Pov. Author
Keesokan paginya. Max sudah selesai dengan mandinya, saat ini ia sedang memilih jas yang akan di kenakannya hari ini. Tapi dia mengurungkan niatnya dan memilih menggulung lengan kemeja hitamnya dan menata rambutnya rapih. Ia menekan pembuka tirai dan melihat keadaan di sekitarnya. Beberapa pelayan sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing tapi matanya tak menangkap keberadaan Rubbi dimana pun.
Max memilih keluar dari kamar nya dan menuruni anak tangga dengan mata yang masih mencari keberadaan Rubbi. Nihil, dia tidak menemukan gadis itu di mana pun. Kini matanya beralih kearah pintu kamar tamu, Max membuka kamar itu tanpa mengetuk nya terlebih dahulu. Diluar dugaan kamar yang kemarin kotor kini sudah berubah menjadi kamar yang cukup nyaman.
"Hebat juga dia, mari kita lihat yang selanjutnya." Ujar Max.
"Sedang apa kamu di sini?" Max cukup terkejut atas kedatangan Rubbi di belakangnya, tapi dengan cepat ia menetralkan wajahnya dengan smirk khasnya lalu menoleh menatap Rubbi tajam.
"Ini rumah ku, aku berhak dimana pun." Ucap Max sambil tersenyum menatap penampilan Rubbi dengan pakaian pelayan yang dipesannya kemarin.
"Ohh baik kalau begitu, sana keluar aku mau mandi untuk siap-siap." Ujar Rubbi.
"Tunggu sebentar," Max menahan daun pintu kamar itu sehingga Rubbi kembali membukanya lagi, "emm kau sangat cocok dengan seragam itu. Aku suka." Ucapnya dengan nada mengejek.
"Brengsek!" Seru Rubbi menutup pintu kamar dengan kencang.
Max menunggu di atas sofa sambil melihat tayangan tv tentang saham. Mulutnya mulai berdecak saat dia sadar waktu sudah menunjukan pukul sepuluh lewat lima belas menit. Akhirnya Max berdiri untuk menyusul Rubbi, namun langkahnya terhenti saat dia melihat seorang wanita memakai dress hitam berlengan pendek yang melekat sempurna di tubuh wanita itu.
"Ck kau akan memakai baju ini? Apa kau yakin?" Tanya Max tak habis pikir.
"Emm ya, kenapa ?"
"hmm Sudahlah lupakan," Max berlalu keluar dari rumah itu menuju mobilnya. Beberapa bodyguard langsung menunduk saat melihat Rubbi berjalan bak model pakaian seksi.
Keduanya ada di dalam mobil. Max yang sedang fokus dengan ipad di tanganya terkejut saat Rubbi mendekatkan bibirnya ke telinga kanannya. Takut kejadian di discotik terulang Max dengan cepat menjauh, alis Rubbi berkerut tak suka.
"Hei kenapa menjauh? Sini!" Serunya sambil menarim tengkuk Max mendekat.
"Apa yang..."
"Aku mau kamu membuat perjanjian, kalau kamu tidak akan membocorkan kebohongan ku di depan publik." Bisik Rubbi yang membuat Max risih.
"Duduk lah dengan baik! Jangan pernah mendekat dengan ku kurang dari satu meter." Ucap Max dengan tatapan tajam. "Soal perjanjian itu aku akan membuatnya." Lanjut Max sambil menatap keluar jendela mobil.
'Ck dia sangat sombong, apa aku semenjijikan itu sampai tidak mau berdekatan dengan ku' Rubbi membatin dengan sebal.
Mobil mereka telah memasuki pekarangan sebuah mansion yang sangat besar dan terkesan begitu klasik. Banyak pepohonan di sekitarnya membuat pemandangan disana terasa sejuk di mata.
"Cepat turun!" Ucap Max sebelum meninggalkannya dan turun lebih dulu.
