Pov. Author
Dibalik sebuah pilar tinggi, disebuah Hottel berbintang. Terlihat dua orang yang sedang mengenakan pakaian pengantin, mereka terlihat sedang berdebat.
"Apa kamu gila? Aku tidak hamil anak mu!" Seru seoarang gadis yang terlihat sebagai mempelai wanitanya dengan wajah yang menahan kesal.
Sang mempelai peria hanya menatap gadis itu dengan mata tajamnya. Bahkan bibirnya tidak mengucap satu katapun dan itu sukses membuat sang gadis semakin meradang.
"Kenapa diam? Apa kamu bisu di saat situasi sedang begini?" Lagi gadis itu berucap kali ini dengan nada yang sarkas.
"Lucu sekali, kau yang membuat situasi ini terjadi," ucap pria itu dengan senyum mengejek, "tapi sekarang kau menyalah kan aku, Apa itu tidak keterlaluan?" Tanya Pria itu.
"Oke! Ini memang salahku, kamu puas? Tapi harusnya kamu tidak muncul dan menambah masalah ini dengan berucap kamu ingin bertanggung jawab!"
"Sudah lah, sekarang masuk dan segera kita selesaikan acara ini." Ujar Pria itu malas berdebat. Pria itu berlalu pergi tanpa mengucap satupun kata yang terdengar bersahabat di telinga gadis itu.
Pria itu adalah Max. Seorang pengusaha sukses di La, saat ini kekayaan nya mencatat urutan ke dua terkaya di negara itu yang membuat banyak kabar miring mengincarnya. Seperti dia seorang Mafia yang berkedok perusahaan besar atau dia seorang penjual narkotika internasional, berita itu muncul karena di usia muda ia sudah mendapat kesuksesa yang sangat besar. Mungkin belum cukup tentang kejahatan di dunia bisnis nya yang terdengar kali ini adalah urusan pribadinya, dia di kabarkan penyuka sesama jenis dan lebih parahnya itu ada di reting tertinggi musim ini di pencaharian jejaring sosial.
Max berjalan memasuki balroom yang dipesanya untuk acara pernikahan mereka pada hari ini, dengan gagah dia melangkah mendekati panggung untuk mengucap janji sucinya di hadapan tuhan. Beberapa saat ia menunggu dengan tenang, akhirnya pintu utama Ballroom terbuka dan disana telah hadir mempelai wanitanya. Wanita yang ia kenal tak lebih dari sehari dan dipertemuan selanjutnya mereka harus berdiri berhadapan untuk mengucap janji suci bersama. Lucu buka?
***
Berawal dari malam dimana Max mengadakan pesta untuk merayakan keberhasilan nya dalam sebuah proyek di sebuah dicotik ternama di ibu kota. Malam itu Max datang tidak sendiri melaikan bersama asistenya Jay yang selalu setia di sampingnya.
Semakin malam suasana semakin bergemuruh ditambah musik dari Dj yang khusus di bayarnya untuk memeriahkan malam keberhasilannya kali ini.
"Jay, bagai mana menurutmu apa acara ini sangat sempurna?" Tanya Max pada Asistenya.
"Ya tuan ini sangat sempurna, lebih dari acara sebelumnya" Jawab Jay sambil melihat kesekelilingnya. "Anda memang yang terbaik, Tuan." Lanjutnya dengan hormat.
"Ini juga berkat kerja kerasmu, Jay." Balas Max.
Beberapa rekan bisnisnya juga ikut datang untuk merayakan, relasi dari luar negeri pun datang karena malam ini discotik tidak di tutup untuk umum. Menjelang pagi keadan semakin panas beberapa rekan kerjanya sudah sebagian mabuk, termasuk Jay yang sejak tadi melayani ajakan minum rekan kerja Max.
Melihat itu Max hanya menggeleng dan tersenyum tipis. Max berdiri lalu melihat kesekelilingnya mencari letak toilet diantara kerumunan orang-orang yang sedang menari dan tertawa menikmati musik. Kakinya melangkah saat ia melihat petunjuk arah yang bertuliskan toilet.
Dengan sedikit kesusahan karena terus terdorong oleh orang-orang yang sedang bergoyang tak beraturan akhirnya dia sampai di lorong tempat toilet itu berada. Max masuk kesalah satu bilik untuk menuntaskan desakan alam yang sejak tadi ia rasakan.
