Share

Butuh Sandaran

Author: Firsyaka
last update Last Updated: 2024-04-17 19:50:26

BAB 3

Indira bingung dibuatnya, suami yang sejak pagi sudah berangkat kerja, ternyata tidak ada di kantornya. Segala cara sudah dicoba dengan menghubungi orang-orang terdekatnya, tetapi mereka tidak ada yang tahu. Ponsel suaminya pun tidak bisa dihubungi.

 

Akhirnya wanita  beranak  satu  itu  memutuskan pergi ke rumah mertuanya di luar kota. Rumah yang agak jauh dan membutuhkan waktu dua jam untuk bisa sampai ke tempatnya.

 

Dengan mengendarai taksi yang sudah dia pesan melalui aplikasi, Indira dan anaknya berangkat.

 

Setelah dua jam perjalanan, istri dan anak  Revan  sampai di rumah tujuan. Rumah yang begitu besar dan berlantai dua, dengan cat biru langit dan halaman yang luas.

 

 Dihiasi taman dengan beraneka pohon dan bunga yang cantik, rapi dan terawat. Karena mertuanya mempunyai tukang kebun.

 

Setelah sampai di depan rumahnya, mereka disambut oleh Pak Jaya, dia tukang kebun ibu. Sambil dipersilakan masuk.

 

“Eh, Non Indira dan Den Manaf,” sapanya dengan penuh keakraban. Karena Mang Jaya sudah 20 tahun kerja di situ sejak Mas Revan kecil.

 

“Mang, Ibu ada?” tanya  menantu  Bu  Sugi karena tidak mengabari kalau mau datang.

“Ada, Non, Nyonya ada di dalam,” jawabnya  sambil menggendong Manaf ke dalam.

 

Wanita cantik  itu   langsung masuk menemui ibu mertuanya yang bernama Ibu Sugi, 55 tahun. Perempuan yang masih kelihatan muda dan cantik. Mertuanya kaget melihat kedatangan mereka.

 

“Indira, kenapa kamu ke sini tidak kasih kabar dulu?” tanyanya penasaran sambil menggendong cucunya.

“Maaf, Bu, lupa mau menelepon dulu,” balasnya sambil mencium punggung tangannya dengan takzim.

“Ada apa, Indira, kenapa tidak ajak suamimu?” cecarnya.

 

Wanita  berkulit  kuning  langsat  itu malu mau menceritakan tentang rumah tangganya yang kurang harmonis belakangan ini, tapi Indira butuh sandaran untuk menguatkan hatinya.

 

“Bu, apa Mas Revan ke sini?” tanya Indira dengan tatapan yang sendu.

“Revan tidak ke sini sudah dua minggu, memangnya ada apa? Apa kalian sedang berantem? coba cerita sama Ibu tidak perlu sungkan!” desaknya dengan tatapan penuh tanya.

“Mas Revan tidak masuk kantor, Bu, padahal sejak pagi sudah berangkat dari rumah. Tapi bukan ke kantor. Orang kantor telepon ngasih kabar kalau Mas Revan tidak masuk,” jelasnya dengan raut muka yang sendu.

“Terus kamu sudah kabari Revan belum?” cecarnya lagi.

 

Ibu mertuanya begitu baik dan perhatian, tidak memandang orang dari kastanya. Begitu pun kepada Indira dan anaknya, sangat baik.

 

“Sudah, Bu, tetapi ponselnya tidak aktif, makanya saya ke sini mau mencari Mas Revan.” Istri  dari  Revan  itu   menjatuhkan tubuhnya ke sofa yang empuk.

 

Mencoba menetralkan rasa yang berkecamuk di dalam dada, antara sedih, kecewa, marah, cemburu, semua menyatu bagai gado-gado.

 

“Lantas ke mana Revan pergi? Apa kamu sudah menghubungi teman-temannya? Revan punya banyak teman, sahabat, saudara, ya siapa tahu mereka ada yang tahu ke mana Revan pergi!” Ibu menghampiri menantunya kemudian ikut duduk di sebelahnya.

 

“Sudah, Bu, tapi mereka tidak ada yang tahu.” Sambil menenggak air putih yang berada di atas meja hingga tak bersisa, rasa lelah yang melanda membuatnya dahaga.

 

“Bu, Mas Revan kenapa ya akhir-akhir ini sering marah? Apa Mas Revan sudah tidak mencintaiku lagi?” Matanya sendu menyiratkan kesedihan yang mendalam.