Dengn bersungut-sungut Rubbi menyusul turun, lalu ia berjalan dengan percaya diri kearah pintu utama mansion ini. Beberapa penjaga melihatnya dengan pandangan berbeda-beda, ada tatapan hormat ada pula yang menatapnya dengan tatapan penuh napsu, tapi semua itu di abaikan oleh nya.
Sampai di depan sebuah pintu besar Rubbi menatap Max yang menunggunya. Pria itu mengulurkan tangannya pada Rubbi yang terlihat kebingungan, namun ia tetap menerima uluran tangan itu.
"Bersikap baiklah di dalam." Ucap Max sebelum pintu besar itu terbuka lebar.
Mereka berjalan memasuki mansion itu, mata Rubbi tak bisa menahan binar tapjuk melihat keindahan mansion itu. Sampai sebuah suara mengembalikan fokusnya.
"Wah jadi ini istrimu Max, tidak kusangka seperti ini penampilannya," ucap seorang wanita yang tengah berdiri di ruang baca, "seperti model pakaian dalam."
Rubbi yang sadar dirinya sedang di hina merasa sangat marah, ia menatap kearah Max namun sial tak ada satupun kata pembelaan yang keluar dari mulut pria itu.
Rubbi masih menahan semua amarahnya demi janjinya pada Max sebelum mereka masuk tadi.
"Apa kau sudah selesai berbicara Helena?" Tanya Max yang terdengar menyebalkan.
Max menarik Rubbi untuk terus berjalan menuju ruang utama mansion ini, "kenapa kamu tidak membelaku di hadapan wanita tadi? Kamu kan suami ku!" Bisik Rubbi sambil berjalan menyamai langkah Max yang lebar.
"Untuk apa menanggapi omongan tidak penting." Jawab Max yang di benarkan oleh Rubbi.
Keduanya tiba di ruang keluarga, terlihat keluarga Max sudah menunggu di sana dan tidak lupa orang yang bernama Helena juga ikut bergabung di sana.
"Max! Kemarilah nak." Seru seorang pria tua yang terlihat ramah.
Dilihat dari kontur wajah dan tatapan tajam nya kakek itu terlihat sangat mirip dengan Max. Pandangan kakek itu jatuh pada Rubbi yang berjalan sedikit di belakang Max, tatapan kakek itu jelas membuat Rubbi gugup.
'Siapa si kakek ini? Kenapa harus menatapku seperti itu' batin Rubbi yang semakin tidak nyaman.
"Apa kau pulang untuk memberi tahu kami sesuatu?" Tanya seorang wanita paruh baya yang terlihat tidak menyukai Max.
"Ya, aku ingin mengenalkan Istri ku, Rubbi." Ucap Max santai.
Mereka berdua masih berdiri, merasakan seperti di sidang dan menjadi terdakwa. Dalam situasi seperti ini Rubbi sudah menahan decakan yang sejak tadi ingin keluar dari mulutnya. Melihat sambutan dari keluarga Max untuk nya.
"Siapa namamu, Nak?" Tanya kakek itu.
"Namaku Rubbi kek," jawab Rubbi dengan senyum ramah.
"Silahkan duduk, aku senang bisa bertemu dengan mu," ujar sang kakek, "kau tahu kenapa?" Lanjutnya bertanya saat Rubbi telah ikut duduk bersama di atas sofa.
"Karena apa kek?"
"Karena itu tandanya Max bukan sesuka sesama jenis seperti yang di beritakan." Jelas Kakek Max dengan senyum bahagia.
Max yang sedang mengambil minum di atas patry hanya menatap interaksi Rubbi dan kakek nya tanpa minat. Ia menangkap kedatangan Jay lalu memintanya datang ke ruangan nya yang ada di mansion itu.
Saat ini Max dan Jay sedang berada di ruang kerja pribadi. Keduanya berdiri berhadapan. Jay menatap keluar jendela besar yang menghadap langsung ke arah taman mawar di belakang rumah.
"Apa yang ingin kau bicarakan Max?" Tanya Jay.
Max mendekat menarik lengan Jay hingga mereka kini berdiri berhadapan. Tangan Max terulur untuk menyentuh rahang Jay.
