Part 18
"Iya Om, terimakasih." Ketika mereka sudah berdua menuju depan Ruangan. Tiba-tiba saja Ibunya Paridi kaget melihat suaminya yang berjalan seperti itu.
"Ayah, kenapa dengan kamu? Kamu nggak kenapa-kenapa kan?" Ucap istrinya yang bertanya dengan penuh kekhawatiran.
"Sa-saya nggak kenapa-kenapa kok Bu, ini hanya sekedar efeknya saja nanti juga pulih kembali kok seperti biasa lagi." Ucap Suaminya yang bergetar.
"Maaf Bu, lebih baik si Bapaknya suruh diistirahatkan terlebih dahulu, biar dia bisa kembali lagi seperti biasa lagi kondisinya." Ucap Omnya Ari.
"Oh iya betul Om, sudah Yah.. Ayah duduk aja dulu ini, Ayah Ibu ada Air minum, tolong secepatnya minum ya Yah biar bisa pulih lagi. Pasti tadi Ayah lelah kan? Maafin Ibu seharusnya Ibulah yang menjadi pendonor itu.. bukannya Ayah." Ucap Istrinya.
"Udah ko Bu.. ini memang sudah takdirnya Ayah.. jangan sesali ini semua. Lagian pula ini juga kan demi anak kita, masa Ayah diam saja ngg
Part 19 Setelah Ari berucap kata-kata itu, dan akan pergi tiba-tiba saja lengan nya di pegang oleh Paridi. hanya saja dia masih terpenjam matanya. Lalu Ari membalikkan badannya dan melihat keadaannya. "Paridi ka-mu sudah siuman kah?" Ucap Ari yang begitu hampir tak percaya. "Ayo.. Paridi bangun.. aku yakin kamu pasti bisa karena kan kamu orangnya kuat." Ari berucap sambil berkaca-kaca dan memegang tangan Paridi kembali. "Paridi maaf kan aku yang nggak bisa lama-lama disini, aku akan mempersiapkan diri ku semua untuk pergi ke perantauan. Nanti sebelum aku pergi aku akan jenguk kamu kok walaupun hanya sebentar." Ucap Ari sambil tersenyum dan menghapus tangisnya yang selalu mengeluarkan air matanya. "Ya sudah, Paridi aku mau pulang, nanti aku memanggil Ibu mu agar menjaga dirimu." Ucap Ari. "Dadah Paridi.. nanti kita bermain lagi ya, dan nanti kita bisa ketawa bersama, bahagia bersama, kita selalu kawan yang tak akan terlupakan." Ucap Ari
Part 20 tiba-tiba saja Ari kaget melihat nominal belanjaannya, serta belanjaan Om nya yang begitu besar nominalnya. sekitar Rp. 800.000 segitu lah jumlah harga yang Om nya keluarkan. Menurut dia uang segitu sungguh besar dan bisa sampai untuk 2 minggu saja atau untuk membayar dia pergi ke perantauannya. Memang si kalau untuk belanja disini harganya pada mahal-mahal tapi nggak segitu juga. Pikir Ari. "Ya sudah ayo kita pulang, oh iya Ari kamu hanya belanja segitu aja? Nggak nambah lagi gitu?" Ucap Om nya Ari. "Nggak Om, segini saja sudah lebih dari cukup." Ucapnya. "Segini si kurang loh, nanti buat di sana bagaimana?" Ucap Om nya yang kembali bertanya. "Sudah kok Om, segini saja sudah lebih dari cukup, Ari hanya membutuhkan ini saja. Udah ayo Om kita pulang." Ucap Ari yang langsung to the point langsung menyuruh Om nya pulang. "Oh.. ya sudah kalau begitu, kita pulang." Mereka semua menganggukkan kepalanya serta memasukan belanjaannya te
Part 21 "Iya Bang." Tiba-tiba saja Adiknya Rendy datang dan berkata. "Bang jangan pergi.. nanti Rendy nggak punya temen main, nanti aku jadi kangen jailin Abang.." ucap Rendy yang membuat semua orang sedih dan terharu mendengar ucapannya serta di campur dengan tawa. Ari berkaca-kaca sambil tersenyum setelah mendengarkan ucapan nya Rendy. "Rendy.. Adik Abang yang Abang cinta jangan sedih ya, nanti juga kan Abang kembali lagi." Ucap Ari. "Abang, Rendy punya sesuatu ini buat Abang. Nanti kalau Abang kangen sama Rendy bisa megang benda ini." Ucap Rendy membawa kerajinannya yang dia sayangi. Yaitu sebuah boneka rajutannya yang terbuat dari rumput. "Ya ampun dek, kamu sampai segininya si buat Abang." Ucap Ari. "Nggak kok Bang, ini Rendy yang buat dan ini juga buat Aban, ini juga waktu 3 hari yang lalu aku membuatnya, pada saat Rendy dengar ucapan Ibu dengan Abang yang akan pergi dari sini." Ucap Rendy. Rendy menangis dan lalu dia memeluk Ari
