Share

Part 96

Author: MarniHL
last update Last Updated: 2024-05-28 23:05:37

"Wih, lo di peringkat tiga, Yan," ujar Beno cukup takjub ketika melihat daftar nama peringkat ujian tengah semester kelas mereka.

"Hebat banget Bella."

"Kok Bella?" tanya Beno bingung.

"Iya Bella. Dia lagi-lagi dapat peringkat pertama ngalahin Sani. Awalnya gue mikir waktu ulangan harian dia cuma beruntung karena Sani yang sempat sakit, tapi gue rasa emang Bella bisa ngalahin Sani. Bahkan dia juga bisa buat nilai Vian meningkat pesat."

Vian tersenyum lalu mengangguk menyetujui ucapan Regan. "Emang beruntung gue punya cewek kayak Bella."

"Apa gue pacaran sama Bella juga ya biar nilai gue bisa bagus kayak Vian."

Seketika Vian menatap Beno tajam. "Maksud lo apa?"

Beno cengengesan. "Bercanda Yan. Makanya lo berdua bantuin gue cariin cewek dong."

"Cari sendiri!"

***

"Loh, Vian?"

"Hai!" Vian tersenyum lebar menyambut Bella yang baru saja pulang.

"Kok lo di sini? Bukannya sekarang masih ada kelas? Ini kan baru jam sebelas."

"Guru lagi pada rapat, makanya disuruh pulang."

Bella manggut-man
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ayu Widia Susanti
lanjut Thor .. fighting ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ARABELLA   Part 97

    "Sani! Congrats ya! Kita bangga sama lo." Beno memberi selamat pada Sani."Selamat ya, San. Lo emang hebat." Regan menimpali.Sani menggeleng. "Gue kalah.""Tim kalian kan juara dua. Gak kalah dong," ujar Beno."Juara dua tetap kalah sama yang juara satu, kan? Dari awal target gue juara satu bukan juara dua." "Harusnya lo bersyukur dan bangga sama diri lo, San. Karena lo bisa sampai dititik itu. Juara dua juga bukan hal yang buruk, kan? Masih ada banyak kesempatan. Jadi lo jangan patah semangat," ucap Vian."Thanks Yan, tapi gue lagi gak butuh kata penyemangat. Dan lo juga harusnya tahu kalau pencapaian gue ini gak ada apa-apanya di mata bokap gue." "Tapi kan ....""Udah ya, gue mau masuk kelas dulu." Sani menyela lalu pergi.Mereka bertiga seketika mengembuskan napas. "Yan, Bella gak kenapa-napa, kan?" Beno bertanya.Vian mengerutkan keningnya. "Kenapa lo nanya gitu?""Ya enggak, cuma kasihan aja Bella sama Alan. Mereka udah berhasil juara dua, tapi reaksi Sani kayak gitu.""Bella

    Last Updated : 2024-06-20
  • ARABELLA   Part 98

    Vian menghela napas setelah berulang kali menelepon Bella, tapi tak kunjung dijawab."Harusnya lo gak usah anterin gue ke rumah sakit. Kalau kayak gini jadi gue yang salah," ujar Sani.Vian menoleh pada Sani. "Lo gak salah. Emang udah kewajiban gue buat bantuin lo kok. Biar ini jadi urusan gue sama Bella. Nanti biar gue yang jelasin ke dia.""Ya udah, lo pulang aja. Gue udah gak papa.""Gak. Gue tadi udah janji sama nyokap lo kalau gue bakal jagain lo sampe nyokap lo pulang.""Tapi gue gak butuh lo jagain. Emang lo pikir gue anak kecil?""Lo emang bukan anak kecil, tapi lo lagi sakit. Kalau lo kenapa-napa lagi gimana?""Lo sadar gak sih lo itu egois."Vian mengernyitkan keningnya. "Egois? Egois gimana? Gue cuma mau bantuin lo."Sani tersenyum kecut. "Dengan lo perhatian kayak gini bikin gue tambah susah buat hilangin perasaan gue ke lo." Setelah berkata demikian Sani pun beranjak ke kamarnya.Lagi-lagi Vian kembali menghela napas. Padahal Vian hanya ingin membantu, tapi kenapa semuany