"Hanya dengan adanya gadis itu, aku bisa melindungi hubungan kita aku mohon kau mengerti Jay." Ucap Max penuh kelembutan.
Ya. Berita bahwa Max penyuka sesama jenis adalah benar. Mereka menjalin hubungan saat memasuki masa kuliah, berada pada asrama dan kamar yang sama membuat perasaan saling melindungi muncul meluap menjadi perasaan yang terus salah diartikan.
Perlahan wajah mereka saling mendekat, Max menarik Jay mendekat dan memberikan kecupan dibibir Jay dengan begitu manis, sampai pintu ruangan itu terbuka mengejutkan keduanya.
"Oh my god!" Seru Rubbi menutup mulutnya terkejut.
Brug!!
Pov. AuthorRubbi kembali menutup pintu itu dengan cepat. Gadis itu menekan dada nya yang bergemuruh, ia bener-benar dibuat terkejut. Rubbi berjalan menjauh dengan setengah berlari saat melihat Max keluar dari ruangan itu.Dengan rahang yang terlihat mengeras Max menghampiri Rubbi. "Berhenti disitu!" Perintah Max tak dihiraukan oleh Rubbi.Gadis itu berlari m
Pov. AuthorMax keluar dari kamar nya setelah memakai baju, ia belum melihat Rubbi keluar dari walk-in closet milik nya, tapi Max tidak mau ambil pusing. Ia melangkah menuju ruang makan dimana keluarganya sudah menunggu, di rumag kakek nya ini Max lah cucu tersayang kakek nya.Semenjak kematian kedua orang tuanya Max memang tinggal dengan kakek nya dan berusaha membantu menjalankan perusahaan yang ditinggalkan mendiang ayahnya."Mana Rubbi? Kau tidak seharusnya mengajaknya kekamar sesiang ini, dia pasti lelah." Ucapan kakek nya itu sukses mengundang tawa seisi ruangan itu.
Pov. AuthorMax berjalan memasuki kamarnya setelah mengantar Jay sampai pintu utama dan pergi dari mansionnya. Sekarang dirinya ingin mengerjakan beberapa berkas tentang pembukaan lahan baru untuk rumah sakit yang akan di dirikan nya. Max masuk kedalam kamarnya lalu membuka jas dan kemejanya sembarang tanpa melihat keberadaan Rubbi di sana perlahan pria itu menanggalkan celana bahan nya menyisahkan pakaian dalam yang membentuk tubuh bagian bawahnya dengan jelas. Rubbi yang merasa berhak melihatnya hanya menopang dagu sambil melipat kakinya di atas sofa di pojok kamar itu.Max yang merada di perhatikan oleh seseorang melihat kesekeliling kamarnya dan terkejut saat melihat Rubbi yang sedang menatapnya dengan berbinar. Sadar dengan keadaan n
PoV. AuthorKe esokan harinya. Rubbi sudah sibuk berkutat dengan sayuran yang baru saja di kirim langsung dari perkebunan khusus untuk masakan di mansion ini. Rubbi terlihat kesusahan saat membuka kentang menggunakan pisau, sangat terlihat jika ia tidak pernah menggunakan benda itu selama ini."Kau baik-baik saja Nona?" Tanya seorang pelayan yang sedang mencuci daging."Ah iya aku masih baik-baik saja, tapi aku tidak menyangka membuka kentang akan sesulit ini." Ujar Rubbi yang masih terlihat fokus menatap kentang di tanganya."Apa anda perlu bantuan saya?" Tanya pelayan itu lagi."Tidak perlu, aku harus belajar mandiri dan bisa mengerjakan semua ini mulai sekarang," jawab Rubbi yang tiba-tiba teringat adik nya Putri.'Sungguh ia tidak akan berbuat jahat pada adiknya itu jika ia tahu hidup bener-benar sesulit ini' pikirnya.Saat Rubbi sedang serius mengupas kentang Max yang baru saja sel
