Miran langsung tersenyum bahagia, "Wah... Bagus dong, kalau ternyata kalian emang lagi pendekatan! Jadi artinya gak akan ada yang menolak perjodohan ini kan?" Ucapnya dengan wajah senang.
Mila menggelengkan kepalanya, "Saya gak setuju tante. Saya gak mau dijodohin sama kak Arshaka." Tolaknya.Mama dan papanya Mila langsung menoleh ke arah anaknya dengan wajah kebingungan dan bertanya-tanya apa yang terjadi tiba-tiba hingga Mila menolak?"Mil.. bicara dulu sama mama yuk." Ajak mamanya.Mila dan mamanya kemudian berdiri dan menjauh dari meja mereka. Keduanya berdiri di sudut ruangan, menjauh dari semua orang dan pengunjung yang ada disana."Kenapa kamu gak mau dijodohin sama dia, Mil?" Tanya mamanya.Mila menghela nafasnya, "Dia cowok gak bener mah. Urakan, berandalan, suka ngerokok, suka bolos sekolah, suka berantem dan suka gonta ganti perempuan. Mama gak lihat bekas luka lebam di wajahnya?" Tanya Mila.Mustika terdiam sejenak dan mengingat-ingat, "Iya, mama ingat ada luka lebam di wajahnya.""Tapi katanya kalian lagi pdkt. Kenapa kamu mau pdkt sama dia kalau sudah tau dia anak berandalan, Mil?" Tanya mamanya bingung.Mila menghela nafasnya panjang dengan wajah yang menahan kesal, "Mama percaya sama perkataannya dia? Mila sama sekali gak pernah pdkt-an sama kak Arshaka. Bahkan Mila sendiri baru sekali ketemu dan ngobrol langsung sama dia." Jelasnya.Mustika menunduk dengan wajah yang merasa bersalah, "Maaf mama bukan ngga percaya sama kamu sayang. Mama tadinya bingung aja tapi mama lebih percaya sama penjelasan kamu.""Jadi mama tanya sekali lagi, kamu benar-benar ngga mau menikah sama dia, Mil?" Tanya mamanya.Mila melirik ke arah meja dan bertukar tatap dengan Arshaka yang juga sedang menatap dirinya disana. Setelah itu, ia beralih menatap papanya sendiri yang terlihat sangat berusaha membuat orang tua Arshaka nyaman, bahkan sampai menuangkan teh ke gelas papanya Arshaka dengan senang hati.Ia balik menatap mamanya lagi, "Ma... Apa memang cuma ini caranya?" Tanyanya."Hmmm?"Mila menunduk dengan kedua matanya yang berkaca-kaca, nafasnya terasa sedikit sesak karena menahan tangisannya sendiri."Cara untuk kembaliin semuanya seperti semula. Keseluruhan hutang dan perusahaan papa." Jelasnya.Mustika menghela nafasnya, "Sejauh ini, hanya ada beberapa kolega papa yang mau membantu dan jumlahnya bahkan tidak sampai setengah dari yang harus papa bayar. 90 persen orang yang bekerja sama papa kamu, semuanya berbalik badan disituasi sekarang, Mil. Gak ada satu orang pun yang mau berurusan sama papa." Jelasnya."Mama gak bisa bilang ini cara satu-satunya tapi untuk saat ini, hanya ini solusi terbaik yang kita punya." Lanjutnya.Mustika memeluk Mila dengan erat dan mengelus punggungnya berulang kali, "Maafin mama dan papa ya sayang. Kamu boleh menolak perjodohan ini kalau memang kamu enggak mau. Mama gak akan maksa kamu sama sekali." Ucapnya yang membuat Mila langsung menatap mamanya dengan wajah sedihnya."Udah jangan sedih, jangan nangis. Malu dilihat sama keluarga mereka." Kata Mustika sambil menghapus jejak air mata di wajah Mila."Kita balik kesana, yuk?" Ajaknya dan diangguki oleh Mila.Mila dan mamanya kembali lagi ke meja, duduk bersama dengan yang lainnya dan mulai menikmati sajian makan malam mereka selama beberapa saat.Saat sudah selesai makan, barulah pembicaraan mereka lanjutkan kembali. Sukma meletakkan sendok dan garpunya diatas piring sebagai tanda makan malamnya sudah selesai, begitupula dengan yang lainnya.Sedangkan Mila hanya makan sedikit saja, terlihat dari makanan di piringnya yang masih tersisa bahkan ada yang belum tersentuh sama sekali. Hal