 

 

“Masa, sih, enggaklah! Kamu jangan berpikir negatif, Revan itu sayang sama kamu dan Manaf.” Sambil menepuk pundaknya, Beliau meneduhkan hati Indira yang panas dan gersang karena api cemburu.

 

Di tengah obrolan yang semakin serius, tiba-tiba Manaf merengek minta makan, Ibu mertua yang melihatnya langsung mengajak mereka makan. Dengan beraneka makanan sudah terhidang di meja makan, Ibu Sugi yang menyuapi cucunya makan dengan telaten.

 

 Manaf pun senang disuapi neneknya, karena Ibu Sugi memperlakukan Manaf dengan baik sehingga Manaf merasa nyaman dekat dengan neneknya.

 

Setelah makan, mertuanya menyuruh mereka istirahat di kamar tamu.

 

“Na, tidur sana, kamu dan Manaf pasti cape!” titahnya.” Kamu jangan banyak pikiran, nanti sakit, kalau kamu sakit kasihan cucuku enggak ada yang jaga. Urusan Revan, biar nanti Ibu yang bicara sama dia. Kamu fokus saja sama Manaf,” serunya sambil memeluknya, pelukan Ibu mampu  mendamaikan jiwanya yang rapuh.

 

“Iya, Bu, terima kasih ya Bu sudah baik dan sayang sama kami,” balasnya, kemudian  mereka   saling berpelukan.

“Iya, Na,”  timpalnya lagi sambil mengulas senyum yang menyungging di bibirnya.

 

Mereka   masuk kamar tamu untuk istirahat, merebahkan tubuhnya yang begitu letih. Manaf juga sudah mengantuk, tidak lama kemudian mereka tertidur pulas.

 

Hari sudah mulai senja, mentari yang mulai redup memancarkan sinarnya, dan langit pun sudah berubah jingga. Menantu  Bu  Sugi   itu  baru terjaga dari tidurnya, ditatapnya jam yang menempel di dinding kamar tamu sudah pukul empat.

Dia bergegas bangun dan langsung membangunkan  putranya   yang masih tertidur pulas. Indira ingin langsung pulang karena takut suaminya sudah pulang kerja.

 

“Eh, sudah bangun cucu Ibu,” sapa Ibu mertuanya.

“Iya, Bu, aku harus pulang, sudah sore. Takut Mas Revan mencariku,” balasnya  sambil membenarkan kerudungnya yang tak beraturan.

 

“Oh, ya sudah, terus kamu pulang naik apa?” tanyanya penasaran.

“Aku sudah pesan taksi di aplikasi, Bu, sebentar lagi juga datang,” balasnya.

Tidak lama kemudian, taksinya datang. Sebelumnya Indira menyalami semua orang di rumah ini.

 

“Bu, dan semuanya kami pamit pulang dulu ya,” ucapnya sambil melambaikan tangan.

“Hati-hati ya,” sambungnya lagi.

 

Mobil yang  mereka tumpangi keluar dari halaman, mobil pun langsung melesat membelah jalanan yang sudah mulai padat, karena berbarengan dengan jam pulang kerja.

 

Indira menatap jalanan yang mulai dijatuhi air hujan, alam seperti mengerti kesedihannya.

 

Dua jam kemudian, mereka sampai di depan rumah. Rumah yang begitu besar dan halaman yang luas. Mereka masuk, dan ternyata Mas Revan sudah pulang, lelaki yang bertubuh tinggi itu membawa kunci cadangan.

 

Terlihat suaminya sedang menonton televisi dengan ditemani secangkir kopi.

“Mas, sudah pulang,?” tanyanya.

“Iya, dari tadi,”  jawabnya singkat.

“Mas, kamu ke mana dari pagi? Orang   kantor tadi pagi  menelepon ke sini  tanya kamu!” cecarnya.

“Oh, ya, tadi pagi Mas izin tidak masuk karena besuk teman di rumah sakit. Kasihan, dia tidak punya keluarga  makanya Mas diminta menemaninya,” kelitnya dengan menggaruk kepala yang tidak gatal.

 

“Kamu sebegitunya, Mas, peduli sama orang lain sampai kamu izin tidak masuk kantor!” protesnya dengan dahi melipat karena herannya melihat tingkah suaminya, ada gurat kecewa yang tersirat dari senyum   istrinya.