    Last Updated : 2024-08-05
  • ARABELLA   Part 99

    Raut wajah Bella terlihat kesal karena Vian tak kunjung berbicara. "Mau sampai kapan diam-diaman kayak gini?""Sebenarnya mau ngomong tapi takut lo gak mau dengarin penjelasan gue.""Kalau gue gak mau dengar gak mungkin gue mau dianterin sama lo.""Oke, jadi gue bakal jelasin kejadian waktu lo liat gue sama Sani di rumah sakit. Sebenarnya gue anterin dia karena dia sakit waktu gue ke rumah dia. Gue gak mau kondisinya makin buruk makanya gue anterin dia. Gue cuma nolongin dia kok." Vian menjelaskan."Gue tahu lo niatnya baik, tapi lo juga harusnya bisa jaga perasaan gue kan? Oke, gue tahu Sani lagi sakit, tapi apa gak berlebihan lo perhatian ke dia terus-terusan kayak gitu? Jujur gue juga malas kalau ribut sama lo karena Sani, tapi gue juga gak bisa normalin sikap lo ke Sani.""Jadi lo maunya gue gimana? Lo mau gue biarin Sani sendirian? Kondisinya aja belum benar-benar baik. Gue gak bisa biarin dia sendirian apalagi dia masih sakit.""Lo lebih mentingin dia daripada gue?""Gak gitu. S

    Last Updated : 2024-08-16
  • ARABELLA   Part 100

    "Sorry ya, gara-gara gue lo masih belum baikan juga sama Bella." Sani meminta maaf.Vian menggeleng. "Bukan salah lo kok. Bella cuma butuh waktu aja. Nanti juga dia balik lagi.""Lo yakin? Masalahnya gue liat Bella udah menghindar dari lo seminggu lebih, loh.""Yakin," jawab Vian namun tampak tidak yakin. Vian tidak tahu harus melakukan apalagi agar dia bisa dimaafkan oleh Bella. "Yan, itu Alan nempel mulu sama Bella. Lo biarin aja? Emang gak cemburu?" tanya Beno.Vian hanya diam sembari memperhatikan Bella dan Alan. Tentunya Vian cemburu. Kalau saja mereka tidak bertengkar mungkin sekarang Vian sudah mengusir Alan pergi. Kalau Vian menghampiri mereka yang ada Bella malah makin marah padanya. "Harusnya Alan jaga jarak sama Bella. Ini malah manfaatin keadaan," ujar Sani."Gak bisa salahin Alan juga sih. Bella juga kan gak masalah kalau Alan dekatin dia. Kecuali Bella gak suka didekatin sama dia baru itu salah." Regan menimpali."Kok lo belain dia?" Vian tidak terima karena merasa Re

    Last Updated : 2024-08-23
  • ARABELLA   Part 101

    "Kerjain soalnya, Yan. Jangan main game mulu," tegur Bella.Sepulang sekolah Bella mengajak Vian belajar di rumahnya karena akan segera menghadapi ujian akhir semester. Bella tidak mau nilai Vian menurun. "Iya-iya, bentar lagi udah mau menang kok.""Vian!"Buru-buru Vian menaruh ponselnya di meja. "Bentar gue ke toilet dulu. Lima menit doang."Bella menghela napas. Vian benar-benar menguji kesabarannya. Saat sedang menunggu Vian kembali, ponsel Vian berdering. Karena penasaran Bella mengintip ponsel Vian. Tertera nama Sani di sana. Membuat Bella mendadak kesal. Namun, Bella segera menyibukkan diri dengan bukunya ketika Vian kembali."Tadi ada telfon," ujar Bella."Siapa?"Bella mengendikan bahunya. "Cek aja sendiri."Vian pun mengecek ponselnya. "Sani yang telfon." Vian kembali menaruh ponselnya lalu beralih mengambil buku untuk mengerjakan soal yang telah diberikan Bella."Gak mau ditelfon balik?" Bella bertanya.Vian menggeleng. "Nanti aja. Kalau penting juga pasti dia telfon lagi

