PoV. Author
Ke esokan harinya. Rubbi sudah sibuk berkutat dengan sayuran yang baru saja di kirim langsung dari perkebunan khusus untuk masakan di mansion ini. Rubbi terlihat kesusahan saat membuka kentang menggunakan pisau, sangat terlihat jika ia tidak pernah menggunakan benda itu selama ini.
"Kau baik-baik saja Nona?" Tanya seorang pelayan yang sedang mencuci daging.
"Ah iya aku masih baik-baik saja, tapi aku tidak menyangka membuka kentang akan sesulit ini." Ujar Rubbi yang masih terlihat fokus menatap kentang di tanganya.
"Apa anda perlu bantuan saya?" Tanya pelayan itu lagi."Tidak perlu, aku harus belajar mandiri dan bisa mengerjakan semua ini mulai sekarang," jawab Rubbi yang tiba-tiba teringat adik nya Putri.'Sungguh ia tidak akan berbuat jahat pada adiknya itu jika ia tahu hidup bener-benar sesulit ini' pikirnya.Saat Rubbi sedang serius mengupas kentang Max yang baru saja selesai dengan kegiatan olahraganya. Max yang melewati dapur melihat Rubbi yang tidak menyadari kedatanganya karena sibuk mengupas kentang.
"Awwsss!!" Seru Rubbi saat pisau tajam di tanganya sukses melukai jarinya hingga darah keluar cukup banyak dari jaringa. Rubbi meletakan pisau itu dengan sepat mengakibatkan beberapa kentang ikut terjatuh, gadis itu berlari keluar dari dapur sampai menabrak Max yang masih berdiri memperhatikannya.
"Hei, jangan berlarian seperti itu di rumah ku!!" Seru Max yang baru saja tertabrak oleh Rubbi. Max masih saja mengumpat sampai ia melihat bercak darah di dekat kakinya.Tak lama mulutnya berdecak saat sadar apa yang baru saja terjadi. Pelayan yang berlari dari arah dapur membawa kotak obat membuat ia semakin yakin dengan apa yang sudah terjadi pada gadis itu.
Pelayan yang melihat Tuannya berhenti dan sedikit membungkuk,
"Maaf tuan, tangan Nona terluka..."
"Biar aku saja, kau lanjutkan saja pekerjaan mu." Ucap Max merebut kotak obat di tangan pelayan itu.
"Baik tuan, maaf jika kerja saya kurang baik." Max berlalu begitu saja tidak membalas sedikitpun.
"Ya. Kembalilah,"
Max menatap pintu kapar Rubbi yang tertutup rapat, ia juga melihat bercak darah di depan pintu itu. Lalu tanpa mengetuk pintu atau meminta ijin dari sang pemilik kamar ia masuk begitu saja.Rubbi yang terkejut langsung menyembunyikan tangannya yang terluka di balik punggungnya.
"Astaga! Apa kamu tidak punya sopan santun ya? Memasuki kamar seorang gadis tanpa mengetuk pintu seperti itu," ujar Rubbi dengan cepat.
Max tidak menanggapi ucapan Rubbi, matanya menatap Rubbi dengan wajah datar. Perlahan kakinya melangkah mendekati Rubbi yang berusaha menjauh dari Max.
"Wait, mau apa kamu? Jangan mendekat," ujar Rubbi dengan berjalan mundur.
"Apa yang kau lakukan, bodoh." Ucap Max.
Max menarik pinggang ramping Rubbi agar mendekat padanya. Rubbi spontan menahan napasnya saat Max menarik tangan nya yang terluka dari balik punggungnya.
"Harusnya kau bisa lebih pintar untuk mengambil kotak obat dan mengobati lukamu," lagi Max berucap sambil membawa Rubbi duduk di tepi tempat tidur.
"Awsss pelan-pelan itu sakit," keluh Rubbi saat Max mulai membersihkan luka itu dengan antiseptik.
Melihat Rubbi yang kesakitan Max berinisiatif meniup luka itu dengan pelan, hal itu tak luput dari penglihatan Rubbi dan membuat gadis itu terkekeh geli.
Max yang mendengar Rubbi terkekeh menatapnya dengan wajah datar, dengan cepat memberi plester pada luka di jari Rubbi lalu pergi keluar dari kamar itu tanpa mengucapkan apapun.
"Hei Max, bawa kembali kotak obat ini," ujar Rubbi.
"Jangan memerintahku," balas Max yang sudah menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.
