Home / Rumah Tangga / ALASAN SUAMIKU MENDUA / Part 8. Kembali Terluka

Share

Part 8. Kembali Terluka

Author: Rizka Fhaqot
last update Last Updated: 2022-07-07 21:18:40

Aiman menarik napas panjang, menghembusnya perlahan. Tangannya mengusap pelan wajah Zia "Sintia ingin tinggal bersama kita, Zi!"

Mataku Zia sukses terbuka lebar, saat mendengar kalimat terakhir yang Aiman ucap barusan. Ia menggeleng kepala, satu sudut bibirnya terangkat.

"Apa sebenarnya yang kalian inginkan? Setelah kalian berhasil menikah diam-diam, kini perempuan itu ingin tinggal bersamaku. Apakah masih kurang luka yang kalian torehkan di hatiku? Apa aku harus memohon pada kalian agar jangan menambah lagi luka di hatiku?"

Zia menggigit bibir kuat-kuat, emosinya kembali meninggi, hingga matanya mengembun, mengalirkan bulir-bulir yang menganak sungai di pipi, bermuara di pangkuannya.

Aiman menangkupkan kedua tangannya di pipi istrinya. Namun dengan cepat Zia menepisnya.

"Abang juga tak menginginkan ini, Zi. Tapi ini demi kebaikan kita semua. Demi keamanan Sintia juga."

"Kebaikan bagi kita semua?" Zia tersenyum sinis, air mata tak henti membanjiri pipinya. "Ini untuk kebaikan kalian, bukan untukku!" ucapnya dengan gigi bergemelutuk. Matanya menatap tajam pada Aiman, hingga lelaki itu lebih memilik menunduk.

"Sebegitu besarkah kesalahan Abang, hingga sikap lemah lembutmu yang dulu tak penah lagi terlihat, Zi?"

Zia tersenyum sinis mendengar ucapan Aiman barusan, ternyata suaminya itu masih belum sadar sepenuhnya akan kesalahannya.

"Apa menikah diam-diam dengan perempuan lain itu kesalahan kecil menurut Abang, hah?" Zia berbisik. Namun kalimatnya mampu membuat nyali Aiman menciut.

"Jika Abang yang berada di posisiku, bagaimana Abang akan bersikap? Setelah sekian lama kuabdikan semuanya hanya untuk seseorang yang disebut suami, namun di belakangku, lelaki yang kusebut suami telah menghianatiku. Bayangkan, istrimu ini yang melakukan penghianatan atas kesetiaanmu! Bayangkan istrimu ini memiliki laki-laki lain selain kamu." Zia tergugu dengan memeluk lutut.

"Bukankah kau tahu, Zi, jika poligami itu sunnah, tapi kenapa kau menolaknya?" ucap Aiman.

"Aku bukan menolaknya! Dan sampai kapan pun aku tidak akan menolaknya."

"Lantas?" Aiman mengangkat wajah, ia merasa memiliki senjata untuk menghadapi Zia kali ini.

"Apa Abang yakin jika Abang sudah mampu memenuhi syarat untuk melakukannya sesuai tuntunan qur'an?"

"Aku akan mengusahakannya."

"Kalau begitu, silahkan cari yang bersedia untuk menjadi istri yang lain sebagai penggantiku karena aku belum siap untuk dimadi apalagi dengan cara diam-diam."

Zia semakin tak mengerti dengan sikap Aiman, hingga rasa muak di hatinya semakin mengakar.

"Jangan pernah memintaku untuk menceraikanmu, Zi, karena aku sangat mencintaimu."

"Sejak kapan cinta menghancurkan perasaan orang yang ia cintai."

"Aku tak berniat menyakitimu, Zi, mengertilah dengan posisiku sekarang. Berusahalah menerima, balasan istri yang sabar ketika di poligami adalah syurga."

Zia kembali merasa muak dengan ucapan Aiman. Dalil yang selalu kaum laki-laki ucapkan saat ingin memuluskan hasratnya.

"Bukankah, talak juga tak dilarang!" ucapnya dengan suara serak

"Zi, Abang sayang kamu, Zi. Percayalah, Abang akan berusaha adil." Aiman terlihat memohon.

