Part 6
Ketika ikan semuanya sudah dibumbuin tiba-tiba ada yang datang. ketika ketukan pintu itu bersuara tiga kali, ternyata yang datang Adi beserta keluarganya. Mereka datang ke rumah Ari untuk bersilahturahmi. Lalu Ibunya Arilah yang membukakan pintu serta menyambut mereka dan mempersilahkan masuk keluarganya Adi.
"Oh.. ada nak Adi, sini masuk Bu, Pak silahkan duduk." Ibunya Ari menyambut mereka semua. orang tuanya Adi masuk ke dalam rumahnya Ari lalu duduk di ruang keluarga.
"Maaf ya, Pak, Bu keadaanya lagi berantakkan. ada keperluan apa? " Ibunya Ari membuka percakapannya. Lalu sambil menyiapkan makanan ringan dan air putih untuk menjamu mereka.
"Ini Bu Adi ngerengek trs pengen main dan sekaligus kami bersilahturahmi saja ke sini, karena dia udah merasa memiliki sahabat hanya Ari yang akrab dengannya." Itulah jawaban Ibunya Adi dan Ayahnya Adi hanya menganggukkan kepalanya. Lalu Adi bersuara.
"Maaf ya Bu, Ari dimana ya kok nggak kelihatan?" Adi bertanya keberadaan Ari pada Ibunya Ari.
"Oh.. si Ari ada belakang lagi manggang-manggang sama temennya sana masuk saja ikut bergabung bersama temen-temennya." Itulah jawabannya Ibu Ari pada Adi.
"Wah, kayanya bakal seru!" Begitulah jawabannya Adi matanya langsung bersinar. Lalu Adi bangkit dari tempat duduknya dan ijin kepada orang tuanya untuk pergi kebelakang untuk menghampiri Ari dan orang tuanya Adi menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Di lain sisi orang tuanya Adi dan Ibunya Ari hanya tersenyum melihat tingkahnya Adi yang jalannya terburu-buru seperti orang di kejar-kejar setan saja.
"Ya sering begitulah Adi Bu, kalau lagi pengen ketemu." Ibunya Adi bersuara dan mengatakannya sifat Adi pada Ibunya Ari.
"Iya nggak apa apa, namanya juga anak baru gede yang masih ingin serba tau, lagian pula dia masih polos kok wajar saja kok Bu. Kalau udah dewasa bangat mah ya pasti akan berubah nggak akan seperti ini." Itulah jawaban Ibunya Ari.
"Iya Bu, bener juga. Perubahan Adi sekarang justru lebih baik semenjak kenal Ari, terimakasih ya Bu, kami menjadi orang tuannya menjadi seneng bangat adanya Ari sekarang dia menjadi anak yang ceria dan tidak murung lagi."
Celetuknya tiba-tiba saja Ayahnya Adi berucap seperti itu, yang mengucapkan terima kasih. tadinya bungkam dan tak bicara apapun kini mengeluarkan kata-katanya dan istrinya hanya tersenyum.
"Iya, sama-sama. Namanya juga masih anak-anak kok yang masih memerlukan bimbingan dan temen akrab." Itu jawaban Ibunnya Ari.
"Iya Bu, sekali lagi kami berdua mengucapkan terimakasih karena kami saja nggak tau gimana caranya, ini kami membawa sesuatu buat Ari sebagai tanda terimakasih kami padanya." Ibunya Ari menyodorkan sebuah kotak persegi panjang yang ukuranya 10x8 cm.
"Wah.. aduh nggak perlu repot-repot ko Bu, Pak pasti Ari lakukan ini demi sebuah pertemanan saja. Nggak usah berlebihan gini." Ibunya Ari menolaknya karna memang Ibunya Ari merasa pemberian ini terlalu berlebihan.
"Terima saja ya Bu, jangan nolak rezeki Bu nggak baik." Ibunya Ari hanya tersenyum dan menerima bungkus kado itu.
"Baik Bu, Pak ya sudah saya terima. Terima kasih!"
"Iya Bu, terimakasih kembali!"
lalu mereka berbincang-bincang dan tertawa serta membicarakan anak-anak mereka.
Sedangkan Ari, Rio dan Roy sedang asik-asiknya menguyur bumbu-bumbu kepada badan ikan dibelakang rumahnya Ari.