 

“Ya, kan suamimu ini orangnya solider sama teman,” kelitnya.

“ Mas, Mas, kamu itu kalau ngomong .... Dulu aku sakit saja kamu disuruh izin tidak mau, alasannya tidak enak sama Si Bos. Giliran sekarang kamu izin demi menjaga teman di rumah sakit. Di mana otakmu, Mas?” sanggahnya  dengan kening yang berlipat.

 

“Sudahlah! Tidak perlu kau bahas lagi,!”  berangnya sambil berlalu pergi ke kamar, membiarkan istrinya yang masih terpaku seolah sedang mencerna setiap kata yang terucap dari mulut suaminya.

 

Tanpa disadari, Mas Revan meninggalkan ponselnya di sofa. Tidak lama ada suara notifikasi masuk, lalu Indira mengambilnya hendak melihat siapa yang sudah berkirim pesan.

 

Deg! Ternyata pesan itu dari perempuan yang diberi nama Adi di kontaknya. Kalau laki-laki mana mungkin memanggilnya sayang, kecuali lelakiku ini Gai.

“Sebenarnya ini nomor siapa?” gumamnya.

Related chapters

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Ketika Harus Memilih

    BAB 4Indira masuk kamar mandi, membasahi tubuhnya di bawah guyuran shower. Terisak, hanya itu yang bisa dia lakukan. Wanita yang berkulit kuning langsat itu hanya memendam semua rasa yang menyesakkan dada. Ingin berteriak sekeras mungkin, agar beban pikirannya sedikit berkurang.Sebenarnya dia sudah mulai bosan dengan hubungan rumah tangga yang tidak sehat ini. Ingin menyerah tapi dia memikirkan nasib anaknya. Kalau mereka berpisah, Manaf akan kehilangan sosok ayah, dan kurang kasih sayang dari ayahnya. Istri dari Revan ini berpikir dua kali untuk mengakhiri pernikahannya.Tiba-tiba dari arah luar terdengar suara pintu kamar mandi diketuk, Mas Revan memanggil.“Indira, kamu sedang apa di dalam kenapa lama banget? Mas sudah tak tahan,” panggilnya dengan suara yang terdengar manja.“Sudah tak tahan?” Ia Mencoba mengulang ucapannya. Menerka apa maksudnya.“Mas mau apa? Kalau mau buang hajat, sana ke kamar mandi belakang saja, aku belum selesai mandinya,” umpatnya sambil ter

    Last Updated : 2024-04-17
  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Pov Revan

    Bab 5Pov RevanSiang hari di kantor“Kenapa kamu, kusut amat itu muka?” Rendi menepuk pundakku, dia teman satu kantorku.Aku dan Rendi sedang istirahat. Memilih warteg depan kantor, yang terkenal enak dan ramah di kantong. Semalam karena ribut besar dengan Indira, hingga wanita yang sudah memberiku satu anak itu lupa tak membawakanku bekal makan siang.“Pusing mikiri hidup! Tiap hari ribut terus dengan Indira.” Kuhela napas panjang, kemudian kuraih secangkir kopi susu dan menyeruputnya.“Memangnya ada masalah apa? Coba kamu cerita sama aku siapa tahu aku bisa bantu!” Tatapan matanya begitu serius.“Indira sudah tahu hubunganku sama Kamila, entah siapa yang mengadu? Semalam Indira cemberut dan memberiku pilihan yang sulit.” Aku menatap balik wajahnya dengan sedikit mendongakkan kepalaku karena dia berdiri, sedangkan aku duduk.“Eiittss,! Tunggu ... kamu bilang apa barusan? Ka_Mi_La!” Rendi mengeja ucapannya.” Mantan kamu yang waktu SMA bukan?” Matanya tajam menatapku hingga b

    Last Updated : 2024-04-17
  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Talak Tiga