Max membuka pintu bilik setelah selesai menarik sletingnya ketempat semula. Sedikit merapihkan penampilan nya ia berjalan keluar dari dalam toilet itu menuju ke mejanyanya lagi, namun sial saat sedang berjalan tak sengaja tubuh tinggi besarnya menabrak seorang wanita bergaun seksi yang hampir saja jatuh dari kursi barr.
Wanita itu menatap Max dengan matanya yang terlihat sayu. Perlahan ia menegakan tubuhnya walau dengan sedikit kesulitan.
"Azka? Oh sayang kamu kemana saja si aku cariin tahu." Max mengeryit saat mendengar gadis itu menggunakan bahasa yang sempat ia pelajari saat menetap di Indonesia.
Tangan wanita itu memegang rahang Max yang sedikit ditumbuhi bulu lalu dia tersenyum.
"Sejak kapan kamu memelihara jambang seperti ini? Tapi tak apa kamu semakin seksi." Ujarnya semakin berani.
Karena yang di lakukan wanita itu selanjutnya adalah menarik Max mendekat lalu menciumi permukaan rahang Max. Max seketika mengeraskan rahangnya dia tidak suka ada yang menyentuhnya seperti ini. Max mendorong tubuh wanita itu menjauh namun hasilnya tidak sesuai keinginan nya karena lengan wanita itu erat membelit lehernya.
"Shit!! Menjauh kau dari ku!" Seru Max yang tidak di indahkan wanita yang masih menciumi rahangnya itu bahkan saat ini Max di kejutkan dengan ulah wanita itu yang tiba-tiba saja menghisap rahanya kuat. "Ahhk shitt!! Lepaskan!"
Gadis itu menjauh dari Max dengan senyum dibibirnya yang terlihat merah oleh lipstik yang berantakan. Max memegangi rahangnya yang baru saja dihisap oleh wanita dihadapannya.
"Mau apa kau?! Menjauh!" Ucapnya saat wanita itu mendekatinya lagi. Namun sial, bukan cumbuan lagi yang didapati Max melainkan semburan muntah di pakaiannya. Max dengan kasar mendorong wanita itu sampai jatuh.
***"Bodoh sekali, kenapa aku membawanya kesini?" Max menoleh kearah seorang wanita berpakaian seksi yang masih berceloteh tidak jelas di atas tempat tidur.
Saat ini keduanya sedang berada di sebuah kamar yang masih berada di dalam discotik, Max memesan sebuah kamar untuk membersihkan pakaian nya. Lalu masalah kenapa wanita itu bisa ikut dengan nya, diluarsana para koleganya sempat memperhatikan mereka berdua mana mungkin Max bertingkah kasar pada wanita ini jelas itu bisa tercoreng namanya. Jadilah mereka berdua berada di kamar itu.
"Hai, lihat aku." Ujar Max yang berdiri bersedekap hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya. Wanita itu menatapnya dengan menggigit bibirnya sensual. "Kau bisa keluar dari kamar ini sekarang, kau paham?" Jelas Max pada wanita yang masih memandanginya itu.
Wanita itu mengangguk lalu berdiri membuat Max bernapas sekit lega. *Setidaknya dia mengerti apa yang aku maksud* Max membatin.
Namun alangkah mengejutkanya saat wanita itu berjalan kearah Max sambil melepas gaun seksi yang di kenakannya. Max melangkah mendekati wanita itu lalu menahan niat wanita di depanya itu, "kau tuli? Aku memintamu keluar."
*Srett*
Pandangan wanita itu melihat kearah handuk Max yang terjatuh dengan mata berbinar. Max yang sadar akan apa yang dilihat wanita itu dengan segera memungut handuknya lalu pergi ke kamar mandi.
"Sayang! Aku suka milik mu itu!" Seru wanita itu yang di balas suara pintu kamar mandi yang berdentum.