itu tak luput dari penglihatan Arshaka yang terus memperhatikan gerak-gerik Mila sejak tadi."Jadi bagaimana? Kapan acara pernikahan keduanya bisa dilaksanakan?" Tanya"Papa beneran mau nikahin aku? Aku masih sekolah loh pah?" Tanya Arshaka pada papanya.Tapi Sukma hanya bersikap tenang, seperti merasa bahwa itu hal yang mudah untuk diatasi dan nggak akan ada masalah sama sekali."Tidak masalah, lagipula kamu juga sebentar lagi lulus. Kamu bisa langsung kuliah sekaligus kerja di perusahaan papa. Apa yang kamu khawatirkan?" Tanya papanya."Iyakan pak?" Tanya Sukma pada Yusuf.Yusuf tertawa pelan, "Iya betul itu Arshaka. Kamu gak perlu khawatir apapun, gak akan ada masalah.""Gimana mau ada masalah, itu kan sekolah milik papa." Gumam Arshaka pelan.Jadi hal yang membuat Arshaka santai dan tetap tenang walaupun membuat masalah setiap harinya adalah karena sekolah itu milik keluarganya sendiriGuru cuma berani buat kasih hukuman kecil ke Arshaka sebagai formalitas saja. Tapi mana ada guru yang berani untuk menghukum berat Arshaka apapun yang dilakukannya. Gaji di sekolah mereka besar, tunjangannya bagus dan sekolahnya sangat menghargai guru-guru.Jadi ada alasan walaupun mereka harus merasakan menghadapi Arshaka selama tiga tahun, tapi mereka semua tetap diam dan tutup mata."Okey, Arshaka gak masalah sama sekali kalau harus menikah. Tapi dia?" Tanyanya sambil menunjuk Mila dengan dagunya.Miran langsung mengambil alih dengan menggenggam tangan Mila erat dan senyuman manisnya yang memabukkan."Mila.. kamu setujukan untuk menikah dengan Arshaka?" Tanyanya.Mila terdiam sejenak, sejak tadi ia masih terus memikirkan hal ini. Memikirkan apakah ia harus menerima semuanya atau tidak, memikirkan keputusan yang tepat untuk kedepannya."Milaa.." panggil Miran lagi.Yusuf dan juga Mustika sudah deg-degan dengan dua perasaan yang berbeda. Yusuf yang takut kalau anaknya akan menolak perjodohan ini sedangkan Mustika takut kalau Mila mengambil keputusan bukan karena keinginannya sendiri."Mila..." Ucapnya pelan.Ia mendongak dengan ekspresi yang sulit untuk digambarkan."Mila setuju dan menerima perjodohan ini. Silahkan dipersiapkan secepatnya, om dan tante." Jawabnya pelan.Senyuman merekah langsung terbit diwajah Sukma dan juga istrinya, begitupula dengan Yusuf yang tersenyum tipis menyiratkan kelegaan dan kebahagiaan dihatinya.Hanya Mustika yang tetap memasang wajah datar namun tangannya terulur untuk menggenggam tangan Mila yang ada dibawah meja."Alhamdulillah. Kalau begitu gak ada yang perlu dikhawatirin lagi, pernikahannya bisa langsung kita laksanakan setelah ini." Ucap Sukma.Yusuf tersenyum senang, "Lalu kapan mereka akan menikah? Kalau menurut saya sebagai papanya Mila, pernikahan ini lebih bagus kalau bisa dilaksanakan secepat mungkin." Tanyanya.Semua orang tampak berpikir untuk mencari tanggal yang tepat untuk menikahkan keduanya kecuali Mila dan Arshaka yang hanya duduk diam tanpa tertarik sama sekali dengan perbincangan disekelilingnya."Bagaimana kalau dua bulan lagi?" Tanya Miran.Sukma langsung menggelengkan kepalanya dengan wajah cemberut yang mengisyaratkan dengan jelas ketidaksetujuannya."Jangan dua bulan, terlalu lama." Ucapnya.Mila menghela nafasnya pelan, 'Padahal dua bulan udah bagus. Untuk apa gue nikah secepat ini? Emangnya hutang papa baru lunas kalau pesta pernikahannya sudah dilaksanakan?' batinnya bertanya-tanya."Bagaimana kalau dua minggu lagi saja?""Dua minggu lagi? Apa tidak terlalu cepat? Maksudnya- ada banyak yang harus disiapkan sebelum mereka berdua menikah." Tanya Mustika.Sukma menggelengkan kepalanya, "Tidak sama sekali. Semua yang harus