Share

Ketika Harus Memilih

Penulis: Firsyaka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-17 19:52:09

BAB 4

Indira masuk kamar mandi, membasahi tubuhnya di bawah guyuran shower. Terisak, hanya itu yang bisa dia lakukan.

 

Wanita yang berkulit kuning langsat itu hanya memendam semua rasa yang menyesakkan dada. Ingin berteriak sekeras mungkin, agar beban pikirannya sedikit berkurang.

 

Sebenarnya  dia  sudah mulai bosan dengan hubungan rumah tangga yang tidak sehat ini. Ingin menyerah tapi dia memikirkan nasib anaknya.

 

Kalau mereka berpisah, Manaf akan kehilangan sosok ayah, dan kurang kasih sayang dari ayahnya. Istri  dari  Revan  ini  berpikir dua kali untuk mengakhiri pernikahannya.

 

Tiba-tiba dari arah luar terdengar suara pintu kamar mandi diketuk, Mas Revan memanggil.

 

“Indira, kamu sedang apa di dalam kenapa lama banget? Mas sudah tak tahan,”  panggilnya  dengan suara yang  terdengar manja.

“Sudah tak tahan?” Ia Mencoba mengulang ucapannya. Menerka apa maksudnya.

 

“Mas mau apa? Kalau mau buang hajat, sana ke kamar mandi belakang saja, aku belum selesai mandinya,” umpatnya  sambil  tertawa  geli.

 

“Bukan yang itu, Sayang!” jawabnya terdengar sambil terkekeh.

“Terus apa?”  timpalnya  pura-pura tidak paham maksudnya.

“Kita sudah seminggu, tidak ...,” Mas Revan menjeda ucapannya, malu hati mau mengutarakan hasrat bercintanya kepada Indira, karena akhir-akhir ini dia sering marah tak jelas kepada istrinya.

Tak lama, Ibu  dari  Manaf ini  keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang dililit ke tubuh jenjangnya. Kulit yang bersih, paha yang mulus, membuat lelaki yang bertubuh tinggi itu membulatkan matanya dengan mulut terbuka. Mas Revan menelan salivanya melihat pemandangan yang menggiurkan.

 

“Mas, kenapa bengong?” Indira menaik  turunkan tangannya di depan wajah suaminya, lepas itu baru dia berkedip.

 

Tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, tangan lelakinya langsung melingkar di pinggangnya. Lalu memeluknya, dan mulai melancarkan aksinya dengan mendaratkan bibirnya di bibir tipis istrinya hingga ke leher.

 

Wanita  cantik  itu  terdiam, sesekali m*ndes*h karena r*ngs*ngannya. Dia tidak bisa menolak, karena ini adalah kewajibannya sebagai istri yaitu melayani suaminya, meskipun  hatinya  sedang tidak baik-baik saja.

 

“Tubuhmu harum dan s*ksi, Mas jadi tergoda,” bisiknya di telinga istrinya  dan membuatnya terbuai.

“Gombal,” balasnya.

Diam, sunyi, hanya suara d*sah*n yang saling bersahutan menggema di kamarnya, hingga akhirnya mereka selesai menuntaskan aktivitas berc*nt*nya.

 

Keesokan harinya, Mas Revan memulai aktivitas seperti biasa. Pagi-pagi sudah siap berangkat kerja dengan tubuh yang bugar.

 

Sarapan sudah terhidang di meja, tidak ketinggalan segelas susu hangat. Manaf tak biasanya bangun pagi, kali ini dia bangun lebih awal untuk menemani orang tuanya sarapan.

 

Setelah sarapan, suaminya langsung menyambar tas yang ada di nakas. Indira mengantar lelaki ganteng itu sampai teras hingga roda empat yang dikemudikannya keluar dari halaman rumahnya.

***

Hari sudah mulai senja, awan hitam tiba-tiba menutupi langit, pertanda akan turun hujan. Benar saja, tidak lama hujan turun begitu deras, hanya saja tak ada petir atau kilat.

 

Tak berselang lama, ponselnya berdering. Mencoba melihat benda pipih berbentuk kotak itu di atas nakas, memastikan siapa yang menelefon. Apa mungkin suaminya yang mau mengabari kalau tidak bisa pulang cepat karena hujan lebat.

 

Ternyata yang telefon Sinta, dia sahabatnya yang kerja di Restoran siap saji.

