Share

Runaway Girl

Author: Honey Dee
last update Last Updated: 2021-03-31 16:36:40

"Apa yang membuatmu ingin lari?"

Gadis itu membelalak. Terkejut. Tidak. Kurasa bukan terkejut. Lebih tepatnya, mematung, seketika lumpuh. Yah, kau tahu, siapa yang tidak tergiur dengan keindahan yang kupunya? Aku tampan dengan tubuh tanpa pakaian yang memperlihatkan otot menawan. Jangan salahkan dia kalau dia sampai tak bisa berkedip.

Aku juga tak bisa berkedip.

Ya, Tuhan, mata bulat itu seperti penuh dengan sihir!

"Kalau kau sendirian, aku akan menemani," ucapku dengan lembut setelah menghabiskan detik-detik yang diam.

Bibir gadis itu membuka sedikit seolah mengizinkanku mengintip ke dalamnya. Kalau memang itu yang dia inginkan, dia berhasil. Aku sudah bisa membayangkan bibir itu memberiku pelayanan istimewa. Tidak perlu mengulum kemaluanku. Cium saja aku. Aku akan dengan suka rela membalas ciumannya. Aku yakin ciuman itu akan menjadi panas sekali.

"Aku menunggu temanku." Suaranya serak dan dalam. Matanya menyapu ruangan. Tidak fokus. Aku tahu dia salah tingkah. Dia ingin aku berpikir bahwa dia tidak menginginkanku.

Tidakkah kau lihat lehernya yang bagus berkali-kali memperlihatkan gerakan halus menelan ludah? Itu tanda perempuan sedang bergairah. Pemandangan apa lagi di sini yang bisa langsung membuat perempuan bergairah kalau bukan aku?

"Aku bisa menemanimu membunuh waktu?" Aku duduk di dekatnya. Dia berpaling. Matanya menghindariku.

Kenapa? Belum pernah ada satu gadis pun yang menolak menatap keindahan yang kutawarkan. Sudah kubilang, gadis ini takut kepadaku. Dia takut tertarik kepadaku.

"Dia menipuku. Dia bilang ini pesta koktail." Suaranya terdengar tajam. Dia mencari alasan. Aku menerima alasannya. Aku menerima apa pun dari si Cantik ini.

Aku sedang menimbang di mana sebaiknya kutiduri dia. Tempat ini bukan arena yang cocok untuknya. Dewi seperti dia lebih cocok di kamar, di tempat tidurku. Aku berjanji akan memberikannya kenikmatan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

"Kalau begitu, kita bisa berterima kasih kepadanya nanti. Apa kau tidak ingin pindah ke tempat lain? Tempat ini terlalu bising dan tidak nyaman untuk gadis terhormat sepertimu. Ada bagian lain di rumah ini yang pasti kau sukai."

Gadis cantikku menggeleng. "Satu-satunya tempat yang ingin kudatangi adalah kamarku sendiri."

"Kalau begitu, kita akan ke kamarmu sekarang juga," sambutku dengan antusias.

Gadis itu mendengus kesal, lalu menggeleng dengan keras. "Jangan pikir karena kaya dan memiliki segalanya, kau bisa memperlakukan orang lain semaumu, Mister Rockwood." Suaranya mendesis penuh dengan kekesalan, tapi efeknya begitu membekas. Seperti ada sebuah jarum tipis panjang yang ditusukan langsung ke lubang telingaku.

Kuakui, aku seorang laki-laki bebal. Tidak ada yang bisa menasihatiku, bahkan ibuku sendiri. Aku akan melakukan apa yang kuyakini benar. Orang bisa saja memarahiku, mengkritikku atau apa yang mereka mau. Tapi jangan harap aku akan mendengarkan, apalagi menuruti kemauan mereka. Sekarang, aku terkejut pada kekuatan lidah gadis Latin ini. Kata-katanya bisa langsung menancap di kepalaku.

"Aku hanya berusaha membuatmu nyaman. Kehormatan jika ada bidadari yang datang ke pestaku. Aku hanya ingin menunjukkan tempat yang cocok untuk bidadari sepertimu, Sayang."

Apa aku sudah bilang kalau aku puitis?

Ibuku memberiku banyak buku roman sejak aku remaja. Menurutnya, buku roman bisa melunakkan hati laki-laki dan membuatnya lebih sensitif. Ibu bisa berhasil pada Neptune. Tapi tidak kepadaku. Aku hanya membacanya, menceritakan isi buku itu dengan akurat, tapi tidak ada satu bagian pun dari diriku yang menjadi lunak setelahnya.