    Talak Tiga“Indira Wijaya, Mas ceraikan kamu sekarang juga dengan talak tiga. Mulai hari ini kamu bukan istriku lagi! Silakan kamu kemasi barang- barangmu! Besok kamu harus pergi dari rumah ini, karena kita sudah bukan suami istri lagi!” ucap Mas Revan, lelaki berwajah tampan yang sudah lima tahun menjadi imamku.“Tapi kenapa, Mas? Apa salahku hingga Mas tega menalakku?” lirihku dengan menatapnya tajam.“Maafkan Mas, Indira. Mas sudah tidak lagi mencintaimu, ada nama wanita lain yang masih bertakhta di ruang hati ini. Jauh sebelum Mas mengenalmu,” tuturnya lagi.“Siapa wanita itu, Mas?” tanyaku dengan linangan air mata.“Dia Kamila, mantan kekasih Mas waktu SMA, sampai sekarang cinta itu masih ada dan makin bersemi setelah beberapa bulan terakhir sering bertemu. Dan kamu bukanlah wanita karir seperti yang Mas inginkan. Aku lelah selama ini menjadi penanggung jawab semuanya,” cakapnya lantang hingga menusuk sanubariku.“Tega kamu, Mas, berbuat dan berucap seperti itu padaku! Mas anggap

    Last Updated : 2024-04-23
  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Keluar dari rumah

    Mas Revan baru saja berangkat kerja. Aku yang sedari tadi sibuk berkemas, memasukkan barang-barangku dan punya Manaf ke dalam koper ukuran sedang.Aku sudah diminta keluar dari Istana yang sudah lima tahun kami tempati. Segala kemewahan dan kenyamanan itu bakal aku tinggalkan. Semua sirna bertepatan dengan jatuhnya talak. Kisah cinta kami harus berakhir cukup sampai di sini.Semua sudah beres, tinggal aku telepon Sinta_sahabatku. Aku ingin meminta tolong padanya untuk dicarikan tempat tinggal untuk kami. Sebenarnya Mas Revan sudah membelikan kami rumah, tapi aku gak mau menerimanya. Bukannya aku sombong atau gengsi, tapi aku gak mau mengenang semua tentangnya, terlalu sakit hati ini karenanya.Aku ingin pergi sejauh mungkin agar tidak ada kesempatan untuk bertemu dengannya lagi.Hanya Sinta yang bisa menolongku, karena aku tidak punya keluarga atau saudara. Sedari kecil aku tinggal di panti asuhan, dan tidak tahu siapa orang tuaku, karena Ibu panti tidak pernah bercerita.Aku malu

    Last Updated : 2024-04-23
  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Indira kerja

    Indira KerjaHari ini langit terlihat cerah setelah beberapa hari cuaca mendung seperti hati Indira. Kicau burung saling bersahutan menyambut segarnya udara pagi. Bias keemasan tampak berkilauan di ufuk timur.Wanita berhijab itu harus menjalani hidupnya hanya berdua dengan anaknya meski sebenarnya tak pernah dia duga sebelumnya. Mencari pekerjaan adalah hal yang harus dia lakukan, setelah mantan suaminya menceraikannya belum lama ini. Setidaknya ia memiliki penghasilan agar tidak merepotkan siapa pun.Ah, biarlah kujalani dulu garis takdirku ini sendiri, berjuang meski jalannya tak akan mudah,” dalam hatinya.Indira ingin memperjuangkan masa depan anaknya, agar kelak dia bisa hidup bahagia. Memberikan kasih sayang dan perhatian penuh meski jadi single parent. Tidak seperti dirinya yang tak pernah merasakan kasih sayang dan belaian lembut dari orang tuanya.***Keesokan harinya.“In, kamu sudah bangun,?” tanyanya sambil mengucek matanya yang masih sayup.“Iya, dari tadi,” jawab Ind

    Last Updated : 2024-04-23
  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Merenung

    MERENUNGSaat sedang bersih-bersih ruangan, tak sengajaNetraku membola menatap pada sebuah foto di dinding yang ukurannya lumayan besar.“Kenapa Mas Revan bisa foto bersama keluarga Bu Dian?Ada hubungan apa mereka?” batinnya.Pikirannya mulai berkecamuk, jiwa penasarannya meronta-ronta.Dunia begitu sempit, usahaku untuk lari jauh dari bayang-bayang Mas Revan ternyata percuma.Justru sekarang wajah itu ada di hadapanku, wajah serupa garam yang menaburi luka dalam hatiku.Dulu lelaki itu pernah begitu hangat menyinari hidupku.Lalu dengan garangnya pula pernah mencampakkanku di saat sudah tak dibutuhkan lagi.Aku tak mengerti apa yang ada di benak seorang lelakiKetika menghianati istri dan anaknya. Tidak tahukah dia?Bahwa pernikahan adalah ikatan suci, janji di hadapan Tuhan.Belum pernah ada yang menyakitiku sedalam ini, sakit dan nyerinya bahkan tak bisa lagi aku deskripsikan. Mungkin karena aku mencintainya terlalu dalam, hingga akhirnya aku merasakan sakit dan kecewa yang men

