Share

TAK BISA INGKARI RASA

Mereka menikmati sensasi rasa desiran pintu surga dunia beberapa saat dan dipaksa berhenti oleh dering ponsel Sapto. Pria ini lalu mengecup kening Ambar lembut lalu berbisik lirih di telinganya. “I love you. I”ll be there for you.”

“I love you too,” balas Ambar sambil mendongak menatap kedua mata teduh di hadapannya. Sapto pun tersenyum manis lalu melihat nama yang tertera di layar dan mengangkatnya. “Selamat siang,” salam Sapto kepada seseorang di seberang telepon.

“Selamat siang, Pak Sapto. Semua berkas kematian telah siap untuk ditandatangani,” balas sang penelepon. Seketika Sapto menoleh ke arah Ambar lalu menjawab,”Terima kasih, Pak. Saya segera akan mengurusnya. Selamat siang. Hubungan telepon berakhir dan Sapto menaruh ponsel kembali ke atas meja.

Pria ini menatap lekat ke arah Ambar lalu tersenyum tipis. Dia hanya berpikir, bagaimana bisa menangani pemakaman jenazah Eksanti, sedangkan dirinya sendiri masih dibantu kursi roda. Dia hanya memikirkan akan memberi kabar ke orang tu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status