"Lepaskan aku, kembalikan aku pada Ummi dan Abi. Biarkan aku bahagia dengan jalanku," ucapnya lirih di sela isak tangis.

Aiman tersentak mendengar permintaan Zia untuk berpisah. Tatapannya tepat pada wajah cantik dengan kelopak mata sedikit membengkak.

Setahun menikah, ini adalah kali pertamanya ia melihat wajah cantik itu begitu terluka dan yang lebih menyakitkan tapi lagi semua terjadi karena ulahnya.

"Jangan bercanda, Zi!"

"Apa aku seperti tengah bercanda?" Bibirnya tersenyum sinis dengan wajah basah oleh air mata.

"Aku tak ingin berpisah darimu, Zi! Aku mencintaimu!" Aiman terus menghiba dengan nada suara sedikit bergetar. Ia tak rela jika Zia akan pergi secepat ini.

"Cinta?" Zia tersenyum sinis.

"Abang hanya ingin, kau dan Sintia merasa aman. Mengapa kau tak juga mengerti?"

Aiman terdengar membentak. Hal yang belum pernah dilakukannya pada Zia sejak dulu. Hati Zia berdesir. Nyeri … semakin nyeri.

Zia tak ingin berdebat lebih lama. Melihat perubahan sikap Aiman kini menambah luka yang belum sembuh kembali bernanah.

"Baiklah! Bawalah perempuan itu untuk tinggal bersamaku, agar kalian puas!" ucapnya, seraya berlari ke kamar dengan air mata kembali deras mengurai. Tak ada lagi mata teduh yang dulu selalu membuat Zia tak sabar untuk menyambut kedatangannya, yang tersisa hanyalah rasa muak yang memenuhi relung sana.

***

Sore ini, ketika matahari mulai mendekat ke ufuk barat, beranjak menggantikan sinar teriknya menjadi sendu.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamu'alaikum." Suara ketukan beberapa kali terdengar dari arah pintu depan. Zia yang tengah membaca al-qur'an setelah sholat ashar tadi segera mengakhiri bacaannya, lalu bergegas berjalan ke luar dengan masih mengenakan atasan mukena yang tadi ia pakai untuk shalat.

"W*'alaikumsalaam" jawabnya, seraya memutar anak kunci untuk membuka pintu. Tangannya memutar gagang kemudian menarik daun pintu, pintu yang tadinya tertutup rapat, kini berhasil terbuka lebar.

Tatapannya ikut melebar saat melihat punggung perempuan dengan rambut tergerai sebahu.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ipeh Saripeh
kok hatiku yang sakit ya baca novel ini.apa boleh saya kasih sianida buat laki" model begitu
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
laki" biadab cocoklah m cwe bangsat
goodnovel comment avatar
Partinah Partinah
bangsat bgt perempuan sundal itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 9. Kedatangan Sintia

    Mata Zia melebar saat menatap pemandangan yang tak pernah ia harapkan terjadi. Bahkan mimpi pun ia tak pernah mengira, jika pernikahannya akhirnya akan berakhir sesakit ini. Perempuan itu berdiri membelakangi pintu rumah. Rambut sebahunya tergerai, dengan kaos tangan pendak hitam dan celana jeans panjang berwarna senada, membuat kulit putihnya terlihat kontras. Tangannya menenteng satu koper berukuran cukup besar, serta tas kecil tersangkut di bahunya. "Apa yang membuatmu tega melakukan hal itu?" Zia bertanya pada perempuan dengan tinggi badan sekitar 165 sentimeter yang tengah berdiri di hadapannya itu. Susah payah ia tahan gejolak yang berusaha menguap. Perempuan itu memutar badannya hingga membuat tatapan mereka bertemu. "Aku mencintainya!" ucapnya, dengan tangan bersedekap di dada. Tak ada gurat sesal di wajahnya. "Apa aku pernah menyakitimu, hingga kau tega melakukan ini padaku?" Zia menatap kososong deretan pot tanaman hias di halaman depan. "Kau tak pernah menyakitiku. Kau

    Last Updated : 2022-07-07
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 10. Tak Ingin Lebih Sakit Lagi