mereka siapkan untuk menikah akan selesai dengan cepat, kalian cukup memantau saja perkembangannya." Jelasnya."Iya, benar bu. Gedung, catering, gaun, riasan wajah dan hal lainnya yang diperlukan itu semuanya aman karena keluarga kami punya semua bisnis dan orang terdekat di bidang itu." Jelas Miran.Jadi bukan hanya bekerja dibidang properti dan bisnis makanan cepat saji yang ada diminimarket-minimarket seperti pada umumnya, keluarga Hardinata juga punya banyak usaha dibidang lain. Karena itu, susah untuk menjatuhkan keluarganya karena sudah menjadi keluarga yang dipercaya oleh masyarakat luas dibanyak bidang."Jadi, kami tidak perlu terlalu repot untuk menyiapkan apapun?" Tanya Yusuf.Sukma mengangguk, "Iya, benar. Kalian cukup bantu siapkan berkas yang Mila butuhkan saja. Selebihnya, a
"Terus lo putus sama si angel?" Tanya David yang tiba-tiba saja muncul sambil membawa dua botol air mineral dingin.Arshaka mengambil air mineral yang dibawa oleh David, meneguknya dengan cepat untuk kembali membasahi tenggorokannya hingga jakunnya naik turun dan mengisi energinya sehabis bermain basket.David duduk disamping Arshaka, salah satu sahabat yang sudah menemani Arshaka sejak masih duduk dibangku SMP hingga sekarang mereka berada di kelas 3 SMA."Hmm..."David menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa? Cewek secantik itu lo putusin gitu aja?" Tanyanya histeris.Arshaka diam sejenak, memperhatikan sekelilingnya dan orang-orang yang berada diluar lapangan. Perempuan-perempuan yang sedang melirik ke arahnya dengan tatapan kagum dan penuh cinta."Terlalu murahan. And you know what's the important things?" Tanya Arshaka.David diam menunggu hingga Arshaka menyunggingkan senyuman nakalnya dan menepuk bahunya kuat."Gue udah tau rasa tubuh dia, dan gue udah gak penasaran lagi sama dia."
Mila melangkah masuk ke rumah dengan wajah ceria. Senyum manis mengembang di bibirnya saat dia membuka pintu."Assalamualaikum..." salamnya.Akan tetapi, suara keheningan menjadi satu-satunya respon yang didapatkannya. Entah mengapa, suasana seolah-olah berbeda hari ini. Biasanya, mamanya langsung menyambut dengan senyum lebar dan menjawab salamnya dengan hangat saat Mila sampai di rumah.Rasa kebingungan menyelimuti pikiran Mila, membuat keningnya mengerut dan langkahnya melambat. Ke mana mamanya? Dorongan mencari tahu di mana keberadaan mamanya membuat Mila berjalan menuju ruangan lain. Dalam hati, kekhawatiran akan kondisi mamanya mulai muncul. Bagaikan seorang anak kecil yang kehilangan sang ibu di keramaian pasar, Mila merasa resah dan sedikit panik. Seperti anak pada umumnya, rasa kebingungan merebak ketika tak menemui orang tuanya, terlebih mama yang selalu ada di sisi.Samar, Mila bisa mendengar suara isak tangis di ruang kerja ayahnya. Mila mendekat, melangkah dengan pelan hi
"Mila.. papa mau bicara serius sama kamu." Ucap Yusuf dipertengahan makan malam mereka.Mila langsung menatap papanya kemudian beralih menatap mamanya dengan wajah kebingungan, "Bicara seeius apa pa?" Tanyanya.TakYusuf meletakkan sendok dan garpunya, mengambil gelas berisikan air putih di samping piringnya dan meneguknya beberapa kali hingga tersisa setengah gelas saja."Papa mau menjodohkan kamu dan menikahkan kamu secepatnya." Ucap Yusuf.PranggGelas yang tadinya dipegang oleh Mila langsung jatuh bebas ke lantai dan pecah berserakan dilantai."Astaga! Mila!" Pekik mamanya kaget.Sedangkan Mila sendiri masih terdiam dengan wajah kagetnya, masih mematung kebingungan hendak mengatakan apa kepada papanya."Kamu akan papa nikahkan dengan seseorang.""Pah.... Papa tau Mila masih kelas 10 kan?" Tanyanya.Yusuf menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah yang menyelimuti dirinya sendiri, ia sendiri juga tidak mau menikahkan anaknya di usia semuda ini namun hanya inilah cara dan jalan satu
