Hadeuuuh, muka Dinda makin merah. Tapi ya mau gimana lagi. Orang yang ada di depannya adalah mertuanya dan bagaimana pun juga dia kan harus dihormati. Pertanyaannya harus dijawab. “Se-se-se...” “Sejam?” Dinda menggeleng dengan tetap gugup. “Se-se-se...” “Setengah jam?” Dinda akhirnya bisa ngatasin kegugupannya. “Se-seperempat.” “APAAAA????!!!” Dinda mental karena kaget denger kata-kata itu. Dan setelah itu senyum Papa Banu melebar. Melebar dan terus melebar sampe akhirnya ketawa. Ketawa dan terus ketawa sampe akhirnya dia ketawa ngakak dengan badan terguncang-guncang. Wakakakakakakak... Dan setelah puas ketawa, Papa Banu menggeleng-geleng kepala. “Kasihan, kasihan, kasihan. Odooo, kasihan kita pe anak.” “Kesian kenapa, Pa?” Pria itu bangkit, berkaca
Sebetulnya yang rumahtangganya dilanda prahara atau tantangan bukan hanya Apih dan Amih. Keluarga Ramond dengan Dinda juga begitu. Rumah tangga mereka nggak berjalan mulus-mulus amat. Bukan hanya sekedar konflik, gak tau kenapa bisnis dan karier – khususnya yang Ramond alami – kayak berjalan statis, berjalan di tempat. Apakah itu karena restu dari orangtua Dinda yang nggak sepenuhnya mereka dapatkan?Nggak tau. Tapi yang jelas, mereka berdua banyak mengalami masalah, khususnya masalah dari luar. Mungkin karena masih baru, masih muda, dan masih banyak ego di sana-sini. Ada bagusnya juga memang ketika suami-isteri saling terbuka dan dengan nilai kesetaraan lantas cerita semua yang masing-masing mereka alamin. Dua potensi masalah langsung menghadang di depan.Pertama, munculnya Miss Cosmo yang menggoda Ramond. Kedua, munculnya Panji yang menggoda Dinda. Ini jelas bukan hal mudah tapi tetap perlu dicari jalan penyelesaiannya. Selain
Ini betul-betul pencerahan buat Dinda. Dia nggak jadi balik ke kamar dan kemudian ngajak suaminya ngobrol di sofa. Ramond happy luar biasa lah ngeliat perubahan sikap itu. Biarpun dia udah ngantuk lagi, tapi dia langsung bangun demi supaya bisa ngobrol sama bininya.“Ada yang Mama mau omongin.”Ramond ngangguk, mempersilahkan dan mereka pun ngobrol-ngobrol dimana Ramond lebih banyak bertindak sebagai pendengar yang baik. Lehernya jadi kayak punya per sehingga dari tadi dia manggut-manggut aja atas segala yang bininya omongin. Dan mungkin karena perlakuan gentle kayak gitu kali ini Dinda bisa lebih ngontrol emosinya. Ramond pun mulai bicara pelan-pelan dan Dinda akhirnya bisa ngeliat persoalan dari sudut pandang suaminya.Di sofa itu, saat dini hari, mereka saling buka-bukaan. Buka-bukaan soal pandangan mereka semua, buka-bukaan soal pernikahan, buka-bukaan soal keuangan, dan banyak lagi yang lain kecual
Papa Banu dengan segala sifat katrok alias kampungannya bikin Dinda kurang suka. Dan bukan hanya Dinda yang nggak suka, tapi kedua orangtuanya pun begitu juga. Ini bikin mereka jaga jarak. Ulah anehnya tuh ada aja. Satu di antarnya terjadi waktu hari kedua atau ketiga di Jakarta, orang itu udah bikin ulah sama Apih.Jadi ceritanya dia datang ke tempat Apih dengan bawa oleh-oleh kopi. Mereka ngobrol kesana-kemari sampe kemudian topik pembicaraan mereka adalah soal kopi yang dari tadi mereka konsumsi.Mulanya Apih nanya. “Kopi apa nih? Koq enak banget.”“Kopi luwak. ““Oh pantes enak,” jawab Apih sambil seruput kopi sampe hampir abis.“Tapi maaf, apakah eee kamu tau kopi luwak bikinnya gimana?”“Tau. Itu dari eek luwak kan?”“Betul. Wah tau juga nih.”“Taulah. Kopi luwak emang begitu bikinnya.”“Tapi eee ka
