Ditambah dengan adanya motor sebagai sarana pendukung dan kehati-hatian pengelolaan keuangan, bisnisnya pun mulai berjalan. Di lain pihak kegigihannya bekerja membuat dirinya secara tanpa disadari menarik perhatian pedagang-pedagang lain. Kegalauan yang sempat begitu mencekam perlahan sirna.
Kepandaiannya memperbaiki barang-barang elektronik rusak makin meningkat. Yang namanya televisi, kipas angin, AC, kulkas, mesin cuci, sampe barang-barang ukuran lebih kecil seperti setrikaan, radio tape, bisa dibetulin.
Suatu waktu ia singgah di sebuah warung nasi yang belum pernah dikunjungi sebelumnya untuk makan siang. Bagai kena sengatan panah Cupid, Sandro mendadak jatuh cinta waktu ngeliat mbak yang melayani ternyata manis. Rambutnya panjang dan bodinya juga semlohay. Sandro udah naksir sejak pandangan pertama. Umurnya mungkin 20an tahun.
Sebetulnya Sandro nggak boleh lakuin gitu karena dulu waktu sama Rannie dia juga jat
Pria yang ia dambakan, Ramond, harus diperjuangkan. Pertama karena pria itu tergolong pemalu. Kedua, ia bukan tipikal yang sabar menunggu. Terakhir, ia percaya bahwa seorang wanita yang berani ‘nembak’ duluan sebetulnya menunjukkan sikap pemberani dimana bagi sukunya wanita yang pemberani itu dianggap ‘seksi’ dan menawan. Ini seperti gadis-gadis lajang di bagian dunia lain yang mencoba tampil cantik dengan pola fisik seperti memperpanjang bentuk leher. Atau gadis di suku tertentu yang mengenakan anting super duper berat agar daun telinga memanjang ke bawah karena menurut mereka itulah kecantikan. Atau bisa juga seperti gadis suku tertentu di pedalaman yang memiliki telapak kaki kecil akibat diikat paksa dimana kaki kecil itulah kecantikan sebenarnya.Sayangnya, saat ia menyatan cinta, situasi sudah terlambat. Ramond sudah terlanjur memilih seseorang untuk menjadi kekasihnya. Seorang gadis sederhana, cerdas, lumayan cantik. J
Rumah tangga pak Galih memang sedang di ujung tanduk. Ekonomi mereka mulai aman karena dapet dropping dana dari Dinda yang rutin kirim sebagain gajinya yang lumayan gede ke orangtuanya. Tapi di saat ekonomi udah aman gitu, rumah tangganya dilanda prahara. Pak Galih sedih karena isterinya ia nilai mulai nggak bener. Bisnis nasi uduk yang tadinya ia pikir akan menopang ekonomi malah jadi jalan retaknya hubungan mereka berdua. Tentu bukan salah di bisnisnya karena semua ini murni kesalahan Amih, isterinya.Hubungan suami-isteri yang awalnya akrab, sekarang berubah dingin. Mereka belum bercerai, tapi tetap meneruskan perkawinan walau dengan jalan terseok-seok. O ya, jualan nasi uduk udah lama berhenti dan sekarang mereka buka warung kelontong di depan rumah dimana untuk Apih yang sekarang jadi cemburuan, hal ini juga sering memicu konflik antar mereka berdua.“Orang kan bisa aja melakukan kekhilafan, Apih.&rdquo
Jadi orang berpikir positif selalu adalah hal penting. Tapi TERLALU berpikir positif juga nggak sehat. Dan itu yang terjadi sama Apih. Udah lama dia curiga dengan kedekatan pak Satya pada bininya. Dari dulu Dinda masih sekolah, dia beberapa kali ngeliat orang itu rada genit sama bininya. Tapi, ya itu tadi, karena terlalu berpikir positif dia nggak ngerasa bahwa sikap pak Satya udah mulai keterlaluan.Situasi diperparah dengan sikap Amih yang rada permisif. Akibatnya mereka berdua jadi makin akrab. Seiring berjalannya waktu Apih mulai bisa ngelihat kedekatan mereka berdua jadi rada keterlaluan. Ini membuat dirinya mulai menegur. Dia juga menegur pak Satya.Mulanya semua mau terima kritik dan situasi kembali normal. Itu karena pak Satya memang sempat hilang setahun lebih gara-gara dia ada kasus dengan orang lain yang membuat dirinya harus kabur ke Papua. Ada kasus tunggakan hutang dan skandal yang membuat dia hilang begitu lama sampai kemudian