[Halo, In, kamu baik-baik saja kan, sama suamimu?]

Indira bingung, kenapa sahabatnya tiba-tiba menanyakan itu, apa maksudnya?

[Sinta, memangnya ada apa?]

[Maaf In, sekarang aku lihat suamimu lagi sama wanita lain di Restoran ini]

[Ya, mungkin itu teman kerjanya, dan sekarang kan,  hujan, jadi mereka berteduh]

[Kaya bukan sama teman, mereka mesra lho, sambil pegangan tangan segala, tatapannya juga beda In]

[Ya sudah, kalau kamu tidak percaya, aku video call ya?]

Tidak lama, video call masuk, pikirannya tak menentu, aliran darahnya mengalir deras, dan degup jantungnya berpacu cepat. Lalu Indira menggeser tombol hijau di ponsel.

 

Mulutnya menganga, tersentak, dibekapnya mulut  itu saat di layar ponsel terlihat jelas suaminya sedang meminang teman wanitanya.

 

Yang tak habis pikir, Mas Revan berlutut di hadapan wanita itu sambil menyematkan cincin berlian di jari manisnya.

 

Indira tidak bisa berkata-kata melihat apa yang ada di depan matanya sendiri, meskipun melalui layar ponsel.

 

[Kamu baik-baik saja kan?]” tanya Sinta cemas. Dia tidak menyahut, lidahnya kelu.

[In, aku tutup ya, kamu tenangi diri dulu,” ujar Sinta. Video call pun dimatikan tanpa dia menunggu persetujuannya.

[In, maaf, ya aku sudah membuatmu sedih, bukan maksudku ikut campur rumah tanggamu. Tetapi, sebagai sahabat aku tidak mau kamu dibohongi suamimu terus,” pesan dari Sinta  setelahnya.

[Iya, tidak apa-apa, dan terima kasih ya atas infonya,]” balasnya lagi.

Sahabat  dari  Sinta  ini begitu sedih, bingung harus berbuat apa. Lelaki yang begitu ia cintai dan hormati, tega menyakitinya.

 

Bulir-bulir bening jatuh dari sudut matanya, dadanya terasa sesak seperti ada batu besar yang menindihnya  hingga sulit tuk bernafas.

 

Ibu  satu  anak  ini mulai memikirkan, andai kejadian yang tidak diinginkan terjadi, yaitu perpisahan. Dia bingung, harus tinggal di mana, karena dia merasa tidak punya keluarga hidup di kota ini. Dulu Indira tinggal di panti asuhan , sebelum Mas Revan menikahinya.

 

Dan lagi, Indira tidak mempunyai u*ng tab*ng*n. Semua urusan dapur, keperluan rumah tangga, tersedia semua.

 

Indira tinggal memakainya saja. Jadi, pikirannya dulu tidak perlu men*bung, kalau pun ada yang mau dibeli, tinggal ngomong sama suaminya, pasti dibelikan.

 

Indira tidak berpikir jauh ke depan, kalau sesuatu yang buruk bisa saja terjadi, seperti sekarang ini. Suaminya memiliki wanita lain, bisa saja dirinya ditalak lalu di usir dari rumahnya.

 

Hujan sudah berhenti, suara deru kendaraan Mas Revan masuk ke halaman rumah. Tidak lama kemudian suara bel berbunyi, ia bergegas membukanya.

 

Dalam hatinya, ingin rasanya memaki dan menampar wajahnya untuk mengobati kekesalannya. Tetapi, urung dia lakukan.

 

Dia ingin membicarakannya dari hati ke hati, menyelesaikan semuanya dengan kepala dingin. Dia tidak ingin anaknya terus-terusan mendengar pertengkaran orang tuanya, takut jadi trauma.

 

“Mas, kamu kenapa pulang senyum-senyum? Apa kamu lagi bahagia?” sindirnya.

“Enggak, enggak apa-apa, cuma tadi di jalan ada Badut joget-joget,” kelitnya  masih dengan  senyum yang  menyungging. Padahal dia lagi bahagia karena telah melamar wanitanya, Indira pura-pura tidak tahu.

 

“Mas, kamu kenapa sekarang jadi suka bohongi aku? Padahal dulu kamu itu jujur, semua serba diceritakan, tanpa ada yang ditutup-tutupi,” batinnya menangis, melihat suaminya sudah menduakannya.

 

“Memangnya lucu y! Garing banget sih!” Nadanya agak kesal sambil komat- kamit mulutnya.