Ramond setuju pendapat Dinda. Otaknya berputar keras untuk mengatasi masalah yang ada. Dinda baru aja cerita kalo rupanya dia selama dua minggu ini ngalamin kejadian aneh. Dimulai dari piring di dapur yang jatuh sendiri. Biar pun hanya piring melamine dan nggak bikin repot karena nggak pecah berkeping-keping, Dinda heran kenapa barang itu bisa jatuh begitu aja saat dia lagi mandi malam.Dinda nggak ngerti tapi kemudian ngelupain peristiwa itu begitu aja. Cuma ya itu tadi. Masalah aneh yang dialami bukan hanya itu. Nggak lama kemudian, di hari yang sama, kupingnya mendengar kayak ada orang lagi ngobrol-ngobrol di dapur. Dari jam HP, dia bisa liat waktu masih jam dua pagi. Dinda jadi penasaran emang siapa orang kurang kerjaan yang ngerumpi di jam segitu. Dia pelan-pelan jalan ke dapur dan begitu sampe di sana, suara itu mendadak ilang gitu aja.Dua hari kemudian terjadi lagi hal aneh. Lagi-lagi Dinda sedang sendirian di rumah waktu lampu
Lastri patah hati. Dia sudah terlanjur jatuh cinta sama Sandro tapi harus menghadapi kenyataan bahwa cintanya kandas. Dirinya sadar bahwa kumis adalah masalah besarnya dan itu yang bikin dia minder. Saat-saat awal ketemu dengan Sandro dia sebetulnya udah berusaha menghindari sebagaimana dia selalu menghindar kejaran semua cowok yang ‘tertipu’ karena penampilan fisiknya yang menggoda. Lastri sadar bahwa kalo sampe hubungan berlanjut lebih jauh, para cowok akan meninggalkan dirinya dan itu akan membuat Lastri makin terpuruk dalam kesedihan. Yah, siapa juga cowok yang suka sama cewek berkumis.Lastri bukannya nggak pernah ngatasin. Dia udah berusaha. Dia udah pake segala macam. Mulai dengan cara dicukur, diobatatin aneka obat dari apotik maupun herbal, bahkan sampe dicabutin satu-satu sampe perih. Tapi yang namanya bulu tetap aja bulu. Dia tumbuh tanpa memandang usia. Dia juga tumbuh tanpa memandang musim apakah itu musim hujan atau musim duren. D
Di sebuah hotel, Dinda menunggu. Menunggu dengan gadget berisi aplikasi yang dia dan rekannya rancang sendiri serta masih belum untuk konsumsi publik alias belum ada di Google Apps. Begitu aplikasi nunjukin bahwa nomor ponsel Angel – yang kemungkinan besar ada di tangan gadis itu – bergerak turun melalui lift, Dinda pun bergerak ke depan lift. Tepatnya lift nomor 2 dimana nomor ponsel gadis itu terpantau di sana.Pintu lift terbuka. Penghuninya hanya seorang pegawai hotel dan Angelica aja.“Dinda?”Dinda yang pura-pura baru ketemu, langsung pasang mimik muka kaget. “Angelica?”Keduanya langsung pelukan dan cipika-cipiki. Nanyain keadaan masing-masing dan tentu aja apa yang saat ini dikerjakan. Dinda tentu aja tahu soal popularitasnya Angel tapi tentu banyak juga yang dia belum tahu. Mereka mengobrol sesaat nggak jauh dari pintu lift.“Gil
