Share

Part 101

Penulis: MarniHL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-23 23:00:04

"Kerjain soalnya, Yan. Jangan main game mulu," tegur Bella.

Sepulang sekolah Bella mengajak Vian belajar di rumahnya karena akan segera menghadapi ujian akhir semester. Bella tidak mau nilai Vian menurun.

"Iya-iya, bentar lagi udah mau menang kok."

"Vian!"

Buru-buru Vian menaruh ponselnya di meja. "Bentar gue ke toilet dulu. Lima menit doang."

Bella menghela napas. Vian benar-benar menguji kesabarannya.

Saat sedang menunggu Vian kembali, ponsel Vian berdering. Karena penasaran Bella mengintip ponsel Vian. Tertera nama Sani di sana. Membuat Bella mendadak kesal. Namun, Bella segera menyibukkan diri dengan bukunya ketika Vian kembali.

"Tadi ada telfon," ujar Bella.

"Siapa?"

Bella mengendikan bahunya. "Cek aja sendiri."

Vian pun mengecek ponselnya. "Sani yang telfon." Vian kembali menaruh ponselnya lalu beralih mengambil buku untuk mengerjakan soal yang telah diberikan Bella.

"Gak mau ditelfon balik?" Bella bertanya.

Vian menggeleng. "Nanti aja. Kalau penting juga pasti dia telfon lagi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ayu Widia Susanti
sumpah ngerasa GK ada pendirian banget sih Vian .. putusin aja bel .. gedek lama- ama Vian ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ARABELLA   Part 102

    "Jadi sekarang lo biarin mereka dekat?" tanya Sita."Bukan biarin sih lebih ke mencoba buat ngertiin kondisi mereka aja."Sita menatap Bella tak percaya karena jawaban yang diberikan Bella. "Ngertiin mereka? Terus yang ngertiin lo siapa? Please Bell, jadi orang jangan terlalu naif.""Sani lagi sakit.""Ya terus kenapa kalau dia sakit? Kan ada Beno sama Regan bukan cuma Vian doang. Lagian bokap-nyokapnya kemana kok gak bisa urusin dia sampai Vian mulu yang anterin dia ke rumah sakit." Sita mendumel. Tentu saja dia kesal."Lo udah kerjain tugas Fisika?" Bella bertanya agar mengalihkan topik pembicaraan. Dia tidak ingin Sita terus menceramahinya.Ekspresi Sita yang kesal berubah bingung. "Emang ada tugas?""Ada lah. Tugasnya kan dari minggu lalu."Sita menepuk keningnya. "Mati gue! Belum gue kerjain. Gue lupa kalau ada tugas.""Kebiasaan banget," cibir Bella."Bell, pinjam punya lo boleh gak? Gue traktir deh."Bella memberikan buku tugasnya pada Sita. "Buruan salin. Awas aja kalau gak di

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • ARABELLA   Part 103

    "Yan, gue mau ngomong sesuatu.""Ngomong ya tinggal ngomong aja kali." Beno menyahut."Mau ngomong apa?" Vian bertanya."Kemarin gue gak sengaja ketemu Bella di mall. Pas gue tanya dia mau beli apaan katanya dia mau cari kado buat sepupu lo. Awalnya dia pengin ngajak lo biar gampang cari kadonya, tapi karena lo harus anterin Sani makanya dia pergi sendiri dan bohong ke lo kalau dia balik bareng kakaknya." Vian terdiam sejenak. Sepertinya Bella berbohong karena tidak mau membuatnya khawatir. Vian jadi merasa bersalah karena sudah membiarkan Bella pergi sendirian. "Parah sih, Yan. Pantes aja tadi pagi waktu gue nyapa Bella dia cuek banget. Padahal biasanya dia senyum. Gara-gara lo gue juga yang kena imbas," timpal Beno."Itu sih karena emang Bella yang risih sama lo.""Enak aja. Bella baik kok sama gue. Waktu itu aja dia pernah kasih bekalnya ke gue pas liat Vian makan bareng Sani.""Kapan Ben?" Kali ini Vian yang bersuara."Kalau gak salah sih dua minggu lalu.""Kenapa lo baru bilang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • ARABELLA   Part 104