“Kenapa kamu yang sewot? Sudahlah, Mas mau mandi dulu.” Dia berlalu menuju kamar mandi.

 

Sebenarnya, Indira sudah tak sabar ingin menanyakan soal perempuan itu, dan meminta kejelasan tentang hubungan rumah tangganya yang renggang.

 

Setelah suaminya duduk santai di depan TV, Indira menyuguhkan secangkir kopi.

 

“Mas, ak_aku ma_mau  nanya  sesuatu,” ucapnya  gugup, takut suaminya marah.

“Mau tanya apa, bicara saja!” balasnya santai karena hatinya lagi berbunga dan mengira istrinya nggak tahu.

Sambil menunjukkan video yang sudah dikirim sahabatnya.” Ini maksudnya apa? Apa Mas serius?”

 

“Kamu dapat video ini dari mana? Apa kamu memata-matai, Mas?” bentaknya  dengan volume  naik satu oktaf.

“Jawab saja Mas, aku tidak akan marah walaupun itu benar,”  timpalnya  dengan  sendu,  ada gurat kecewa yang tersirat dari senyumnya.

 

“Maafkan, Mas, Indira. Mas mencintainya, dan Mas juga mencintaimu. Mas ingin memiliki keduanya,” lirihnya  dengan menatap ke arahnya.

 

“ Jangan serakah kamu, Mas! Sekarang kamu pilih, aku atau dia?!

Komen (2)
goodnovel comment avatar
retno irawati
ceritanya semakin seru
goodnovel comment avatar
Iftiati Maisyaroh
semangat update Thor...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Pov Revan

    Bab 5Pov RevanSiang hari di kantor“Kenapa kamu, kusut amat itu muka?” Rendi menepuk pundakku, dia teman satu kantorku.Aku dan Rendi sedang istirahat. Memilih warteg depan kantor, yang terkenal enak dan ramah di kantong. Semalam karena ribut besar dengan Indira, hingga wanita yang sudah memberiku satu anak itu lupa tak membawakanku bekal makan siang.“Pusing mikiri hidup! Tiap hari ribut terus dengan Indira.” Kuhela napas panjang, kemudian kuraih secangkir kopi susu dan menyeruputnya.“Memangnya ada masalah apa? Coba kamu cerita sama aku siapa tahu aku bisa bantu!” Tatapan matanya begitu serius.“Indira sudah tahu hubunganku sama Kamila, entah siapa yang mengadu? Semalam Indira cemberut dan memberiku pilihan yang sulit.” Aku menatap balik wajahnya dengan sedikit mendongakkan kepalaku karena dia berdiri, sedangkan aku duduk.“Eiittss,! Tunggu ... kamu bilang apa barusan? Ka_Mi_La!” Rendi mengeja ucapannya.” Mantan kamu yang waktu SMA bukan?” Matanya tajam menatapku hingga b

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Talak Tiga

    Talak Tiga“Indira Wijaya, Mas ceraikan kamu sekarang juga dengan talak tiga. Mulai hari ini kamu bukan istriku lagi! Silakan kamu kemasi barang- barangmu! Besok kamu harus pergi dari rumah ini, karena kita sudah bukan suami istri lagi!” ucap Mas Revan, lelaki berwajah tampan yang sudah lima tahun menjadi imamku.“Tapi kenapa, Mas? Apa salahku hingga Mas tega menalakku?” lirihku dengan menatapnya tajam.“Maafkan Mas, Indira. Mas sudah tidak lagi mencintaimu, ada nama wanita lain yang masih bertakhta di ruang hati ini. Jauh sebelum Mas mengenalmu,” tuturnya lagi.“Siapa wanita itu, Mas?” tanyaku dengan linangan air mata.“Dia Kamila, mantan kekasih Mas waktu SMA, sampai sekarang cinta itu masih ada dan makin bersemi setelah beberapa bulan terakhir sering bertemu. Dan kamu bukanlah wanita karir seperti yang Mas inginkan. Aku lelah selama ini menjadi penanggung jawab semuanya,” cakapnya lantang hingga menusuk sanubariku.“Tega kamu, Mas, berbuat dan berucap seperti itu padaku! Mas anggap