"Terimakasih Max," gumam gadis itu pelan. Matanya menatap punggung pria yang saat ini berstatus sebagai suaminya itu.
***Seluruh makanan sudah terhidang di maja makan. Max sudah duduk di bangkunya, tak lama Rubbi datang dan ikut duduk di bangku terdekat dengan bangku Max."Seluruh pelayan boleh keluar dari Mansion ini," ujar Max."Kenapa?" Tanya Rubbi dengan wajah kebingungan.
Setelah seluruh pelayan keluar dari Mansion itu barulah Rubbi mengerti, Jay masuk kedalam Mansion itu lalu mengecup pipi Max dengan mesra. Kedua Pria itu masih terlihat gagah, namun tetap terlihat saling memadu kasih.
Jay duduk di bangku yang berhadapan dengan Rubbi. Ia tersenyum saat melihat gadis itu.
"Nona, aku tidak menyangka jika baju itu akan sangat pas dengan anda." Ucap Jay.
Rubbi membolakan matanya gemas dengan tingkah pria dihadapannya itu, jari-jarinya menggenggam sendok dan garpu dengan sangat keras."Jaga mulut mu itu, kamu harus ingat jaka aku ini istri dari tuan mu itu," ujar Rubbi dengan menekan kan kata Istri."Apa kalian bisa diam dan selasaikan makan kalian dengan tenang?" Ucap Max yang sedang menatap keduanya dengan datar."Dia yang memulai...," "Diamlah, lanjutkan makan mu dan jangan memmbuat keributan dimeja makan," ucap Max memotong ucapan Rubbi."Aku sudah selesai." Rubbi berdiri dari kursinya berniat pergi dari ruangan itu. Namun Max menahan lengannya dengan wajah yang terlihat marah."Duduk," ucap Max."Tidak mau!"
"Ku bilang duduk," Max masih berusaha meminta dengan baik."Sudah lah Max, mungkin dia..,"
"Duduk Rubbi!!" Seru Max yang sukses membuat Rubbi takut dan segera duduk.
"Makanlah dengan tenang, kau juga Jay." Lanjut Max dengan dingin.Max menatap Rubbi yang memakan rotinya tanpa menatap kearah Max sama sekali, gadis itu memilih menghidar. Max sadar jika Rubbi sedang menahan tangisnya, dan entah mengapa Max merasa sedikit bersalah. Max yang sejak tadi memperhatikan Rubbi tidak sadar jika sejak tadi Jay terus memperhatikan tingkah kekasihnya itu dengan wajah datar.PoV. AuthorSetelah acara makan pagi yang diiringi dengan suasana tak nyaman. Max berniat untuk pergi ke kantornya, Jay masih setia mengikutinya selayaknya seorang asisten. Sesekali Jas membenagi tatanan pakaian yang dikenakan Max. Keduanya berjalan menuju pintu keluar dan mendapati beberapa pelayan yang sedang menata tanaman, seluruhnya terlihat memberi hormat padanya selain Rubbi yang justru malah berdiri memunggunginya dan perpura-pura tidak mengetahui kebradaannya."Nona Rubbi." Panggil Jay.Gadis itu menoleh lalu menatap kearah keduanya, "Iya, ada apa?" Tanyanya dengan nada ketus."Aku dan tuan Max akan berangkat kekantor...,""Ya sana kalian pergi, lama-lama melihat kalian makanan yang ku makan rasanya mau keluar lagi," ujar Rubbi dengan sinis memotong ucapan Jay.Max masih menatap Rubbi dengan datar, sedangkan Jay menunggu saat-saat Max akan memarahi gadis itu di depan
PoV. Author"Masuk.""Kau ingin mengajaku tidur satu kamar?" Tanya Rubbi dengan wajah berbinar."Jangan banyak menghayal, masuklah ada yang ingin aku bicarakan," ujar Max dengan mengulum senyum geli.Rubbi menatap Max tajam, ia mendengus sebelum masuk kedalam kamar Max di villa itu. Rubbi berlari mengitari kamar itu dengan sangat antusias saat melihat keindahan kamar dengan nuansa putih dan pemandangan birunya laut yang menyatu menciptakan sebuah keindahan."Duduklah, jangan berlarian dan membuatku pusing melihatnya." Max menghenbuskan napasnya tajam saat melihat tingkah Rubbi yang menurut nya sangat kampungan."Max ini indah sekali, pasti nyaman sekali jika bisa berlibur disini." Rubbi melompat naik keatas tempat tidur lalu merebahkan dirinya tanpa sadar jika dirinya sangat terekspose.Rubbi menatap Max yang sedang duduk di sofa yang menghadap langsung ke arah