Tapi – nah ini anehnya – di mata Amih itu Apih bukan pasangan yang baik. Beberapa kali Dinda ngeliat Amih nangis diam-diam. Dinda ngelihat dan dengar ketidakberdayaan Amih dalam perkawinan mereka. Betul-betul aneh. Seharusnya mereka pantas ngedapetin perkawinan yang bahagia. Dinda jadi suka bertanya-tanya sendiri."Mereka adalah dua orang yang baik. Tapi koq nggak punya kehidupan perkawinan bahagia yang sempurna?Setelah dewasa, dan begitu udah nikah, baru deh Dinda ngedapetin jawabannya.Di masa awal perkawinan, Dinda juga sama seperti Amih. Berusaha serius menjaga keutuhan keluarga. Dia rajin bekerja dan mengatur rumah dengan serius sambil berusaha memelihara perkawinan sendiri. Cuma anehnya Dinda koq nggak ngerasa banget. Bahagianya standar dan cenderung biasa. Dan Dinda juga jadi merasa jangan-jangan Ramond juga punya pikiran yang sama.Dinda merenung. Apa iya ini karena
Dalam kasus konflik antara Apih dengan Amih, Dinda juga suka ngerasa bahwa Amih lebih cenderung berada pada posisi yang lebih bersalah. Tapi dia juga perlu fair dengan ngelihat bahwa Apih juga kadang salah juga dan itu nyebelin banget. Dinda tau banget belum lama ini mereka konflik karena Apih yang pelit nggak mau korban duit buat Amih.Kejadiannya mungkin tiga bulan lalu. Waktu itu Apih dimintain sesuatu sama Amih.“Apih, bagi duit dong.”“Buat apaan?”“Masa’ tiap hari tahu, tempe, kerupuk, sayur bening doang. Udah lama nggak makan ikan yang enak nih.”“Amih mau beli ayam?”“Bukan ayam. Amih justeru pengennya ikan tongkol, ikan kembung, ikan cakalang. Lagi bosen makan ayam, kambing, sapi. Amih ingin yang lebih sehat. Nanti pulang beli ikan cakalang ya.”“Beli ikan emang buat apa sih?”“Supaya Amih kurus.”
Sementara Dinda ngurus urusannya di sekolah, di dalam mobil Panji ketar-ketir. Mobil yang dia miliki kondisi fisiknya udah makin parah. Tadi waktu nganterin Dinda ke sekolah, dia bisa ngeliat kalo wanita itu mukanya pucat pasi. Sekarang ngadatnya makin bertambah.Cekekekekekek.... cekekekekek....Mobil Panji udah nggak kuat di-start. Sempat mesin nyala sebentar sebelum kemudian.... pet! Dia mati lagi. Dicoba dua kali hasilnya pun sama aja. Panji mangkel. Dia seperti ngerasa mobilnya bener-bener nggak tau diri karena ngadat saat dia lagi mau keliatan keren di hadapan sang mantan.Cekekekekekek.... cekekekekek....Gak juga hidup. Yah, mau gimana lagi. Sesuai dengan bunyinya, kalo aja mobil itu adalah makhluk bernyawa, kayaknya Panji rela deh untuk cekek itu mobil sampe mati. Nggak peduli kalo dia harus berurusan dengan pihak kepolisan karena menghilangkan nyawa mobil uzur yang tidak berdoas. Sebodo ama
Apih dengan Amih memang masih perang dingin. Tapi sebagaimana hakekat orangtua, biar pun mereka lagi dalam suasana nggak enak, perhatian mereka ke si anak sematawayang, Dinda, udah gak perlu diraguin. Ini mengenai Ramond. Seperti udah mereka sadari sebelumnya. Mereka sebetulnya setengah hati dalam memberikan restu pernikahan Dinda dengan Ramond. Menantu mereka ekonominya lagi down, sedangkan Dinda sebaliknya. Moncer semoncer-moncernya. Dan ini bukan perkara enteng karena mereka sadar kalo posisi suami sebagai kepala keluarga dianggap kalah dari suami, banyak masalah yang berpotensi muncul. Sang suami bisa merasa diri minder dan kalo hal ini berlarut-larut bisa mengganggu keutuhan rumah tangga. Belum lagi kalo si isteri kariernya harus membuat dia lebih banyak di luar rumah dan bahkan ke luar kota segala. Atau malah ke luar negeri. Saat si isteri lagi bersama kolega bisnis bikin pertemuan di ruang rapat hotel ribuan kilometer dari rumah, bisa jadi si suami di rumah lagi uring-uringan.
Hadeuuuh, muka Dinda makin merah. Tapi ya mau gimana lagi. Orang yang ada di depannya adalah mertuanya dan bagaimana pun juga dia kan harus dihormati. Pertanyaannya harus dijawab. “Se-se-se...” “Sejam?” Dinda menggeleng dengan tetap gugup. “Se-se-se...” “Setengah jam?” Dinda akhirnya bisa ngatasin kegugupannya. “Se-seperempat.” “APAAAA????!!!” Dinda mental karena kaget denger kata-kata itu. Dan setelah itu senyum Papa Banu melebar. Melebar dan terus melebar sampe akhirnya ketawa. Ketawa dan terus ketawa sampe akhirnya dia ketawa ngakak dengan badan terguncang-guncang. Wakakakakakakak... Dan setelah puas ketawa, Papa Banu menggeleng-geleng kepala. “Kasihan, kasihan, kasihan. Odooo, kasihan kita pe anak.” “Kesian kenapa, Pa?” Pria itu bangkit, berkaca