    "San! Sani!" Alan memanggil Sani yang menghindar darinya. Hingga Alan berhasil menjajarkan langkahnya dengan Sani."Lo mau apa dari gue?" tanya Sani terkesan dingin.Alan tahu Sani masih marah dengannya karena olimpiade kemarin. "Lo masih marah sama gue?"Sani hanya diam."Sorry kalau gue buat lo kecewa, tapi kan gue juga udah berusaha. Mungkin emang belum rezeki kita.""Gak usah basa-basi lo mau perlu apa?""Gue cuma mau bilang sama lo untuk jaga perasaannya Bella. Emang lo sama Vian udah temenan dari lama, tapi gimanapun juga kan Vian udah punya Bella. Gue harap lo bisa ngerti itu, ya. Gue kasihan sama Bella."Sani menghela napas. "Jadi tujuan lo itu? Karena Bella? Emang lo udah gak suka sama dia?""Kalaupun gue masih suka gue gak akan rebut dia dari Vian. Karena gue tahu Bella cuma sayang sama Vian. Jadi percuma kalau gue berusaha. Lagian Bella juga bahagia sama Vian.""Gue kira lo gigih, ternyata gue salah. Prinsip gue gak kayak lo."Kening Alan seketika mengerut. "Lo mau rebut Vi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • ARABELLA   Part 105

    "Filmnya seru, ya," ucap Vian memecah keheningan diantaranya dengan Bella.Vian memang mengajak Bella pergi menonton film dan Bella menyetujui. Saat di dalam bisokop tadi Bella terlihat begitu menikmati filmnya, bahkan sesekali tertawa. Namun, ketika keluar dari bioskop Bella malah diam. Membuat Vian jadi takut untuk memulai pembicaraan.Bella yang menyeruput minumannya hanya mengangguk. "Gue ada salah, ya?"Bella menggeleng. "Gak.""Terus kenapa daritadi lo diam? Padahal waktu nonton lo ketawa-tawa.""Sariawan."Vian manggut-manggut. "Mau gue beliin obat gak? Biar sembuh.""Gak usah. Gue tadi udah beli kok."Bella memang sedang sariawan, tapi bukan karena itu dia mendiamkan Vian. Dia hanya ingin Vian tahu bagaimana rasanya tidak diajak bicara ketika sedang bersama dan malah berbicara dengan orang lain. Hanya bedanya saat ini mereka hanya berdua."Em, soal Egi lo masih tetap mau datang ke pertandingannya?" tanya Vian.Bella mengangguk. "Gue udah janji.""Ya udah, kalau gitu gue ikut.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • ARABELLA   Part 106

    "Kenapa lo berdua? Kok diam-diaman? Berantem?" tanya Beno ketika menyadari Vian dan Sani sedaritadi hanya diam. Enggan untuk mengobrol, tidak seperti biasanya."Bilang sama teman lo jadi orang jangan suka ingkar janji. Kalau gak bisa ya ngomong jangan bikin orang nunggu.""Gue kan udah jelasin sama lo, San. Masa lo gak percaya sih? Apa perlu gue suruh Bella yang jelasin?"Beno menatap keduanya bingung. "Bentar-bentar. Sebenarnya masalah kalian apa sih?""Tanya langsung sama teman lo." Setelahnya Sani langsung pergi ke kelas."Kenapa Yan?"Vian pun menceritakan kejadian kemarin dimana dia yang ketiduran di rumah Bella hingga lupa akan janjinya dengan Sani."Mungkin dia butuh waktu dulu. Kalau lo desak dia terus yang ada Sani malah makin ngambek sama lo.""Apa gue minta tolong Bella buat jelasin ke Sani? Biar dia gak salah paham lagi.""Kalau menurut gue sih gak perlu, tapi balik lagi ke lo."***"San, boleh ngomong bentar?"Sani yang sedang sibuk dengan ponselnya seketika beralih menat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • ARABELLA   Part 107