    "Layanilah perempuan itu dengan baik, aku tak akan melarangnya, karena memang seharusnya begitu."Aiman kembali memejamkan mata, sambil menarik napas dalam. Ia tak ingin memilih, ia hanya ingin hidup tenang dengan merangkul keduanya secara bersamaan. "Jangan berkata begitu, Zi. Abang tau Abang salah, tapi jangan menghukum Abang dengan kata-kata seperti ucapanmu barusan. Abang sungguh sangat mencintaimu!""Bukankah terkadang cinta memang tak harus memiliki?" lirih Zia pelan. "Berusahalah menerima, Zi! Abang akan berusaha untuk adil." Aiman menatap kosong meja rias di hadapannya. "Aku hanya tak ingin lebih sakit lagi!"Seketika Aiman beralih menatapnya tajam, "Kau cukup paham tentang ini, Zi, bersabarlah! Abang mohon. Jika bisa memilih, Abang lebih memilih tak pernah dipertemukan lagi dengan Sintia, tapi Abang bisa apa?""Jangan pernah mengira, seseorang dengan didikan pesantren akan berubah menjadi malaikat! Aku masih manusia biasa, yang bisa merasakan sakit hati dan kecewa," ucap Zi

    Last Updated : 2022-07-07
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 11. Tak Ada Lagi Air Mata

    Aiman mengusap wajah kasar. Ia tahu kalimat yang baru saja meluncur dari bibirnya, mampu kembali melukai Zia, tapi ia tak bisa membohongi hatinya untuk jujur pada istri pertamanya itu. Berharap Zia bisa mengerti dirinya. "Iya, Zi. Abang mencintai kamu, juga Sintia."Sudut bibir Zia terangkat. Kalimat Aiman tak ubah bak belati tajam yang menancap tepat di ulu hatinya. Zia berusaha menguatkan diri. Ia tahu, jika kedepannya, kata-kata yang lebih menyakitkan akan menjadi hal biasa baginya. "Ke luar lah, Bang! Aku sedang ingin sendiri," usir Zia lirih. "Zi," Pelan tangan Aiman menggenggam jemari Zia. Ada rasa tak tega telah menyakiti perempuan baik itu. Namun ia pun tak mau Sintia kecewa. "Pergilah! Malam ini jatah kau dan Sintia, aku tak ingin sedikit pun menjadi penghalang."Hening. Cukup lama hanya desahan napas penuh luka dari bibir Zia yang terdengar, setelahnya Aiman bangkit dan ke luar setelah mencium pucuk kepala Sang istri. Zia mengusap sudut mata yang basah. Tangannya meng

    Last Updated : 2022-07-07
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 12. Sikap Zia Semakin Dingin

    "Harusnya kau yang iri denganku. Bukankah aku yang pertama kali dan satu-satunya yang merasakan luahan cinta dari Bang Aiman setahun ini." Zia mengedipkan sebelah matanya. Entah sejak kapan Zia menjadi pintar membela hatinya seperti sekarang. Sintia terlihat geram. Emosinya memuncak mendengar kalimat Zia barusan. "Tunggu saja kau, Zia! Aku akan menyingkirkanmu dari hati Bang Aiman."Zia tersenyum lembut, menampakkan dagu runcing penyempurna wajahnya. "Masih ada lagi yang perlu ditanyakan?" Zia menaikkan alis. Sintia menghentakkan kakinya ke lantai seiring emosi di dadanya yang memuncak. Perempuan dengan piyama tidur itu meninggalkan Zia yang masih mematung di pintu kamar. Sintia kembali ke kamar, meraih ponsel di atas nakas, lalu mulai memesan makanan jadi. Tiga hari sudah Sintia tinggal bersama mereka, sejak saat itu pula Zia tak pernah lagi memasuki kamar yang sekarang ditempati Sintia, meski hanya sekedar beres-beres. "Kok, pakaian kotornya nggak di cuci, Sayang?" tanya Aima

    Last Updated : 2022-07-07
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 13. Bermuka Dua