    Last Updated : 2024-04-23
  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Akta cerai

    Revan datang menemui Kamila di rumahnya untuk memberikan kabar gembira padanya.“Yank, surat cerai dari pengadilan sudah keluar. Itu artinya aku sudah terbebas dan tak sabar ingin segera menikahimu, wanita cantik dan idamanku,” tandasnya girang dengan senyum yang melebar menghiasi wajahnya.“Seriuuuuus ...? Akuu seneng banget dengernya, Beb. Aku juga sudah gak sabar ingin mendampingi hidupmu,” balasnya tak kalah girangnya sambil langsung memeluk lelaki tampan di hadapannya. Setelah melepaskan pelukannya, Kamila duduk di sofa ruang tamunya.Tiba-tiba Kamila terdiam, mengerucutkan ujung mulutnya seraya matanya berkelana ke sembarang arah.“Lah, kok, sekarang cemberut? Bukannya barusan senang. Ada apa?” tanya Revan seketika dengan memicingkan sebelah matanya.“Beb, nanti kalau kita sudah menikah, aku gak mau kamu masih berhubungan dengan mantan istri dan anakmu. Apalagi kalau harus mengirim u*n* untuk mereka, aku gak setuju!” pekiknya dengan merajuk dan suara manja.“Lah, emang kenapa?

    Last Updated : 2024-04-23
  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Episode 11

    “Tuan ... tolong ... jangan lakukan itu!” racauku berulang dengan berderai air mata. Namun, dia tidak mau mendengarnya.“Kamu, kan, seorang janda, pasti kamu sudah lama tidak dibelai lelaki!” hinanya dengan meringis seakan merendahkan.“Maaf, Tuan, meskipun aku janda, aku tidak murahan. Aku masih punya harga diri!” berangku dengan mata nyalang menatapnya.“Memangnya harga kamu berapa? Aku sanggup membayarmu berapa pun untuk wanita secantik kamu!” ledeknya sambil hendak menciumku.Beliau terus saja menyerangku hingga aku terkapar di sofa, badannya yang besar sudah berhasil menindihku.Daster yang aku pakai sobek seketika di bagian lengan, dan aku membalasnya dengan mencakar dadanya yang bidang hingga membekas dan berdarah.Tiba-tiba aku punya kekuatan entah dari mana datangnya, kakiku langsung menendang alat vitalnya hingga dia terjerembab ke lantai sambil meringis kesakitan. Aku langsung masuk kamar dan bergegas menguncinya.Badanku masih gemeteran dengan kejadian barusan,” Apa yang

    Last Updated : 2024-04-23

Latest chapter

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 50

    “Tuh, cewek kasihan banget ya, jidatnya sampai berdarah gitu,” cerita cewek yang lewat ke temannya.“Siapa suruh jadi pelakor, gue aja kalau jadi istrinya sudah kucakar-cakar wajahnya. Pake jilbab tapi kelakuan minus,” celetuk yang lainnya menimpali.Abi menajamkan pendengarannya agar suara mereka terdengar jelas. Dia takut kalau yang mereka ceritakan itu Indira karena sudah 15 menit ke toilet tapi belum kembali.Lalu lelaki tampan nan mapan itu bergegas ke toilet untuk mengecek kebenarannya. Ternyata memang benar, di toilet wanita terjadi keributan. Abi langsung menerobos kerumunan sambil netranya memutar mencari keberadaan kekasihnya.“Hentikaaaan!” teriaknya sambil memeluk tubuh kekasihnya dari belakang dan satu tangannya ke atas sebagai tanda menghalangi dari amukan mereka yang terprofokasi Kamila. Indira kini berada di pelukan sang kekasih sambil digandengnya keluar dari kerumunan.