Bagaimana aku bisa merasa lunak setelah membaca orang-orang yang mati karena mencintai seorang gadis?

Coba kau buka semua buku-buku roman. Semua mengisahkan lelaki dungu yang jatuh cinta pada gadis yang salah, lalu tetap saja mempertahankan cintanya. Berapa kali Romeo diperingatkan untuk tidak datang ke pesta keluarga Capulet? Dia tetap bebal. Dia mencintai gadis paling berbahaya yang seharusnya tidak dia cintai sama sekali. Begitu banyak gadis, kenapa dia malah memilih putri Capulet.

Buku-buku roman itu bukan buku yang indah. Buku-buku itu kumpulan cerita tentang lelaki dungu yang bertemu dengan perempuan licik. Mana bisa orang jadi terdidik karenanya?

"Atau ...," aku mencoba mengambil perhatiannya lagi. "Kau ingin minum di tempat yang istimewa? Apa kau ingin makan malam di bawa sinar bulan? Berenang di kolam air panas? Jacuzzi? Aku bisa mewujudkan semua yang kau mau, Cantik. Sumpah."

Gadis itu sama sekali tidak bergeming. Dia sama sekali tidak berbalik untuk menatapku. Aku semakin gemas.

Mungkin ini pengaruh kokain yang kusesap tadi. Mungkin ini memang sifatku yang tidak bisa menerima penolakan jenis apapun. Aku selalu mendapatkan apa yang kumau atau merampasnya bisa perlu. Gadis ini harus tahu itu.

Sekarang, lihat aku! Aku bergerak ke belakang gadis itu. Lihat bagaimana tubuhnya merespon sentuhan tanganku di pingganganya! Dia menginginkanku.

Sebelum gadis itu membuat gerakan baru, kukecup lehernya. Ada aroma magis bunga tropis dan manisnya madu. Lembut sekali. Liurku penuh. Pikiranku langsung kacau. Aku begitu gemas dengannya, dengan baunya, kelembutan kulitnya. Apa yang bisa kulakukan selain menggigitnya?

Kepalan tangan menghajar wajahku membuatku terhenyak dan mundur. Wajahku terasa panas. Gadis itu berdiri marah. Wajahnya memerah. Ia berlari pergi. Ya, pergi begitu saja seperti orang yang lari sebelum membayar taksi yang dinaikinya.

Ujung bibirku yang ditinjunya menabrak gigi taring. Berdarah. Luka kecil yang berdenyut. Tidak. Luka pada harga diriku yang lebih parah.

Aku tahu ini bukan opera sabun. Tapi, yah, aku mengejarnya. Sumpah, aku tidak tahu kenapa, tapi aku tetap mengejarnya.

Gadis berambut merah tanpa bra menghentikanku. Dia menyentuh dadaku untuk menarik perhatian. Aku tersenyum kepadanya. Tidak, mungkin lain kali. Dadanya memang indah. Tapi aku harus mendapatkan gadis bermata hitam ini untuk membuatnya membayar apa yang telah ia lakukan. Kutepikan gadis berambut merah itu.

Tidak ada. Gadis itu tidak ada di mana-mana. Foyer? Tidak ada. Bahkan hingga ke halaman depan. Tidak mungkin gadis itu terbang dan menghilang begitu saja. Apa mungkin dia bisa terbang?

"Ah, Adam! Apa yang kau lakukan di luar sini, Man?" Suara Dhaniel Malloy terdengar bahagia ketika dia menepuk bahuku. "Kenapa dengan wajahmu, Sobat?" Kini suara itu terdengar terkejut sekaligus geli.

"Kau lihat ... eh, Gadis?"

"Astaga, banyak sekali gadis di dalam. Yang mana?" Dhaniel menatapku bingung.

Aku sudah tidak punya minat lagi untuk kembali ke pesta. Aku menginginkan gadis itu sekarang. "Oh, yeah. Nikmati pestanya, bro!" Aku melambai padanya dan berjalan menjauh.

"Hei, kenapa, Man? Ada perempuan di kamarmu?"

"Oh, yeah. Tentu." Aku tak pernah berbohong kepadanya. Namun, aku akan melakukan apa saja untuk pergi dari sini. Aku sudah kehilangan selera.

