"Mila.. papa mau bicara serius sama kamu." Ucap Yusuf dipertengahan makan malam mereka.
Mila langsung menatap papanya kemudian beralih menatap mamanya dengan wajah kebingungan, "Bicara seeius apa pa?" Tanyanya.TakYusuf meletakkan sendok dan garpunya, mengambil gelas berisikan air putih di samping piringnya dan meneguknya beberapa kali hingga tersisa setengah gelas saja."Papa mau menjodohkan kamu dan menikahkan kamu secepatnya." Ucap Yusuf.PranggGelas yang tadinya dipegang oleh Mila langsung jatuh bebas ke lantai dan pecah berserakan dilantai."Astaga! Mila!" Pekik mamanya kaget.Sedangkan Mila sendiri masih terdiam dengan wajah kagetnya, masih mematung kebingungan hendak mengatakan apa kepada papanya."Kamu akan papa nikahkan dengan seseorang.""Pah.... Papa tau Mila masih kelas 10 kan?" Tanyanya.Yusuf menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah yang menyelimuti dirinya sendiri, ia sendiri juga tidak mau menikahkan anaknya di usia semuda ini namun hanya inilah cara dan jalan satu-satunya yang ia punya saat ini."Papa tau itu nak. Tapi papa gak punya pilihan lain selain menikahkan kamu dengan keluarga mereka. Hanya mereka satu-satunya harapan keluarga kita untuk terbebas dari hutang-hutang ini dan membantu bisnis papa untuk bangkit lagi." Jelas Yusuf."Mereka mau membayar semua hutang perusahaan kita dan memberikan modal ke papa untuk membangun bisnis yang baru dengan syarat menikahkan kamu dengan anak mereka." Lanjutnya.BrakMila memukul kuat meja makan hingga membuat tangannya sendiri panas. Kedua matanya pun ikut memanas dan bergetar saat mendengar penuturan dari papanya barusan."Ja-jadi... Maksud papa sekarang, papa mau jual aku untuk bayar semua hutang perusahaan?" Tanyanya dengan suara bergetar."Milaa.. papa dan mama gak punya pilihan lain nak." Ucap mamanya."Gak punya pilihan lain gimana ma? Jadi pilihan satu-satunya cuma dengan ngejual Mila? Dengan ini mama sama papa bisa hidup dengan tenang lagi tanpa hutang gitu? Terus gimana sama Mila?" Tanyanya sambil menepuk-nepuk dadanya sendiri kuat berkali-kali.Air matanya juga sudah menetes beberapa kali membasahi pipinya sendiri membuat kedua orang tuanya juga sedih, namun bagi mereka hanya inilah jalan satu-satunya yang mereka miliki untuk bisa bebas dari segala hutang-hutang perusahaan."Maafin papa, Mil. Tapi papa harus lakukan ini. Hutang perusahaan tidak sedikit, jumlahnya mencapai 20 miliar. Dimana papa bisa dapetin uang sebanyak itu nak?" Jelas papanya.Mila melengos, tertawa getir saat mendengar penjelasan papanya."Mila gak mau denger apa-apa lagi!!"Setelah mengatakan itu, Mila langsung beranjak pergi masuk ke dalam kamarnya meninggalkan papa dan mamanya yang masih terdiam di meja makan dengan wajah lesu bukan baik. Mereka juga sedih dan tidak ingin menjodohkan Mila dengan cara seperti ini.Tapi hanya ini penolong yang mereka miliki saat ini. Tidak ada cara lain untuk mendapatkan 20 miliar dalam waktu dekat kalau bukan dengan bantuan dari pebisnis sukses yang ingin menikahkan anak mereka berdua."Papa merasa bersalah sekali dengan Mila, ma. Papa memang ngejual anak sendiri demi keuntungan papa." Ucap Yusuf pada istrinya.Mustika memeluk Yusuf erat, "Mama yakin Mila akan mengerti nanti."