Flash back OnTest pack telah di tangan. Semalam aku sudah googling dan menurut waktu terbaik untuk kehamilan adalah saat bangun tidur di pagi hari karena kadar Hcgnya tertinggi. Tapi kalau memang hamil, dicek kapanpun tetap positif.Bergegas aku mempersiapkan gelas bekas air mineral kemudian masuk ke kamar mandi.Setelah air kencing tertampung di gelas air mineral, aku memasukkan test pack tersebut.Kutunggu dengan hati berdebar. Tidak sampai satu menit tampak garis dua tercetak jelas pada test pack tersebut.Aku tercekat. Antara siap dan tidak menerima kehamilan ini.Kutuang sisa air kencing di gelas air mineral ke kloset dan menyiramnya dengan air bersih. Membilas gelas dan test packnya dengan hati-hati. Kemudian kubuang gelas bekas air mineral ke tempat sampah.Kudekati ibuku sambil mengangsurkan test pack milikku. " Bu, lihat hasilnya, aku hamil." Kataku antara senang dan sedih. Senang karena sebentar lagi aku akan jadi ibu. Sedih karena mas Arya belum mendapat pekerjaan pasti un
Flash back On Usia kandunganku kini memasuki 8 bulan, selama hamil, anak dalam perutku tidak pernah rewel. Aku memeriksakan kehamilan di bidan 3 kali, dan di dokter kandungan 3 kaki juga. Sementara mas Arya sudah diterima kerja di pertambangan batu bara. Walaupun mas Arya lulusan fakultas ilmu informatika di salah satu universitas swasta di kota ini, namun entah mengapa mas Arya lebih memilih berwiraswasta daripada melamar pekerjaan. Untung saja berkat mas Erick, suami mbak Nira, mas Arya bisa dimasukkan ke perusahaan pertambangan bagian operator alat berat sebulan setelah keberangkatan mas Arya ke kalimantan.Selama hamil, aku rajin sekali melakukan jalan-jalan pagi dan senam hamil, kata bidan dan dokter tempat aku memeriksakan kehamilan memang senam hamil berguna untuk melenturkan otot jalan lahir, sehingga memudahkan kepala turun saat proses melahirkan.Senam hamil ini diperuntukkan untuk orang yang hamil normal, tanpa ada kelainan bawaan atau masalah kesehatan yang menyertai.
Flash Back OnSeusai bapak dan ibu tidak terlihat lagi, aku masuk ke dalam rumah."Dea, coba sini dulu, ibu mau bicara," ujar ibu mertuaku sambil menepuk sofa disampingnya pertanda aku diharuskan duduk."Iya Bu, ada apa?" tanyaku singkat sambil menjatuhkan pantat di sofa samping mertua."Kata Arya, kalau di rumahmu nyucinya pake mesin ya?" tanya bu mertua."Iya bu, pakai mesin, memang kenapa bu?" aku semakin penasaran."Di sini kan tidak ada mesin cuci, karena mesin cuci menurut ibu tidak bersih nyucinya, jadi biar kamu gak kerepotan, ibu carikan ART selama kamu tinggal di sini. Gimana?" tanya ibu mertuaku."Oh iya sudah bu, yang tadi nyiapin snack dan minuman itu ARTnya?" tanyaku balik."Iya, namanya Sumi. Mbak Sumi, di sini sudah 2 minggu bantu-bantu ibu terlebih dahulu, 2 minggu lagi, kamu kasih gaji ya?" pinta ibu."Kira-kira berapa standard bayaran ART di daerah sini, Bu?" tanyaku memastikan."Datang jam 8 pagi, pulang sekitar jam 2 siang, bersih-bersih rumah, nyuci, setrika, n
Flash Back OnAku berjalan-jalan di taman depan rumah. Sesekali duduk di gazebo. Memegangi perut yang mengencang. Membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an sambil berdoa semoga diberi kelancaran dalam persalinan.Tak lama kemudian, datang tergopoh-gopoh mertuaku dengan mbak Sumi. Membawa tas berisi bajuku dan baju bayi."Dea, ini tas yang sudah kamu siapkan tadi di atas kasur kamu langsung ibu bawa, tidak ibu cek lagi isinya. Emang kamu yakin tidak ada yang ketinggalan?" tanya ibu mertua."Insyallah tidak Bu, sudah Dea bawa semua ini, kan sudah ada di buku KIA, kalau melahirkan bawa baju ganti ibu, baju bayi, pamp*rs, popok kain, gurita ibu dan bayi, CD dan pembalut, gedong, jarik, peralatan mandi ibu, sisir, dan susu serta botolnya untuk berjaga-jaga kalau ASI belum keluar."Jawabku panjang lebar."Ya sudah kalau gitu, ini ibu juga bawakan ponsel dan dompetmu. Coba kabari Arya kalau kamu sudah akan bersalin." Pinta ibu.Aku menerima ponsel yang diserahkan oleh ibu mertua padaku.Membuka lay