"Nanti malam kita akan makan malam bersama dengan keluarga mereka, keluarga Hardinata." Ucap Yusuf ketika anaknya turun dari tangga.Mila yang baru saja menapakkan kakinya di tangga terakhir langsung menoleh dengan wajah datarnya, wajah yang menyiratkan ketidaksukaan dan ketidakinginan.Tanpa mengatakan apapun, Mila langsung melenggang pergi melewati kedua orang tuanya yang hendak sarapan.Ia berjalan dengan langkah yang ia hentak-hentakkan kuat menuju ke depan. Di depan gerbang rumahnya, sudah ada gojek yang menunggu dirinya. Gojek yang ia pesan saat masih di dalam kamar."Milaa.." panggil mamanya dari dalam rumah.Mila menoleh namun ia hanya diam saja menunggu mamanya yang setengah berlari menghampirinya. Membawakan sebuah bekal makanan ditangannya."Mama tau kamu pasti gak mau sarapan bareng mama dan papa pagi ini. Jadi mama siapin bekal untuk kamu, dimakan ya sayang." Ucap mamanya.Mila hanya diam dan menerima totebag berisikan bekal dari mamanya. Tidak mengucapkan apapun, benar-b
"Dua minggu lagi? Apa tidak terlalu cepat? Maksudnya- ada banyak yang harus disiapkan sebelum mereka berdua menikah." Tanya Mustika.Sukma menggelengkan kepalanya, "Tidak sama sekali. Semua yang harus mereka siapkan untuk menikah akan selesai dengan cepat, kalian cukup memantau saja perkembangannya." Jelasnya."Iya, benar bu. Gedung, catering, gaun, riasan wajah dan hal lainnya yang diperlukan itu semuanya aman karena keluarga kami punya semua bisnis dan orang terdekat di bidang itu." Jelas Miran.Jadi bukan hanya bekerja dibidang properti dan bisnis makanan cepat saji yang ada diminimarket-minimarket seperti pada umumnya, keluarga Hardinata juga punya banyak usaha dibidang lain. Karena itu, susah untuk menjatuhkan keluarganya karena sudah menjadi keluarga yang dipercaya oleh masyarakat luas dibanyak bidang."Jadi, kami tidak perlu terlalu repot untuk menyiapkan apapun?" Tanya Yusuf.Sukma mengangguk, "Iya, benar. Kalian cukup bantu siapkan berkas yang Mila butuhkan saja. Selebihnya, a
Miran langsung tersenyum bahagia, "Wah... Bagus dong, kalau ternyata kalian emang lagi pendekatan! Jadi artinya gak akan ada yang menolak perjodohan ini kan?" Ucapnya dengan wajah senang.Mila menggelengkan kepalanya, "Saya gak setuju tante. Saya gak mau dijodohin sama kak Arshaka." Tolaknya.Mama dan papanya Mila langsung menoleh ke arah anaknya dengan wajah kebingungan dan bertanya-tanya apa yang terjadi tiba-tiba hingga Mila menolak?"Mil.. bicara dulu sama mama yuk." Ajak mamanya.Mila dan mamanya kemudian berdiri dan menjauh dari meja mereka. Keduanya berdiri di sudut ruangan, menjauh dari semua orang dan pengunjung yang ada disana."Kenapa kamu gak mau dijodohin sama dia, Mil?" Tanya mamanya.Mila menghela nafasnya, "Dia cowok gak bener mah. Urakan, berandalan, suka ngerokok, suka bolos sekolah, suka berantem dan suka gonta ganti perempuan. Mama gak lihat bekas luka lebam di wajahnya?" Tanya Mila.Mustika terdiam sejenak dan mengingat-ingat, "Iya, mama ingat ada luka lebam di wa