******Sedangkan di tempat yang lain tempatnya di kediaman keluarga Hardinata, terlihat dua orang paruh baya yang asik bercengkrama di ruang santai. Duduk sambil tertawa pelan dan menikmati cemilan malam mereka.Dan dari pintu masuk utama, anak mereka berjalan dengan langkah santainya memasuki rumah dan menggendong tas ranselnya di bahu kanannya. Dengan rambut acak-acakan, dasi yang sudah tidak terpasang, seragam yang tidak dimasukkan dan kancing yang dibuka hingga memperlihatkan kaos putih dalamannya.Dan yang paling utama, wajah tampannya yang babak belur karena berkelahi tadi siang menjadi penarik perhatian utama kedua orang tuanya begiti ia masuk ke dalam rumah dan melewati ruang santai tempat orang tuanya tengah duduk berdua."Arshaka!" Panggil papanya, Sukma.Arshaka menghentikan langkahnya lalu menoleh dengan ekspresi malas, "Kenapa?" Tanyanya."Wajah kamu kenapa nak? Kamu habis berantem lagi?" Tanya mamanya, Miran.Mama Arshaka merupakan warga negara Korea Selatan yang menikah dengan Sukma yang merupakan warga negara Indonesia asli. Keduanya menikah 20 tahun yang lalu dengan pesta yang mewah luar biasa.Miran dulunya bahkan hingga saat ini merupakan perempuan dengan wajah yang cantik jelita. Hidungnya mancung dan kecil, kedua matanya yang sipit namun terlihat besar, bibirnya yang tipis, fitur wajahnya yang lembut dan kulitnya yang seputih susu.Sedikit banyaknya, Arshaka mewarisi gen ibunya seperti kulitnya yang juga putih bersih dan bibirnya yang tipis. Kedua matanya juga sedikit sipit, mirip sekali dengan mamanya namun tetap dengan perpaduan papanya yang merupakan keturunan Jawa-Manado.Miran mendekat ke arah anaknya hendak menyentuh lebam di wajahnya namun langsung ditepis oleh Arshaka detik itu juga yang membuat papanya mengeram kesal."Gak sopan sekali kamu, Arshaka! Itu mama kamu tapi kamu tepis tangannya seperti tadi?" Pekik papanya marah.Arshaka hanya memasang wajah datarnya, "Terus kenapa? Papa gak suka?""Arshakaa... Kamu kenapa seperti ini nak?" Tanya mamanya."Menurut mama aja, aku berubah karena apa?" Tanyanya balik.Miran hanya diam saja, ia tahu pasti apa alasan anaknya berubah seperti ini. Dulu, Arshaka adalah anak yang baik, anak yang sangat berbakti kepada dirinya dan suaminya namun selama tiga tahun terakhir, sikap Arshaka berubah drastis."Papa gak tahan lihat sikap kamu yang semakin gak terkontrol seperti ini. Papa bakal jodohin kamu sama seorang perempuan, kamu akan menikah secepatnya dengan dia!" Ungkap papanya.Bukan hanya Arshaka saja yang kaget dan menatap papanya dengan wajah tak percaya tapi istrinya sendiri pun, Miran juga ikut kaget. Ia menatap Sukma dengan wajah yang meminta penjelasan.Arshaka tertawa getir, "Setelah ngehancurin sifat Arshaka, sekarang papa mau ngejodohin Arshaka? Hah.. hebat! Emang papa gak ada tandingannya." Sindirnya sambil terkekeh."Terserah papa deh, hidup Arshaka kan hanya milik papa. Bahkan pendamping hidup pun, papa yang tentuin untuk Arshaka. Hebat!"Seteleh mengatakan itu, Arshaka langsung naik ke kamarnya tanpa mengatakan apapun lagi. Ia pergi begitu saja meninggalkan papa dan mamanya berdua di bawah."Pah, apa maksudnya papa mau nikahin Arshaka?" Tanya Miran setelah kepergian anaknya."Papa harus lakuin ini supaya ada perempuan yang bisa ngatur dia. Hanya dengan punya pasangan hidup, dia bakal bisa lebih bertanggung jawab untuk hidupnya." Jawab Sukma.BrakArshaka membanting pintu kamarnya dan melemparkan tasnya ke sembarangan arah, begitu pula dengan seragam sekolahnya. Setelah itu, Arshaka langsung membaringkan tubuhnya sendiri diatas ranjang, menatap langit-langit kamarnya yang sedikit remang."Hah.. dijodohin?" Gumam Arshaka sambil tertawa."Gue bakal buat perempuan yang dijodohin sama gue hidup menderita. Gue pastiin itu." Gumamnya lagi."Nanti malam kita akan makan malam bersama dengan keluarga mereka, keluarga Hardinata." Ucap Yusuf ketika anaknya turun dari tangga.Mila yang baru saja menapakkan kakinya di tangga terakhir langsung menoleh dengan wajah datarnya, wajah yang menyiratkan ketidaksukaan dan ketidakinginan.Tanpa mengatakan apapun, Mila langsung melenggang pergi