PoV. AuthorSetelah acara makan pagi yang diiringi dengan suasana tak nyaman. Max berniat untuk pergi ke kantornya, Jay masih setia mengikutinya selayaknya seorang asisten. Sesekali Jas membenagi tatanan pakaian yang dikenakan Max. Keduanya berjalan menuju pintu keluar dan mendapati beberapa pelayan yang sedang menata tanaman, seluruhnya terlihat memberi hormat padanya selain Rubbi yang justru malah berdiri memunggunginya dan perpura-pura tidak mengetahui kebradaannya."Nona Rubbi." Panggil Jay.Gadis itu menoleh lalu menatap kearah keduanya, "Iya, ada apa?" Tanyanya dengan nada ketus."Aku dan tuan Max akan berangkat kekantor...,""Ya sana kalian pergi, lama-lama melihat kalian makanan yang ku makan rasanya mau keluar lagi," ujar Rubbi dengan sinis memotong ucapan Jay.Max masih menatap Rubbi dengan datar, sedangkan Jay menunggu saat-saat Max akan memarahi gadis itu di depan
PoV. Author"Masuk.""Kau ingin mengajaku tidur satu kamar?" Tanya Rubbi dengan wajah berbinar."Jangan banyak menghayal, masuklah ada yang ingin aku bicarakan," ujar Max dengan mengulum senyum geli.Rubbi menatap Max tajam, ia mendengus sebelum masuk kedalam kamar Max di villa itu. Rubbi berlari mengitari kamar itu dengan sangat antusias saat melihat keindahan kamar dengan nuansa putih dan pemandangan birunya laut yang menyatu menciptakan sebuah keindahan."Duduklah, jangan berlarian dan membuatku pusing melihatnya." Max menghenbuskan napasnya tajam saat melihat tingkah Rubbi yang menurut nya sangat kampungan."Max ini indah sekali, pasti nyaman sekali jika bisa berlibur disini." Rubbi melompat naik keatas tempat tidur lalu merebahkan dirinya tanpa sadar jika dirinya sangat terekspose.Rubbi menatap Max yang sedang duduk di sofa yang menghadap langsung ke arah
Pov. Author Dibalik sebuah pilar tinggi, disebuah Hottel berbintang. Terlihat dua orang yang sedang mengenakan pakaian pengantin, mereka terlihat sedang berdebat. "Apa kamu gila? Aku tidak hamil anak mu!" Seru seoarang gadis yang terlihat sebagai mempelai wanitanya dengan wajah yang menahan kesal. Sang mempelai peria hanya menatap gadis itu dengan mata tajamnya. Bahkan bibirnya tidak mengucap satu katapun dan itu sukses membuat sang gadis semakin meradang. "Kenapa diam? Apa kamu bisu di saat situasi sedang begini?" Lagi gadis itu berucap kali ini dengan nada yang sarkas. "Lucu sekali, kau yang membuat situasi ini terjadi," ucap pria itu dengan senyum mengejek, "tapi sekarang kau menyalah kan aku, Apa itu tidak keterlaluan?" Tanya Pria itu. "Oke! Ini memang salahku, kamu puas? Tapi harusnya kamu tidak muncul dan menambah masalah ini dengan berucap kamu ingin bertanggung jawab!" "Sudah lah, sekarang masuk dan segera kita selesaikan acara ini." Ujar Pria itu malas berdebat. Pria i
Pov. AuthorAcara pernikahan telah usai, Max berjalan keluar dari lobbi hotel diikuti beberapa Bodyguard dan Rubbi yang sedang kesusahan menarik gaun pengantinnya yang menjuntai sepanjang dua meter dengan berat 25kg tanpa bantuan siapapun. Bisa kalian bayangkan.Sedang kan Max berjalan sambil menghubungi seseorang, disebelahnya ada Jay yang terlihat gagah mengenakan jas mahalnya."Siapkan pesawat, aku harus pulang sekarang juga." Ujar nya sebelum mematikan sambungan secara sepihak."Hai bisa kah kalian berjalan dengan pelan, baju ini sangat basar dan berat tah
PoV. Author"Masuk.""Kau ingin mengajaku tidur satu kamar?" Tanya Rubbi dengan wajah berbinar."Jangan banyak menghayal, masuklah ada yang ingin aku bicarakan," ujar Max dengan mengulum senyum geli.Rubbi menatap Max tajam, ia mendengus sebelum masuk kedalam kamar Max di villa itu. Rubbi berlari mengitari kamar itu dengan sangat antusias saat melihat keindahan kamar dengan nuansa putih dan pemandangan birunya laut yang menyatu menciptakan sebuah keindahan."Duduklah, jangan berlarian dan membuatku pusing melihatnya." Max menghenbuskan napasnya tajam saat melihat tingkah Rubbi yang menurut nya sangat kampungan."Max ini indah sekali, pasti nyaman sekali jika bisa berlibur disini." Rubbi melompat naik keatas tempat tidur lalu merebahkan dirinya tanpa sadar jika dirinya sangat terekspose.Rubbi menatap Max yang sedang duduk di sofa yang menghadap langsung ke arah