"Sial!" Umpat Max. Ia menatap kebagian bawah tubuhnya lalu matanya menajam saat mengingat kejadian barusan. Max melapisi handuk nya dengan jubah mandi, lalu keluar dari kamar mandi ia mencari ponsel miliknya. Sambil melakukan panggilan ia melirik kearah wanita itu. Kali ini dia sudah tidur, hanya terdengar dengkuran halus dari mulutnya. Max memfokuskan dirinya pada sambungan yang terhubung. "Bawakan aku pakaian, aku ada di kamar 164." Ucapnya dingin.
Tak lama pintu kamar diketuk, Max membuka sedikit pintu lalu mejulurkan tanganya. Bodyguard nya terkejut melihat tingkah aneh tuan nya itu.
"Anda baik-baik saja, Tuan?"
"Iya aku baik-baik saja, kau bisa pergi." Jawab Max lalu menutup pintu itu. Dengan cepat ia berjalan memasuki kamar mandi dan mengganti bajunya.
Saat ia selesai mengganti pakaian sekali lagi ia menatap kearah tempat tidur. Sial! saat ia harus melihat wanita itu hanya mengenakan pakaian dalamnya yang berwarna hitam, dengan enggan Max menarik selimut tebal lalu menutup seluruh tubuh wanita itu sampai menutupi kepalanya.
"Menjijikan!" Ucapnya lalu pergi keluar dari kamar itu dengan sedikit mengerutu.
***
Hanya itu yang mereka lakukan, tidak lebih. Namun beberapa bulan kemudian seorang pria berkebangsaan Indonesia datang ke kantor Max dan menunjukan sebuah foto berisi dirinya yang sedang membawa seorang wanita berpakaian seksi memasuki sebuah kamar. Max membenarkan itu dirinya. Tapi, dia sedikit terkejut saat pria itu mengatakan wanita itu telah hamil anak nya.
Dan disinilah mereka berakhir, di depan keluarga mengucap janji suci yang mereka landasi dengan niat menutupi keburukan mereka masing-masing.
"Turuti aku, maka rahasiamu akan aman." Ucap Max sebelum menjauhkan wajah nya dan tersenyum kepada para undangan yang bersorak dan bertepuk tangan untuk mereka berdua.
Pov. AuthorAcara pernikahan telah usai, Max berjalan keluar dari lobbi hotel diikuti beberapa Bodyguard dan Rubbi yang sedang kesusahan menarik gaun pengantinnya yang menjuntai sepanjang dua meter dengan berat 25kg tanpa bantuan siapapun. Bisa kalian bayangkan.Sedang kan Max berjalan sambil menghubungi seseorang, disebelahnya ada Jay yang terlihat gagah mengenakan jas mahalnya."Siapkan pesawat, aku harus pulang sekarang juga." Ujar nya sebelum mematikan sambungan secara sepihak."Hai bisa kah kalian berjalan dengan pelan, baju ini sangat basar dan berat tah
Pov. AuthorKeesokan paginya. Max sudah selesai dengan mandinya, saat ini ia sedang memilih jas yang akan di kenakannya hari ini. Tapi dia mengurungkan niatnya dan memilih menggulung lengan kemeja hitamnya dan menata rambutnya rapih. Ia menekan pembuka tirai dan melihat keadaan di sekitarnya. Beberapa pelayan sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing tapi matanya tak menangkap keberadaan Rubbi dimana pun.Max memilih keluar dari kamar nya dan menuruni anak tangga dengan mata yang masih mencari keberadaan Rubbi. Nihil, dia tidak menemukan gadis itu di mana pun. Kini matanya beralih kearah pintu kamar tamu, Max membuka kamar itu tanpa mengetuk nya terlebih dahulu. Diluar dugaan kamar yang kemarin kotor kini sudah berubah menjadi kamar yang
Pov. AuthorRubbi kembali menutup pintu itu dengan cepat. Gadis itu menekan dada nya yang bergemuruh, ia bener-benar dibuat terkejut. Rubbi berjalan menjauh dengan setengah berlari saat melihat Max keluar dari ruangan itu.Dengan rahang yang terlihat mengeras Max menghampiri Rubbi. "Berhenti disitu!" Perintah Max tak dihiraukan oleh Rubbi.Gadis itu berlari m
Pov. AuthorMax keluar dari kamar nya setelah memakai baju, ia belum melihat Rubbi keluar dari walk-in closet milik nya, tapi Max tidak mau ambil pusing. Ia melangkah menuju ruang makan dimana keluarganya sudah menunggu, di rumag kakek nya ini Max lah cucu tersayang kakek nya.Semenjak kematian kedua orang tuanya Max memang tinggal dengan kakek nya dan berusaha membantu menjalankan perusahaan yang ditinggalkan mendiang ayahnya."Mana Rubbi? Kau tidak seharusnya mengajaknya kekamar sesiang ini, dia pasti lelah." Ucapan kakek nya itu sukses mengundang tawa seisi ruangan itu.