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Keluar dari rumah

    Mas Revan baru saja berangkat kerja. Aku yang sedari tadi sibuk berkemas, memasukkan barang-barangku dan punya Manaf ke dalam koper ukuran sedang.Aku sudah diminta keluar dari Istana yang sudah lima tahun kami tempati. Segala kemewahan dan kenyamanan itu bakal aku tinggalkan. Semua sirna bertepatan dengan jatuhnya talak. Kisah cinta kami harus berakhir cukup sampai di sini.Semua sudah beres, tinggal aku telepon Sinta_sahabatku. Aku ingin meminta tolong padanya untuk dicarikan tempat tinggal untuk kami. Sebenarnya Mas Revan sudah membelikan kami rumah, tapi aku gak mau menerimanya. Bukannya aku sombong atau gengsi, tapi aku gak mau mengenang semua tentangnya, terlalu sakit hati ini karenanya.Aku ingin pergi sejauh mungkin agar tidak ada kesempatan untuk bertemu dengannya lagi.Hanya Sinta yang bisa menolongku, karena aku tidak punya keluarga atau saudara. Sedari kecil aku tinggal di panti asuhan, dan tidak tahu siapa orang tuaku, karena Ibu panti tidak pernah bercerita.Aku malu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Indira kerja

    Indira KerjaHari ini langit terlihat cerah setelah beberapa hari cuaca mendung seperti hati Indira. Kicau burung saling bersahutan menyambut segarnya udara pagi. Bias keemasan tampak berkilauan di ufuk timur.Wanita berhijab itu harus menjalani hidupnya hanya berdua dengan anaknya meski sebenarnya tak pernah dia duga sebelumnya. Mencari pekerjaan adalah hal yang harus dia lakukan, setelah mantan suaminya menceraikannya belum lama ini. Setidaknya ia memiliki penghasilan agar tidak merepotkan siapa pun.Ah, biarlah kujalani dulu garis takdirku ini sendiri, berjuang meski jalannya tak akan mudah,” dalam hatinya.Indira ingin memperjuangkan masa depan anaknya, agar kelak dia bisa hidup bahagia. Memberikan kasih sayang dan perhatian penuh meski jadi single parent. Tidak seperti dirinya yang tak pernah merasakan kasih sayang dan belaian lembut dari orang tuanya.***Keesokan harinya.“In, kamu sudah bangun,?” tanyanya sambil mengucek matanya yang masih sayup.“Iya, dari tadi,” jawab Ind

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Merenung

    MERENUNGSaat sedang bersih-bersih ruangan, tak sengajaNetraku membola menatap pada sebuah foto di dinding yang ukurannya lumayan besar.“Kenapa Mas Revan bisa foto bersama keluarga Bu Dian?Ada hubungan apa mereka?” batinnya.Pikirannya mulai berkecamuk, jiwa penasarannya meronta-ronta.Dunia begitu sempit, usahaku untuk lari jauh dari bayang-bayang Mas Revan ternyata percuma.Justru sekarang wajah itu ada di hadapanku, wajah serupa garam yang menaburi luka dalam hatiku.Dulu lelaki itu pernah begitu hangat menyinari hidupku.Lalu dengan garangnya pula pernah mencampakkanku di saat sudah tak dibutuhkan lagi.Aku tak mengerti apa yang ada di benak seorang lelakiKetika menghianati istri dan anaknya. Tidak tahukah dia?Bahwa pernikahan adalah ikatan suci, janji di hadapan Tuhan.Belum pernah ada yang menyakitiku sedalam ini, sakit dan nyerinya bahkan tak bisa lagi aku deskripsikan. Mungkin karena aku mencintainya terlalu dalam, hingga akhirnya aku merasakan sakit dan kecewa yang men

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Akta cerai

    Revan datang menemui Kamila di rumahnya untuk memberikan kabar gembira padanya.“Yank, surat cerai dari pengadilan sudah keluar. Itu artinya aku sudah terbebas dan tak sabar ingin segera menikahimu, wanita cantik dan idamanku,” tandasnya girang dengan senyum yang melebar menghiasi wajahnya.“Seriuuuuus ...? Akuu seneng banget dengernya, Beb. Aku juga sudah gak sabar ingin mendampingi hidupmu,” balasnya tak kalah girangnya sambil langsung memeluk lelaki tampan di hadapannya. Setelah melepaskan pelukannya, Kamila duduk di sofa ruang tamunya.Tiba-tiba Kamila terdiam, mengerucutkan ujung mulutnya seraya matanya berkelana ke sembarang arah.“Lah, kok, sekarang cemberut? Bukannya barusan senang. Ada apa?” tanya Revan seketika dengan memicingkan sebelah matanya.“Beb, nanti kalau kita sudah menikah, aku gak mau kamu masih berhubungan dengan mantan istri dan anakmu. Apalagi kalau harus mengirim u*n* untuk mereka, aku gak setuju!” pekiknya dengan merajuk dan suara manja.“Lah, emang kenapa?

