Part 7
Ketika Ibunya Ari di dapur sedang memasak, lalu Ari menghampirinya.
"Ibu.. Ari mau ngomong sesuatu."
"Iya Ri kenapa? Mau ngomong Apa?"
"Jadi begini Bu." Ari menjedanya. Ketika akan melanjutkannya, lalu Ibunya Ari memotong ucapannya.
"Iya Ari, sebentar ya nak Ibu lagi angkat tempe dulu." Setelah mematikan kompor dan mengangkat tempe. Lalu Ibunya Ari mengajaknya duduk di bangku.
"Sini Ari duduk dulu, kamu mau ngomong apa sama Ibu?" Begitu Ibunya yang penasaran dengan Ari yang ingin mengatakan sesuatu.
''Jadi begini Bu, Ari mau meminta ijin pada Ibu." Menjeda sebentar dan ibunya hanya bersuara deheman.
"Ijin mau pergi untuk merantau." Itulah yang Ari katakan pada Ibunya. Sambil memegang erat tangannya lalu menghadap dan menatap Ibunya yan teduh. Ibunya menghela nafas, lalu berkata.
"Emangnya apa yang akan kamu cari di perantauan nak?" Ibunya Ari menanyakan apa tujuannya jika Ari pergi untuk merantau.
"Ari mau pergi merantau ingin merubah nasib, ijinkan Ari ya Bu. dan ingin menunjukkan kepada Ibu kalau Ari pasti bisa memberikan yang terbaik untuk Ibu." Ibunya binggung, ntah mau mengijinkan atau tidak? Karna Ari baru saja lulus dan masih masa anak remaja dan juga masih polos, Ibunya Ari takut kenapa-kenapa jika Ari pergi ke perantauan.
"Ya sudah, jika itu kemauan mu. Tapi Ibu takut kamu kenapa-kenapa diperantauan. Karena kan kamu baru saja lulus." Itulah kecemasan yang ada di pikiran Ibunya.
"Tenang Bu.. Ari bisa kok jaga diri." Ari menyakinkan Ibunya sambil pegang tangannya agar diijinkan. Dengan tatapannya Ari yang besungguh-sungguh membuat Ibunya Ari menjadi iba lalu menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
"Ya sudah jika itu mau mu, tapi bener ya jaga diri baik-baik, jangan nakal nanti jika di sana. Dan inget selalu beri kabar Ibu jangan lupa." Itulah nasehat Ibu Ari pada Ari agar selalu memberikan kabar pada Ibunya.
"Yess.. Iya Bu, siap. Ari tidak akan nakal dan akan selalu kabarkan kepada Ibu jika sudah sampai disana."Ari matanya langsung berbinar ketika diijinkan pergi untuk merantau.
"Ya sudah, nanti kamu siap-siap ya, dan nanti Ibu akan telpon kakak kamu yang di jakarta. terus Ibu akan bilang menitipkan kamu disana."
"Iya Bu, terimakasih ya Bu sudah mau mengijinkan aku pergi, aku janji nanti kalau udah sukses nanti mau ajak Ibu jalan-jalan keliling-keliling disana Bu, sekaligus mau ngajak Ibu tinggal disana dan sambil kasih kebahagiaan untuk Ibu dan keluarga." Itulah tujuan Ari yang berkeinginan membahagiakan orang tuanya beserta adik-adiknya. Tekad Ari dan cita-citanya sungguh besar memang pantas untuk di kasihkan jempol padanya.
"Udah jangan banyak bicara, persiapkan saja dirimu nanti kita kebandara untuk membeli tiketnya ke jakarta." Itulah ucapan Ibunya pada Ari.
"Siap Bu, Ari mau siap-siap dulu. Oh ya Bu persiapan untuk pergi kesana beli tiketnya langsung jadi berangkat apa kita harus menunggu."
"Biasanya si harus berangkat, tapi sekarang Ibu tidak tau kebijakannya seperti apa. Ya sudah nanti kita ke bandara jangan membawa dulu perlengkapan bawaan kamu ya Ri. Takutnya bukan hari ini berangkatnya." Itulah jawabannya Ibu Ari, agar dia tidak terburu-buru pergi dari kampungnya. Karna Ibunya masih pengen bersamanya.