Pov. AuthorMax berjalan memasuki kamarnya setelah mengantar Jay sampai pintu utama dan pergi dari mansionnya. Sekarang dirinya ingin mengerjakan beberapa berkas tentang pembukaan lahan baru untuk rumah sakit yang akan di dirikan nya. Max masuk kedalam kamarnya lalu membuka jas dan kemejanya sembarang tanpa melihat keberadaan Rubbi di sana perlahan pria itu menanggalkan celana bahan nya menyisahkan pakaian dalam yang membentuk tubuh bagian bawahnya dengan jelas. Rubbi yang merasa berhak melihatnya hanya menopang dagu sambil melipat kakinya di atas sofa di pojok kamar itu.Max yang merada di perhatikan oleh seseorang melihat kesekeliling kamarnya dan terkejut saat melihat Rubbi yang sedang menatapnya dengan berbinar. Sadar dengan keadaan n
PoV. AuthorKe esokan harinya. Rubbi sudah sibuk berkutat dengan sayuran yang baru saja di kirim langsung dari perkebunan khusus untuk masakan di mansion ini. Rubbi terlihat kesusahan saat membuka kentang menggunakan pisau, sangat terlihat jika ia tidak pernah menggunakan benda itu selama ini."Kau baik-baik saja Nona?" Tanya seorang pelayan yang sedang mencuci daging."Ah iya aku masih baik-baik saja, tapi aku tidak menyangka membuka kentang akan sesulit ini." Ujar Rubbi yang masih terlihat fokus menatap kentang di tanganya."Apa anda perlu bantuan saya?" Tanya pelayan itu lagi."Tidak perlu, aku harus belajar mandiri dan bisa mengerjakan semua ini mulai sekarang," jawab Rubbi yang tiba-tiba teringat adik nya Putri.'Sungguh ia tidak akan berbuat jahat pada adiknya itu jika ia tahu hidup bener-benar sesulit ini' pikirnya.Saat Rubbi sedang serius mengupas kentang Max yang baru saja sel
PoV. AuthorSetelah acara makan pagi yang diiringi dengan suasana tak nyaman. Max berniat untuk pergi ke kantornya, Jay masih setia mengikutinya selayaknya seorang asisten. Sesekali Jas membenagi tatanan pakaian yang dikenakan Max. Keduanya berjalan menuju pintu keluar dan mendapati beberapa pelayan yang sedang menata tanaman, seluruhnya terlihat memberi hormat padanya selain Rubbi yang justru malah berdiri memunggunginya dan perpura-pura tidak mengetahui kebradaannya."Nona Rubbi." Panggil Jay.Gadis itu menoleh lalu menatap kearah keduanya, "Iya, ada apa?" Tanyanya dengan nada ketus."Aku dan tuan Max akan berangkat kekantor...,""Ya sana kalian pergi, lama-lama melihat kalian makanan yang ku makan rasanya mau keluar lagi," ujar Rubbi dengan sinis memotong ucapan Jay.Max masih menatap Rubbi dengan datar, sedangkan Jay menunggu saat-saat Max akan memarahi gadis itu di depan
PoV. Author"Masuk.""Kau ingin mengajaku tidur satu kamar?" Tanya Rubbi dengan wajah berbinar."Jangan banyak menghayal, masuklah ada yang ingin aku bicarakan," ujar Max dengan mengulum senyum geli.Rubbi menatap Max tajam, ia mendengus sebelum masuk kedalam kamar Max di villa itu. Rubbi berlari mengitari kamar itu dengan sangat antusias saat melihat keindahan kamar dengan nuansa putih dan pemandangan birunya laut yang menyatu menciptakan sebuah keindahan."Duduklah, jangan berlarian dan membuatku pusing melihatnya." Max menghenbuskan napasnya tajam saat melihat tingkah Rubbi yang menurut nya sangat kampungan."Max ini indah sekali, pasti nyaman sekali jika bisa berlibur disini." Rubbi melompat naik keatas tempat tidur lalu merebahkan dirinya tanpa sadar jika dirinya sangat terekspose.Rubbi menatap Max yang sedang duduk di sofa yang menghadap langsung ke arah