    Last Updated : 2024-08-23
  • ARABELLA   Part 102

    "Jadi sekarang lo biarin mereka dekat?" tanya Sita."Bukan biarin sih lebih ke mencoba buat ngertiin kondisi mereka aja."Sita menatap Bella tak percaya karena jawaban yang diberikan Bella. "Ngertiin mereka? Terus yang ngertiin lo siapa? Please Bell, jadi orang jangan terlalu naif.""Sani lagi sakit.""Ya terus kenapa kalau dia sakit? Kan ada Beno sama Regan bukan cuma Vian doang. Lagian bokap-nyokapnya kemana kok gak bisa urusin dia sampai Vian mulu yang anterin dia ke rumah sakit." Sita mendumel. Tentu saja dia kesal."Lo udah kerjain tugas Fisika?" Bella bertanya agar mengalihkan topik pembicaraan. Dia tidak ingin Sita terus menceramahinya.Ekspresi Sita yang kesal berubah bingung. "Emang ada tugas?""Ada lah. Tugasnya kan dari minggu lalu."Sita menepuk keningnya. "Mati gue! Belum gue kerjain. Gue lupa kalau ada tugas.""Kebiasaan banget," cibir Bella."Bell, pinjam punya lo boleh gak? Gue traktir deh."Bella memberikan buku tugasnya pada Sita. "Buruan salin. Awas aja kalau gak di

    Last Updated : 2024-09-03
  • ARABELLA   Part 103

    "Yan, gue mau ngomong sesuatu.""Ngomong ya tinggal ngomong aja kali." Beno menyahut."Mau ngomong apa?" Vian bertanya."Kemarin gue gak sengaja ketemu Bella di mall. Pas gue tanya dia mau beli apaan katanya dia mau cari kado buat sepupu lo. Awalnya dia pengin ngajak lo biar gampang cari kadonya, tapi karena lo harus anterin Sani makanya dia pergi sendiri dan bohong ke lo kalau dia balik bareng kakaknya." Vian terdiam sejenak. Sepertinya Bella berbohong karena tidak mau membuatnya khawatir. Vian jadi merasa bersalah karena sudah membiarkan Bella pergi sendirian. "Parah sih, Yan. Pantes aja tadi pagi waktu gue nyapa Bella dia cuek banget. Padahal biasanya dia senyum. Gara-gara lo gue juga yang kena imbas," timpal Beno."Itu sih karena emang Bella yang risih sama lo.""Enak aja. Bella baik kok sama gue. Waktu itu aja dia pernah kasih bekalnya ke gue pas liat Vian makan bareng Sani.""Kapan Ben?" Kali ini Vian yang bersuara."Kalau gak salah sih dua minggu lalu.""Kenapa lo baru bilang

    Last Updated : 2024-09-05
  • ARABELLA   Part 104

    "San! Sani!" Alan memanggil Sani yang menghindar darinya. Hingga Alan berhasil menjajarkan langkahnya dengan Sani."Lo mau apa dari gue?" tanya Sani terkesan dingin.Alan tahu Sani masih marah dengannya karena olimpiade kemarin. "Lo masih marah sama gue?"Sani hanya diam."Sorry kalau gue buat lo kecewa, tapi kan gue juga udah berusaha. Mungkin emang belum rezeki kita.""Gak usah basa-basi lo mau perlu apa?""Gue cuma mau bilang sama lo untuk jaga perasaannya Bella. Emang lo sama Vian udah temenan dari lama, tapi gimanapun juga kan Vian udah punya Bella. Gue harap lo bisa ngerti itu, ya. Gue kasihan sama Bella."Sani menghela napas. "Jadi tujuan lo itu? Karena Bella? Emang lo udah gak suka sama dia?""Kalaupun gue masih suka gue gak akan rebut dia dari Vian. Karena gue tahu Bella cuma sayang sama Vian. Jadi percuma kalau gue berusaha. Lagian Bella juga bahagia sama Vian.""Gue kira lo gigih, ternyata gue salah. Prinsip gue gak kayak lo."Kening Alan seketika mengerut. "Lo mau rebut Vi