"Iya Bu, siap. Perintah Ibu akan saya laksanakan." Ari lalu hormat pada Ibunya. Membuat Ibunya ketawa sambil tersenyum dengan ucapannya Ari.
"Baik Ari anak ku, persiapkan dirimu. Ibu mau lanjut lagi memasaknya." Membuat Ibunya Ari dan Ari mereka tertawa bersama dengan ucapannya masing-masing.
Ibunya Ari sedang menyiapkan makan siang untuk makan bersama-sama. Pada saat Ibunya sedang menyiapkan hidangan. Tiba-tiba muncul lah adiknya Ari yang paling bungsu bernama rendy yang telah mengagetkan Ibunya yang sedang menyiapkan makan siang.
"Dor.. Ibu hayoo sedang apa?" Begitulah adiknya Ari yang sering usil maupun pada Ari, Ibu atau ke kakak nya yang lain.
"Rendy.. diam.. kamu ya ngagetin Ibu saja."
"Iya Bu, maaf abis enak si aromanya bikin laperrr." Ibunya hanya geleng-geleng kepala melihat anaknya yang bungsu itu. Sambil cubit-cubit tempe goreng, sambal, dan tumis kangkung.
"Sabar dikit dong dik.. kamu itu ya nyebelin.. sini tak sentil." Begitulah Adi yang meladenin adiknya yang usil itu. Lalu Rendy lari pergi ke kamarnya setelah mencubit tempe ke sambal. Terus Ari mengejarnya.
''Nah.. kena loh.. mau lari kemana kau ini, sana minta maaf dulu nggak sopan tau." Begitulah sifat antara keduanya sangat berbeda bukan dengan Abangnya Rendy dan Ari? Sedangkan Ibunya hanya geleng-gelengkan kepala lalu tersenyum melihat tingkah anaknya yang seperti bukan anak remaja. Padahal Usia mereka tidak lah jauh dari Ari hanya 4 Tahun saja.
Rendy yang sudah beranjak dewasa itu selalu membuat Ibunya dan kakaknya jengkel, karna dengan kelakuannya yang seperti itu.
"Iya kak, maaf maaf deh.. rendy minta maaf ya Bu." Ibunya hanya tersenyum setelah menyiapkan makan siang.
"Iya.. Ibu maafin. Ya sudah sini, ini sudah siap semua makanannya.. ayo makan, dan sana panggil adik-adikmu Ri." Lalu Ari pergi di hadapannya adiknya yang sudah dia jewer tanpa melukai. Setelah itu Adi mengetuk pintu kamar adik-adiknya karna kakak-kakaknya telah berpisah dengan mereka jadi tinggallah adik yang nomor 5, 6, dan 7. Setelah membangunkannya lalu keluarga mereka makan siang bersama-sama.
Pada saat makan pada recok dan ramai kaya pasar, mereka makan ada yang sedang bersenda gurau yaitu adiknya Arilah yang ke 6 bernama Rafa dia lalu berkata.
"Ibu, nanti kalau Rafa udah besar seperti Abang Ari nanti aku mau jadi pilot. Lalu celetuk adik yang bungsu. "Kalau aku nanti bakal jadi Artis seperti Judika yang pintar nyanyinya itu." Itulah mereka semua bersenda gurau selalu. Lalu Ibunya hanya tersenyum dan mengangguk-anggukan sebagai pertanda mengiyakan.
"Oh.. tidak.. kamu mah Ren.. ikut-ikutan saja.. itukan aku cita-citanya jadi Arti papan atas yang ternama nantinya.. hehehee." Itulah Ari yang selalu mengharapkan menjadi artis papan atas. Sungguh berharap bangat dan dia merasa suaranya sudah oke dan bagus.
"Dih.. Abang Ari.. itu aku.. jangan usah ketinggian deh.. nanti jatuh baru tuh tahu rasa." Semua pada ketawa dengan ucapan Rendy. Dan Ari mukanya merah dan sebel. Emosinya sampai ke ubun-ubun dan dia tidak terim dengan ucapan adiknya itu.
