaka dengan kening yang sedikit berkerut.Ctak!!"Awww!!!!!"Mila langsung meringis kesakitan begitu dahinya dijitak kuat oleh Arshaka beberapa detik yang lalu. Otomatis juga Mila langsung menatap ke arah Arshaka dengan wajah menahan sakit plus tangan kanannya yang menggosok-gosok keningnya berulang kali."Lo mau ikut gue pulang?" Tanya Arshaka.Mila mengerutkan keningnya, 'Hah? Kenapa tiba-tiba malah nanya begitu? Ngapain juga gue ikut dia pulang?' batinnya kebingungan."Enggak, ngapain juga aku ikut sama kakak?" Tanyanya balik."Kalo gitu kenapa lo gak turun?" Tanya Arshaka dengan wajahnya yang gak kelihatan ramah sama sekali."Hah?"Mila langsung celingukan dan kedua matanya langsung melebar begitu ia sadar kalau ternyata mobil yang dikendarai oleh Arshaka sudah berhenti di depan rumahnya."Mikirin apa aja daritadi sampai gak sadar kalau udah sampai dirumah lo?" Sindir Arshaka.Mila menggigit bibir bawahnya sendiri, meringis dan merutuki dirinya yang terlalu larut dengan pikirannya sendiri."Maaf kak.. kalo gitu aku turun dulu, permisi."Mila langsung buru-buru turun dan berjalan cepat ke arah gerbang rumahnya."Heh!"Mila langsung menoleh saat Arshaka memanggil dirinya disaat kedua tangannya masih gemetar dan kesulitan untuk membuka kunci gerbang."I-iya kak?""Jangan kasih tau siapapun tentang perjodohan ini. Gue harap juga, lo gak usah sok deket sama gue disekolah."Setelah mengatakan itu, Arshaka langsung menginjak gas, mengendarai mobilnya menjauh dari rumah Mila.Masih dengan Mila yang bengong di depan gerbang rumahnya."Geer banget!""Terus lo putus sama si angel?" Tanya David yang tiba-tiba saja muncul sambil membawa dua botol air mineral dingin.Arshaka mengambil air mineral yang dibawa oleh David, meneguknya dengan cepat untuk kembali membasahi tenggorokannya hingga jakunnya naik turun dan mengisi energinya sehabis bermain basket.David duduk disamping Arshaka, salah satu sahabat yang sudah menemani Arshaka sejak masih duduk dibangku SMP hingga sekarang mereka berada di kelas 3 SMA."Hmm..."David menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa? Cewek secantik itu lo putusin gitu aja?" Tanyanya histeris.Arshaka diam sejenak, memperhatikan sekelilingnya dan orang-orang yang berada diluar lapangan. Perempuan-perempuan yang sedang melirik ke arahnya dengan tatapan kagum dan penuh cinta."Terlalu murahan. And you know what's the important things?" Tanya Arshaka.David diam menunggu hingga Arshaka menyunggingkan senyuman nakalnya dan menepuk bahunya kuat."Gue udah tau rasa tubuh dia, dan gue udah gak penasaran lagi sama dia."
Mila melangkah masuk ke rumah dengan wajah ceria. Senyum manis mengembang di bibirnya saat dia membuka pintu."Assalamualaikum..." salamnya.Akan tetapi, suara keheningan menjadi satu-satunya respon yang didapatkannya. Entah mengapa, suasana seolah-olah berbeda hari ini. Biasanya, mamanya langsung menyambut dengan senyum lebar dan menjawab salamnya dengan hangat saat Mila sampai di rumah.Rasa kebingungan menyelimuti pikiran Mila, membuat keningnya mengerut dan langkahnya melambat. Ke mana mamanya? Dorongan mencari tahu di mana keberadaan mamanya membuat Mila berjalan menuju ruangan lain. Dalam hati, kekhawatiran akan kondisi mamanya mulai muncul. Bagaikan seorang anak kecil yang kehilangan sang ibu di keramaian pasar, Mila merasa resah dan sedikit panik. Seperti anak pada umumnya, rasa kebingungan merebak ketika tak menemui orang tuanya, terlebih mama yang selalu ada di sisi.Samar, Mila bisa mendengar suara isak tangis di ruang kerja ayahnya. Mila mendekat, melangkah dengan pelan hi
"Mila.. papa mau bicara serius sama kamu." Ucap Yusuf dipertengahan makan malam mereka.Mila langsung menatap papanya kemudian beralih menatap mamanya dengan wajah kebingungan, "Bicara seeius apa pa?" Tanyanya.TakYusuf meletakkan sendok dan garpunya, mengambil gelas berisikan air putih di samping piringnya dan meneguknya beberapa kali hingga tersisa setengah gelas saja."Papa mau menjodohkan kamu dan menikahkan kamu secepatnya." Ucap Yusuf.PranggGelas yang tadinya dipegang oleh Mila langsung jatuh bebas ke lantai dan pecah berserakan dilantai."Astaga! Mila!" Pekik mamanya kaget.Sedangkan Mila sendiri masih terdiam dengan wajah kagetnya, masih mematung kebingungan hendak mengatakan apa kepada papanya."Kamu akan papa nikahkan dengan seseorang.""Pah.... Papa tau Mila masih kelas 10 kan?" Tanyanya.Yusuf menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah yang menyelimuti dirinya sendiri, ia sendiri juga tidak mau menikahkan anaknya di usia semuda ini namun hanya inilah cara dan jalan satu