    Last Updated : 2024-09-13

Latest chapter

  • ARABELLA   Epilog

    "VIAN!"Vian terkesiap dia langsung bangun dari tidurnya. "Ada apa Bell? Lo kenapa?" tanya Vian yang masih mencoba mengumpulkan kesadarannya.Bella tak segan menimpuk Vian dengan buku yang sedang dipegangnya. Membuat Vian meringis."Lo tuh ya gue kan suruh lo kerjain soal. Kenapa lo malah tidur?""Sorry, Bell. Gue ngantuk banget. Soalnya semalam nobar bola bareng Regan sama Beno.""Oh, jadi semalam lo suruh gue tidur duluan biar lo bisa begadang gitu? Pantes aja waktu gue chat lagi langsung centang satu. Lo sengaja matiin hp biar gue gak ganggu lo, kan?"Vian segera menggeleng. "Gak gitu, Bell. Lo salah paham. Gue bisa jelasin.""Gue gak butuh penjelasan lo. Lo sadar gak sih kita itu udah kelas dua belas. Udah waktunya buat belajar persiapan ujian. Emang lo mau nilai lo jelek terus gak keterima di kampus impian lo?""Enggak. Sorry, Bell, gue janji gak akan kayak gitu lagi.""Gue udah males dengar janji-janji lo. Sekarang lo kerjain soal-soal ini waktu lo cuma tiga jam. Awas aja kalau

  • ARABELLA   Part 120

    "Akhirnya tuan putri yang ditunggu-tunggu turun juga," ucap Vian ketika Bella menghampirinya.Bella sudah berpakaian rapi, tapi wajahnya terlihat jelas baru bangun tidur. Bahkan Bella beberapa kali menguap."Lo ngapain pagi-pagi ngajak gue pergi sih? Gue kan masih ngantuk. Masih pengin tidur.""Semalam kan gue udah sempat chat lo kalau kita mau jalan pagi.""Iya, tapi gue gak liat hp soalnya gue semalam begadang sama Sita sama Sani.""Ya udah, kalau lo gak mau pergi gak papa deh. Cancel aja.""Lah? Kok dibatalin sih? Kan gue udah siap-siap.""Iya, tapi lo kayak gak mau pergi gitu. Daripada nanti mood lo gak bagus mendingan gak usah aja." "Gue bukannya gak mau, Yan, tapi gue ngerasa kepagian aja perginya. Kan bisa kita keluarnya siang atau sore.""Gue ngajak pergi pagi karena gak mau kita kena macet, tapi kalau emang lo masih ngantuk ya udah tidur lagi aja.""Gimana sih lo? Gue kan udah siap-siap. Walaupun gue ngantuk, tapi kan gue mau pergi.""Percuma lo mau pergi kalau mood lo aja g

  • ARABELLA   Part 119

    "Kalian yang semangat belajarnya, ya. Apalagi udah naik kelas dua belas. Harus lebih fokus biar nilainya bagus dan bisa masuk kampus impian kalian." Alan berpesan sebelum dia pergi.Saat ini mereka sedang berada di bandara untuk mengantarkan Alan pulang ke Surabaya. "Lo juga semangat. Semoga bisa cepat dapat cewek baru ya biar gak gangguin Bella lagi," ucap Vian yang langsung mendapat tatapan tajam dari Bella."Safe flight ya, Lan. Kalau udah sampe kabarin kita," ujar Sita.Alan mengangguk lalu beralih menatap Sani. "San, kalau yang lain gue minta buat rajin belajar gue minta lo istirahat yang banyak, ya."Sani mengernyitkan keningnya. "Kenapa? Lo mau nilai gue jelek? Lo gak suka gue kalau gue masuk kampus bagus?"Alan segera menggeleng tidak mau membuat Sani salah paham. "Gak gitu. Gue cuma pengin lo bisa atur waktu buat kapan belajar dan kapan istrirahat. Jangan lo gunakan semua waktu lo buat belajar. Manusia juga butuh istirahat. Emang lo mau drop lagi kayak kemarin-kemarin? Sekar