Waktu Dinda dan Ramond nyampe rumah, Amih kebetulan lagi ngomong di telpon dan sibuk ngasih nasehat ke temannya.“Kalo kamu nggak mau nge-klaim bagian kamu sebagai salah satu ahli waris, yah itu sih hak kamu. Banyak orang pikir mereka nggak mau ribut dan akhirnya pasrah aja dengan mereka nggak dapet warisan apa-apa. Mereka pikir sikap mengalah itu bijaksana. Iya bijaksana, tapi nggak selalu sikap mengalah itu bijaksana.”Dinda sama Ramond ngasih salam ke Amih. Cuma, karena memang lagi nelpon, Amih hanya nganggukin kepala aja. Habis itu Amih ngelanjutin obrolan ke entah siapa.“Karena kalo hidup orang itu jadi nggak bisa makan, apakah itu bijaksana? Kamu kan butuh uang untuk ngelanjutin hidup. Karena itu kenapa nggak kamu klaim aja apa yang jadi bagian kamu?”Sambil mulai ngelepas sepatu dan kaos kaki, Ramond ngaso dulu sesaat. Begitu juga Dinda. O iya, Amih udah beberapa lama
Perusahaan tempat dia kerja sebetulnya di bawah manajemen yang buruk. Koh Aliong dan bininya, bu Nurul, sebetulnya banyak melanggar peraturan pemerintah mengenai ketenagakerjaan. Lembur yang nggak dibayar, waktu kerja yang lebih panjang dari normalnya 40 jam seminggu, cuti yang sudah dikasih, gaji telat dan dicicil, semua itu bukan cerita baru. Pegawai yang baru diterima kerja hanya dapat gaji sesuai kesepakatan hanya di bulan pertama doang. Di bulan kedua dan seterusnya gaji dipotong sepihak dengan alasan ini dan itu. Licik banget mereka.Nah, dengan demikian kerja di tempat itu sebetulnya sangat nggak nyaman. Ramond kerja di situ juga hanya punya tujuan utama sekedar cari pengalaman. Kalo ada tawaran kerja di tempat lain dengan fasilitas yang sama, bukan hanya dia, tapi mayoritas karyawan juga siap untuk mengundurkan diri.Berkaitan dengan jualan herbalnya, Ramond gunain waktu makan siang untuk jualan. Bayarnya bisa nanti saat gajian. Tapi saat jam makan siang juga biasanya jadi wak
“Kamu itu ngeledek yah? Kamu teh udah tau kan kalo bapak ngomongnya gituh.”“O iya iya.”“Nggak sopan ah kamu omong gituh.”“Iya iya. Gak usah lagi dibahas lah. Kita kan harus sori-menyori.”“Bapak teh selalu dukung kamu. Coba aja kamu sama mbak Awuh.”Ngeliat bapaknya ngasih semangat, terang aja Panji nanya-nanya lebih jauh. Dia nanyain lokasinya di mana, ke sananya naik apa, berapa lama, ongkosnya berapa, kemungkinan dapat potongan harga, mbah dukunnya rese’ apa nggak, dan lain sebagainya. Semua pertanyaan Panji dijawab pak Satya dengan lengkap. Begitu lengkap sampe Panji sempat curiga koq bapaknya tau banget segala hal soal si mbah dukun sampe tahu ada tai lalat tiga biji di bokongnya mbah Awuh. Satu di bokong kanan, dua lagi dempetan di bokong kiri.Coba tuh. Gimana dirinya nggak curigation tingkat dewa?Tapi pikirnya biarlah untuk sementara soal itu diabaikan dulu. Ada hal-hal lain yang Panji ingin dapatkan informasinya dari orang itu.“Mbah Awuh itu hebat?”“Hebat pisan euy!”“H
