Part 13
Setelah itu mereka mencuci tangan, lalu duduk kembali. Pada saat sudah kumpul lagi sesudah makan dan mencuci tangan, baru mereka bangkit dan bangun dari tempat duduknya untuk pulang. Dan melanjutkan jalan menuju mobil Om nya Ari untuk pulang karena sudah menjelang adzan magrib yang berkumandang. Setelah mereka masuk ke dalam mobil dan mobilnya dijalankan. Beberapa saat kemudian mereka melihat kejadian ada yang rame-rame di belokkan lampu merah.
"Ada apaan itu ya Om?" Ari yang duduk dibelakang penasaran dan bertanya.
"Nggak tau Ri, sebentar ya Om coba tanya." Lalu Om nya Ari membuka jendela mobilnya.
"Misi.. Pak ada apa ya rame-rame?"
"Itu Pak ada yang kecelakaan, masih muda, nasib bener keadaannya malah di tabrak lari."
"Oh iya Pak, kalau gitu kesian juga ya."
"Iya Pak kasihan."
"Terimakasih ya Pak infonya."
"Iya sama-sama." Setelah bertanya Ari langsung menanyakan kembali.
"Rame-rame kenapa Om?"
"I
Part 14 Ketika mereka akan masuk ke ruangan dan membuka pintu mereka lalu di kagetkan dengan suara Ibunya Paridi yang histeris dan melihat anaknya yang kejang-kejang. Ari kebingungan harus bagaimana? Sedangkan bel yang ada di Rumah Sakit tidaklah berfungsi membuat Ari hampir saja frustasi. Tibalah Ibunya Ari beserta tantenya datang membawa belanjaan lalu mereka menaruh makanan itu dibawah lantai dan langsung menenangkan Ibunya Paridi yang histeris. Baru bisalah Ari memanggil dokter keruangannya sambil mengatakan keadaan temannya. "Dokter.. tolong bantu temen aku. Dia kejang-kejang Dok." Ucap Ari padanya. "Iya, yang sabar ya Mas, nanti temen kamu saya periksa dulu." Ari, Dokter dan perawat langsung memasuki ruangan UGD. "Maaf, Ibu-Ibu, dan Mas nya tolong keluar dulu ya, kami akan memeriksa keadaanya terlebih dahulu, dan tolong harap tenang. Kami permisi." Setelah dokter berkata seperti itu langsung masuk kedalam. Ari, Tantenya dan Ibunya Ari menunggu d
Part 15Ketika Ayahnya paridi pergi menuju keruangannya tiba-tiba saja Istrinya berteriak dengan histeris, lalu dia lari dan menghampiri istrinya."Bu, Om, Ri. Ini ada apa dan kenapa istri saya bisa seperti ini.?" Ucap Ayah Paridi yang sambil bertanya-tanya dan kebingguan."Ini Pak anak Bapak kejang-kejang lagi.'' Ucap Om nya Ari sedang istrinya dan adiknya sedang menenangkan istrinya. Tibalah Dokter yang di panggil Ari sambil dia akan pergi ke warung terdekat Rumah Sakit untuk membeli air minum. Ari pergi untuk membeli air dikantin yang buka 24 jam. Sedangkan waktu jam sekarang menunjukkan pukul 01:50 wib."Tenang Bapak-Bapak, dan Ibu-Ibu tolong ya jangan berisik semuanya sedang banyak yang tidur, harap tenang dan saya sebagai Dokter akan memberikan penanganan yang terbaik untuk anak Bapak, Ibu. Kalau begitu saya permisi." Ucap Dokter langsung masuk keruangan dimana Paridi berbaring. Sedangkan perawatnya sudah masuk keruangan terlebih dahulu."Dok
Part 16Ketika paridi tertabrak oleh mobil Sedan, Paridi sempat melihat Plat mobilnya yang berhenti sebentar lalu dia langsung menutup matanya karena kepalanya yang pusing seakan-akan dia merasa badannya akan melayang. Dari situlah Paridi merasakan sakit yang luar biasa.Keesokkan harinya.."Bu, Pak, kami sekeluarga pamit dulu ijin pulang ya, nanti akan kembali lagi kesini hanya ingin mandi dan saling pakaian." Ucap Ibunya Ari pada orang tuanya Paridi. Yang di angguki Ari, kakaknya dan Abangnya."Oh, iya sudah silahkan Bu, Om, Ari dan Tante. Terimakasih juga sudah menemani kami dan sudah membantu kami." Ucapnya."Iya sama-sama Bu, kalau begitu kami permisi." Ucap Ibunya Ari. Lalu mereka semua keluar dari ruangan Paridi. Dengan kejadian semalam membuat mereka harus bisa membantu keluarganya Paridi dan akan selalu memberikan semangat pada mereka. Ari yang sebagai teman saja sedih melihat keadaan Paridi, membuat dirinya harus ada untuk temannya yang s
Ibunya Paridi masih menunggu suaminya datang, sudah jam 12 siang belum juga tiba. Dia sungguh sangat cemas melihat keadaan anaknya yang seperti itu. Dan dia selalu saja berdoa semoga saja Suaminya dapat hasil pinjaman dari Atasannya. Sedangkan keluarganya Ari berada di luar, karena dengan adanya peraturan Rumah Sakit setiap ada yang menjenguk pasien jangan terlalu banyak orang karena takutnya akan mengganggu pasien nya. Pada saat itu tibalah Ayahnya Paridi dengan menundukan kepala, tapi pada saat telah tiba dan melihat keluarganya Ari menjadi tersenyum dan tidak menunduk lagi seperti tadi. "Pak, baru pulang?" Ucap Om Ari. "Iya Om, maaf ini ya Om, Bu, Tan, Ri saya masuk dulu ke dalam." Ucapnya. " iya Pak, silahkan." Setelah mereka saling menyapa, Ayah nya Paridi menundukkan kepalanya lagi di hadapan Istrinya, karena dia hanya bisa membawa hasil pinjaman sebesar Rp. 3.000.000,00 saja. "Pak bagaimana, apakah kita di kasih pinjaman sama Bos kamu?"