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Episode 11

    “Tuan ... tolong ... jangan lakukan itu!” racauku berulang dengan berderai air mata. Namun, dia tidak mau mendengarnya.“Kamu, kan, seorang janda, pasti kamu sudah lama tidak dibelai lelaki!” hinanya dengan meringis seakan merendahkan.“Maaf, Tuan, meskipun aku janda, aku tidak murahan. Aku masih punya harga diri!” berangku dengan mata nyalang menatapnya.“Memangnya harga kamu berapa? Aku sanggup membayarmu berapa pun untuk wanita secantik kamu!” ledeknya sambil hendak menciumku.Beliau terus saja menyerangku hingga aku terkapar di sofa, badannya yang besar sudah berhasil menindihku.Daster yang aku pakai sobek seketika di bagian lengan, dan aku membalasnya dengan mencakar dadanya yang bidang hingga membekas dan berdarah.Tiba-tiba aku punya kekuatan entah dari mana datangnya, kakiku langsung menendang alat vitalnya hingga dia terjerembab ke lantai sambil meringis kesakitan. Aku langsung masuk kamar dan bergegas menguncinya.Badanku masih gemeteran dengan kejadian barusan,” Apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Kasmaran

    Kamila menatap takjub dan kagum pada sebuah kalung dengan mata berbentuk hati dihiasi berlian-berlian kecil berwarna ungu. Tampak berkerlap-kerlip di matanya.“Lucu, Van.” Kamila tersenyum.” Thanks banget .... ““Suka?”“Ya,..., suka, lah .... “Revan beringsut dari tempat duduknya kemudian berdiri di belakang Kamila.”Mil, sini aku pakein kalungnya.”Kamila menjadi salah tingkah.Prank!!Gelas kosong Revan sekonyong-konyong jatuh di lantaikarena tak sengaja tersenggol olehnya. Revan bukannya menoleh ke bawah melainkan menatap pintu masukkafe yang berdaun ganda itu. Seolah yang menyebabkan gelas itu terjatuh sedang berdiri di luar. Ada kekuatan tak terlihat yang sepertinya membuat sikunya tahu-tahu menyenggoldan matanya menjadi tak awas.“Revan? Kamu kenapa?” tanya Kamila mengernyitkandahi, melihat Revan tiba-tiba kikuk.Revan memalingkan wajahnya dari arah pintu masukKe wajah Kamila.” Enggak, Mil. Aku mungkin terlalu bahagia karena di depan aku ada kamu.Revan tersenyum men

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23

Bab terbaru

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 50

    “Tuh, cewek kasihan banget ya, jidatnya sampai berdarah gitu,” cerita cewek yang lewat ke temannya.“Siapa suruh jadi pelakor, gue aja kalau jadi istrinya sudah kucakar-cakar wajahnya. Pake jilbab tapi kelakuan minus,” celetuk yang lainnya menimpali.Abi menajamkan pendengarannya agar suara mereka terdengar jelas. Dia takut kalau yang mereka ceritakan itu Indira karena sudah 15 menit ke toilet tapi belum kembali.Lalu lelaki tampan nan mapan itu bergegas ke toilet untuk mengecek kebenarannya. Ternyata memang benar, di toilet wanita terjadi keributan. Abi langsung menerobos kerumunan sambil netranya memutar mencari keberadaan kekasihnya.“Hentikaaaan!” teriaknya sambil memeluk tubuh kekasihnya dari belakang dan satu tangannya ke atas sebagai tanda menghalangi dari amukan mereka yang terprofokasi Kamila. Indira kini berada di pelukan sang kekasih sambil digandengnya keluar dari kerumunan.