    "Kenapa, Zi?" "Nggak, nggak papa, Ra." Bibir tipis itu melengkung membentuk bulan sabit. "Kamu sendiri?" Zia balik bertanya, berusaha mencair suasana. Suasana hatinya yang tiba-tiba tak nyaman. "Insya Allah, sesegera mungkin, Zi. Do'akan saja semoga lancar semuanya. Nanti kalau udah deket harinya, bakal kukabarin dan kamu harus dateng." Fira tampak sumringah. Zia menatap dengan binar bahagia kalimat Fira. Terbayang kembali bagaimana dulu bahagianya dirinya saat Aiman datang melamarnya. Namun kini semua memudar, bahkan semakin memudar. *Pukul 15.30 Zia sudah sampai di rumah dengan motor matic yang dibelikan Aiman sebagai kado ulang tahun Zia 5 bulan lalu. Setelah memarkirkan motornya, Zia bergegas masuk rumah dan langsung ke kamar. Entahlah, semenjak Sintia tinggal di sini, kamar menjadi tempat ternyaman bagi Zia. Ia bukan lemah, hanya saja berusaha berdamai dengan hatinya. Bagaimana pun, poligami adalah sunnah dan bercerai pun bukan sesuatu yang dilarang. Hanya saja, ia berus

    Last Updated : 2022-07-07
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 14. Didik Dia Sebagaimana Mestinya

    Zia tetap menyantap makanannya hingga tandas. Keringat di dahinya meleleh karena makanan pedas yang ia makan. Selesai makan ia bangkit, mencuci piring kotor miliknya dan kembali duduk di kursi makan yang sama. Sintia terlihat lebih tenang meski bibirnya masih terlihat memble. "Besok tolong cuci pakaian kotormu. Aku nggak mau sampai ada kecoa di kamar mandi karena bau menyengat dari baju kotormu. Aku juga nggak mau sampai ada tamu masuk rumah ini dan melihat baju kotor berserakan di kamar mandi." Zia berucap dengan mata menatap lurus pada Sintia. "Iya, Kak, tadi rencananya ada tukang loundy yang jemput, tapi ggak jadi karena nggak keburu lagi. Rencananya besok." Sintia berucap sambil menahan kesal. Bagaimana tidak, rasa panas di bibir dan mulutnya saja belum hilang, ditambah lagi kata-kata Zia yang barusan membuatnya terpojok dan merasa malu pada suaminya. "Iya, Zi, besok aku yang bakal antar ke loundry." Aiman menengahi. Namun sebenarnya ia tengah memantik api cemburu dan amarah

    Last Updated : 2022-07-07
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 15. Siapa Perempuan Itu?

    Ia sadar, semua yang Zia katakan adalah benar. Bahkan, sejak Sintia di sini, Aiman hanya melihat Sintia hanya melakukan shalat magrib, itu pun harus diajak terlebih dahulu. Saat adzan isya, perempuan itu selalu beralasan ia lelah dan ketika subuh tiba, Sintia dengan manjanya untuk meminta tidur lagi. Aiman tak pernah bisa untuk tegas, bahkan semenjak bersama Sintia, Aiman sering telat melaksanakan shalat subuh karena Zia tak pernah lagi membangunkannya seperti dulu. *"Bangun, Bang! Sudah masuk waktu subuh." Zia menggoncang pelan bahu Aiman yang masih terlelap. Setelah Aiman mulai sadar, Zia melanjutkan murottal qurannya. Aiman bangkit, berjalan menuju kamar mandi, kemudian segera shalat dua rakaat setelah wudhu. Selanjutnya, ia melangkah ke luar, berjalan menuju kamar Sintia. Perempuan itu masih terlelap dalam mimpinya. Berada di antara dua istrinya membuat Aiman terkadang merasa serba salah. Ia tak ingin berpihak pada salah satu di antara keduanya. Namun, sikapnya selalu menunj

    Last Updated : 2022-07-07
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 16. Talak