Part 18 "Iya Om, terimakasih." Ketika mereka sudah berdua menuju depan Ruangan. Tiba-tiba saja Ibunya Paridi kaget melihat suaminya yang berjalan seperti itu. "Ayah, kenapa dengan kamu? Kamu nggak kenapa-kenapa kan?" Ucap istrinya yang bertanya dengan penuh kekhawatiran. "Sa-saya nggak kenapa-kenapa kok Bu, ini hanya sekedar efeknya saja nanti juga pulih kembali kok seperti biasa lagi." Ucap Suaminya yang bergetar. "Maaf Bu, lebih baik si Bapaknya suruh diistirahatkan terlebih dahulu, biar dia bisa kembali lagi seperti biasa lagi kondisinya." Ucap Omnya Ari. "Oh iya betul Om, sudah Yah.. Ayah duduk aja dulu ini, Ayah Ibu ada Air minum, tolong secepatnya minum ya Yah biar bisa pulih lagi. Pasti tadi Ayah lelah kan? Maafin Ibu seharusnya Ibulah yang menjadi pendonor itu.. bukannya Ayah." Ucap Istrinya. "Udah ko Bu.. ini memang sudah takdirnya Ayah.. jangan sesali ini semua. Lagian pula ini juga kan demi anak kita, masa Ayah diam saja ngg
Part 19 Setelah Ari berucap kata-kata itu, dan akan pergi tiba-tiba saja lengan nya di pegang oleh Paridi. hanya saja dia masih terpenjam matanya. Lalu Ari membalikkan badannya dan melihat keadaannya. "Paridi ka-mu sudah siuman kah?" Ucap Ari yang begitu hampir tak percaya. "Ayo.. Paridi bangun.. aku yakin kamu pasti bisa karena kan kamu orangnya kuat." Ari berucap sambil berkaca-kaca dan memegang tangan Paridi kembali. "Paridi maaf kan aku yang nggak bisa lama-lama disini, aku akan mempersiapkan diri ku semua untuk pergi ke perantauan. Nanti sebelum aku pergi aku akan jenguk kamu kok walaupun hanya sebentar." Ucap Ari sambil tersenyum dan menghapus tangisnya yang selalu mengeluarkan air matanya. "Ya sudah, Paridi aku mau pulang, nanti aku memanggil Ibu mu agar menjaga dirimu." Ucap Ari. "Dadah Paridi.. nanti kita bermain lagi ya, dan nanti kita bisa ketawa bersama, bahagia bersama, kita selalu kawan yang tak akan terlupakan." Ucap Ari
Part 20 tiba-tiba saja Ari kaget melihat nominal belanjaannya, serta belanjaan Om nya yang begitu besar nominalnya. sekitar Rp. 800.000 segitu lah jumlah harga yang Om nya keluarkan. Menurut dia uang segitu sungguh besar dan bisa sampai untuk 2 minggu saja atau untuk membayar dia pergi ke perantauannya. Memang si kalau untuk belanja disini harganya pada mahal-mahal tapi nggak segitu juga. Pikir Ari. "Ya sudah ayo kita pulang, oh iya Ari kamu hanya belanja segitu aja? Nggak nambah lagi gitu?" Ucap Om nya Ari. "Nggak Om, segini saja sudah lebih dari cukup." Ucapnya. "Segini si kurang loh, nanti buat di sana bagaimana?" Ucap Om nya yang kembali bertanya. "Sudah kok Om, segini saja sudah lebih dari cukup, Ari hanya membutuhkan ini saja. Udah ayo Om kita pulang." Ucap Ari yang langsung to the point langsung menyuruh Om nya pulang. "Oh.. ya sudah kalau begitu, kita pulang." Mereka semua menganggukkan kepalanya serta memasukan belanjaannya te
Part 21 "Iya Bang." Tiba-tiba saja Adiknya Rendy datang dan berkata. "Bang jangan pergi.. nanti Rendy nggak punya temen main, nanti aku jadi kangen jailin Abang.." ucap Rendy yang membuat semua orang sedih dan terharu mendengar ucapannya serta di campur dengan tawa. Ari berkaca-kaca sambil tersenyum setelah mendengarkan ucapan nya Rendy. "Rendy.. Adik Abang yang Abang cinta jangan sedih ya, nanti juga kan Abang kembali lagi." Ucap Ari. "Abang, Rendy punya sesuatu ini buat Abang. Nanti kalau Abang kangen sama Rendy bisa megang benda ini." Ucap Rendy membawa kerajinannya yang dia sayangi. Yaitu sebuah boneka rajutannya yang terbuat dari rumput. "Ya ampun dek, kamu sampai segininya si buat Abang." Ucap Ari. "Nggak kok Bang, ini Rendy yang buat dan ini juga buat Aban, ini juga waktu 3 hari yang lalu aku membuatnya, pada saat Rendy dengar ucapan Ibu dengan Abang yang akan pergi dari sini." Ucap Rendy. Rendy menangis dan lalu dia memeluk Ari