Kalo sudah omel mengomeli suami ini yang berat. Padahal Ramond masih ada beberapa yang perlu dia omongin. Soal aplikasi, soal Angel, soal Papa Banu, dan banyak lagi. Tapi dia takut juga karena ngomongin soal topik apapun Dinda bisa meledak marah. Padahal Ramond kurang apa coba. Cuci piring dia udah lakuin. Begitu juga cuci baju. Baju di sini dalam artian semua jenis pakaian.Nah soal baju ini akhirnya jadi konflik yang membesar. Ramond ngerasa dia udah rajin kerja. Mulai dari itu di mesin cuci dimana baju dicuci, dibilas, dikeringin dan habis itu, dijemur, diangkat dari jemuran, plus disetrika. Tapi biarpun udah ngelakuin begitu banyak, bininya tetap aja nyap nyap. Marah ketika dinilai bahwa hasil setrikaan nggak kinclong.Ramond pun akhirnya jengkel juga. Hari ini seharian dia nggak ngomong dan nggak mau diajak ngomong sama Dinda. Buat Ramond, apakah ibu hamil memang begitu ya. Seenaknya dia nyakitin hati suami dan terus setelah itu dengan seenaknya dia nyantai. Ngomong dan bersikap
Panji pasti nggak ngeduga kalo dukun yang awalnya mau dipake Panji di layanan paranormal online sebetulnya nggak lain adalah Bimbim. Bimbim yang pernah satu sekolah dengan Panji dan Bimbim yang jadi sahabat Dinda waktu SMA.Bimbim pun akhirnya jadi tau kalo yang mau ditarget ternyata adalah temannya sendiri. Setelah lihat dan menyadari kalo teman itu ternyata adalah Dinda, Bimbim jelas kaget. Dinda itu bukan hanya sekedar teman. Dia itu sahabat Bimbim dalam suka dan duka waktu di SMA. Mereka sering saling bantu ketika dalam masalah masing-masing.Duit yang dia sempat terima dari Panji juga nggak bertahan lama di rekeningnya. Bimbim juga bisa ngakalin Panji sehingga akhirnya bisa kembaliin semua duit itu. Saat ini Panji nggak perlu dikasih tau kenapa dikembaliin karena yang jelas Bimbim udah nekad nggak mau ngebantu Panji. Dan bukan hanya itu Bimbim juga udah nekad nggak mau ngejalanin hidup dengan profesi yang sekarang dia lakuin.Dan karena Bimbim adalah orang yang tau sopan santun,
Hari itu dia kerja jadi patung ondel-ondel. Dan setelah jalan kesana-kemari sambil goyang-goyang dikit ngikutin irama dari tape yang dibawa dan dapat saweran dari orang-orang lain, dia lantas istirahat di bawah pohon. Tentu aja waktu itu dia udah lepas bonekanya. Di bawah pohon asem, sambil ngipas-ngipas mukanya yang kepanasan, dia ngebuka hape. Panji kaget karena ada notifikasi bahwa ada dana masuk ke rekening dia.‘Dana masuk dari siapa? Buat apa?’ tanyanya dalam hati.Dia makin kaget begitu tau dana itu datang dari orang yang pernah dia kirimin SMS. Ini artinya SMS itu betul! Bukan SMS tipu-tipu seperti yang awalnya dia duga. Tapi, siapa yang berbaikhati ngirim dana lumayan banyak ke dia? Dan buat apa? Panji coba nelpon ke nomor yang tadi kirim SMS tapi telpon udah di-nonaktif-kan.Saat lagi bingung nebak-nebak itulah kebingungannya terjawab. Kalo diliat dari jumlah dana yang masuk, itu artinya dana itu ada kaitannya dengan layanan paranormal online yang dia ikutin. Apakah ini arti