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 49

    “A—bi, ma—af, bu—kan mak ...,” Panji tak melanjutkan ucapannya karena Abi segera memotongnya.Abi tersenyum menatap Panji, wajahnya terlihat santai. Tak ada gurat emosi atau kecewa. Hari ini entah dapat angin dari mana, Abi menunjukkan sikap yang penyabar. Tak seperti biasanya yang gampang terpancing emosi dan cemburu. Justru sebaliknya, Indira begitu tegang dan gugup terlihat dari guratan dahinya serta netranya yang fokus memantau situasi.“Udah, santai aja. Aku gak marah, kok. Yang penting nanti kalau aku dan Indira sudah menikah, kamu jangan coba-coba meng-go-da-nya!” Abi menatap lekat wajah kekasihnya sambil tersenyum, tapi wanita cantik itu membalasnya dengan memasang wajah penuh tanya.“Ada apa dengan dia? Tumben banget sok bijak kayak gitu, apa jangan-jangan dia kesambet?” dalam hatinya penuh teka-teki.“Ma—af, Ji. Aku menganggapmu sebagai sahabat baikku, tidak lebih karena aku hanya menc

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 48

    “Pi ..., kenapa anak kita belum pulang juga, ya? Apa di kantor lagi banyak kerjaan?” Wajah Mami terlihat tegang, netranya menyisir ke arah ruang tamu berharap putrinya muncul dari situ.“Eng—gak, hari ini gak terlalu sibuk. Apa mungkin dia pergi sama Abi, ya?” Papi berjalan mendekat ke arah istrinya sambil menyisir rambutnya yang terlihat tinggal separo tersisa di kepalanya.Mereka berdua panik, padahal malam ini mau ada pertemuan dua keluarga dari pihak Abi mau datang ke rumah Indira. Namun, sampai detik ini putrinya belum kunjung pulang dari kantornya.“Coba Papi telefon anak kita, dia lagi di mana?” Nyonya Sukma sambil berjalan bolak balik seperti Siti Hajar yang lagi mencari air dari bukit sofa ke bukit marwa dengan pikiran limbung.“Iya, tunggu sebentar,” Tuan Presdir mencoba menghubungi putrinya , tapi berkali-kali tak di angkat. Kemudian langsung menelefon Abi untuk menanyakan

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 47

    Revan menatap Abi dengan tatapan gak suka, dia begitu cemburu saat melihat kebersamaannya seakan tak rela ada lelaki lain mendekati mantan istrinya. Lalu Revan mengajak berbicara empat mata di depan ruangan ibunya dirawat. Mereka berdiri berseberangan.“Gue mau loe jauhi Indira, karena gue mau mengajaknya rujuk demi Manaf!” Wajahnya begitu serius dan netranya nanar menatapnya.“Kalau gue gak mau, gimana?” Abi tersenyum tipis menanggapi ucapannya tanpa menatap ke arahnya.“Jangan nunggu gue berbuat kasar sama loe, gue gak main-main!” Matanya melotot ke arahnya dengan wajah merah menahan emosi seraya menunjuk satu jari ke wajahnya.“Dasar cowok aneh!” Abi tersenyum getir sambil menyalakan rokok yang ia keluarkan dari saku celana lalu menghisapnya.Buugg!!Seketika bogem mentah melayang ke wajah Abi, membuatnya terhunyung ke samping. Tak terima dengan sikap kasarnya, lalu Abi me

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 46

    “Mas A_ bi? “ sapanya dengan menarik kedua ujung bibirnya ke atas.Abi hanya tersenyum membalas panggilannya. Rona bahagia terpancar dari sorot mata dan wajah keduanya. Sekian minggu tak bertemu membuat keduanya memendam rindu yang membuncah, begitu tersiksanya karena terbelenggu oleh rindu.“Mas, kenapa ke sini? Kalau Papih sampai tahu bagaimana?” tanyanya dengan perasaan takut dan khawatir.“Tenang saja, tadi Mas sudah menemui papihmu dan ngomong baik-baik. Lalu Beliau sudah mengizinkan Mas untuk selalu menjaga dan mendampingimu, wanita cantik yang Mas sayangi,” balasnya seraya mencolek dagunya lalu menggenggam erat jemarinya dan netranya tak lepas menatapnya.Membuat wanita yang berhijab nan cantik itu tersipu malu hingga pipinya merona. Tak berselang lama, Pak Presdir lewat kemudian melihatnya dan langsung menghampirinya.“Ehemm .... “ Beliau tersenyum melihat keakraba