  • ARABELLA   Part 118

    Vian mendekati Sani yang kebetulan sedang duduk di depan kelas. "San, gue minta maaf soal kemarin. Niat gue cuma mau nolongin lo.""San, kok lo diam aja?" Sani mengembuskan napas beralih menatap Vian. Beberapa detik kemudian dia tersenyum. "Gue maafin kok.""Beneran?" Sani mengangguk. "Gue takut banget lo jadi benci sama gue karena kejadian kemarin. Terus bokap lo gimana? Marah sama lo gak?""Awalnya marah, tapi gue mutusin buat ungkapin semua yang selama ini gue pendam ke bokap gue. Karena gue capek selalu diam dan ikutin semua kemauan bokap gue. Syukurnya bokap gue sadar dan minta maaf ke gue. Bahkan hubungan kita udah jauh lebih baik."Vian tersenyum lega. Usahanya berhasil. "Syukur deh. Gue lega dengarnya. Soalnya dari kemarin Bella gak tenang banget.""Bella? Gak tenang gimana?""Ya dia takut lo malah diamuk sama bokap lo. Makanya dia jadi kepikiran terus.""Thanks ya, udah mau bantuin gue. Emang sih gue marah karena tindakan lo yang bisa dibilang lumayan membahayakan gue, tap

  • ARABELLA   Part 117

    "Lo berdua ngapain ke sini?" Sani terlihat tidak senang ketika Vian dan Bella datang ke rumahnya.Mungkin kalau tidak ada mamanya Sani sudah mengusir mereka. Karena saat ini dia sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun."Gue mau ketemu bokap lo."Sani mengerutkan keningnya. "Mau ngapain?" Tentu saja Sani heran karena tidak biasanya Vian ingin bertemu dengan papanya. "Mau kasih oleh-oleh dari bokap gue.""Harus banget nunggu bokap gue? Gak bisa dititipin ke gue?"Vian menggeleng. "Bokap gue udah kasih amanah buat gue untuk kasih langsung ke bokap lo tanpa perantara.""Tapi bokap gue baliknya malam. Lo mau nunggu lama?""Gak papa kok. Lagian kita juga gak ada urusan mendadak sih. Jadi kita bisa nunggu lama. Iya kan, Bell?"Bella hanya mengangguk.Sani mengembuskan napas kasar. Terlihat jelas dia tidak suka, tapi dia tidak bisa melakukan apapun selain membiarkan mereka.***"Loh, ada Vian." Irvan, papa Sani yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Untungnya mereka tidak dibuat menun

  • ARABELLA   Part 116

    "Kenapa lo baru bilang kalau lo mau balik ke Surabaya? Kenapa lo cuma ngomong ke Bella? Kenapa gue enggak? Emang teman lo Bella doang?" Pertanyaan beruntun diberikan Sita pada Alan saat Alan memberitahunya kalau dia akan kembali ke Surabaya."Makanya sekarang gue bilang ke lo kan.""Tapi kenapa baru sekarang? Kenapa gak dari lama? Bella udah tahu duluan. Lo gak anggap gue teman lo, ya? Iya, gue tahu emang gue jarang ngobrol sama lo, tapi kan setidaknya gue juga harus tahu." Ekspresi Sita terlihat kesal.Alan mengembuskan napasnya sejenak. "Oke, gue salah. Gue minta maaf karena baru ngomongnya sekarang. Lo mau kan maafin gue? Gue traktir apapun yang lo mau sebelum gue balik."Sita menatap Alan sinis. "Lo pikir gue bisa disuap sama makanan?""Gak gitu, Ta. Gue cuma pengin lo maafin gue aja. Kalau lo gak mau gue traktir terus lo mau gue gimana biar bisa lo maafin?"Sita terdiam cukup lama sembari sibuk dengan ponselnya. "Gue mau lo hari ini beliin semua yang gue mau. Nih listnya." Sita m