PoV. Author"Masuk.""Kau ingin mengajaku tidur satu kamar?" Tanya Rubbi dengan wajah berbinar."Jangan banyak menghayal, masuklah ada yang ingin aku bicarakan," ujar Max dengan mengulum senyum geli.Rubbi menatap Max tajam, ia mendengus sebelum masuk kedalam kamar Max di villa itu. Rubbi berlari mengitari kamar itu dengan sangat antusias saat melihat keindahan kamar dengan nuansa putih dan pemandangan birunya laut yang menyatu menciptakan sebuah keindahan."Duduklah, jangan berlarian dan membuatku pusing melihatnya." Max menghenbuskan napasnya tajam saat melihat tingkah Rubbi yang menurut nya sangat kampungan."Max ini indah sekali, pasti nyaman sekali jika bisa berlibur disini." Rubbi melompat naik keatas tempat tidur lalu merebahkan dirinya tanpa sadar jika dirinya sangat terekspose.Rubbi menatap Max yang sedang duduk di sofa yang menghadap langsung ke arah
PoV. AuthorSetelah acara makan pagi yang diiringi dengan suasana tak nyaman. Max berniat untuk pergi ke kantornya, Jay masih setia mengikutinya selayaknya seorang asisten. Sesekali Jas membenagi tatanan pakaian yang dikenakan Max. Keduanya berjalan menuju pintu keluar dan mendapati beberapa pelayan yang sedang menata tanaman, seluruhnya terlihat memberi hormat padanya selain Rubbi yang justru malah berdiri memunggunginya dan perpura-pura tidak mengetahui kebradaannya."Nona Rubbi." Panggil Jay.Gadis itu menoleh lalu menatap kearah keduanya, "Iya, ada apa?" Tanyanya dengan nada ketus."Aku dan tuan Max akan berangkat kekantor...,""Ya sana kalian pergi, lama-lama melihat kalian makanan yang ku makan rasanya mau keluar lagi," ujar Rubbi dengan sinis memotong ucapan Jay.Max masih menatap Rubbi dengan datar, sedangkan Jay menunggu saat-saat Max akan memarahi gadis itu di depan
PoV. AuthorKe esokan harinya. Rubbi sudah sibuk berkutat dengan sayuran yang baru saja di kirim langsung dari perkebunan khusus untuk masakan di mansion ini. Rubbi terlihat kesusahan saat membuka kentang menggunakan pisau, sangat terlihat jika ia tidak pernah menggunakan benda itu selama ini."Kau baik-baik saja Nona?" Tanya seorang pelayan yang sedang mencuci daging."Ah iya aku masih baik-baik saja, tapi aku tidak menyangka membuka kentang akan sesulit ini." Ujar Rubbi yang masih terlihat fokus menatap kentang di tanganya."Apa anda perlu bantuan saya?" Tanya pelayan itu lagi."Tidak perlu, aku harus belajar mandiri dan bisa mengerjakan semua ini mulai sekarang," jawab Rubbi yang tiba-tiba teringat adik nya Putri.'Sungguh ia tidak akan berbuat jahat pada adiknya itu jika ia tahu hidup bener-benar sesulit ini' pikirnya.Saat Rubbi sedang serius mengupas kentang Max yang baru saja sel
Pov. AuthorMax berjalan memasuki kamarnya setelah mengantar Jay sampai pintu utama dan pergi dari mansionnya. Sekarang dirinya ingin mengerjakan beberapa berkas tentang pembukaan lahan baru untuk rumah sakit yang akan di dirikan nya. Max masuk kedalam kamarnya lalu membuka jas dan kemejanya sembarang tanpa melihat keberadaan Rubbi di sana perlahan pria itu menanggalkan celana bahan nya menyisahkan pakaian dalam yang membentuk tubuh bagian bawahnya dengan jelas. Rubbi yang merasa berhak melihatnya hanya menopang dagu sambil melipat kakinya di atas sofa di pojok kamar itu.Max yang merada di perhatikan oleh seseorang melihat kesekeliling kamarnya dan terkejut saat melihat Rubbi yang sedang menatapnya dengan berbinar. Sadar dengan keadaan n
Pov. AuthorMax keluar dari kamar nya setelah memakai baju, ia belum melihat Rubbi keluar dari walk-in closet milik nya, tapi Max tidak mau ambil pusing. Ia melangkah menuju ruang makan dimana keluarganya sudah menunggu, di rumag kakek nya ini Max lah cucu tersayang kakek nya.Semenjak kematian kedua orang tuanya Max memang tinggal dengan kakek nya dan berusaha membantu menjalankan perusahaan yang ditinggalkan mendiang ayahnya."Mana Rubbi? Kau tidak seharusnya mengajaknya kekamar sesiang ini, dia pasti lelah." Ucapan kakek nya itu sukses mengundang tawa seisi ruangan itu.