Flash back OnTangis bayiku memecah keheningan kamar bersalin."Alhamdulillah, lahir normal, lengkap, sehat , laki-laki ya Nduk, " Seru bu Alya sambil meletakkan bayiku di dada untuk melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)."Masih belum selesai ya Nduk, ini ari-arinya masih harus dikeluarkan." Kata bu bidan."Iya Bu, tadi jam berapa lahirnya ?" tanyaku."Jam 12.10, " Jawab bu Alya. Tidak lama kemudian muncullah ibu mertuaku membawa segelas teh untukku bersamaan dengan itu ponselku berbunyi."Tolong angkatkan teleponnya, Bu," pintaku. Ternyata yang menelepon adalah bapak yang sudah sampai di rumah ibu mertua. Ibu mertua segera mengangkat teleponnya dan mengaktifkan speaker."Assalamu'alaikum, Pak, ini Dea sudah melahirkan, ""Wa'alaikumsalam, wah, alhamdulillah, dimana rumah bidannya?""Di depan rumah saya ke arah selatan, rumah keempat. Ada palang namanya pak,""Ya sudah saya segera kesana, assalamu'alaikum,""Wa'alaikumsalam,"Tidak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki dari lua
Flash back onSetelah banyak aturan yang dikatakan oleh mertuaku, aku menuju kamar dan meraih ponselku.Aku mulai mencari penjelasan tentang mitos ibu menyusui. Ternyata semua larangan dan perintah yang ibu mertua berikan padaku termasuk mitos berdasarkan kebiasaan turun temurun saja, tidak ada bukti ilmiahnya.Namun aku bingung, bagaimana menjelaskan pada mertuaku tentang mitos tersebut tanpa bermaksud menggurui.Ditengah aku berpikir, tiba-tiba mas Arya telepon. Cepat aku tekan tombol hijau pada ponselku."Assalamu'alaikum, Dea, aku udah di bandara Sepinggan ini, mau chek in, gimana Surya?""Wa'alaikumsalam, Surya tadi habis mandi sama mbah Darmi, terus aku ajak berjemur dan sekarang tidur. ASIku belum keluar, mungkin habis ini aku beli ASI booster di bu Alya saja,"jawabku."Ya sudah, aku bawakan oleh-oleh banyak dek, tungguin ya," ucap mas Arya."Lo Mas, kok beli oleh-oleh banyak sih, kan habis ini kita butuh biaya untuk aqiqah Surya?" tanyaku cemas."Gampang itu, ntar bisa pinjam
Flash back OnSepulang bu Alya dari rumahku, aku meminta tolong mbak Sumi untuk membelikan ASI booster ke rumah bu Alya.Kemudian aku berjalan ke kamar, kulihat ibu mertuaku sedang mengelus-elus kening Surya.Saat melihat aku datang, ibu mertuaku berkata," Ibu lo dulu anak lima itu pake bengkung dan mandi wuwung semua, nggak papa tuh, semua sehat, "'Aduh, masalah ini belum kelar rupanya,'batinku."Kenapa ibu tadi tidak tanya ke bu Alya saja?" tanyaku.Ibu diam dan tidak menjawab."Mungkin perumpamaannya begini bu, seperti orang yang makan banyak sambel, bisa beresiko sakit perut sampai diare, tapi tidak semua orang diare, ada yang makan sambel banyak aman-aman saja, karena memang tergantung kondisi dan daya tahan perut, tapi tetap ada resiko diare pada setiap orang, mungkin seperti itu bu penjelasannya," sahutku hati-hati.Mertuaku terdiam dan meninggalkanku sendirian di kamar. 'Memang sensitif kalau masalah mitos ini,'batinku.Usai mbak Sumi datang dan membawakan ASI boosterku, aku
AqiqahFlash Back OnAku tidak tahu mas Arya pergi kemana setelah permohonan meminjam uang tabunganku tidak kuturuti. Lagipula simpanan di rekeningku hanya sisa 1 jutaan, untuk pegangan selama mas Arya belum gajian dan untuk membayar mbak Sumi.****Berkali-kali mencoba menyusui Surya, tapi ASIku masih macet. Namun sore itu setelah bangun tidur, aku merasakan 'ngrengsemi', langsung kuambil waslap dan air hangat untuk mengelap p*yud*r* kemudian mencoba meneteki Surya. Dan betapa bersyukurnya aku saat ASI ku keluar menderas.Kuciumi anakku berkali-kali. Bahagia rasanya bisa memberi ASI pada anakku.Tidak berapa lama kemudian anakku tertidur. Aku juga ikut memejamkan mata daripada bingung memikirkan biaya aqiqah.Rasanya baru sebentar aku tertidur, saat pundakku ditepuk-tepuk oleh mas Arya."Dek, ini lo mbah Darmi sudah datang, mau mandikan Surya dulu," ucap mas Arya.Aku bangun, memperbaiki kuncir rambut kemudian menuju dapur. Seperti tadi pagi, aku membuat secangkir teh untuk mbah Darm