Pov. Author Dibalik sebuah pilar tinggi, disebuah Hottel berbintang. Terlihat dua orang yang sedang mengenakan pakaian pengantin, mereka terlihat sedang berdebat. "Apa kamu gila? Aku tidak hamil anak mu!" Seru seoarang gadis yang terlihat sebagai mempelai wanitanya dengan wajah yang menahan kesal. Sang mempelai peria hanya menatap gadis itu dengan mata tajamnya. Bahkan bibirnya tidak mengucap satu katapun dan itu sukses membuat sang gadis semakin meradang. "Kenapa diam? Apa kamu bisu di saat situasi sedang begini?" Lagi gadis itu berucap kali ini dengan nada yang sarkas. "Lucu sekali, kau yang membuat situasi ini terjadi," ucap pria itu dengan senyum mengejek, "tapi sekarang kau menyalah kan aku, Apa itu tidak keterlaluan?" Tanya Pria itu. "Oke! Ini memang salahku, kamu puas? Tapi harusnya kamu tidak muncul dan menambah masalah ini dengan berucap kamu ingin bertanggung jawab!" "Sudah lah, sekarang masuk dan segera kita selesaikan acara ini." Ujar Pria itu malas berdebat. Pria i
Pov. AuthorAcara pernikahan telah usai, Max berjalan keluar dari lobbi hotel diikuti beberapa Bodyguard dan Rubbi yang sedang kesusahan menarik gaun pengantinnya yang menjuntai sepanjang dua meter dengan berat 25kg tanpa bantuan siapapun. Bisa kalian bayangkan.Sedang kan Max berjalan sambil menghubungi seseorang, disebelahnya ada Jay yang terlihat gagah mengenakan jas mahalnya."Siapkan pesawat, aku harus pulang sekarang juga." Ujar nya sebelum mematikan sambungan secara sepihak."Hai bisa kah kalian berjalan dengan pelan, baju ini sangat basar dan berat tah
Pov. AuthorKeesokan paginya. Max sudah selesai dengan mandinya, saat ini ia sedang memilih jas yang akan di kenakannya hari ini. Tapi dia mengurungkan niatnya dan memilih menggulung lengan kemeja hitamnya dan menata rambutnya rapih. Ia menekan pembuka tirai dan melihat keadaan di sekitarnya. Beberapa pelayan sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing tapi matanya tak menangkap keberadaan Rubbi dimana pun.Max memilih keluar dari kamar nya dan menuruni anak tangga dengan mata yang masih mencari keberadaan Rubbi. Nihil, dia tidak menemukan gadis itu di mana pun. Kini matanya beralih kearah pintu kamar tamu, Max membuka kamar itu tanpa mengetuk nya terlebih dahulu. Diluar dugaan kamar yang kemarin kotor kini sudah berubah menjadi kamar yang
Pov. AuthorRubbi kembali menutup pintu itu dengan cepat. Gadis itu menekan dada nya yang bergemuruh, ia bener-benar dibuat terkejut. Rubbi berjalan menjauh dengan setengah berlari saat melihat Max keluar dari ruangan itu.Dengan rahang yang terlihat mengeras Max menghampiri Rubbi. "Berhenti disitu!" Perintah Max tak dihiraukan oleh Rubbi.Gadis itu berlari m
Pov. AuthorMax keluar dari kamar nya setelah memakai baju, ia belum melihat Rubbi keluar dari walk-in closet milik nya, tapi Max tidak mau ambil pusing. Ia melangkah menuju ruang makan dimana keluarganya sudah menunggu, di rumag kakek nya ini Max lah cucu tersayang kakek nya.Semenjak kematian kedua orang tuanya Max memang tinggal dengan kakek nya dan berusaha membantu menjalankan perusahaan yang ditinggalkan mendiang ayahnya."Mana Rubbi? Kau tidak seharusnya mengajaknya kekamar sesiang ini, dia pasti lelah." Ucapan kakek nya itu sukses mengundang tawa seisi ruangan itu.