melewati kedua orang tuanya yang hendak sarapan.Ia berjalan dengan langkah yang ia hentak-hentakkan kuat menuju ke depan. Di depan gerbang rumahnya, sudah ada gojek yang menunggu dirinya. Gojek yang ia pesan saat masih di dalam kamar."Milaa.." panggil mamanya dari dalam rumah.Mila menoleh namun ia hanya diam saja menunggu mamanya yang setengah berlari menghampirinya. Membawakan sebuah bekal makanan ditangannya."Mama tau kamu pasti gak mau sarapan bareng mama dan papa pagi ini. Jadi mama siapin bekal untuk kamu, dimakan ya sayang." Ucap mamanya.Mila hanya diam dan menerima totebag berisikan bekal dari mamanya. Tidak mengucapkan apapun, benar-b
Miran langsung tersenyum bahagia, "Wah... Bagus dong, kalau ternyata kalian emang lagi pendekatan! Jadi artinya gak akan ada yang menolak perjodohan ini kan?" Ucapnya dengan wajah senang.Mila menggelengkan kepalanya, "Saya gak setuju tante. Saya gak mau dijodohin sama kak Arshaka." Tolaknya.Mama dan papanya Mila langsung menoleh ke arah anaknya dengan wajah kebingungan dan bertanya-tanya apa yang terjadi tiba-tiba hingga Mila menolak?"Mil.. bicara dulu sama mama yuk." Ajak mamanya.Mila dan mamanya kemudian berdiri dan menjauh dari meja mereka. Keduanya berdiri di sudut ruangan, menjauh dari semua orang dan pengunjung yang ada disana."Kenapa kamu gak mau dijodohin sama dia, Mil?" Tanya mamanya.Mila menghela nafasnya, "Dia cowok gak bener mah. Urakan, berandalan, suka ngerokok, suka bolos sekolah, suka berantem dan suka gonta ganti perempuan. Mama gak lihat bekas luka lebam di wajahnya?" Tanya Mila.Mustika terdiam sejenak dan mengingat-ingat, "Iya, mama ingat ada luka lebam di wa
"Dua minggu lagi? Apa tidak terlalu cepat? Maksudnya- ada banyak yang harus disiapkan sebelum mereka berdua menikah." Tanya Mustika.Sukma menggelengkan kepalanya, "Tidak sama sekali. Semua yang harus mereka siapkan untuk menikah akan selesai dengan cepat, kalian cukup memantau saja perkembangannya." Jelasnya."Iya, benar bu. Gedung, catering, gaun, riasan wajah dan hal lainnya yang diperlukan itu semuanya aman karena keluarga kami punya semua bisnis dan orang terdekat di bidang itu." Jelas Miran.Jadi bukan hanya bekerja dibidang properti dan bisnis makanan cepat saji yang ada diminimarket-minimarket seperti pada umumnya, keluarga Hardinata juga punya banyak usaha dibidang lain. Karena itu, susah untuk menjatuhkan keluarganya karena sudah menjadi keluarga yang dipercaya oleh masyarakat luas dibanyak bidang."Jadi, kami tidak perlu terlalu repot untuk menyiapkan apapun?" Tanya Yusuf.Sukma mengangguk, "Iya, benar. Kalian cukup bantu siapkan berkas yang Mila butuhkan saja. Selebihnya, a
"Terus lo putus sama si angel?" Tanya David yang tiba-tiba saja muncul sambil membawa dua botol air mineral dingin.Arshaka mengambil air mineral yang dibawa oleh David, meneguknya dengan cepat untuk kembali membasahi tenggorokannya hingga jakunnya naik turun dan mengisi energinya sehabis bermain basket.David duduk disamping Arshaka, salah satu sahabat yang sudah menemani Arshaka sejak masih duduk dibangku SMP hingga sekarang mereka berada di kelas 3 SMA."Hmm..."David menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa? Cewek secantik itu lo putusin gitu aja?" Tanyanya histeris.Arshaka diam sejenak, memperhatikan sekelilingnya dan orang-orang yang berada diluar lapangan. Perempuan-perempuan yang sedang melirik ke arahnya dengan tatapan kagum dan penuh cinta."Terlalu murahan. And you know what's the important things?" Tanya Arshaka.David diam menunggu hingga Arshaka menyunggingkan senyuman nakalnya dan menepuk bahunya kuat."Gue udah tau rasa tubuh dia, dan gue udah gak penasaran lagi sama dia."