"Nanti malam kita akan makan malam bersama dengan keluarga mereka, keluarga Hardinata." Ucap Yusuf ketika anaknya turun dari tangga.Mila yang baru saja menapakkan kakinya di tangga terakhir langsung menoleh dengan wajah datarnya, wajah yang menyiratkan ketidaksukaan dan ketidakinginan.Tanpa mengatakan apapun, Mila langsung melenggang pergi melewati kedua orang tuanya yang hendak sarapan.Ia berjalan dengan langkah yang ia hentak-hentakkan kuat menuju ke depan. Di depan gerbang rumahnya, sudah ada gojek yang menunggu dirinya. Gojek yang ia pesan saat masih di dalam kamar."Milaa.." panggil mamanya dari dalam rumah.Mila menoleh namun ia hanya diam saja menunggu mamanya yang setengah berlari menghampirinya. Membawakan sebuah bekal makanan ditangannya."Mama tau kamu pasti gak mau sarapan bareng mama dan papa pagi ini. Jadi mama siapin bekal untuk kamu, dimakan ya sayang." Ucap mamanya.Mila hanya diam dan menerima totebag berisikan bekal dari mamanya. Tidak mengucapkan apapun, benar-b
"Mila.. papa mau bicara serius sama kamu." Ucap Yusuf dipertengahan makan malam mereka.Mila langsung menatap papanya kemudian beralih menatap mamanya dengan wajah kebingungan, "Bicara seeius apa pa?" Tanyanya.TakYusuf meletakkan sendok dan garpunya, mengambil gelas berisikan air putih di samping piringnya dan meneguknya beberapa kali hingga tersisa setengah gelas saja."Papa mau menjodohkan kamu dan menikahkan kamu secepatnya." Ucap Yusuf.PranggGelas yang tadinya dipegang oleh Mila langsung jatuh bebas ke lantai dan pecah berserakan dilantai."Astaga! Mila!" Pekik mamanya kaget.Sedangkan Mila sendiri masih terdiam dengan wajah kagetnya, masih mematung kebingungan hendak mengatakan apa kepada papanya."Kamu akan papa nikahkan dengan seseorang.""Pah.... Papa tau Mila masih kelas 10 kan?" Tanyanya.Yusuf menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah yang menyelimuti dirinya sendiri, ia sendiri juga tidak mau menikahkan anaknya di usia semuda ini namun hanya inilah cara dan jalan satu
Mila melangkah masuk ke rumah dengan wajah ceria. Senyum manis mengembang di bibirnya saat dia membuka pintu."Assalamualaikum..." salamnya.Akan tetapi, suara keheningan menjadi satu-satunya respon yang didapatkannya. Entah mengapa, suasana seolah-olah berbeda hari ini. Biasanya, mamanya langsung menyambut dengan senyum lebar dan menjawab salamnya dengan hangat saat Mila sampai di rumah.Rasa kebingungan menyelimuti pikiran Mila, membuat keningnya mengerut dan langkahnya melambat. Ke mana mamanya? Dorongan mencari tahu di mana keberadaan mamanya membuat Mila berjalan menuju ruangan lain. Dalam hati, kekhawatiran akan kondisi mamanya mulai muncul. Bagaikan seorang anak kecil yang kehilangan sang ibu di keramaian pasar, Mila merasa resah dan sedikit panik. Seperti anak pada umumnya, rasa kebingungan merebak ketika tak menemui orang tuanya, terlebih mama yang selalu ada di sisi.Samar, Mila bisa mendengar suara isak tangis di ruang kerja ayahnya. Mila mendekat, melangkah dengan pelan hi
"Terus lo putus sama si angel?" Tanya David yang tiba-tiba saja muncul sambil membawa dua botol air mineral dingin.Arshaka mengambil air mineral yang dibawa oleh David, meneguknya dengan cepat untuk kembali membasahi tenggorokannya hingga jakunnya naik turun dan mengisi energinya sehabis bermain basket.David duduk disamping Arshaka, salah satu sahabat yang sudah menemani Arshaka sejak masih duduk dibangku SMP hingga sekarang mereka berada di kelas 3 SMA."Hmm..."David menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa? Cewek secantik itu lo putusin gitu aja?" Tanyanya histeris.Arshaka diam sejenak, memperhatikan sekelilingnya dan orang-orang yang berada diluar lapangan. Perempuan-perempuan yang sedang melirik ke arahnya dengan tatapan kagum dan penuh cinta."Terlalu murahan. And you know what's the important things?" Tanya Arshaka.David diam menunggu hingga Arshaka menyunggingkan senyuman nakalnya dan menepuk bahunya kuat."Gue udah tau rasa tubuh dia, dan gue udah gak penasaran lagi sama dia."