"Ah.. elu mah kaya gitu.. bukannya ngedung abangnya ini malah ngejatuhin. Awas loh kalau sudah makan tak aku pites kau ini." Matanya Ari melotot seakan mau loncat.
"Sudah-sudah jangan bertengkar terus.. kalian udah pada besar juga masuh saja kaya seperti itu." Ibunya Ari melerai di keduanya.
"Iya Bu." Mereka kompak berbicara.
"Apeh elu.. awas aja ya elu.."
"Weeww.. weew... weeww.. bodo amat.. bodo amat.. udah ah.. makannya mau lari.. takut nanti di pites sama Abang ku yang kaya banteng.. terus yang ada tanduknya iih... serrem... kabuurrr.." itulah guyonan adiknya Ari yang selalu suka meledeknya terus menerus. Lalu Ibunya serta adiknya pada ngetawain kakak beradik itu.. selalu ada aja ajang bertengkarnya jika sedang menyatu kaya gini.
"Sudah.. nggak usah di ladenin.. Bang.." celetuk adiknya Ari yang bernama Rafa.
"Iya bener tuh.. udah biarkan dia mah orangnya selalu usil.. emang menyebalkan Bang aku aja kadang pengen pites atau jewer tuh anak." Gitulah Rafa yang mengatakannya sambil mesem-mesem dengan tingkah mereka.
"Ya sudah, mari simpen piring kotornta di wastapel." Ibunya memerintahkannya menyimpan piring kotornya masing-masing ke wastapel itulah Ibunya Ari selaluengajarkan anak-anaknya seperti itu agar mereka suatu saat nanti sudah terbiasa dengan suasana yang akan mereka hadapi.
Setelah itu Ibunya lalu mencuci piring-piring kotor tersebut dan lalu di bantu oleh anak-anaknya sambil tertawa yang tadi Ari bertengkar dengan adiknya. Sedangkan yang dibicarakannya hanya diam saja.
Ketika sore harinya..
"Ari, ayo nak persiapkan dirimu untuk pergi ke bandara untuk mendaptar terlebih dahulu." Begitulah Ibunya Ari yang sudah siap-siap pergi ke bandara untuk daftarkan anaknya.
"Iya Bu, ini Ari sudah siap.."
"Ya sudah ayo.." ketika mereka akan jalan pergi ke bandara, tiba-tiba ada tamu temennya Ari..
Siapakah mereka? Apakah Adi? Roy atau Rio.. yuk simak besok kelanjutannya.
Maaf baru posting. Doakan saja ya authornya semoga cepet sembuh. Ini lagi nggak enak badan mangakannya baru posting juga.
Part 8"Ya sudah ayo.." ketika mereka akan jalan pergi ke bandara, tiba-tiba ada tamu temennya Ari dan ternyata yang datang adalah Rio beserta keluarganya. jadi di urungkan kembali untuk perginya ke bandara."Hay Ari, kamu mau kemana sama Ibumu?" Itulah pertanyaan Rio pada Ari."Ini Rio aku mau kebandara sama Ibu." Membuat Rio penasaran lalu bertanya lagi."Mau ada perlu apa kebandara?" Membuat Ari bungkam dan binggung mau menjelaskannya."Ini mau daftar Ari pergi untuk pergi merantau, ya sudah. Ayo masuk Ibu, Pak, Rio. Jangan berdiri disitu ayo duduk-duduk." Ibunya Ari lah yang menjawab pertanyaan Rio, lalu mempersilahkan mereka duduk. Sambil menjamu mereka dengan makanan ringan seperti biskuit.Rio setelah mendengarkan jawaban Ibunya Ari menjadi sedih mengetahui semua itu. Dan dia akan bener-bener berpisah dengan sahabatnya.''Ayo silahkan dimakan biskuitnya Bu, Pak, Rio." Rio yang sedang melamun tersadar dengan ucapan Ibunya Ari.