PoV. AuthorSetelah acara makan pagi yang diiringi dengan suasana tak nyaman. Max berniat untuk pergi ke kantornya, Jay masih setia mengikutinya selayaknya seorang asisten. Sesekali Jas membenagi tatanan pakaian yang dikenakan Max. Keduanya berjalan menuju pintu keluar dan mendapati beberapa pelayan yang sedang menata tanaman, seluruhnya terlihat memberi hormat padanya selain Rubbi yang justru malah berdiri memunggunginya dan perpura-pura tidak mengetahui kebradaannya."Nona Rubbi." Panggil Jay.Gadis itu menoleh lalu menatap kearah keduanya, "Iya, ada apa?" Tanyanya dengan nada ketus."Aku dan tuan Max akan berangkat kekantor...,""Ya sana kalian pergi, lama-lama melihat kalian makanan yang ku makan rasanya mau keluar lagi," ujar Rubbi dengan sinis memotong ucapan Jay.Max masih menatap Rubbi dengan datar, sedangkan Jay menunggu saat-saat Max akan memarahi gadis itu di depan
PoV. AuthorKe esokan harinya. Rubbi sudah sibuk berkutat dengan sayuran yang baru saja di kirim langsung dari perkebunan khusus untuk masakan di mansion ini. Rubbi terlihat kesusahan saat membuka kentang menggunakan pisau, sangat terlihat jika ia tidak pernah menggunakan benda itu selama ini."Kau baik-baik saja Nona?" Tanya seorang pelayan yang sedang mencuci daging."Ah iya aku masih baik-baik saja, tapi aku tidak menyangka membuka kentang akan sesulit ini." Ujar Rubbi yang masih terlihat fokus menatap kentang di tanganya."Apa anda perlu bantuan saya?" Tanya pelayan itu lagi."Tidak perlu, aku harus belajar mandiri dan bisa mengerjakan semua ini mulai sekarang," jawab Rubbi yang tiba-tiba teringat adik nya Putri.'Sungguh ia tidak akan berbuat jahat pada adiknya itu jika ia tahu hidup bener-benar sesulit ini' pikirnya.Saat Rubbi sedang serius mengupas kentang Max yang baru saja sel
Pov. AuthorMax berjalan memasuki kamarnya setelah mengantar Jay sampai pintu utama dan pergi dari mansionnya. Sekarang dirinya ingin mengerjakan beberapa berkas tentang pembukaan lahan baru untuk rumah sakit yang akan di dirikan nya. Max masuk kedalam kamarnya lalu membuka jas dan kemejanya sembarang tanpa melihat keberadaan Rubbi di sana perlahan pria itu menanggalkan celana bahan nya menyisahkan pakaian dalam yang membentuk tubuh bagian bawahnya dengan jelas. Rubbi yang merasa berhak melihatnya hanya menopang dagu sambil melipat kakinya di atas sofa di pojok kamar itu.Max yang merada di perhatikan oleh seseorang melihat kesekeliling kamarnya dan terkejut saat melihat Rubbi yang sedang menatapnya dengan berbinar. Sadar dengan keadaan n
Pov. AuthorMax keluar dari kamar nya setelah memakai baju, ia belum melihat Rubbi keluar dari walk-in closet milik nya, tapi Max tidak mau ambil pusing. Ia melangkah menuju ruang makan dimana keluarganya sudah menunggu, di rumag kakek nya ini Max lah cucu tersayang kakek nya.Semenjak kematian kedua orang tuanya Max memang tinggal dengan kakek nya dan berusaha membantu menjalankan perusahaan yang ditinggalkan mendiang ayahnya."Mana Rubbi? Kau tidak seharusnya mengajaknya kekamar sesiang ini, dia pasti lelah." Ucapan kakek nya itu sukses mengundang tawa seisi ruangan itu.