    “Bell, sorry banget gue tadi gak bilang sama lo kalau gue nganterin Sani ke rumah sakit. Gue telfon lo daritadi, tapi gak diangkat. Gue ke rumah kata nyokap lo gak ada. Feeling gue lo pasti ke sini makan siomay. Ternyata gue benar.”Bella sama sekali tidak menanggapi Vian. Dia tetap sibuk menikmati siomay yang dia beli.“Kok diam? Marah ya? Gue benar-benar minta maaf.”Bella yang sudah selesai makan pun bangkit berdiri kemudian pergi. Vian segera menyusul.“Bell, maafin dong.” Vian masih tidak menyerah.Bella menghentikan langkahnya lalu menatap Vian. “Lo tahu kan gue gak suka sama orang yang ingkar janji.”“Gue tahu gue salah. Tadi itu gue udah mau samperin lo ke kelas, tapi tiba-tiba Sani dapat telfon dari rumah sakit kalau nyokapnya pingsan. Makanya gue buru-buru anterin Sani dan gak sempat bilang sama lo.”“Harus banget lo yang anterin? Gak bisa Beno atau Regan gitu? Kenapa setiap Sani kesusahan harus lo yang selalu ada buat dia? Emang gak ada orang lain selain lo?” Bella sudah ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • ARABELLA   Part 108

    "Lo sama Vian berantem karena Sani, kan?" tebak Alan yang tentu saja benar.Bella hanya diam lalu meneguk minumannya."Gue bakal ngomong sama Sani."Bella seketika membulatkan matanya. "Ngapain? Gak usah.""Tapi Bell, kalau kayak gini terus lo sama Vian bisa putus. Emang lo mau kayak gitu. Gue bukannya mau ikut campur. Gue cuma gak mau waktu gue pergi lo malah patah hati dan gak ada gue buat hibur lo.""Gue gak papa, Lan. Waktu lo selingkuhin aja gue aman kok."Alan seketika menundukkan kepalanya merasa bersalah. "Sorry Bell, gue ...."Bella kemudian tertawa melihat raut wajah Alan yang berubah. "Bercanda Lan. Gak usah dimasukin ke hati.""Tapi lo serius gak mau gue bantuin buat ngomong sama Sani. Biar dia ngerti.""Gue rasa Sani cukup pintar buat ngerti tanpa perlu dikasih tahu."***"Udah, telfon aja," celetuk Beno ketika melihat Vian sedang menatap layar ponselnya yang mana tertera kontak Bella. "Gue takut.""Takut kenapa? Pacar sendiri kok takut.""Lo juga ngerti maksud gue apa."

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • ARABELLA   Part 109

    Vian tersenyum menatap Bella yang sedang menyiram tanaman. "Bella."Bella menoleh menatap Vian dengan wajah datar. "Gue bantuin, ya.""Gak perlu." Bella langsung menolak. Vian memilih duduk di teras rumah sambil terus menatap Bella yang masih melakukan kegiatan menyiramnya.Setelah selesai Bella hendak masuk ke dalam rumah, namun Vian menahannya."Lo ingat gak kita hari ini ada jadwal belajar bareng?""Gue gak ingat. Lagian hari ini gue sibuk," jawab Bella dingin."Sibuk? Emang mau ngapain?""Harus banget lo tahu kegiatan gue?""Harus. Kan lo pacar gue."Bella hanya memutar bola matanya malas."Bella!" Keduanya menoleh Bella kemudian tersenyum. Sedangkan Vian menatapnya kesal."Jadi alasan lo gak bisa belajar bareng gue karena dia?" tanya Vian."Lan, ayo masuk."Vian menatap Bella tidak percaya. Bella tidak menjawab pertanyaannya dan malah menyuruh Alan untuk masuk ke dalam rumah. Sedangkan Vian yang sedaritadi di teras sama sekali tidak ditawar untuk masuk. Ini benar-benar tidak a