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 49

    “A—bi, ma—af, bu—kan mak ...,” Panji tak melanjutkan ucapannya karena Abi segera memotongnya.Abi tersenyum menatap Panji, wajahnya terlihat santai. Tak ada gurat emosi atau kecewa. Hari ini entah dapat angin dari mana, Abi menunjukkan sikap yang penyabar. Tak seperti biasanya yang gampang terpancing emosi dan cemburu. Justru sebaliknya, Indira begitu tegang dan gugup terlihat dari guratan dahinya serta netranya yang fokus memantau situasi.“Udah, santai aja. Aku gak marah, kok. Yang penting nanti kalau aku dan Indira sudah menikah, kamu jangan coba-coba meng-go-da-nya!” Abi menatap lekat wajah kekasihnya sambil tersenyum, tapi wanita cantik itu membalasnya dengan memasang wajah penuh tanya.“Ada apa dengan dia? Tumben banget sok bijak kayak gitu, apa jangan-jangan dia kesambet?” dalam hatinya penuh teka-teki.“Ma—af, Ji. Aku menganggapmu sebagai sahabat baikku, tidak lebih karena aku hanya menc

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 48

    “Pi ..., kenapa anak kita belum pulang juga, ya? Apa di kantor lagi banyak kerjaan?” Wajah Mami terlihat tegang, netranya menyisir ke arah ruang tamu berharap putrinya muncul dari situ.“Eng—gak, hari ini gak terlalu sibuk. Apa mungkin dia pergi sama Abi, ya?” Papi berjalan mendekat ke arah istrinya sambil menyisir rambutnya yang terlihat tinggal separo tersisa di kepalanya.Mereka berdua panik, padahal malam ini mau ada pertemuan dua keluarga dari pihak Abi mau datang ke rumah Indira. Namun, sampai detik ini putrinya belum kunjung pulang dari kantornya.“Coba Papi telefon anak kita, dia lagi di mana?” Nyonya Sukma sambil berjalan bolak balik seperti Siti Hajar yang lagi mencari air dari bukit sofa ke bukit marwa dengan pikiran limbung.“Iya, tunggu sebentar,” Tuan Presdir mencoba menghubungi putrinya , tapi berkali-kali tak di angkat. Kemudian langsung menelefon Abi untuk menanyakan

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 47

    Revan menatap Abi dengan tatapan gak suka, dia begitu cemburu saat melihat kebersamaannya seakan tak rela ada lelaki lain mendekati mantan istrinya. Lalu Revan mengajak berbicara empat mata di depan ruangan ibunya dirawat. Mereka berdiri berseberangan.“Gue mau loe jauhi Indira, karena gue mau mengajaknya rujuk demi Manaf!” Wajahnya begitu serius dan netranya nanar menatapnya.“Kalau gue gak mau, gimana?” Abi tersenyum tipis menanggapi ucapannya tanpa menatap ke arahnya.“Jangan nunggu gue berbuat kasar sama loe, gue gak main-main!” Matanya melotot ke arahnya dengan wajah merah menahan emosi seraya menunjuk satu jari ke wajahnya.“Dasar cowok aneh!” Abi tersenyum getir sambil menyalakan rokok yang ia keluarkan dari saku celana lalu menghisapnya.Buugg!!Seketika bogem mentah melayang ke wajah Abi, membuatnya terhunyung ke samping. Tak terima dengan sikap kasarnya, lalu Abi me

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 46

    “Mas A_ bi? “ sapanya dengan menarik kedua ujung bibirnya ke atas.Abi hanya tersenyum membalas panggilannya. Rona bahagia terpancar dari sorot mata dan wajah keduanya. Sekian minggu tak bertemu membuat keduanya memendam rindu yang membuncah, begitu tersiksanya karena terbelenggu oleh rindu.“Mas, kenapa ke sini? Kalau Papih sampai tahu bagaimana?” tanyanya dengan perasaan takut dan khawatir.“Tenang saja, tadi Mas sudah menemui papihmu dan ngomong baik-baik. Lalu Beliau sudah mengizinkan Mas untuk selalu menjaga dan mendampingimu, wanita cantik yang Mas sayangi,” balasnya seraya mencolek dagunya lalu menggenggam erat jemarinya dan netranya tak lepas menatapnya.Membuat wanita yang berhijab nan cantik itu tersipu malu hingga pipinya merona. Tak berselang lama, Pak Presdir lewat kemudian melihatnya dan langsung menghampirinya.“Ehemm .... “ Beliau tersenyum melihat keakraba