    Zia yang sejak tadi sibuk berbalas pesan dengan Ibu mertuanya langsung menoleh. Ya, Ibu Ana bertanya banyak pada Zia, jika mereka datang Zia pengen dibawakan apa? Aiman dan Sintia baru saja pulang. Dengan santai, Sintia bergelayut manja di bahu Aiman. Zia langsung tertunduk. Hatinya kembali terluka saat melihat penampakan seperti ini. "Zi, kamu baik-baik saja?" Fira merengkuh bahu Zia yang duduk di sampingnya. Ia mulai paham sedikit tentang rumah tangga Zia sekarang. "Kalau kau butuh teman curhat, aku siap, Zi. Jangan menyiksa batinmu dengan memendamnya," lirih Fira, ia ikut merasakan apa yang sekarang sahabatnya itu rasakan. Zia mengangkat wajahnya, lalu tersenyum. "Aku baik-baik saja, Ra. Semoga aku mampu melewati cobaan ini."Lelaki yang kini tengah duduk di kursi depan, meremas gagang stir sangat kuat. Ikut membayangkan seandainya adik kesayangannya lah yang berada di posisi Zia. Zia turun setelah mengucap terima kasih pada dua kakak adik itu. Kini tinggallah keduanya melep

    Last Updated : 2022-07-07

Latest chapter

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 179. Cinta Akan Datang di Waktu yang Tepat

    "Terima kasih atas waktu dua tahunmu membersamaiku, Bang. Semoga kau selalu menjadi laki-laki terbaik bagiku dan Hana, putri kita." Zia menyandarkan kepalanya ke dada bidang lelaki yang sudah dua tahun melengkapi hidupnya. Sebuah jalan takdir yang sama sekali tidak pernah ia duga sebelumnya, jika Farid akan menjadi suami, imam juga jalan dirinya untuk menggapai surga Rabb-nya."Alhamdulillah, Sayang. Abang juga sangat bersyukur sekali bisa dipertemukan dengan perempuan cantik, baik hati, sholeha, sepertimu." Senyum menawan Farid dia persembahkan untuk perempuan asing teristimewa dalam hidupnya. Keduanya saling menautkan jari menikmati semilir angin sore di taman samping rumah sambil melihat kelucuan Hana yang tengah bermain tidak jauh dari tempat mereka duduk.Kehangatan keluarga kecil mereka semakin lengkap setelah kehadiran Hana sebagai pengantar doa-doa panjang dalam setiap sujud mereka sebagai orang tua. Meminta serta memohon keberkahan untuk rumah tangga agar senantiasa berada d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 178. Semua Karena Sabar

    Tiara menatap lekat wajah laki-laki di hadapannya. Dapat ia rasakan hatinya menghangat seiring cinta yang kian tumbuh dan berkembang terhadap laki-laki itu. "Kau yakin? Apa kau sama sekali tak memiliki rasa sakit hati atas penolakanku selama ini?" tanya Tiara dengan rasa penasaran. "Aku yakin. Tak naif, kecewa itu kerap terasa, hanya saja aku menganggapnya sebagai pecut untuk berjuang meraih cintamu lebih keras lagi. Jujur, di luaran sana ada yang mengejarku untuk meraih cintaku, sayangnya hati ini sudah terpaut sejak lama padamu, Ti." Laki-laki itu terlihat sangat serius. Tiara menatap Miko dengan senyum termanisnya. Hati berdesir kian rapat yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. "Apa kau akan selalu bersikap seperti ini seandianya aku menerima lamaranmu?" Tiara berusaha menuntaskan keingintahuannya. "Apa kau pikir aku akan mengorbankan waktu dan kesabaranku selama ini dalam memperjuangkan cintamu hingga aku akan mengabaikanmu saat kau sudah menjadi milikmu?" Miko balik bertanya

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 177. Menikahlah denganku!

    Zia mengangguk. "Aku udah maafin Sintia, Ti. Lagipula dari dulu Kakak nggak pernah dendam sama Sintia. Sakit hati atas perlakuan Sintia dulu Kakak rasa itu manusiawi, yang pasti sekarang Kakak sudah mengikhlaskan semuanya." Zia tersenyum lembut. "Kakak memang luar biasa. Terima kasih, Kak.""Maafin kesalahan Sintia! Anggap aja kalo Sintia khilaf waktu ngelakuin semuanya," lanjut Zia."Iya, Kak. Aku hanya berharap semoga Sintia tenang di kehidupan abadinya dan ke depannya nggak akan ada lagi Sintia baru di dalam hidup kita." Tiara berucap lirih. Zia mengangguk pelan. "Aamiin.."***"Sekarang tak ada lagi Sintia, Ti. Aku harap kau bisa menerima lamaranku. Maafkan atas sikapku beberapa waktu lalu." Aiman berucap dengan nada memohon. Aiman meminta Tiara untuk menemuinya di tempat biasa, rumah makan yang beberapa kali mereka jadikan tempat bertemu sambil menghabiskan waktu istirahat siang sebelum kembali ke kantor. Tiara tidak langsung menjawab, ia berpikir sejenak agar tidak salah men