Pada saat lagi sedang memasukan ikan ke pemanggangan untuk di bakar Adi menghampiri mereka yang telah di beri tahukan oleh Ibunya Ari pada Adi.
"Hay Ari, Roy, Rio sedang apa kalian." Itulah sapaan dari Adi pada mereka bertiga.
"Hay Adi." Mereka bertiga menjawab dengan bersama. Kompak sekali ya mereka ini.
"Kami bertiga sedang bakar-bakar ikan ini sebagai tanda kelulusan, sini Adi gabung dengan kita." Begitulah ucapan Roy, Adi dan Rio hanya menganggukkan kepala.
"Oh ya, sepertinya seru!"
"Iya mangkannya sini, kamu kesini datang sama siapa Di?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh Ari.
"Aku kesini bersama orang tua ku" Adi menjawab dengan senang.
"Oh ya? Terus orang tua kamu kemana?
"Orang tua ku sedang duduk di teras bersama ibu mu Ri."
''Oh ya sudah, kalau begitu sini gabung jangan berdiri saja disitu." Ari mengajak Adi bergabung untuk bakar-bakar sekalian merayakan kelulusan mereka.. uh.. mereka bercanda dan tertawa sambil bergurau cerita tentang pelajaran yang mereka lalui, walaupun mereka ada yang berbeda kelas tetep peraturan dan pembelajaran mereka sama. Karna mereka 1 sekolah. Gedung-gedung sekolah mereka ada 2 lantai walaupun ditingkat SMK Kota. Sekolah itu pasti selalu menerima siswa banyak pertahunnya. Karna jurusannya jadi banyak yang minat sekaligus belajar untuk dimasa yang akan datang biar para muridnya nanti tidaklah kaku dengan hal-hal benda yang akan mereka kerjakan suatu saat nantinya. Sebab dulu pernah terjadi ada mahasiswa pada saat ikutan praktek ujian untuk kelulusannya dia grogi dengan kabel-kabel itu.. karna dia pernah kesetrum oleh benda yang namanya listrik gara-gara itulah diadakannya ada jurusan kadang juga gurulah yang sering memberikan jurusan agar semua siswa merasakannya dan bisa agar mereka tidaklah menjadi kaku. Dan pada saat praktek semua jurusan pasti akan di ulang kembali agar para murid bisa dan mempelajarinya. Pada saat kelas lX lah diajarkan banyak jenis-jenis jurusan.
1. Ada Jurusan Teknik Jaringan Komputer
2. Ada Jurusan Akuntansi
3. Jurusan Komunikasi
Tiga jurusan itulah harus mereka kuasai sebelum nanti ada penaikkan kelas XI. Karna pada saat di kelas yang akan datang mereka harus fokus dengan satu jurusan itu nanti akan diulang kembali pembelajaran kelas IX itu pada saat akan penaikkan kelas atau kelulusan itu aja terus sampai mereka bisa dan mau mempelajarinya.
Setelah mereka bercanda dan menceritakan sekolahannya. Lalu ikan-ikan itu sudah matang dan mereka menyiapkan piring serta rujak kecap untuk menambah rasa yang enak untuk di santap.
Setelah itu mereka masuk dan membawa ikan-ikan itu ke ruang keluarga. Ari beserta temen-temennya menawarkan kepada orang tuannya Adi dan Ibunya Ari. Tiba-tiba adiknya Ari yang ke 5 terbangun dari tidurnya lalu mereka semua makan ikan itu pakai nasi dan makan bersama-sama dengan Ibunya Ari dan orang tuannya Adi sambil bersenda gurau menceritakan kejadian yang tadi di sekolah yamg mendapatkan Ranking.
"Wah enak juga ya masakan kalian." Itu lah pujian dari Ibunya Ari.
"Jelas dong Bu.. enak siapa dulu yang kasih bumbunya Roy." Roy yang begitu bangga yang merasa dipuji, semua orang yang ada disitu pada ketawa dengan ucapan Roy.
"Ah.. kamu ya Roy, aku juga kali.. kan aku yang nyiapin bumbu kamu cuma nyampurin saja." Itulah jawabannya Rio pada Roy yang tak terima kalau dia aja yang di puji.
"Sudah, sudah jangan bertengkar.. kami semua yang hebat bisa masak." Begitu Ari yang melerai mereka berdua yang bertengkar.