  • ARABELLA   Part 115

    "Bella!" Sita berlari menghampiri Bella lalu memeluknya erat. "Gue bangga banget sama lo, Bell. Lo emang terbaik. Gue tahu lo emang hebat. Dengan kayak gini lo bisa nutup mulut orang-orang yang selalu beranggapan kalau lo itu gak ada apa-apanya dibanding Sani," ujar Sita sembari melirik sinis beberapa siswa yang lewat. Sita ingat betul kalau siswa-siswa tersebut adalah orang yang pernah meremehkan Bella karena Bella berhasil meraih peringkat pertama saat ujian tengah semester mengalahkan Sani.Bella mengembangkan senyumnya. "Makasih Ta, tapi kayaknya lo agak berlebihan deh mujinya. Gue biasa-biasa aja kok. Gak sehebat itu.""Udah deh gak usah merendah gitu. Gue tahu lo paling hebat. Sorry ya kemarin gue gak ngucapin."Bella mengangguk. "Iya, gak papa kok. Kan lo sakit. Masa gue mau marah sama lo yang lagi sakit.""Btw, gue belum liat Sani. Ke mana ya dia?"Bella menatap Sita sedikit heran. Tidak biasanya Sita menanyakan Sani. Apa mungkin Sita sudah tidak marah lagi dengan Sani?"Belum

  • ARABELLA   Part 114

    "Yan, daftar peringkat nilai UAS udah keluar. Lo gak mau liat?" tanya Regan."Nanti aja." "Loh? Kenapa? Bukannya lo nunggu dari kemarin?""Emang, tapi gue gak siap. Gue takut gak sesuai sama harapan gue. Gue takut ngecewain Bella.""Lo kan udah usaha, Yan. Bella juga pasti ngerti kok."Vian menggeleng. "Syarat gue baikan sama dia kan peringkat gue harus bagus. Gue gak yakin kalau gue bisa masuk sepuluh besar.""Mungkin Bella ngomong kayak gitu biar lo lebih rajin belajar. Percaya sama gue Bella pasti bakal bangga sama lo apalagi ngeliat usaha lo yang belajar mati-matian.""Gan! Regan!" "Apasih Ben? Teriak-teriak emang gue budek.""Lo udah liat peringkat lo belum? Gila, lo di peringkat sebelas, bro! Gak nyangka gue. Keren juga lo," ucap Beno yang begitu antusias.Regan tersenyum bangga. "Iya lah, emang lo peringkat lima puluh."Beno menatap Regan sinis. "Sombong amat!" Beno beralih menatap Vian. "Lo gak mau ngecek peringkat lo? Tadinya mau gue foto, tapi keburu rame jadinya gak sempa

  • ARABELLA   Part 113

    "Kenapa?"Terdengar helaan napas lega dari seberang sana ketika Bella menjawab telepon masuk. 'Akhirnya lo angkat juga. Gue telfon daritadi hp lo gak aktif.'"Sengaja gue matiin biar fokus belajar."'Masih belajar gak? Takutnya gue ganggu.'"Kenapa?" Bella kembali bertanya karena belum mendapatkan jawaban.'Gue cuma mau bilang kalau lo jangan salah paham ya soal yang lo liat tadi. Gue tadi cuma berusaha buat nenangin Sani.'"Oke." Setelahnya Bella langsung memutuskan sambungan panggilan begitu saja. Bella kembali mematikan ponselnya karena dia tahu Vian pasti akan kembali menghubunginya dan dia sedang tidak ingin diganggu.Bella mengerti kalau Vian memang mencoba untuk menenangkan Sani. Hanya saja sebagai pacar Vian tentu Bella merasa cemburu, tapi tidak mungkin dia memperpanjang masalah karena Bella malas ribut di hari-hari yang penting ini. Yang ada malah membuat dia tidak fokus belajar dan akan mempengaruhi nilai ujiannya. Lagipula Vian juga sudah berusaha untuk menjelaskan padanya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status