Part 22 Mereka semua pamit untuk pulang, pada saat mereka sedang berpamitan tiba-tiba saja ada yang datang. Pada saat mereka semua ada di dalam tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintunya. "Tok..tok..tok..permisi." ucapnya. Lalu Ari langsung bergegas membukakan pintu, ternyata yang datang adalah Ibunya Adi. "Maaf, ya Ri mengganggu. Mau tanya Adi kemana ya?" Ucapnya. "Oh.. iya Bu, silahkan masuk dulu didalam ada Adi ko." Ucap Ari. "Oh iya, terimakasih." Setelah masuk lalu Ari mempersilahkan duduk pada Ibunya Adi. Lalu dia bergegas untuk menemui ada di ruang makan. "Adi itu ada Ibu kamu nyariin kamu." Ucap Ari. "Hah! Ibu ku ada disini?" Ucap Adi yang bertanya. Ari hanya menganggukkan kepala. "Sebentar Di! Kamu emang nggak ijin dulu mau kerumah aku?" Tanya Ari. "Nggak Ri, aku lagi ada masalah lagi dengannya." Ucap Adi. "Adi.. jangan seperti itu sekarang kamu temuim Ibu kamu sekarang ya." Ucap Ibunya A
Part 23 Keesokan harinya Ari sedang mempersiapkan dirinya untuk disana, suasana hari ini begitu cerah sehingga membuat dirinya menjadi bersemangat. Ibunya Ari yang sedang memasak di dapur untuk sarapan pagi bersama, Ari langsung ke dapur untuk membantu Ibunya, setelah merapihkan pakaiannya ke dalam koper untuk dibawa ke sana, lalu dia langsung membantu Ibunya yang sedang mempersiapkan hidangan untuk sarapan. Ari menata piring, gelas, dan teko di meja makan serta membawa nasi dan laun nya ke atas meja. Semua hidangan telah dibawa oleh Ari ke atas meja makan, setelah semuanya selesai baru mereka memanggil saudara-saudatanya untuk makan bersama. "Hmmm.. hari ini kita makan enak sekali Bu." Ucap Rendy. "Iya Bu, kenapa harus masak istimewah? Padahal yang lain juga sudah enak bangat ya dek!" Ucap Ari. "Iya hari ini Ibu masak yang enak-enak buat kalian, karena hari ini kita hari merayakan Abang kamu ke perantauan agar dia di sana bisa m
Part 24 "Bu, bagaimana dengan Paridi?" Ucapnya. "Baik, dia sudah membaik Bu, hanya saja...?" Ucap Ibunya Paridi sambil menjeda perkataannya, membuat semua orang yang berada di dalam ruangan menjadi penasaran. "Iya Bu, hanya saja kenapa?" Ucap Ari yang begitu sangat penasaran. "Hanya saja dia belum siuman, dan Dokter hanya mengatakan pada saya kalau sebenarnya Paridi pendarahannya terlalu parah, jadi akan membuat lama dia pulih, walaupun sudah di tambahkan darah tetap saja dia akan lama pulihnya." Ucap Ibunya Ari panjang lebar, sambil menyeka air matanya. "Ya Ampun..Bu tetap sabar ya, kita harus berdoa terus-terusan demi keselamatan Paridi agar dia secepatnya pulih." Ucap Ibunya Ari yang diangguki semuanya. "Ya sudah, mari kita berdoa untuk kesembuhannya Paridi. Berdoa di mulai dengan kepercayaan masing-masing.''Ucap Omnya Ari. Mereka semua mengangkatkan tangannya masing-masing. Lalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Setela
Part 25 Pada saat di perjalanan tiba-tiba saja mobil Om nya Ari mogok di jalan membuat semua orang panik karena mobil nya pas dibagian belokkan jalan malah oleng, sedangkan mobil nya Adi yang dibelakangnya kaget membuat suasananya menjadi tidak nyaman. "Om, kenapa dengan mobilnya?" Tanya Ari. "Nggak tau Ri, Om juga binggung, sebentar ya Om cek dulu." Ucap Om nya, lalu dia turun dari dalam mobil, Om nya Ari mengecek semua keadaan mobilnya,mulai dari ban nya, cek kanan dan kiri, serta mengecek juga kondisi bensinnya, dan mengecek bagian depannya. Ternyata dia kehabisan bensin padahal seingat Om nya semalam sudah di isi mobilnya dengan bensin. Lalu Ari turun juga dari dalam mobil, membuat dirinya penasaran. "Om bagaimana? Apa yang terjadi?" TanyaAri pada Om nya yang begitu penasaran. "Begini loh Ri, mobil Om kehabisan bensin, sedangkan waktu kamu untuk pergi sebentar lagi. Bagaimana ini?" Ucap Om nya yang cemas. Setela
Part 26 Setelah dia sudah masuk ke dalam pesawat tiba-tiba saja ada yang menabraknya sehingga dirinya hampir jatuh yang sedang memegang kopernya dan bawaannya dari yang Ari pegang. "Maaf, aku nggak sengaja." Ucap seorang wanita cantik dan tinggi itu. "Oh iya, nggak apa-apa." Ucap ari. "Kamu nggak kenapa-kenapa kam?" Tqnya si wanita itu pada nya. "Oh.. iya nggak apa-apa hanya sedikit sakit saja ini punggung nya." Ucap Ari. "Ya sudah, kalau ada apa-apa dengan mu aku yang akan bertanggung jawab ya! Dan ini pegang kartu nama aku jika terjadi apa-apa dengan kesalahan aku." Ucap si wanita itu. "Oh.. iya iya, nggak usah seperti inj, aku nggak kenapa-kenapa kok." Ucap Ari sambil mendorong kartu itu dari telapak tangannya. "Nggak kenapa-kenapa ko, ini pegang saja kartu nama ku. Ya sudah ya aku mau langsung masuk kedalam untuk duduk." Ucapnya. "Oh, iya aku juga sama kok mau cari tempat duduk." Ucap Ari. "Oh ya, ka