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 176. Mengikhlaskan

    Zia mengalihkan perhatiannya kembali pada sang dokter. Lalu menganggukkan kepala. "Benar, Dok. Jadi jika memang harus dilepas, saya dan keluarga akan berusaha menerima dengan lapang dada." Susah payah Zia mengucapkan kata-kata itu melalui bibirnya yang bergetar. Tapi dia harus, dia tidak bisa ikut rapuh di saat Tiara tak sanggup lagi untuk sekedar berdiri. "Tiara!"Zia menggandeng lengan Tiara untuk ke luar setelah pamit pada dokter yang di hadapan mereka. Farid pun memutuskan untuk mengambil alih semua tugas Tiara. Dia mengikuti dokter tersebut agar segera menandatangani surat persetujuan pelepasan alat penunjang hidup Sintia sekaligus melunasi segala biayanya. Jasad Sintia akan dimandikan oleh pihak rumah sakit dan dikafani sekalian di sini. Supaya mereka hanya tinggal menyemayamkan jasad Sintia menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Di sisi lain, Zia mencoba menuntun Tiara ke kursi ruang tunggu. Dia mendudukkan Tiara sembari memberikan sebotol air mineral yang tadi sempat ia b

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 175. Sintia Sekarat

    Tiara bercerita panjang lebar pada Zia. Ia sendiri merasa sedikit tak nyaman menceritakan semuanya pada Zia, terlebih sesuatu yang ada hubungannya dengan Aiman. Tapi ia sendiri seolah tidak memiliki tempat berbagi. Sang nenek tinggal terpisah darinya dengan jarak satu setengah jam perjalanan. Sedangkan sang ayah, laki-laki itu semakin tak memiliki waktu untuknya, bahkan hanya sekedar menelpon pun seolah tak memiliki waktu. "Kakak hanya bisa menyerahkan semua keputusan padamu, Ti. Kau sudah dewasa. Semoga apa pun keputusanmu itu akan berbuah manis di kemudian hati, Ti.""Terima kasih, Kak, sudah sudi mendengar ceritaku. Aku pun berharap begitu. Aku berharap ada kebahagiaan untukku tanpa harus menyakiti hati siapa pun."Telepon terputus. Zia terdiam sejenak. Isi percakapannya dengan Tiara barusan seolah berputar di kepalanya. Ia sendiri tak tahu harus berbuat apa yang pasti ia hanya berharap yang terbaik bagi Tiara. Embusan napas panjang ke luar dari mulutnya. Sekilas wajah patah hati

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 174. Kita Akan Menemukan Jodoh Masing-masing

    Tiara lagi-lagi tersenyum sinis. Kalimat Aiman mampu menoreh luka di relung sana. Bagi Tiara, pantang berbohong apalagi dalam hal sepenting ini."Jika saja kau bisa melihat isi hatiku, maka kalimat yang kau ucapkan barusan tak akan pernah ke luar." Kali ini tatapan mata Tiara lekat di wajah Aiman.Laki-laki itu terdiam sejenak. Mencari alasan agar kali ini usahanya untuk membina keluarga baru tidak kembali gagal. "Maafkan aku, Ti. Aku khilaf!" Aiman berusaha menurunkan egonya. "Kumohon mengertilah. Aku bahkan tak akan bisa tenang jika hubungan kita terus berlanjut. Dua hati yang aku korbankan atau … bisa saja lebih." Tiara berucap sendu. "Apa tak ada jalan lain, Ti?" Kumohon! Aku hanya ingin membina keluarga bahagia dan melihat senyum kedua orang tuaku kembali merekah." Aiman menghiba berharap hati Tiara akan luluh. Tiara bergeming. Bayangan Ibu Ana melintas membuatnya sedikit tak nyaman. Namun, ia tak ingin keadaan lebih buruk lagi. "Percayalah, kita akan menemukan jodoh kita ma