Mila melangkah masuk ke rumah dengan wajah ceria. Senyum manis mengembang di bibirnya saat dia membuka pintu."Assalamualaikum..." salamnya.Akan tetapi, suara keheningan menjadi satu-satunya respon yang didapatkannya. Entah mengapa, suasana seolah-olah berbeda hari ini. Biasanya, mamanya langsung menyambut dengan senyum lebar dan menjawab salamnya dengan hangat saat Mila sampai di rumah.Rasa kebingungan menyelimuti pikiran Mila, membuat keningnya mengerut dan langkahnya melambat. Ke mana mamanya? Dorongan mencari tahu di mana keberadaan mamanya membuat Mila berjalan menuju ruangan lain. Dalam hati, kekhawatiran akan kondisi mamanya mulai muncul. Bagaikan seorang anak kecil yang kehilangan sang ibu di keramaian pasar, Mila merasa resah dan sedikit panik. Seperti anak pada umumnya, rasa kebingungan merebak ketika tak menemui orang tuanya, terlebih mama yang selalu ada di sisi.Samar, Mila bisa mendengar suara isak tangis di ruang kerja ayahnya. Mila mendekat, melangkah dengan pelan hi
"Dua minggu lagi? Apa tidak terlalu cepat? Maksudnya- ada banyak yang harus disiapkan sebelum mereka berdua menikah." Tanya Mustika.Sukma menggelengkan kepalanya, "Tidak sama sekali. Semua yang harus mereka siapkan untuk menikah akan selesai dengan cepat, kalian cukup memantau saja perkembangannya." Jelasnya."Iya, benar bu. Gedung, catering, gaun, riasan wajah dan hal lainnya yang diperlukan itu semuanya aman karena keluarga kami punya semua bisnis dan orang terdekat di bidang itu." Jelas Miran.Jadi bukan hanya bekerja dibidang properti dan bisnis makanan cepat saji yang ada diminimarket-minimarket seperti pada umumnya, keluarga Hardinata juga punya banyak usaha dibidang lain. Karena itu, susah untuk menjatuhkan keluarganya karena sudah menjadi keluarga yang dipercaya oleh masyarakat luas dibanyak bidang."Jadi, kami tidak perlu terlalu repot untuk menyiapkan apapun?" Tanya Yusuf.Sukma mengangguk, "Iya, benar. Kalian cukup bantu siapkan berkas yang Mila butuhkan saja. Selebihnya, a
Miran langsung tersenyum bahagia, "Wah... Bagus dong, kalau ternyata kalian emang lagi pendekatan! Jadi artinya gak akan ada yang menolak perjodohan ini kan?" Ucapnya dengan wajah senang.Mila menggelengkan kepalanya, "Saya gak setuju tante. Saya gak mau dijodohin sama kak Arshaka." Tolaknya.Mama dan papanya Mila langsung menoleh ke arah anaknya dengan wajah kebingungan dan bertanya-tanya apa yang terjadi tiba-tiba hingga Mila menolak?"Mil.. bicara dulu sama mama yuk." Ajak mamanya.Mila dan mamanya kemudian berdiri dan menjauh dari meja mereka. Keduanya berdiri di sudut ruangan, menjauh dari semua orang dan pengunjung yang ada disana."Kenapa kamu gak mau dijodohin sama dia, Mil?" Tanya mamanya.Mila menghela nafasnya, "Dia cowok gak bener mah. Urakan, berandalan, suka ngerokok, suka bolos sekolah, suka berantem dan suka gonta ganti perempuan. Mama gak lihat bekas luka lebam di wajahnya?" Tanya Mila.Mustika terdiam sejenak dan mengingat-ingat, "Iya, mama ingat ada luka lebam di wa
"Nanti malam kita akan makan malam bersama dengan keluarga mereka, keluarga Hardinata." Ucap Yusuf ketika anaknya turun dari tangga.Mila yang baru saja menapakkan kakinya di tangga terakhir langsung menoleh dengan wajah datarnya, wajah yang menyiratkan ketidaksukaan dan ketidakinginan.Tanpa mengatakan apapun, Mila langsung melenggang pergi melewati kedua orang tuanya yang hendak sarapan.Ia berjalan dengan langkah yang ia hentak-hentakkan kuat menuju ke depan. Di depan gerbang rumahnya, sudah ada gojek yang menunggu dirinya. Gojek yang ia pesan saat masih di dalam kamar."Milaa.." panggil mamanya dari dalam rumah.Mila menoleh namun ia hanya diam saja menunggu mamanya yang setengah berlari menghampirinya. Membawakan sebuah bekal makanan ditangannya."Mama tau kamu pasti gak mau sarapan bareng mama dan papa pagi ini. Jadi mama siapin bekal untuk kamu, dimakan ya sayang." Ucap mamanya.Mila hanya diam dan menerima totebag berisikan bekal dari mamanya. Tidak mengucapkan apapun, benar-b