Pov. AuthorRubbi kembali menutup pintu itu dengan cepat. Gadis itu menekan dada nya yang bergemuruh, ia bener-benar dibuat terkejut. Rubbi berjalan menjauh dengan setengah berlari saat melihat Max keluar dari ruangan itu.Dengan rahang yang terlihat mengeras Max menghampiri Rubbi. "Berhenti disitu!" Perintah Max tak dihiraukan oleh Rubbi.Gadis itu berlari m
Pov. AuthorKeesokan paginya. Max sudah selesai dengan mandinya, saat ini ia sedang memilih jas yang akan di kenakannya hari ini. Tapi dia mengurungkan niatnya dan memilih menggulung lengan kemeja hitamnya dan menata rambutnya rapih. Ia menekan pembuka tirai dan melihat keadaan di sekitarnya. Beberapa pelayan sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing tapi matanya tak menangkap keberadaan Rubbi dimana pun.Max memilih keluar dari kamar nya dan menuruni anak tangga dengan mata yang masih mencari keberadaan Rubbi. Nihil, dia tidak menemukan gadis itu di mana pun. Kini matanya beralih kearah pintu kamar tamu, Max membuka kamar itu tanpa mengetuk nya terlebih dahulu. Diluar dugaan kamar yang kemarin kotor kini sudah berubah menjadi kamar yang
Pov. AuthorAcara pernikahan telah usai, Max berjalan keluar dari lobbi hotel diikuti beberapa Bodyguard dan Rubbi yang sedang kesusahan menarik gaun pengantinnya yang menjuntai sepanjang dua meter dengan berat 25kg tanpa bantuan siapapun. Bisa kalian bayangkan.Sedang kan Max berjalan sambil menghubungi seseorang, disebelahnya ada Jay yang terlihat gagah mengenakan jas mahalnya."Siapkan pesawat, aku harus pulang sekarang juga." Ujar nya sebelum mematikan sambungan secara sepihak."Hai bisa kah kalian berjalan dengan pelan, baju ini sangat basar dan berat tah
Pov. Author Dibalik sebuah pilar tinggi, disebuah Hottel berbintang. Terlihat dua orang yang sedang mengenakan pakaian pengantin, mereka terlihat sedang berdebat. "Apa kamu gila? Aku tidak hamil anak mu!" Seru seoarang gadis yang terlihat sebagai mempelai wanitanya dengan wajah yang menahan kesal. Sang mempelai peria hanya menatap gadis itu dengan mata tajamnya. Bahkan bibirnya tidak mengucap satu katapun dan itu sukses membuat sang gadis semakin meradang. "Kenapa diam? Apa kamu bisu di saat situasi sedang begini?" Lagi gadis itu berucap kali ini dengan nada yang sarkas. "Lucu sekali, kau yang membuat situasi ini terjadi," ucap pria itu dengan senyum mengejek, "tapi sekarang kau menyalah kan aku, Apa itu tidak keterlaluan?" Tanya Pria itu. "Oke! Ini memang salahku, kamu puas? Tapi harusnya kamu tidak muncul dan menambah masalah ini dengan berucap kamu ingin bertanggung jawab!" "Sudah lah, sekarang masuk dan segera kita selesaikan acara ini." Ujar Pria itu malas berdebat. Pria i