Wajahnya tersenyum lebar.  "Have fun!" serunya sambil tertawa.

Aku sama sekali tidak ingin bersenang-senang sekarang. Dadaku penuh dengan kekecewaan. Kenapa aku tidak bisa memiliki gadis yang ini? Aku tidak suka dikecewakan. Aku tidak suka penolakan. Aku tidak pernah ditolak.

Ya, Regina Si Sundal yang pernah mengkhianatiku berbalik merangkak ke kakiku lagi. Siapa yang mau memakai celana dalam yang telah dipakai musuhnya? Aku mencampakan Regina, kubuat karir modelingnya hancur, dan kupastikan dia tidak mendapatkan pekerjaan apapun lagi. Menjadi bintang film porno sudah cukup bagus untuknya. Ada konsekuensi untuk semua perbuatan.

Aku tidak suka dikecewakan oleh siapa pun. Aku tidak suka dikhianati. Nah, sudah berapa pasal yang dilanggar sundal itu?

Jahanam Morrison? Jahanam itu selalu menginginkan apa yang kupunya, kecuali nama Rockwood. Sekuat apapun dia berusaha, tidak akan bisa menyamai sepersepuluh dariku.

Kau tahu kenapa aku bernama Adam, sementara anggota keluargaku yang lain bernama seperti dewa-dewa Yunani? Karena aku satu-satunya anak di keluarga Rockwood yang lahir dengan alami.

Kakak-kakakku adalah hasil inseminasi buatan karena ke dua orang tuaku tidak sabar menunggu keajaiban. Lalu, ketika ibuku merasa dua anak lucu sudah cukup membuat ramai hidupnya, Ia memutuskan untuk melakukan tubektomi. Namun, dokter mengatakan kalau ia sedang hamil. Aku yang masih berupa janin berusia beberapa minggu sudah menunjukan eksistensiku. Akulah raja kecil.

Akulah manusia yang membuat iblis cemburu. Aku terlahir untuk menguasai dunia. Kalau Jahanam Morrison itu berpikir bisa menyamaiku, dia harus bersiap-siap menjadi lap bokongku.

Tapi malam ini, aku merasa berada di level terendah. Apa gunanya aku menguasai dunia kalau seorang gadis latin saja tidak bisa kudapatkan?

Aku sangat kecewa.

***

Related chapters

  • A Perfect Hollow   Billionaire Morning

    Alarm mengejutkanku, membuat sarafku terjaga dengan serentak. Tubuhku gemetar. Dengan susah payah kutelah ludah untuk membasahi tenggorokan yang kering. Kuraba meja di samping tempat tidur untuk menghentikan bunyi 'beep' sialan itu. Rencananya, aku ingin tidur lagi. Aroma bersih seprai dan lembutnya kain selimut membuatku ingin berada di tempat tidur lebih lama. Setelah keluhan panjang, aku siap untuk kembali terlelap. Toh, dunia bisa menyusulku.Ponselku bergetar. Getarannya cukup kuat untuk membuat bunyi dengan kayu meja. Aku mengeluh keras-keras, memaki siapa saja yang berani meneleponku pagi ini. Apa aku tidak bisa menikmati satu hari saja dengan bermalas-malasan?Dengan sangat terpaksa, aku duduk. Layar ponsel itu membuatku mengurungkan niat membanting ponsel ke lantai. Itu bukan telepon masuk. Itu alarm rapat yang dikirim Holy. Pagi ini aku harus ke Rockwood Building. ASTAGA!Kusandarkan kepala ke dind

    Last Updated : 2021-04-06
  • A Perfect Hollow   Undisputed Man

    "Shit!" Aku mendesis ketika kopi panas menyengat luka di bibirku. Luka dari gadis latin sial semalam. Luka dari gadis yang muncul lalu pergi seenaknya.Gadis tolol yang seharusnya tidak kulihat semalam. Gadis itu mungkin lesbian atau apa. Kalau normal, mana mungkin dia menolakku?Aku tidak menyombong. Tanya saja pada semua perempuan yang ada di New York. Siapa yang tidak menginginkanku? Aku memiliki semua mimpi perempuan Amerika.Kau lihat gedung termegah di New York? Rockwood Buildings. Sebuah gedung yang menggenggam perekonomian dunia. Kalau buku ekonomimu mengatakan perekonomian dunia berada di Wall Street atau White House, bisa kau bakar buku itu sekarang. Kalau bukan karena gedung ini, Rusia sudah sejak lama menjatuhkan nuklirnya di kota New York.Bagi kalangan terbatas, sudah bukan rahasia lagi bahwa kebijakan ekonomi dunia ditentukan dari gedung-gedung New York. Undang-undang yang d