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 45

    Tuan dan Nyonya Gunadi datang bersamaan ke kamar putrinya. Mereka hendak menanyakan sikapnya yang begitu cuek dan jutek tiap kali bertemu Revan. Kemudian mereka masuk setelah diizinkan olehnya. Lalu duduk bersama di sofa kamarnya.“Nak, kami mau tanya, apa kamu masih mencintai Revan, dan ingin kembali rujuk demi Manaf?” tanya mereka seraya menatap lekat putrinya.“Maaf, Mih, Pih, rasa cinta itu perlahan pudar seiring sikapnya yang sudah keterlaluan sama aku. Aku tidak bisa rujuk dengannya, hati ini masih sakit atas pengkhianatannya. Perlu kalian tahu, pipi ini sudah sering jadi sasaran kemarahannya. Dan aku berapa kali hampir diperk*s* oleh majikanku saat kerja jadi ART. Tak ada yang menolongku saat itu, aku menangis sendirian dalam ketakutan dan kepedihan hidup,” terangnya dengan linangan air mata dan netranya menyiratkan kesedihan yang mendalam.“Astaghfirulla

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 44

    “Pak,” sapanya dengan menundukkan sedikit kepala ke arahnya sambil tersenyum ramah.“Eh, Revan, kamu di sini juga? Siapa yang sakit?” tanya Pak Presdir seraya mengerutkan dahinya.“Istri saya, Pak, ngeluh sakit perut. Saya langsung bawa ke sini. Kata dokter suruh dirawat dulu untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut,” jelasnya penuh drama seraya memasang wajah sendu.” Bapak sendiri sedang apa di sini? Siapa yang sakit?” tanya balik Revan dengan wajah terkejut.“Indira habis disiram air panas sampai melepuh di dadanya,” terangnya seraya netranya berembun.“Siapa yang melakukannya, Pak?cecarnya dengan penasaran.“Mamihnya Abi semalam bertemu di restoran pas saya lagi nerima telefon di luar,” jelasnya seraya mendengkus.“Kok, bisa begitu? Apa masalahnya?” desaknya makin penasaran.Kemudian Pak Presdir menceritakan kronologinya sampai di bawa ke RS. Obrolan mereka kian mele

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 43

    “Abi, sudah berapa lama kamu pacaran dengan Indira?” Pak Presdir menatap Abi tajam sambil berdiri di halaman RS.“Anu ..., Pak, eehmm ... lima bulanan!” jawab Abi gugup sambil mengusap butiran kristal yang jatuh di pelipisnya yang tanpa perintah.“Belum lama berarti, ya?” Ayah Indira menganggukkan kepalanya beberapa kali.“Memangnya kenapa, Pak?” Rasa penasaran menguasai hati dan pikirannya membuat kekasih Indira ini mendelik.“Gini, Bi. Mumpung hubungan kalian belum lama, tolong, tinggalkan dan jauhi anak saya! Dia putriku satu-satunya. Saya gak mau ada orang yang menyakitinya.” “Tapi, Pak, saya sangat mencintainya, saya gak akan menyakitinya. Saya janji akan membahagiakannya.” Abi menatapnya penuh harap dan dengan menundukkan kepalanya sedikit seraya wajahnya pias.“Dari kejadian ini, saya merasa sedih dan kecewa sama mamihmu!” Tatapannya lurus ke depan seraya menyilangkan kedua ta

  • AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA   Part 42

    Pak Gunadi terkejut saat melihat putrinya merintih kesakitan. Rasa panas dan perih yang dirasakan putrinya akibat tersiram kopi panas.Pak Gunadi menatap putrinya tajam dan netranya turun ke dadanya yang basah dan berlumuran kopi.” Nak, kamu kenapa, apa yang terjadi?”“Dadaku panas, Pih, tersiram kopi.” Indira masih mengibas-ngibaskan tangannya ke dada seraya merintih kesakitan.Bu Arum kaget saat melihat Pak Gunadi tiba-tiba datang dan langsung memegang pundak wanita yang dibencinya. Aksinya begitu cepat membawa Indira keluar menuju ke Rumah Sakit. Lidahnya kelu, hanya beberapa kali menelan salivanya. pikirannya pun berkecamuk, menerka-nerka tentang ada hubungan apa di antara mereka. Yang dia pikir Indira sedang makan bersama putranya, tapi kenyataannya Pak Gunadi yang bersamanya.Pak Presdir membawa putrinya ke RS terdekat bersama dua body guardnya. Ibu Arum dan Alea mengik

DMCA.com Protection Status