Pov. AuthorMax berjalan memasuki kamarnya setelah mengantar Jay sampai pintu utama dan pergi dari mansionnya. Sekarang dirinya ingin mengerjakan beberapa berkas tentang pembukaan lahan baru untuk rumah sakit yang akan di dirikan nya. Max masuk kedalam kamarnya lalu membuka jas dan kemejanya sembarang tanpa melihat keberadaan Rubbi di sana perlahan pria itu menanggalkan celana bahan nya menyisahkan pakaian dalam yang membentuk tubuh bagian bawahnya dengan jelas. Rubbi yang merasa berhak melihatnya hanya menopang dagu sambil melipat kakinya di atas sofa di pojok kamar itu.Max yang merada di perhatikan oleh seseorang melihat kesekeliling kamarnya dan terkejut saat melihat Rubbi yang sedang menatapnya dengan berbinar. Sadar dengan keadaan n
PoV. Author"Masuk.""Kau ingin mengajaku tidur satu kamar?" Tanya Rubbi dengan wajah berbinar."Jangan banyak menghayal, masuklah ada yang ingin aku bicarakan," ujar Max dengan mengulum senyum geli.Rubbi menatap Max tajam, ia mendengus sebelum masuk kedalam kamar Max di villa itu. Rubbi berlari mengitari kamar itu dengan sangat antusias saat melihat keindahan kamar dengan nuansa putih dan pemandangan birunya laut yang menyatu menciptakan sebuah keindahan."Duduklah, jangan berlarian dan membuatku pusing melihatnya." Max menghenbuskan napasnya tajam saat melihat tingkah Rubbi yang menurut nya sangat kampungan."Max ini indah sekali, pasti nyaman sekali jika bisa berlibur disini." Rubbi melompat naik keatas tempat tidur lalu merebahkan dirinya tanpa sadar jika dirinya sangat terekspose.Rubbi menatap Max yang sedang duduk di sofa yang menghadap langsung ke arah
PoV. AuthorSetelah acara makan pagi yang diiringi dengan suasana tak nyaman. Max berniat untuk pergi ke kantornya, Jay masih setia mengikutinya selayaknya seorang asisten. Sesekali Jas membenagi tatanan pakaian yang dikenakan Max. Keduanya berjalan menuju pintu keluar dan mendapati beberapa pelayan yang sedang menata tanaman, seluruhnya terlihat memberi hormat padanya selain Rubbi yang justru malah berdiri memunggunginya dan perpura-pura tidak mengetahui kebradaannya."Nona Rubbi." Panggil Jay.Gadis itu menoleh lalu menatap kearah keduanya, "Iya, ada apa?" Tanyanya dengan nada ketus."Aku dan tuan Max akan berangkat kekantor...,""Ya sana kalian pergi, lama-lama melihat kalian makanan yang ku makan rasanya mau keluar lagi," ujar Rubbi dengan sinis memotong ucapan Jay.Max masih menatap Rubbi dengan datar, sedangkan Jay menunggu saat-saat Max akan memarahi gadis itu di depan
PoV. AuthorKe esokan harinya. Rubbi sudah sibuk berkutat dengan sayuran yang baru saja di kirim langsung dari perkebunan khusus untuk masakan di mansion ini. Rubbi terlihat kesusahan saat membuka kentang menggunakan pisau, sangat terlihat jika ia tidak pernah menggunakan benda itu selama ini."Kau baik-baik saja Nona?" Tanya seorang pelayan yang sedang mencuci daging."Ah iya aku masih baik-baik saja, tapi aku tidak menyangka membuka kentang akan sesulit ini." Ujar Rubbi yang masih terlihat fokus menatap kentang di tanganya."Apa anda perlu bantuan saya?" Tanya pelayan itu lagi."Tidak perlu, aku harus belajar mandiri dan bisa mengerjakan semua ini mulai sekarang," jawab Rubbi yang tiba-tiba teringat adik nya Putri.'Sungguh ia tidak akan berbuat jahat pada adiknya itu jika ia tahu hidup bener-benar sesulit ini' pikirnya.Saat Rubbi sedang serius mengupas kentang Max yang baru saja sel
Pov. AuthorMax berjalan memasuki kamarnya setelah mengantar Jay sampai pintu utama dan pergi dari mansionnya. Sekarang dirinya ingin mengerjakan beberapa berkas tentang pembukaan lahan baru untuk rumah sakit yang akan di dirikan nya. Max masuk kedalam kamarnya lalu membuka jas dan kemejanya sembarang tanpa melihat keberadaan Rubbi di sana perlahan pria itu menanggalkan celana bahan nya menyisahkan pakaian dalam yang membentuk tubuh bagian bawahnya dengan jelas. Rubbi yang merasa berhak melihatnya hanya menopang dagu sambil melipat kakinya di atas sofa di pojok kamar itu.Max yang merada di perhatikan oleh seseorang melihat kesekeliling kamarnya dan terkejut saat melihat Rubbi yang sedang menatapnya dengan berbinar. Sadar dengan keadaan n
Pov. AuthorMax keluar dari kamar nya setelah memakai baju, ia belum melihat Rubbi keluar dari walk-in closet milik nya, tapi Max tidak mau ambil pusing. Ia melangkah menuju ruang makan dimana keluarganya sudah menunggu, di rumag kakek nya ini Max lah cucu tersayang kakek nya.Semenjak kematian kedua orang tuanya Max memang tinggal dengan kakek nya dan berusaha membantu menjalankan perusahaan yang ditinggalkan mendiang ayahnya."Mana Rubbi? Kau tidak seharusnya mengajaknya kekamar sesiang ini, dia pasti lelah." Ucapan kakek nya itu sukses mengundang tawa seisi ruangan itu.