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14

Bab terbaru

  • ARABELLA   Part 116

    "Kenapa lo baru bilang kalau lo mau balik ke Surabaya? Kenapa lo cuma ngomong ke Bella? Kenapa gue enggak? Emang teman lo Bella doang?" Pertanyaan beruntun diberikan Sita pada Alan saat Alan memberitahunya kalau dia akan kembali ke Surabaya."Makanya sekarang gue bilang ke lo kan.""Tapi kenapa baru sekarang? Kenapa gak dari lama? Bella udah tahu duluan. Lo gak anggap gue teman lo, ya? Iya, gue tahu emang gue jarang ngobrol sama lo, tapi kan setidaknya gue juga harus tahu." Ekspresi Sita terlihat kesal.Alan mengembuskan napasnya sejenak. "Oke, gue salah. Gue minta maaf karena baru ngomongnya sekarang. Lo mau kan maafin gue? Gue traktir apapun yang lo mau sebelum gue balik."Sita menatap Alan sinis. "Lo pikir gue bisa disuap sama makanan?""Gak gitu, Ta. Gue cuma pengin lo maafin gue aja. Kalau lo gak mau gue traktir terus lo mau gue gimana biar bisa lo maafin?"Sita terdiam cukup lama sembari sibuk dengan ponselnya. "Gue mau lo hari ini beliin semua yang gue mau. Nih listnya." Sita m

  • ARABELLA   Part 115

    "Bella!" Sita berlari menghampiri Bella lalu memeluknya erat. "Gue bangga banget sama lo, Bell. Lo emang terbaik. Gue tahu lo emang hebat. Dengan kayak gini lo bisa nutup mulut orang-orang yang selalu beranggapan kalau lo itu gak ada apa-apanya dibanding Sani," ujar Sita sembari melirik sinis beberapa siswa yang lewat. Sita ingat betul kalau siswa-siswa tersebut adalah orang yang pernah meremehkan Bella karena Bella berhasil meraih peringkat pertama saat ujian tengah semester mengalahkan Sani.Bella mengembangkan senyumnya. "Makasih Ta, tapi kayaknya lo agak berlebihan deh mujinya. Gue biasa-biasa aja kok. Gak sehebat itu.""Udah deh gak usah merendah gitu. Gue tahu lo paling hebat. Sorry ya kemarin gue gak ngucapin."Bella mengangguk. "Iya, gak papa kok. Kan lo sakit. Masa gue mau marah sama lo yang lagi sakit.""Btw, gue belum liat Sani. Ke mana ya dia?"Bella menatap Sita sedikit heran. Tidak biasanya Sita menanyakan Sani. Apa mungkin Sita sudah tidak marah lagi dengan Sani?"Belum

  • ARABELLA   Part 114

    "Yan, daftar peringkat nilai UAS udah keluar. Lo gak mau liat?" tanya Regan."Nanti aja." "Loh? Kenapa? Bukannya lo nunggu dari kemarin?""Emang, tapi gue gak siap. Gue takut gak sesuai sama harapan gue. Gue takut ngecewain Bella.""Lo kan udah usaha, Yan. Bella juga pasti ngerti kok."Vian menggeleng. "Syarat gue baikan sama dia kan peringkat gue harus bagus. Gue gak yakin kalau gue bisa masuk sepuluh besar.""Mungkin Bella ngomong kayak gitu biar lo lebih rajin belajar. Percaya sama gue Bella pasti bakal bangga sama lo apalagi ngeliat usaha lo yang belajar mati-matian.""Gan! Regan!" "Apasih Ben? Teriak-teriak emang gue budek.""Lo udah liat peringkat lo belum? Gila, lo di peringkat sebelas, bro! Gak nyangka gue. Keren juga lo," ucap Beno yang begitu antusias.Regan tersenyum bangga. "Iya lah, emang lo peringkat lima puluh."Beno menatap Regan sinis. "Sombong amat!" Beno beralih menatap Vian. "Lo gak mau ngecek peringkat lo? Tadinya mau gue foto, tapi keburu rame jadinya gak sempa