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 45

    Tuan dan Nyonya Gunadi datang bersamaan ke kamar putrinya. Mereka hendak menanyakan sikapnya yang begitu cuek dan jutek tiap kali bertemu Revan. Kemudian mereka masuk setelah diizinkan olehnya. Lalu duduk bersama di sofa kamarnya.“Nak, kami mau tanya, apa kamu masih mencintai Revan, dan ingin kembali rujuk demi Manaf?” tanya mereka seraya menatap lekat putrinya.“Maaf, Mih, Pih, rasa cinta itu perlahan pudar seiring sikapnya yang sudah keterlaluan sama aku. Aku tidak bisa rujuk dengannya, hati ini masih sakit atas pengkhianatannya. Perlu kalian tahu, pipi ini sudah sering jadi sasaran kemarahannya. Dan aku berapa kali hampir diperk*s* oleh majikanku saat kerja jadi ART. Tak ada yang menolongku saat itu, aku menangis sendirian dalam ketakutan dan kepedihan hidup,” terangnya dengan linangan air mata dan netranya menyiratkan kesedihan yang mendalam.“Astaghfirulla

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 44

    “Pak,” sapanya dengan menundukkan sedikit kepala ke arahnya sambil tersenyum ramah.“Eh, Revan, kamu di sini juga? Siapa yang sakit?” tanya Pak Presdir seraya mengerutkan dahinya.“Istri saya, Pak, ngeluh sakit perut. Saya langsung bawa ke sini. Kata dokter suruh dirawat dulu untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut,” jelasnya penuh drama seraya memasang wajah sendu.” Bapak sendiri sedang apa di sini? Siapa yang sakit?” tanya balik Revan dengan wajah terkejut.“Indira habis disiram air panas sampai melepuh di dadanya,” terangnya seraya netranya berembun.“Siapa yang melakukannya, Pak?cecarnya dengan penasaran.“Mamihnya Abi semalam bertemu di restoran pas saya lagi nerima telefon di luar,” jelasnya seraya mendengkus.“Kok, bisa begitu? Apa masalahnya?” desaknya makin penasaran.Kemudian Pak Presdir menceritakan kronologinya sampai di bawa ke RS. Obrolan mereka kian mele

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 43

    “Abi, sudah berapa lama kamu pacaran dengan Indira?” Pak Presdir menatap Abi tajam sambil berdiri di halaman RS.“Anu ..., Pak, eehmm ... lima bulanan!” jawab Abi gugup sambil mengusap butiran kristal yang jatuh di pelipisnya yang tanpa perintah.“Belum lama berarti, ya?” Ayah Indira menganggukkan kepalanya beberapa kali.“Memangnya kenapa, Pak?” Rasa penasaran menguasai hati dan pikirannya membuat kekasih Indira ini mendelik.“Gini, Bi. Mumpung hubungan kalian belum lama, tolong, tinggalkan dan jauhi anak saya! Dia putriku satu-satunya. Saya gak mau ada orang yang menyakitinya.” “Tapi, Pak, saya sangat mencintainya, saya gak akan menyakitinya. Saya janji akan membahagiakannya.” Abi menatapnya penuh harap dan dengan menundukkan kepalanya sedikit seraya wajahnya pias.“Dari kejadian ini, saya merasa sedih dan kecewa sama mamihmu!” Tatapannya lurus ke depan seraya menyilangkan kedua ta

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 42

    Pak Gunadi terkejut saat melihat putrinya merintih kesakitan. Rasa panas dan perih yang dirasakan putrinya akibat tersiram kopi panas.Pak Gunadi menatap putrinya tajam dan netranya turun ke dadanya yang basah dan berlumuran kopi.” Nak, kamu kenapa, apa yang terjadi?”“Dadaku panas, Pih, tersiram kopi.” Indira masih mengibas-ngibaskan tangannya ke dada seraya merintih kesakitan.Bu Arum kaget saat melihat Pak Gunadi tiba-tiba datang dan langsung memegang pundak wanita yang dibencinya. Aksinya begitu cepat membawa Indira keluar menuju ke Rumah Sakit. Lidahnya kelu, hanya beberapa kali menelan salivanya. pikirannya pun berkecamuk, menerka-nerka tentang ada hubungan apa di antara mereka. Yang dia pikir Indira sedang makan bersama putranya, tapi kenyataannya Pak Gunadi yang bersamanya.Pak Presdir membawa putrinya ke RS terdekat bersama dua body guardnya. Ibu Arum dan Alea mengik

DMCA.com Protection Status