"Nah bener tuh, kalian semua hebat-hebat bisa masak semua." Ibu Ari yang menengahi semua pujian itu pada mereka semua.
"Iya Bu, terimakasih" mereka semua menjawab dengan bersama sampai-sampai suasananya menjadi ceria.
"Kapan-kapan kita harus bisa kumpul seperti ini lagi ya sobat. Bolehkan Bu kumpul kaya gini lagi?" Tiba-tiba si Rio berucap seperti itu, lalu melirik, Roy, Ari dan Adi seakan-akan dia akan merindukan suasana seperti ini.
"Iya boleh." Itulah jawabannya Ibu Ari yang memperbolehkan mereka kumpul-kumpul lagi.
"Horreeee..." mereka semua menjawab dengan bersamaan." Semuanya pada ketawa dengan ke kompakkan mereka. Dengan suasana seperti inj pasti akan di rindukan mereka.
Pada saat selesai semuanya Ari, Adi, Rio, dan Roy membersihkan bekas bakar-bakarnya, setelah itu selesai lalu mereka pada ijin pulang ke rumah masing-masing dan orang tuanya Adi ijin pulang juga karna sudah larut malam.
"Ibu Roy dan Rio ijin pulang dulu ya." Lalu Ibunya Ari menganggukan kepala dan tersenyum.
"Iya, hati-hati."
"Bu, kami sekeluarga pamit juga ya." Itulah ucapannya Ayahnya Adi.
"Oh iya Pak, silahkan hati-hati juga udah larut malam."
"Iya Bu, terimakasih atas wejangannya."
"Oh iya sama-sama." Lalu Ibunya Adi saling cipika dan cipiki kepada Ibunya Ari.
"Dadah Ari nanti lagi ya kita berkumpul." Itulah mereka temen-temennya Ari. Roy, Rio, dan Adi sebelum pulang berpelukkan dulu.
"Dah..sampai jumpa." Mereka semua melambaikan tangan sambil masuk ke dalam mobil nya Adi untuk pulang bareng dan mengantarkan Roy dan Rio ke rumahnya.
"Terima kasih ya Bu, Pak udah mengaterkan kami." Itulah ucapan terima kasih Roy dan Rio.
"Iya sama-sama, hati-hati ya kalian." Itulah jawabannya Ibu Adi.
"Iya Bu, terimakasih kalau begitu kami berdua pamit." Ibunya Adi dan Ayahnya Adi menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Keesokkan harinya..
Ari sedang mempersiapkannya ingin pergi merantau, ntahlah akan diijinkan atau tidak. Karna Ari belum memberitahukan kepada Ibunya serta belum meminta Ijin pada Ibunya.
Ketika Ibunya Ari sedang di dapur sedang memasak Ari menghampirinya.
"Ibu.. Ari mau ngomong sesuatu."
"Iya Ri kenapa? Mau ngomong Apa
"Jadi begini Bu." Ari menjedanya.
Hmmm.. Ari mau ngomong apa ya? akan kah Ari akan terus terang ngomong mau pergi merantau atau kah! Ari tidak jadi untuk ngomong nya malah akan ngomong hal lain.!tunggu besok ya kelanjutannya
Next?
Part 7 Ketika Ibunya Ari di dapur sedang memasak, lalu Ari menghampirinya. "Ibu.. Ari mau ngomong sesuatu." "Iya Ri kenapa? Mau ngomong Apa?" "Jadi begini Bu." Ari menjedanya. Ketika akan melanjutkannya, lalu Ibunya Ari memotong ucapannya. "Iya Ari, sebentar ya nak Ibu lagi angkat tempe dulu." Setelah mematikan kompor dan mengangkat tempe. Lalu Ibunya Ari mengajaknya duduk di bangku. "Sini Ari duduk dulu, kamu mau ngomong apa sama Ibu?" Begitu Ibunya yang penasaran dengan Ari yang ingin mengatakan sesuatu. ''Jadi begini Bu, Ari mau meminta ijin pada Ibu." Menjeda sebentar dan ibunya hanya bersuara deheman. "Ijin mau pergi untuk merantau." Itulah yang Ari katakan pada Ibunya. Sambil memegang erat tangannya lalu menghadap dan menatap Ibunya yan teduh. Ibunya menghela nafas, lalu berkata. "Emangnya apa yang akan kamu cari di perantauan nak?" Ibunya Ari menanyakan apa tujuannya jika Ari pergi untuk merantau.