  • ARABELLA   Part 113

    "Kenapa?"Terdengar helaan napas lega dari seberang sana ketika Bella menjawab telepon masuk. 'Akhirnya lo angkat juga. Gue telfon daritadi hp lo gak aktif.'"Sengaja gue matiin biar fokus belajar."'Masih belajar gak? Takutnya gue ganggu.'"Kenapa?" Bella kembali bertanya karena belum mendapatkan jawaban.'Gue cuma mau bilang kalau lo jangan salah paham ya soal yang lo liat tadi. Gue tadi cuma berusaha buat nenangin Sani.'"Oke." Setelahnya Bella langsung memutuskan sambungan panggilan begitu saja. Bella kembali mematikan ponselnya karena dia tahu Vian pasti akan kembali menghubunginya dan dia sedang tidak ingin diganggu.Bella mengerti kalau Vian memang mencoba untuk menenangkan Sani. Hanya saja sebagai pacar Vian tentu Bella merasa cemburu, tapi tidak mungkin dia memperpanjang masalah karena Bella malas ribut di hari-hari yang penting ini. Yang ada malah membuat dia tidak fokus belajar dan akan mempengaruhi nilai ujiannya. Lagipula Vian juga sudah berusaha untuk menjelaskan padanya

  • ARABELLA   Part 112

    "Gue dengar-dengar Sani tadi pingsan waktu ujian Kimia," ujar Sita lalu menikmati gorengan yang dia beli."Pingsan? Terus sekarang dia di mana? Udah siuman belum?" tanya Bella khawatir.Sita mengendikan bahunya. "Gak tahu. Gue cuma dengar sepintas dari anak-anak kelasnya.""Pasti gara-gara kebanyakan belajar terus gak istirahat. Biasa kan dia gitu," sahut Alan."Gue jadi ngebayangin waktu olimpiade lalu dia belajar kayak apa.""Ya, lebih parah. Makanya dia masuk rumah sakit, kan. Dia ngelakuin itu karena bokapnya. Dia gak mau bikin bokapnya kecewa.""Sekesel-keselnya gue sama Sani, masih lebih kesel gue sama bokapnya. Kek emang jaman sekarang masih ada ya orangtua yang suka maksa kehendak gitu? Kayak apa-apa anak harus ikutin semua kemauan orangtuanya tanpa peduli perasaan anaknya kayak gimana. Egois gak sih?" Sita meluapkan kekesalannya membuat Alan hanya bisa tersenyum."Kenapa lo senyam-senyum?"Alan menggeleng. "Gue cuma takjub aja lo sekesel itu sama bokap Sani. Jadi sekarang lo

  • ARABELLA   Part 111

    "Kenapa muka lo keliatan tegang gitu? Lo takut gak bisa kerjain soal?" Beno bertanya menyadari ekspresi Vian yang begitu tegang. Ya, akhirnya hari ini mereka melaksanakan ujian akhir semester yang mana biasanya tidak pernah ditakuti oleh Vian. Namun, hari ini dia tampak begitu tegang. Vian seperti itu bukan tanpa alasan, melainkan karena dia takut kalau nilainya tidak tuntas. Vian sudah berjanji pada Bella akan meraih nilai yang bagus agar Bella tidak marah lagi padanya. "Udah santai aja, Yan. Biasanya juga lo gak pernah tegang gini." Regan menimpali.Vian menggeleng. "Masalahnya gue udah janji sama Bella. Kalau nilai UAS gue bagus baru dia mau maafin gue."Regan menepuk-nepuk pundak Vian. "Semangat Yan. Gue yakin lo pasti bisa.""Waktu uts aja lo bisa masa uas lo gak bisa. Apalagi kan lo udah belajar sama Bella. Tutor terbaik lo."Vian mengangguk percaya diri. "Gue bisa. Demi Bella."***"Huft. Baru hari pertama aja udah susah apalagi kalau Matematika, Fisika sama Kimia. Bisa mati