    Last Updated : 2021-04-06
  • A Perfect Hollow   Holy Moli

    "Holy," sapaku ceria. Kurentangkan tanganku selebar-lebarnya untuk menyambutnya.Perempuan itu tidak tersenyum sama sekali. Wajahnya sedingin patung batu. Dagunya terangkat menunjukkan kalau dia tidak sedang ingin beramah-tamah padaku."Masing hangover? Kau terlambat satu jam, Mr. Rockwood." Tangannya dilipat di dada dengan penuh emosi. Orang lain yang tidak mengenalnya mungkin akan menganggap ini sebagai gestur biasa, gestur yang cocok untuk perempuan berumur tiga puluhan dengan tubuh ramping dan dandanan modis seperti dia. Tidak bagiku. Ini tanda aku harus bersembunyi dalam bunker. Holy siap mengamuk."Jauh lebih baik. Bugar dan sehat. Kau lihat birunya mataku yang seindah langit musim panas ini? Seks membuatku merasa muda sepuluh tahun," ucapku jujur. Aku benar-benar dalam kondisi paling prima sekarang."Aspirin?""Done." Kujulurkan gelas kopi panas kepadanya. "Aku sudah mu

    Last Updated : 2021-04-06
  • A Perfect Hollow   That Latin Girl

    "Lupakan soal kehidupan pribadimu. Sekarang, kau harus memikirkan kehidupan bisnis kita," ucapnya sambil menghubungkan tablet dengan monitor besar."Apa pun yang kau inginkan, Holy." Kusandarkan bahuku di kursi dengan santai."Kau tahu, kita punya reputasi yang buruk karena perilakumu. Jadi, yang akan kita lakukan sekarang adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat kepadamu."Aku memutar mata dengan bosan. "Memberikan bantuan kepada anak-anak di negara konflik? membantu membangun rumah roboh? Ikut berperang di negeri antah berantah? Menjadi Brad Pitt? Sebut saja!""Tidak seburuk itu. Kau hanya perlu menjadi mentor di Rockwood Apprentice.""Mentor? Kau pikir aku ini siapa? Setiap tahun selalu ada peserta magang. Kenapa harus aku yang menjadi mentor?" Holy pasti bercanda."Tapi sekarang berbeda, Adam. Ini akan menjadi reality show di RTN, perusahaan televisi Rockwood. Me

    Last Updated : 2021-04-06
  • A Perfect Hollow   Terrible

    "Apa sih maumu?!" Suara Holy mendesis ketika kami sampai di elevator. Aku tidak menoleh kepadanya. Bisa kubayangkan wajah murkanya. Itu sangat tidak enak dilihat. Sebanyak apa pun dia melakukan operasi plastik, amarah akan membuat wajahmu tidak enak dipandang. Ya, seperti holy sekarang.Lagipula, aku masih memikirkan gadis di ruang rapat tadi. Saat aku meninggalkan ruangan, dia melihatku, mengikuti mataku. Tatapannya bukan tatapan menggoda, tapi kecewa. Dia seperti anak yang tidak mendapatkan hadiah yang diinginkan. Besar sekali keinginan dalam diriku untuk berhenti dan menciumnya, memberikan apa pun yang diinginkannya.Apa mungkin dia menyesal atas apa yang terjadi semalam? Apa dia ternyata menginginkanku? Apa dia ingin kembali padaku?"Tugasmu memberikan sambutan untuk mereka, bukan membicarakan masalah pribadimu. 'Menjilat bokong'? Bokong siapa yang harus kujilat sampai harus menjadi sekretaris sialmu, Mr. Rockwoo