Part 9Setelah di warung... Ari melihat Ayahnya yang sedang makan di warung makan. deket sebelah warung yang akan dia beli gula merah."Ayah.. Ari rindu dengan Ayah.. kenapa Ayah malah pergi dari rumah Yah.." Ari berucap dengan pelan. Walaupun melihat Ayahnya dia melewati saja dan lalu bergegas untuk membeli gula merah."Bu beli gula merah 2 biji.""Iya dek, sebentar, Ini." Setelah membeli gula merah Ari lalu langsung pergi pulang kerumah. Dan dia masih melihat Ayahnya yang sedang merokok di rumah makan itu. Lalu Ari berhenti dan hanya memandangnya dengan jauh. Tiba-tiba saja matanya berkaca-kaca yang merindukan sosok seorang Ayah. Lalu Ari menghapus tangisannya agar tidak diketahui oleh Ibunya."Ayah Ari disini Rindu.. semoga saja Ayah sehat selalu ya.. Doa ku selalu untuk mu." Itulah gumaman Ari untuk Ayahnya.Ketika itu Ari langsung saja melanjutkan jalannya agar yang di rumah tidak terlalu menunggu dirinya yang lama membeli gula merah.
Part 10 Ketika Ari akan masuk kedalam rumah dan Bundanya tiba-tiba ada yang datang dan ternyata Ayahnya Ari yang tiba-tiba saja langsung memeluk Ari. Ntahlah Ayahnya Ari kenapa? Lalu tiba-tiba saja memeluknya. "Ari Ayah rindu kamu, maafin Ayah ya selalu memalukkan dirimu serta Ibumu." Ayahnya menangis berderai air mata. Membuat Ibunya Ari matanya berkaca-kaca. "Iya Ayah, Ari sudah memaafkan Ayah ko. Ari juga minta maaf ya Yah belum bisa memberikan yang terbaik untuk keluarga kita yah." Itulah ucapan Ari pada Ayahnya. "Nggak, nggak anak ku. Itu bukan lah kewajiban kamu, itu kewajiban Ayah sebenarnya." Ayahnya mengendurkan pelukannya lalu tangannya mengusapkan ke wajah Ari yang mengeluarkan air mata. "Ayah.. Ari juga rin-du sama Ayah.. kenapa A-yah pergi dari ka-mi." Ari berucap dengan terbata-bata. "Iya Ayah juga rindu dengan kalian semua, gimana kabarnya adik-adik kalian." Ayahnya menanyakan anak-anaknya yang lain pada Ari. "Iy
Pada saat mengetuk pintu.. keluarlah tante nya Ari, lalu Ari dan Ibunya mengucapkan salam. "Horas." Mereka berdua berbarengan mengucapkan salam. Lalu bersalaman. "Horas, tumben kesini. Lain kali kesini terus lah main." Begitulah Ucapan Tantenya Ari. "Iya Tante, Ari kesini mau ketemu Om. Dimana ya Om tan?" "Om mu nggak ada di rumah, dia sekarang berada di luar. Tapi sebentar lagi dia pulang ko, memang ada perlu apa kalian kesini?" Ari melirik Ibunya, sedangkan yang di lirik mengedipkan matanya sambil menganggukkan kepalanya. Yang telah mengisyaratkan lebih baik Ari saja yang mengatakannya. "Ya sudah, sini masuk dulu kita duduk saja berbincangnya." Tantenya Ari mempersilahkan mereka duduk dan menyiapkan makanan ringan dan minuman es sirup rasa mangga untuk menjamu mereka. "Ya Ampun tan.. nggak usah repot-repot Tan." "Iya betul kata Ari nggak usah repot-repot kak." Begitulah percakapan Anak dan Ibunya. "Nggak apa-apa hanya
Part 12"Aku.. mau beli.." lalu di potonglah ucapan Ari oleh Ibunya."Ari, ayo.. kita ke tempat antrian nanti takut kehabisan tiketnya.""Endang, aku duluan ya Ibu aku sudah memanggil aku. Bye.." Ari melambaikan tangan pada Endang."Oh ya sudah, bye juga.." Endang juga melambaikan tangannya."Ayo Ari kita harus antri sebelum kehabisan tiketnya. Ini uangnya." Ari menerima uang itu dari Ibunya."Iya Bu, ya sudah Ari kesana." Ari pergi untuk daftar dan membeli tiketnya. Ari mengantri di tempat antrian lalu Ari berdiri dan dia tengak-tengok kanan-kirinya. Dia baru menyadari bahwa yang di belakang dia saja sungguh banyak sekali. Pada saat dia sudah di depan loket Ari berucap."Misi Mbak, saya mau beli tiket.""Baik Mas, isi dulu ya formulirnya nanti Mas nya antri lagi di loket sebelah.." pelayan tiket memberikan kertas formulir pada Ari."Oh iya Mbak, terimakasih." Ari mencari tempat duduk untuk mengisi formulirnya. Pada saat