"Nanti malam kita akan makan malam bersama dengan keluarga mereka, keluarga Hardinata." Ucap Yusuf ketika anaknya turun dari tangga.Mila yang baru saja menapakkan kakinya di tangga terakhir langsung menoleh dengan wajah datarnya, wajah yang menyiratkan ketidaksukaan dan ketidakinginan.Tanpa mengatakan apapun, Mila langsung melenggang pergi melewati kedua orang tuanya yang hendak sarapan.Ia berjalan dengan langkah yang ia hentak-hentakkan kuat menuju ke depan. Di depan gerbang rumahnya, sudah ada gojek yang menunggu dirinya. Gojek yang ia pesan saat masih di dalam kamar."Milaa.." panggil mamanya dari dalam rumah.Mila menoleh namun ia hanya diam saja menunggu mamanya yang setengah berlari menghampirinya. Membawakan sebuah bekal makanan ditangannya."Mama tau kamu pasti gak mau sarapan bareng mama dan papa pagi ini. Jadi mama siapin bekal untuk kamu, dimakan ya sayang." Ucap mamanya.Mila hanya diam dan menerima totebag berisikan bekal dari mamanya. Tidak mengucapkan apapun, benar-b
Miran langsung tersenyum bahagia, "Wah... Bagus dong, kalau ternyata kalian emang lagi pendekatan! Jadi artinya gak akan ada yang menolak perjodohan ini kan?" Ucapnya dengan wajah senang.Mila menggelengkan kepalanya, "Saya gak setuju tante. Saya gak mau dijodohin sama kak Arshaka." Tolaknya.Mama dan papanya Mila langsung menoleh ke arah anaknya dengan wajah kebingungan dan bertanya-tanya apa yang terjadi tiba-tiba hingga Mila menolak?"Mil.. bicara dulu sama mama yuk." Ajak mamanya.Mila dan mamanya kemudian berdiri dan menjauh dari meja mereka. Keduanya berdiri di sudut ruangan, menjauh dari semua orang dan pengunjung yang ada disana."Kenapa kamu gak mau dijodohin sama dia, Mil?" Tanya mamanya.Mila menghela nafasnya, "Dia cowok gak bener mah. Urakan, berandalan, suka ngerokok, suka bolos sekolah, suka berantem dan suka gonta ganti perempuan. Mama gak lihat bekas luka lebam di wajahnya?" Tanya Mila.Mustika terdiam sejenak dan mengingat-ingat, "Iya, mama ingat ada luka lebam di wa
"Dua minggu lagi? Apa tidak terlalu cepat? Maksudnya- ada banyak yang harus disiapkan sebelum mereka berdua menikah." Tanya Mustika.Sukma menggelengkan kepalanya, "Tidak sama sekali. Semua yang harus mereka siapkan untuk menikah akan selesai dengan cepat, kalian cukup memantau saja perkembangannya." Jelasnya."Iya, benar bu. Gedung, catering, gaun, riasan wajah dan hal lainnya yang diperlukan itu semuanya aman karena keluarga kami punya semua bisnis dan orang terdekat di bidang itu." Jelas Miran.Jadi bukan hanya bekerja dibidang properti dan bisnis makanan cepat saji yang ada diminimarket-minimarket seperti pada umumnya, keluarga Hardinata juga punya banyak usaha dibidang lain. Karena itu, susah untuk menjatuhkan keluarganya karena sudah menjadi keluarga yang dipercaya oleh masyarakat luas dibanyak bidang."Jadi, kami tidak perlu terlalu repot untuk menyiapkan apapun?" Tanya Yusuf.Sukma mengangguk, "Iya, benar. Kalian cukup bantu siapkan berkas yang Mila butuhkan saja. Selebihnya, a
Miran langsung tersenyum bahagia, "Wah... Bagus dong, kalau ternyata kalian emang lagi pendekatan! Jadi artinya gak akan ada yang menolak perjodohan ini kan?" Ucapnya dengan wajah senang.Mila menggelengkan kepalanya, "Saya gak setuju tante. Saya gak mau dijodohin sama kak Arshaka." Tolaknya.Mama dan papanya Mila langsung menoleh ke arah anaknya dengan wajah kebingungan dan bertanya-tanya apa yang terjadi tiba-tiba hingga Mila menolak?"Mil.. bicara dulu sama mama yuk." Ajak mamanya.Mila dan mamanya kemudian berdiri dan menjauh dari meja mereka. Keduanya berdiri di sudut ruangan, menjauh dari semua orang dan pengunjung yang ada disana."Kenapa kamu gak mau dijodohin sama dia, Mil?" Tanya mamanya.Mila menghela nafasnya, "Dia cowok gak bener mah. Urakan, berandalan, suka ngerokok, suka bolos sekolah, suka berantem dan suka gonta ganti perempuan. Mama gak lihat bekas luka lebam di wajahnya?" Tanya Mila.Mustika terdiam sejenak dan mengingat-ingat, "Iya, mama ingat ada luka lebam di wa