    Last Updated : 2021-04-06
  • A Perfect Hollow   Talented Girl

    "Ha!" Abe membentangkan tangannya dengan berlebihan. Senyumnya mengembang dengan suara menggelegar mengejutkan di depan pintuku. "Adam! Aku senang melihatmu masih hidup, Brother!"Aku mengangkat jari tengah--kedua jari tengahku--tinggi-tinggi untuknya."Aku dan Venus tidak akan heran kalau kau overdosis setelah pesta semalam," ucapnya lagi sambil terkekeh dan menepuk bahuku dengan keakraban keparatnyaApa dia pikir kalimatnya lucu? Imut? Menggemaskan?Apa dia tidak tahu kalau aku sedang berhadapan dengan Holy? Apa menurutnya omelan Holy dan istrinya masih kurang untukku?"Jangan tertawa, Abe. Yang mulia Adam Rockwood akan menghabisimu soal proyek untuk anak magang." Holy mendahuluiku. Tampangnya bukan untuk membelaku, tapi untuk mengejekku.Abe menaikkan alis. "Cattleya Aguilar?"Entah ada apa dengan nama itu. Ketika mendengarnya, tubuhku merinding. Seperti ada a

    Last Updated : 2021-04-06
  • A Perfect Hollow   Frontal

    Pikiranku sama sekali tidak berada di tempatnya ketika Abe menjelaskan tentang apa yang ingin dilakukannya pada Hausser. Aku hanya duduk diam dengan tangan menyanggah dagu dan mata tertutup, berlagak memusatkan pikiranku padanya. Inilah satu-satunya cara untuk menghindari Abe Black. Dia itu pintar sekali membaca mimik wajah. Dari gerakan mata saja dia tahu kapan orang berbohong. Kemampuan Abe memang masih berada di bawah kemampuan Steve Thompson yang memang setiap hari menghadapi penjahat dalam pekerjaannya. Tetap saja, aku tidak mau Abe tahu apa yang kupikirkan.Suara ketukan pintu yang hampir bersamaan dengan terbukanya pintu ruangan membuatku terlonjak. Gadis itu berdiri takut-takut di depan pintu dengan senyum yang dipaksakan. Dia tidak menatapku. Dia menatap lurus pada Abe seolah aku tidak ada di ruangan itu.Dan, kuharap tidak ada yang mendengar suara jantungku."Cattleya cantik, kau mengejutkan kami," ucap Abe dengan s

    Last Updated : 2021-04-06
  • A Perfect Hollow   Lobster Thermidor

    Adam Rockwood adalah seorang laki-laki penuh tekad. Sekali memegang prinsip, selamanya dia akan menggenggamnya. Sekalipun harus diseret keliling dunia dengan seekor kuda, ia akan tetap memperjuangkan apa yang dianggapnya benar.Aku adalah orang yang tahu benar apa yang kulakukan.Aku bisa menjadi sangat agresif untuk memperjuangkan keinginanku. Aku tidak pernah kalah. Aku menolak untuk kalah. Aku bisa bergulat dengan takdir dan aku akan memenangkannya. Takdir tidak punya kegigihan yang setara denganku.Inilah yang membuatku disebut Sang Pemangsa.Di mana saja, aku sangat mendominasi. Aku tidak suka ada orang lain yang menjadi pusat perhatian. Aku-lah superstar. Aku akan melakukan segala cara untuk melakukannya.Namun sekarang, semua itu seperti noda lengket di karpet. Tidak ada artinya selain kotoran.Pikiranku seperti keping puzzle yang berantakan.

    Last Updated : 2021-04-06

Latest chapter

  • A Perfect Hollow   Spy

    Tentu saja Venus tidak mengizinkanku menyentuh Cattleya sama sekali. Menurutnya, Cattleya masih termasuk tamunya dan aku tidak boleh sama sekali menyentuh tamunya yang dalam keadaan mabuk. Dia meminta Daniel menggendong gadis itu ke kamar tamu. Kuharap Daniel keparat itu ingat pacarnya yang sedang mengandung anak mereka. Dari kilatan pada matanya itu terlihat betapa bejatnya pikirannya. Sebelum berbalik membawa Cattleya ke kamar saja dia masih sempat tersenyum licik padaku, memamerkan keberhasilannya. Aku sama sekali tidak memperhatikan Holy yang dengan bersemangat menceritakan betapa tololnya anak magang yang bernama Wales itu. Dia mencampur beberapa data dalam kotak kertas-kertas yang akan dihancurkan. Untung Saja Cattleya datang dan membaca lagi kertas-kertas itu. Dia langsung mencabut mesin penghancur kertas dan mulai memunguti bagian kertas yang sudah berada di dalam mesin. Holy mengatakan sesuatu tentang musibah dan kesengajaan, tapi aku tidak bisa menyim