"Mila.. papa mau bicara serius sama kamu." Ucap Yusuf dipertengahan makan malam mereka.Mila langsung menatap papanya kemudian beralih menatap mamanya dengan wajah kebingungan, "Bicara seeius apa pa?" Tanyanya.TakYusuf meletakkan sendok dan garpunya, mengambil gelas berisikan air putih di samping piringnya dan meneguknya beberapa kali hingga tersisa setengah gelas saja."Papa mau menjodohkan kamu dan menikahkan kamu secepatnya." Ucap Yusuf.PranggGelas yang tadinya dipegang oleh Mila langsung jatuh bebas ke lantai dan pecah berserakan dilantai."Astaga! Mila!" Pekik mamanya kaget.Sedangkan Mila sendiri masih terdiam dengan wajah kagetnya, masih mematung kebingungan hendak mengatakan apa kepada papanya."Kamu akan papa nikahkan dengan seseorang.""Pah.... Papa tau Mila masih kelas 10 kan?" Tanyanya.Yusuf menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah yang menyelimuti dirinya sendiri, ia sendiri juga tidak mau menikahkan anaknya di usia semuda ini namun hanya inilah cara dan jalan satu
Mila melangkah masuk ke rumah dengan wajah ceria. Senyum manis mengembang di bibirnya saat dia membuka pintu."Assalamualaikum..." salamnya.Akan tetapi, suara keheningan menjadi satu-satunya respon yang didapatkannya. Entah mengapa, suasana seolah-olah berbeda hari ini. Biasanya, mamanya langsung menyambut dengan senyum lebar dan menjawab salamnya dengan hangat saat Mila sampai di rumah.Rasa kebingungan menyelimuti pikiran Mila, membuat keningnya mengerut dan langkahnya melambat. Ke mana mamanya? Dorongan mencari tahu di mana keberadaan mamanya membuat Mila berjalan menuju ruangan lain. Dalam hati, kekhawatiran akan kondisi mamanya mulai muncul. Bagaikan seorang anak kecil yang kehilangan sang ibu di keramaian pasar, Mila merasa resah dan sedikit panik. Seperti anak pada umumnya, rasa kebingungan merebak ketika tak menemui orang tuanya, terlebih mama yang selalu ada di sisi.Samar, Mila bisa mendengar suara isak tangis di ruang kerja ayahnya. Mila mendekat, melangkah dengan pelan hi
"Terus lo putus sama si angel?" Tanya David yang tiba-tiba saja muncul sambil membawa dua botol air mineral dingin.Arshaka mengambil air mineral yang dibawa oleh David, meneguknya dengan cepat untuk kembali membasahi tenggorokannya hingga jakunnya naik turun dan mengisi energinya sehabis bermain basket.David duduk disamping Arshaka, salah satu sahabat yang sudah menemani Arshaka sejak masih duduk dibangku SMP hingga sekarang mereka berada di kelas 3 SMA."Hmm..."David menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa? Cewek secantik itu lo putusin gitu aja?" Tanyanya histeris.Arshaka diam sejenak, memperhatikan sekelilingnya dan orang-orang yang berada diluar lapangan. Perempuan-perempuan yang sedang melirik ke arahnya dengan tatapan kagum dan penuh cinta."Terlalu murahan. And you know what's the important things?" Tanya Arshaka.David diam menunggu hingga Arshaka menyunggingkan senyuman nakalnya dan menepuk bahunya kuat."Gue udah tau rasa tubuh dia, dan gue udah gak penasaran lagi sama dia."