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 173. Penolakan

    "Laki-laki itu masih menyimpan rasa padamu, Sayang!" ucap Farid saat keduanya baru saja masuk ke mobil. Zia menatap lekat wajah sang suami dengan dahi berkerut. Farid sengaja mengalihkan pandangan lurus ke depan. "Maksudnya?" tanya Zia seolah tak mengerti. "Mantan suamimu!" Kali ini Farid melirik sekilas wajah cemberut Zia. "Abang tak suka Zia bertemu dengannya?" "Tidak!""Meski tanpa sengaja?""Ya."Hening. Zia tak lagi meneruskan pertanyaannya. Ia memilih menatap lekat wajah Farid dengan wajah manyun. Farid yang merasa diperhatikan kini tak bisa menyembunyikan tawanya. "Manyun aja keliatan cantik, apalagi senyum." Farid mengecup puncak hidung Zia. Zia tak menjawab. Gemas rasanya karena merasa dipermainkan. "Nggak usah dipikirin! Abang cuma becanda." Farid tersenyum lembut. "Sebenarnya Abang serius kalau dia masih menyimpan rasa padamu. Sayangnya sekarang Abang-lah laki-laki beruntung itu, bukan dia." Farid kembali terkekeh. "Tak usah bahas dia lagi. Zia nggak nyaman," aku Zi

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 172. Aku Mundur

    Aiman bangkit dan mengangsurkan tangannya saat Farid dan Zia sudah berdiri di dekatnya. Farid dan Aiman bersalaman layaknya dua orang yang baru saja kenal. Karena ini memang kali pertamanya Farid dan Aiman bertatap muka. Saat Zia menikah pun Aiman tak datang karena merasa tak mampu melihat Zia berbahagia dengan laki-laki lain. Setelahnya Farid duduk dengan jarak satu kursi dari Aiman. Zia duduk di samping Farid. "Baru sampai?" tanya Farid berusaha mencairkan suasana. Ia tahu jika Aiman masih sangat menginginkan Zia hingga Zia memuyuskan menerima lamarannya. "Sekitar pukul 2 tadi," jawab Aiman. Ia merasakan suasana yang begitu canggung. "Tiara di dalam?" tanya Farid lagi. "Iya, beberapa menit lalu baru masuk." Aiman menjawab singkat pertanyaan Farid. Ia tak tahu harus berbasa-basi seperti apa agar suasana canggung antara mereka bisa menghangat. *Di dalam ruangan ICU Tiara duduk di sisi kiri Sintia. Ditatapnya wajah dengan luka jahitan di kepala dan pipi di hadapannya. Ada iba d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 171. Cemburu

    "Kau di sini …." Aiman duduk tepat di samping Tiara. "Maaf, saking paniknya aku lupa mengabarimu." Tiara berucap setelah menoleh sekilas pada Aiman. Setelahnya tatapan matanya kembali mengarah pada pintu ruang ICU yang tertutup rapat. "Aku menghubungimu berulang-ulang tapi tapi tak ada balasan. Akhirnya kuputuskan untuk mencarimu di tempat di mana Sintia dirawat.""Terima kasih sudah sepeduli itu padaku." Kalimat Tiara terdengar datar. Kini Aiman seolah tak lagi memiliki daya tarik di matanya. Ia mulai sadar jika terlalu banyak hati bahkan fisik yang tersakiti saat dirinya ia memutuskan untuk menerima lamaran Aiman.Jika ia tetap meneruskan rencana awal ia yakin hati Miko akan bertambah hancur, pun dengan Sintia. Tiara tak ingin menambah api dendam di hati perempuan itu seandainya Sintia sembuh dari komanya. "Besok malam kita bertemu di tempat biasa habis isya! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," lirih Tiara sendu. Ia sangat paham dengan memutuskan hubungan dengan Aiman berarti

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status