Pov. AuthorRubbi kembali menutup pintu itu dengan cepat. Gadis itu menekan dada nya yang bergemuruh, ia bener-benar dibuat terkejut. Rubbi berjalan menjauh dengan setengah berlari saat melihat Max keluar dari ruangan itu.Dengan rahang yang terlihat mengeras Max menghampiri Rubbi. "Berhenti disitu!" Perintah Max tak dihiraukan oleh Rubbi.Gadis itu berlari m
Pov. AuthorKeesokan paginya. Max sudah selesai dengan mandinya, saat ini ia sedang memilih jas yang akan di kenakannya hari ini. Tapi dia mengurungkan niatnya dan memilih menggulung lengan kemeja hitamnya dan menata rambutnya rapih. Ia menekan pembuka tirai dan melihat keadaan di sekitarnya. Beberapa pelayan sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing tapi matanya tak menangkap keberadaan Rubbi dimana pun.Max memilih keluar dari kamar nya dan menuruni anak tangga dengan mata yang masih mencari keberadaan Rubbi. Nihil, dia tidak menemukan gadis itu di mana pun. Kini matanya beralih kearah pintu kamar tamu, Max membuka kamar itu tanpa mengetuk nya terlebih dahulu. Diluar dugaan kamar yang kemarin kotor kini sudah berubah menjadi kamar yang
Pov. AuthorAcara pernikahan telah usai, Max berjalan keluar dari lobbi hotel diikuti beberapa Bodyguard dan Rubbi yang sedang kesusahan menarik gaun pengantinnya yang menjuntai sepanjang dua meter dengan berat 25kg tanpa bantuan siapapun. Bisa kalian bayangkan.Sedang kan Max berjalan sambil menghubungi seseorang, disebelahnya ada Jay yang terlihat gagah mengenakan jas mahalnya."Siapkan pesawat, aku harus pulang sekarang juga." Ujar nya sebelum mematikan sambungan secara sepihak."Hai bisa kah kalian berjalan dengan pelan, baju ini sangat basar dan berat tah
Pov. Author Dibalik sebuah pilar tinggi, disebuah Hottel berbintang. Terlihat dua orang yang sedang mengenakan pakaian pengantin, mereka terlihat sedang berdebat. "Apa kamu gila? Aku tidak hamil anak mu!" Seru seoarang gadis yang terlihat sebagai mempelai wanitanya dengan wajah yang menahan kesal. Sang mempelai peria hanya menatap gadis itu dengan mata tajamnya. Bahkan bibirnya tidak mengucap satu katapun dan itu sukses membuat sang gadis semakin meradang. "Kenapa diam? Apa kamu bisu di saat situasi sedang begini?" Lagi gadis itu berucap kali ini dengan nada yang sarkas. "Lucu sekali, kau yang membuat situasi ini terjadi," ucap pria itu dengan senyum mengejek, "tapi sekarang kau menyalah kan aku, Apa itu tidak keterlaluan?" Tanya Pria itu. "Oke! Ini memang salahku, kamu puas? Tapi harusnya kamu tidak muncul dan menambah masalah ini dengan berucap kamu ingin bertanggung jawab!" "Sudah lah, sekarang masuk dan segera kita selesaikan acara ini." Ujar Pria itu malas berdebat. Pria i