  • A Perfect Hollow   Cute Kiss

    Aku melepaskan bibirnya setelah sadar kalau kelakuanku ini bisa menyeret kemaluanku ke pengadilan keluarga Volkov. "Maaf," kataku pelan, benar-benar minta maaf dan berharap dia tidak membuat hal ini menjadi masalah panjang di antara kami. Dia tidak melihatku. Dia sibuk mengelap bibir dan wajahnya sendiri. Sepertinya dia memang menghindari bertatapan denganku. Melihat gelagatnya yang seperti itu, aku curiga ini ciuman pertamanya. Dia memang tidak terlalu banyak membalasku tadi. Dia hanya membiarkan aku melakukan yang bisa kulakukan atas bibirnya. Dia tidak mencengkeram pakaianku atau menyentuh bagian tubuhku seperti gadis-gadis lain yang berciuman denganku. Dia juga memejam dengan erat sampai matanya berkerut, seolah dia menahan sesuatu di dalam dirinya. "Teleponnya?" tanyanya dengan suara parau, sama sekali tidak menatapku. "Di sana. Silakan," kataku menunjuk telepon di atas meja kerja yang memang sering digunakan oleh para tamu sebagai jalur am

  • A Perfect Hollow   Two Girls

    "Aku ... pulang saja. Maafkan aku." "Siapa bilang?" Abe yang pertama berdiri, kemudian Daniel. Dia menghampiri Cattleya dan mengulurkan tangan padanya. "Aku sudah mengatakan pada istriku akan memperkenalkanmu padanya. Istriku melihatmu di TV dan langsung menyukaimu. Kuharap kalian bisa menjadi teman. Ayolah, Miss Aguilar. Kami sudah menyiapkan tempat untukmu." Abe menunjuk meja makan yang sedang ditata untuk satu orang lagi di samping Venus, pada kursi kosong yang tadi ditempati Isabelle. Sebenarnya, tidak sopan memberikan kursi orang lain pada tamu yang baru datang. Namun, akan lebih tidak menyenangkan lagi kalau Cattleya harus duduk di bagian paling ujung dengan jarak dua bangku kosong antara dia dan Venus. Aku tidak menyapanya. Bukannya aku sengaja ingin berbuat jahat padanya. Aku hanya merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Aku datang ke tempat ini untuk melupakannya. Aku ingin melupakan obsesiku tentangnya. Bisa-bisanya sekarang aku mal

  • A Perfect Hollow   Russian Girl

    "Kami bertemu pada malam amal penggalangan dana untuk Rockwood Foundation. Venus dengan baik hati mengundang kedua orang tuaku untuk menghadiri malam amal itu. Kalian tahu, selama ini orang berpikir keluarga Volkov adalah keluarga yang buruk. Kami memiliki jaringan kejahatan yang dianggap kalangan atas New York sebagai biang keladi berbagai permasalahan di kota ini. Beberapa kali kulihat Mama ingin melihat kami berada dalam acara sosial atau acara lain seperti keluarga normal di New York ini. Tapi, yang mengundang kami hanyalah orang-orang dari kalangan kami sendiri. Mama sempat merasa rendah diri dan stres karena ini." Dia melihat Venus dengan mata berkaca-kaca, ekspresif sekali. "Aku tidak merasa melakukan hal yang istimewa. Aku mengundang orang tuamu karena mereka memang keluarga yang baik. Sekalipun pamanmu memiliki ... uhm ... jaringan apa kau bilang tadi? Yah, pokoknya itu. Aku tidak merasa kalian musuh kami. Jadi ... uhm ... kenapa tidak?" Venus tersenyum cang

  • A Perfect Hollow   Virgin Mary

    "Terima kasih, Mr. Black. Aku tidak minum." Nova tersenyum dan mengangguk pada Abe yang menawarkan anggur pada tamu-tamunya. "Tidak minum atau tidak bisa minum untuk saat ini, Miss Volkova?" Steve bertanya dengan suara yang lembut seperti yang sering digunakannya untuk menggaet perempuan. "Aku memang tidak pernah minum, Mr. Thompson. Aku ini peminum yang payah. Aku hanya minum seteguk anggur atau sampanye pada acara tertentu dan itu sudah membuat kepalaku sakit." "Biasanya keluarga Rusia sangat suka minum dalam berbagai acara," ucap Steve lagi setelah mengucapkan terima kasih pada Abe. "Sejak kecil ibuku melarangku minum. Katanya, aku harus belajar untuk tetap sadar. Minuman itu bisa membuatku ketagihan dan kehilangan kesadaran. Aku baru boleh minum saat berumur dua puluh satu. Ternyata, aku memang tidak bisa minum. Saat natal tahun kemarin, aku hanya minum satu teguk sampanye dan harus ke dokter untuk meminta obat penahan sakit." "Andai semua