  • ARABELLA   Part 110

    "Hai San."Sani yang sedang duduk di teras rumah sembari membaca buku mendongak. "Ngapain ke sini, Yan? Tumben gak bilang-bilang.""Boleh duduk dulu gak?""Duduk aja."Vian lalu mendudukan bokongnya di kursi kayu. "Sebenarnya gue ke sini mau minta maaf sama lo soal kemarin. Gara-gara berantem sama Bella malah lo yang kena imbasnya. Padahal lo gak salah apa-apa.""Gue tahu kok. Selama ini gue selalu ngerepotin lo. Gue lupa kalau lo udah punya Bella dan sekarang dia prioritas lo. Gak seharusnya gue ngandelin lo terus-terusan. Kalau gue jadi Bella juga mungkin gue bakal sama kayak dia. Gak ada yang mau cowoknya perhatian ke cewek lain walaupun itu sahabatnya sendiri.""Lo masih mau temenan sama gue, kan?"Sani tersenyum. "Masihlah emang lo gak mau?"Vian menggeleng. "Gue bakal jadi teman lo terus."***"Vian!" Vian yang ketiduran tersentak bangun lalu mengucek-ucek matanya untuk memperjelas penglihatannya."Eh, bang. Gue kirain Bella.""Bella? Emang dia ke mana?""Kata tante lagi pergi s

  • ARABELLA   Part 109

    Vian tersenyum menatap Bella yang sedang menyiram tanaman. "Bella."Bella menoleh menatap Vian dengan wajah datar. "Gue bantuin, ya.""Gak perlu." Bella langsung menolak. Vian memilih duduk di teras rumah sambil terus menatap Bella yang masih melakukan kegiatan menyiramnya.Setelah selesai Bella hendak masuk ke dalam rumah, namun Vian menahannya."Lo ingat gak kita hari ini ada jadwal belajar bareng?""Gue gak ingat. Lagian hari ini gue sibuk," jawab Bella dingin."Sibuk? Emang mau ngapain?""Harus banget lo tahu kegiatan gue?""Harus. Kan lo pacar gue."Bella hanya memutar bola matanya malas."Bella!" Keduanya menoleh Bella kemudian tersenyum. Sedangkan Vian menatapnya kesal."Jadi alasan lo gak bisa belajar bareng gue karena dia?" tanya Vian."Lan, ayo masuk."Vian menatap Bella tidak percaya. Bella tidak menjawab pertanyaannya dan malah menyuruh Alan untuk masuk ke dalam rumah. Sedangkan Vian yang sedaritadi di teras sama sekali tidak ditawar untuk masuk. Ini benar-benar tidak a

  • ARABELLA   Part 108

    "Lo sama Vian berantem karena Sani, kan?" tebak Alan yang tentu saja benar.Bella hanya diam lalu meneguk minumannya."Gue bakal ngomong sama Sani."Bella seketika membulatkan matanya. "Ngapain? Gak usah.""Tapi Bell, kalau kayak gini terus lo sama Vian bisa putus. Emang lo mau kayak gitu. Gue bukannya mau ikut campur. Gue cuma gak mau waktu gue pergi lo malah patah hati dan gak ada gue buat hibur lo.""Gue gak papa, Lan. Waktu lo selingkuhin aja gue aman kok."Alan seketika menundukkan kepalanya merasa bersalah. "Sorry Bell, gue ...."Bella kemudian tertawa melihat raut wajah Alan yang berubah. "Bercanda Lan. Gak usah dimasukin ke hati.""Tapi lo serius gak mau gue bantuin buat ngomong sama Sani. Biar dia ngerti.""Gue rasa Sani cukup pintar buat ngerti tanpa perlu dikasih tahu."***"Udah, telfon aja," celetuk Beno ketika melihat Vian sedang menatap layar ponselnya yang mana tertera kontak Bella. "Gue takut.""Takut kenapa? Pacar sendiri kok takut.""Lo juga ngerti maksud gue apa."

DMCA.com Protection Status