Part 8"Ya sudah ayo.." ketika mereka akan jalan pergi ke bandara, tiba-tiba ada tamu temennya Ari dan ternyata yang datang adalah Rio beserta keluarganya. jadi di urungkan kembali untuk perginya ke bandara."Hay Ari, kamu mau kemana sama Ibumu?" Itulah pertanyaan Rio pada Ari."Ini Rio aku mau kebandara sama Ibu." Membuat Rio penasaran lalu bertanya lagi."Mau ada perlu apa kebandara?" Membuat Ari bungkam dan binggung mau menjelaskannya."Ini mau daftar Ari pergi untuk pergi merantau, ya sudah. Ayo masuk Ibu, Pak, Rio. Jangan berdiri disitu ayo duduk-duduk." Ibunya Ari lah yang menjawab pertanyaan Rio, lalu mempersilahkan mereka duduk. Sambil menjamu mereka dengan makanan ringan seperti biskuit.Rio setelah mendengarkan jawaban Ibunya Ari menjadi sedih mengetahui semua itu. Dan dia akan bener-bener berpisah dengan sahabatnya.''Ayo silahkan dimakan biskuitnya Bu, Pak, Rio." Rio yang sedang melamun tersadar dengan ucapan Ibunya Ari.
Part 9Setelah di warung... Ari melihat Ayahnya yang sedang makan di warung makan. deket sebelah warung yang akan dia beli gula merah."Ayah.. Ari rindu dengan Ayah.. kenapa Ayah malah pergi dari rumah Yah.." Ari berucap dengan pelan. Walaupun melihat Ayahnya dia melewati saja dan lalu bergegas untuk membeli gula merah."Bu beli gula merah 2 biji.""Iya dek, sebentar, Ini." Setelah membeli gula merah Ari lalu langsung pergi pulang kerumah. Dan dia masih melihat Ayahnya yang sedang merokok di rumah makan itu. Lalu Ari berhenti dan hanya memandangnya dengan jauh. Tiba-tiba saja matanya berkaca-kaca yang merindukan sosok seorang Ayah. Lalu Ari menghapus tangisannya agar tidak diketahui oleh Ibunya."Ayah Ari disini Rindu.. semoga saja Ayah sehat selalu ya.. Doa ku selalu untuk mu." Itulah gumaman Ari untuk Ayahnya.Ketika itu Ari langsung saja melanjutkan jalannya agar yang di rumah tidak terlalu menunggu dirinya yang lama membeli gula merah.
Part 10 Ketika Ari akan masuk kedalam rumah dan Bundanya tiba-tiba ada yang datang dan ternyata Ayahnya Ari yang tiba-tiba saja langsung memeluk Ari. Ntahlah Ayahnya Ari kenapa? Lalu tiba-tiba saja memeluknya. "Ari Ayah rindu kamu, maafin Ayah ya selalu memalukkan dirimu serta Ibumu." Ayahnya menangis berderai air mata. Membuat Ibunya Ari matanya berkaca-kaca. "Iya Ayah, Ari sudah memaafkan Ayah ko. Ari juga minta maaf ya Yah belum bisa memberikan yang terbaik untuk keluarga kita yah." Itulah ucapan Ari pada Ayahnya. "Nggak, nggak anak ku. Itu bukan lah kewajiban kamu, itu kewajiban Ayah sebenarnya." Ayahnya mengendurkan pelukannya lalu tangannya mengusapkan ke wajah Ari yang mengeluarkan air mata. "Ayah.. Ari juga rin-du sama Ayah.. kenapa A-yah pergi dari ka-mi." Ari berucap dengan terbata-bata. "Iya Ayah juga rindu dengan kalian semua, gimana kabarnya adik-adik kalian." Ayahnya menanyakan anak-anaknya yang lain pada Ari. "Iy