Part 13Setelah itu mereka mencuci tangan, lalu duduk kembali. Pada saat sudah kumpul lagi sesudah makan dan mencuci tangan, baru mereka bangkit dan bangun dari tempat duduknya untuk pulang. Dan melanjutkan jalan menuju mobil Om nya Ari untuk pulang karena sudah menjelang adzan magrib yang berkumandang. Setelah mereka masuk ke dalam mobil dan mobilnya dijalankan. Beberapa saat kemudian mereka melihat kejadian ada yang rame-rame di belokkan lampu merah."Ada apaan itu ya Om?" Ari yang duduk dibelakang penasaran dan bertanya."Nggak tau Ri, sebentar ya Om coba tanya." Lalu Om nya Ari membuka jendela mobilnya."Misi.. Pak ada apa ya rame-rame?""Itu Pak ada yang kecelakaan, masih muda, nasib bener keadaannya malah di tabrak lari.""Oh iya Pak, kalau gitu kesian juga ya.""Iya Pak kasihan.""Terimakasih ya Pak infonya.""Iya sama-sama." Setelah bertanya Ari langsung menanyakan kembali."Rame-rame kenapa Om?""I
Part 14 Ketika mereka akan masuk ke ruangan dan membuka pintu mereka lalu di kagetkan dengan suara Ibunya Paridi yang histeris dan melihat anaknya yang kejang-kejang. Ari kebingungan harus bagaimana? Sedangkan bel yang ada di Rumah Sakit tidaklah berfungsi membuat Ari hampir saja frustasi. Tibalah Ibunya Ari beserta tantenya datang membawa belanjaan lalu mereka menaruh makanan itu dibawah lantai dan langsung menenangkan Ibunya Paridi yang histeris. Baru bisalah Ari memanggil dokter keruangannya sambil mengatakan keadaan temannya. "Dokter.. tolong bantu temen aku. Dia kejang-kejang Dok." Ucap Ari padanya. "Iya, yang sabar ya Mas, nanti temen kamu saya periksa dulu." Ari, Dokter dan perawat langsung memasuki ruangan UGD. "Maaf, Ibu-Ibu, dan Mas nya tolong keluar dulu ya, kami akan memeriksa keadaanya terlebih dahulu, dan tolong harap tenang. Kami permisi." Setelah dokter berkata seperti itu langsung masuk kedalam. Ari, Tantenya dan Ibunya Ari menunggu d
Part 15Ketika Ayahnya paridi pergi menuju keruangannya tiba-tiba saja Istrinya berteriak dengan histeris, lalu dia lari dan menghampiri istrinya."Bu, Om, Ri. Ini ada apa dan kenapa istri saya bisa seperti ini.?" Ucap Ayah Paridi yang sambil bertanya-tanya dan kebingguan."Ini Pak anak Bapak kejang-kejang lagi.'' Ucap Om nya Ari sedang istrinya dan adiknya sedang menenangkan istrinya. Tibalah Dokter yang di panggil Ari sambil dia akan pergi ke warung terdekat Rumah Sakit untuk membeli air minum. Ari pergi untuk membeli air dikantin yang buka 24 jam. Sedangkan waktu jam sekarang menunjukkan pukul 01:50 wib."Tenang Bapak-Bapak, dan Ibu-Ibu tolong ya jangan berisik semuanya sedang banyak yang tidur, harap tenang dan saya sebagai Dokter akan memberikan penanganan yang terbaik untuk anak Bapak, Ibu. Kalau begitu saya permisi." Ucap Dokter langsung masuk keruangan dimana Paridi berbaring. Sedangkan perawatnya sudah masuk keruangan terlebih dahulu."Dok