“Boleh kalo mau liat. Tapi nunggu aku ada jam kosong ya.”“Dan satu lagi. Anu, boleh dong Koh order satu botol. Kepo juga nih, kepingin liat produk parfum yang bahannya dari kemenyan.”“Waduh, kebetulan lagi kosong.”Koh Aciung kedengarannya kecewa. “Waktu minggu lalu itu kamu bilang juga masih kosong. Masa’ sampe sekarang masih kosong juga? Emang kamu belum bikin lagi?”“Belum karena bikinnya susah dan lumayan lama. Maklum sebetulnya ini parfum untuk ternak betina.”“Jadi udah nggak ada?”“Nanti ke depannya akan ada yang kemasan praktis. Aromanya dijamin lebih semriwing.”“Kalo nggak ada di kamu adanya di mana? Di toko apa aku bisa dapet?”“Coba aja cek di toko material terdekat.”“O gitu. Ya sudah. Tapi sekali lagi Koh kagum sama kamu karena bisa mengolah kemenyan jadi parfum. Ckckck, luar biasa. Koh pokoknya dukung kamu terus deh. Kalo butuh kemenyan kualitas bagus, hubungi Koh Aciung. Pasti dikasih diskon khusus karena Koh tau kamu nggak gunain kemenyan buat klenik atau mistik. Ka
Kasus tagar 1: Gumelar. Korban aplikasi. Prioritas yang harus dia bikin saat itu untuk diselesaikan secepat mungkin. CASE CLOSED.Kasus tagar 2: Sandro. Korban aplikasi acakadut yang Dinda bikin. Perlu ditolong dalam kasus dirinya yang sekarang kesengsem sama Lastri, sang gadis berkumis lebat. CASE CLOSEDKasus tagar 3: Panji. Bahaya laten CLBK alias Cinta Lama Bersemi Kembali. Perlu dihindari karena memanfaatkan kegantengan.Kasus tagar 4: Cinta segitiga Apih – Amih – Pak Satya. Bikin rukun hubungan Apih dengan Amih dengan menghancurkan ego masing-masing. CASE CLOSEDKasus tagar 5: Pak Rojab. Mulanya dendam sa
Dari situlah Bimbim mendapatkan pekerjaan sesuai dengan minat dan bakatnya. Sang guru spiritualnya ternyata punya kenalan yang punya kenalan dari kenalan lainnya. Udah gitu kenalannya ini punya kenalan lain. Nah mereka yang kenalannya adalah kenalan dari si kenalan inilah yang bikin usaha Start Up bisnis paranormal. Sekian lama Bimbim gabung dengan bisnis jadi dukun dengan layanan online sampai kemudian dia dapet orderan dari Panji, teman satu sekolah sewaktu SMA.Bagi Bimbim di jaman now jualan dengan metode online lebih menguntungkan daripada metode Simatupang alias: siang malam tunggu panggilan. Lebih bagus juga daripada metode Siregar: siang sampe sore dagang di trotoar. Dan paling bagus lagi daripada metode Silangit: siang malam nungguin tanpa hasil.Mulanya Bimbim nggak kenal Panji. Begitu juga Panji nggak kenal Bimbim. Pertama karena mereka nggak begitu akrab, kedua karena fisik dua-duanya, apalagi Bimbim, udah berubah banget. Waktu P
“Hhhh.... ya iyalah. Itu kan kejadiannya spontan. Mana Papa tau?”“Bo’ong ah...”“Ya tap-tap-tapi mau gimana lagi. Kalo dia jatuh ke aspal tempat parkir, kepalanya kejedot, berdarah, mati. Lebih gawat lagi. Papa bisa masuk penjara dan kamu jadi janda. Kalo kelamaan dipenjara kamu nanti cerai-kan Papa dan kawin sama yang lain. Kasian kan anak kita. Dan masa’ sih Mama juga nggak kesian nasib Papa?”Ramond lantas sekuat tenaga mencoba ngebujuk isterinya yang lagi galau tingkat dewa. Butuh agak lama sih. Tapi dia udah tau tabiat Dinda. Bininya itu bukan tipikal orang yang bisa dibohongin. Selama penjelasan disampaikan dengan logika penuh, dia bisa ngerti. Harus ada alasan yang cukup kuat kenapa dia ngelakuin tindakan bodoh. Selama penjelasan itu masuk akal, Dinda mau dibaik-baikin lagi.Dan pelan-pelan kesadaran Dinda timbul. Dia sadar kalo suaminya emang nggak punya niat busuk.