Pada saat mengetuk pintu.. keluarlah tante nya Ari, lalu Ari dan Ibunya mengucapkan salam. "Horas." Mereka berdua berbarengan mengucapkan salam. Lalu bersalaman. "Horas, tumben kesini. Lain kali kesini terus lah main." Begitulah Ucapan Tantenya Ari. "Iya Tante, Ari kesini mau ketemu Om. Dimana ya Om tan?" "Om mu nggak ada di rumah, dia sekarang berada di luar. Tapi sebentar lagi dia pulang ko, memang ada perlu apa kalian kesini?" Ari melirik Ibunya, sedangkan yang di lirik mengedipkan matanya sambil menganggukkan kepalanya. Yang telah mengisyaratkan lebih baik Ari saja yang mengatakannya. "Ya sudah, sini masuk dulu kita duduk saja berbincangnya." Tantenya Ari mempersilahkan mereka duduk dan menyiapkan makanan ringan dan minuman es sirup rasa mangga untuk menjamu mereka. "Ya Ampun tan.. nggak usah repot-repot Tan." "Iya betul kata Ari nggak usah repot-repot kak." Begitulah percakapan Anak dan Ibunya. "Nggak apa-apa hanya
Part 12"Aku.. mau beli.." lalu di potonglah ucapan Ari oleh Ibunya."Ari, ayo.. kita ke tempat antrian nanti takut kehabisan tiketnya.""Endang, aku duluan ya Ibu aku sudah memanggil aku. Bye.." Ari melambaikan tangan pada Endang."Oh ya sudah, bye juga.." Endang juga melambaikan tangannya."Ayo Ari kita harus antri sebelum kehabisan tiketnya. Ini uangnya." Ari menerima uang itu dari Ibunya."Iya Bu, ya sudah Ari kesana." Ari pergi untuk daftar dan membeli tiketnya. Ari mengantri di tempat antrian lalu Ari berdiri dan dia tengak-tengok kanan-kirinya. Dia baru menyadari bahwa yang di belakang dia saja sungguh banyak sekali. Pada saat dia sudah di depan loket Ari berucap."Misi Mbak, saya mau beli tiket.""Baik Mas, isi dulu ya formulirnya nanti Mas nya antri lagi di loket sebelah.." pelayan tiket memberikan kertas formulir pada Ari."Oh iya Mbak, terimakasih." Ari mencari tempat duduk untuk mengisi formulirnya. Pada saat
Part 13Setelah itu mereka mencuci tangan, lalu duduk kembali. Pada saat sudah kumpul lagi sesudah makan dan mencuci tangan, baru mereka bangkit dan bangun dari tempat duduknya untuk pulang. Dan melanjutkan jalan menuju mobil Om nya Ari untuk pulang karena sudah menjelang adzan magrib yang berkumandang. Setelah mereka masuk ke dalam mobil dan mobilnya dijalankan. Beberapa saat kemudian mereka melihat kejadian ada yang rame-rame di belokkan lampu merah."Ada apaan itu ya Om?" Ari yang duduk dibelakang penasaran dan bertanya."Nggak tau Ri, sebentar ya Om coba tanya." Lalu Om nya Ari membuka jendela mobilnya."Misi.. Pak ada apa ya rame-rame?""Itu Pak ada yang kecelakaan, masih muda, nasib bener keadaannya malah di tabrak lari.""Oh iya Pak, kalau gitu kesian juga ya.""Iya Pak kasihan.""Terimakasih ya Pak infonya.""Iya sama-sama." Setelah bertanya Ari langsung menanyakan kembali."Rame-rame kenapa Om?""I
Part 14 Ketika mereka akan masuk ke ruangan dan membuka pintu mereka lalu di kagetkan dengan suara Ibunya Paridi yang histeris dan melihat anaknya yang kejang-kejang. Ari kebingungan harus bagaimana? Sedangkan bel yang ada di Rumah Sakit tidaklah berfungsi membuat Ari hampir saja frustasi. Tibalah Ibunya Ari beserta tantenya datang membawa belanjaan lalu mereka menaruh makanan itu dibawah lantai dan langsung menenangkan Ibunya Paridi yang histeris. Baru bisalah Ari memanggil dokter keruangannya sambil mengatakan keadaan temannya. "Dokter.. tolong bantu temen aku. Dia kejang-kejang Dok." Ucap Ari padanya. "Iya, yang sabar ya Mas, nanti temen kamu saya periksa dulu." Ari, Dokter dan perawat langsung memasuki ruangan UGD. "Maaf, Ibu-Ibu, dan Mas nya tolong keluar dulu ya, kami akan memeriksa keadaanya terlebih dahulu, dan tolong harap tenang. Kami permisi." Setelah dokter berkata seperti itu langsung masuk kedalam. Ari, Tantenya dan Ibunya Ari menunggu d