Pov. AuthorRubbi kembali menutup pintu itu dengan cepat. Gadis itu menekan dada nya yang bergemuruh, ia bener-benar dibuat terkejut. Rubbi berjalan menjauh dengan setengah berlari saat melihat Max keluar dari ruangan itu.Dengan rahang yang terlihat mengeras Max menghampiri Rubbi. "Berhenti disitu!" Perintah Max tak dihiraukan oleh Rubbi.Gadis itu berlari m
Pov. AuthorKeesokan paginya. Max sudah selesai dengan mandinya, saat ini ia sedang memilih jas yang akan di kenakannya hari ini. Tapi dia mengurungkan niatnya dan memilih menggulung lengan kemeja hitamnya dan menata rambutnya rapih. Ia menekan pembuka tirai dan melihat keadaan di sekitarnya. Beberapa pelayan sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing tapi matanya tak menangkap keberadaan Rubbi dimana pun.Max memilih keluar dari kamar nya dan menuruni anak tangga dengan mata yang masih mencari keberadaan Rubbi. Nihil, dia tidak menemukan gadis itu di mana pun. Kini matanya beralih kearah pintu kamar tamu, Max membuka kamar itu tanpa mengetuk nya terlebih dahulu. Diluar dugaan kamar yang kemarin kotor kini sudah berubah menjadi kamar yang
Pov. AuthorAcara pernikahan telah usai, Max berjalan keluar dari lobbi hotel diikuti beberapa Bodyguard dan Rubbi yang sedang kesusahan menarik gaun pengantinnya yang menjuntai sepanjang dua meter dengan berat 25kg tanpa bantuan siapapun. Bisa kalian bayangkan.Sedang kan Max berjalan sambil menghubungi seseorang, disebelahnya ada Jay yang terlihat gagah mengenakan jas mahalnya."Siapkan pesawat, aku harus pulang sekarang juga." Ujar nya sebelum mematikan sambungan secara sepihak."Hai bisa kah kalian berjalan dengan pelan, baju ini sangat basar dan berat tah
Pov. Author Dibalik sebuah pilar tinggi, disebuah Hottel berbintang. Terlihat dua orang yang sedang mengenakan pakaian pengantin, mereka terlihat sedang berdebat. "Apa kamu gila? Aku tidak hamil anak mu!" Seru seoarang gadis yang terlihat sebagai mempelai wanitanya dengan wajah yang menahan kesal. Sang mempelai peria hanya menatap gadis itu dengan mata tajamnya. Bahkan bibirnya tidak mengucap satu katapun dan itu sukses membuat sang gadis semakin meradang. "Kenapa diam? Apa kamu bisu di saat situasi sedang begini?" Lagi gadis itu berucap kali ini dengan nada yang sarkas. "Lucu sekali, kau yang membuat situasi ini terjadi," ucap pria itu dengan senyum mengejek, "tapi sekarang kau menyalah kan aku, Apa itu tidak keterlaluan?" Tanya Pria itu. "Oke! Ini memang salahku, kamu puas? Tapi harusnya kamu tidak muncul dan menambah masalah ini dengan berucap kamu ingin bertanggung jawab!" "Sudah lah, sekarang masuk dan segera kita selesaikan acara ini." Ujar Pria itu malas berdebat. Pria i