"Nanti malam kita akan makan malam bersama dengan keluarga mereka, keluarga Hardinata." Ucap Yusuf ketika anaknya turun dari tangga.Mila yang baru saja menapakkan kakinya di tangga terakhir langsung menoleh dengan wajah datarnya, wajah yang menyiratkan ketidaksukaan dan ketidakinginan.Tanpa mengatakan apapun, Mila langsung melenggang pergi melewati kedua orang tuanya yang hendak sarapan.Ia berjalan dengan langkah yang ia hentak-hentakkan kuat menuju ke depan. Di depan gerbang rumahnya, sudah ada gojek yang menunggu dirinya. Gojek yang ia pesan saat masih di dalam kamar."Milaa.." panggil mamanya dari dalam rumah.Mila menoleh namun ia hanya diam saja menunggu mamanya yang setengah berlari menghampirinya. Membawakan sebuah bekal makanan ditangannya."Mama tau kamu pasti gak mau sarapan bareng mama dan papa pagi ini. Jadi mama siapin bekal untuk kamu, dimakan ya sayang." Ucap mamanya.Mila hanya diam dan menerima totebag berisikan bekal dari mamanya. Tidak mengucapkan apapun, benar-b
"Mila.. papa mau bicara serius sama kamu." Ucap Yusuf dipertengahan makan malam mereka.Mila langsung menatap papanya kemudian beralih menatap mamanya dengan wajah kebingungan, "Bicara seeius apa pa?" Tanyanya.TakYusuf meletakkan sendok dan garpunya, mengambil gelas berisikan air putih di samping piringnya dan meneguknya beberapa kali hingga tersisa setengah gelas saja."Papa mau menjodohkan kamu dan menikahkan kamu secepatnya." Ucap Yusuf.PranggGelas yang tadinya dipegang oleh Mila langsung jatuh bebas ke lantai dan pecah berserakan dilantai."Astaga! Mila!" Pekik mamanya kaget.Sedangkan Mila sendiri masih terdiam dengan wajah kagetnya, masih mematung kebingungan hendak mengatakan apa kepada papanya."Kamu akan papa nikahkan dengan seseorang.""Pah.... Papa tau Mila masih kelas 10 kan?" Tanyanya.Yusuf menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah yang menyelimuti dirinya sendiri, ia sendiri juga tidak mau menikahkan anaknya di usia semuda ini namun hanya inilah cara dan jalan satu
Mila melangkah masuk ke rumah dengan wajah ceria. Senyum manis mengembang di bibirnya saat dia membuka pintu."Assalamualaikum..." salamnya.Akan tetapi, suara keheningan menjadi satu-satunya respon yang didapatkannya. Entah mengapa, suasana seolah-olah berbeda hari ini. Biasanya, mamanya langsung menyambut dengan senyum lebar dan menjawab salamnya dengan hangat saat Mila sampai di rumah.Rasa kebingungan menyelimuti pikiran Mila, membuat keningnya mengerut dan langkahnya melambat. Ke mana mamanya? Dorongan mencari tahu di mana keberadaan mamanya membuat Mila berjalan menuju ruangan lain. Dalam hati, kekhawatiran akan kondisi mamanya mulai muncul. Bagaikan seorang anak kecil yang kehilangan sang ibu di keramaian pasar, Mila merasa resah dan sedikit panik. Seperti anak pada umumnya, rasa kebingungan merebak ketika tak menemui orang tuanya, terlebih mama yang selalu ada di sisi.Samar, Mila bisa mendengar suara isak tangis di ruang kerja ayahnya. Mila mendekat, melangkah dengan pelan hi
"Terus lo putus sama si angel?" Tanya David yang tiba-tiba saja muncul sambil membawa dua botol air mineral dingin.Arshaka mengambil air mineral yang dibawa oleh David, meneguknya dengan cepat untuk kembali membasahi tenggorokannya hingga jakunnya naik turun dan mengisi energinya sehabis bermain basket.David duduk disamping Arshaka, salah satu sahabat yang sudah menemani Arshaka sejak masih duduk dibangku SMP hingga sekarang mereka berada di kelas 3 SMA."Hmm..."David menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa? Cewek secantik itu lo putusin gitu aja?" Tanyanya histeris.Arshaka diam sejenak, memperhatikan sekelilingnya dan orang-orang yang berada diluar lapangan. Perempuan-perempuan yang sedang melirik ke arahnya dengan tatapan kagum dan penuh cinta."Terlalu murahan. And you know what's the important things?" Tanya Arshaka.David diam menunggu hingga Arshaka menyunggingkan senyuman nakalnya dan menepuk bahunya kuat."Gue udah tau rasa tubuh dia, dan gue udah gak penasaran lagi sama dia."