  • A Perfect Hollow   Volkov

    "Aku tidak akan memilihkan gadis sembarangan, Adikku. Kamu harus tahu itu. Miss Volkova bukan gadis yang bisa kau lihat di diskotek atau tempat hiburan lainnya. Dia gadis baik dan memiliki dua gelar di belakang namanya. Penampilan dan catatan kriminalnya sama bagusnya. Dia tidak pernah melanggar aturan lalu lintas atau melakukan pencurian." "Tentu tidak, Ven," kata Steve tanpa melihatnya. Dengan senyum tipis mengembang, Steve berkata lagi, "Miss Volkova adalah anak dari pengusaha perkapalan dan senjata. Dia anak pertama dari dua bersaudara dengan selisih usia lima belas tahun. Kekayaannya tanpa perlu bekerja saja sudah mencapai dua pulu juta dolar yang didapat dari pembagian saham dan investasi yang dia lakukan sejak kecil pada beberapa perusahaan milik keluarganya yang lain. Dia tidak akan pernah punya catatan kriminal lalu lintas karena dia tidak pernah menyetir. Dia juga tidak akan mungkin mencuri sesuatu karena dia hanya perlu menyebutkan barang yang dia mau dan mendapat

  • A Perfect Hollow   Matchmaking

    Steve terbahak. Dia tertawa sampai matanya berair. Sebagai turunan keluarga tua yang menjunjung tinggi keningratan, dia tidak sering tertawa. Jika memang tawanya serius begini, berarti memang kondisiku menggelikan sekali. "Ayolah, Steve! Jangan jadi keparat begini. Tolong jangan rusak hari ulang tahunku, Pal." Tawanya yang sudah agak reda jadi makin keras lagi. Dia sampai memegangi perutnya. Begitu selesai tertawa, dia memberikan tanda dengan tangan seperti memintaku berhenti. Apa memangnya yang kulakukan? Aku hanya bertanya. Dia saja yang sinting. "Aku akan ke dalam," katanya bertepatan dengan datangnya Venus ke ruangan kami lagi. Steve menggeleng pada Venus. "Venny Sayang, sepertinya kau perlu menyadarkan adikmu kalau dia lucu sekali. Dia pantas menjadi komika." Venus melihatku dengan bingung setelah Steve melewatinya. "Ada apa? Kenapa dia pikir kau bisa melakukan stand up comedy? "Dia menertawakanku." Aku melotot

  • A Perfect Hollow   Heredity

    Makan malam di rumah keluarga Black memang merupakan makan malam rutin. Sebagai saudara yang telah ditinggalkan kedua orangtua yang ingin hidup tenang di pedesaan, kami harus benar-benar akrab dan saling menjaga. Ini alasan Venus menginisiasi makan malam rutin sebulan sekali ini. Namun, acara yang seharusnya sakral ini jadi lebih seperti perkumpulan orang-orang yang ingin merisakku. Saudara-saudaraku yang jahat itu meledekku habis-habisan sampai rasanya aku ingin sekali membakar mereka. Bahan utama ledekan selalu saja tentang masa kecilku yang mereka anggap terlalu manja untuk ukuran Rockwood. Memangnya harusnya bagaimana? Apa aku harus dilempar ke hutan? Apa aku salah kalau masih menyusu pada ibuku hingga usia lima tahun? Aku masih kecil dan tidak punya pilihan selain menurut pada perempuan yang melahirkan dan mengasuhku itu. Tentu s

  • A Perfect Hollow   Invitation

    Oke. Baiklah. Kuakui kalau ini fase paling aneh di dalam hidupku. Sebenarnya, aku malu mengakuinya. Sungguh. Namun, fase ini penting sekali untuk kuceritakan, seharusnya malah harus kuulang-ulang sampai hafal benar setiap detailnya. Siapa tahu anak cucuku nanti bisa mendapatkan sesuatu dari pengalaman ini. Fase ini adalah awal dalam kejadian besar di dalam hidupku. Tidak. Aku tidak bohong atau membual. Aku juga tidak sedang mabuk. Lihat wajahku? Ya, aku tahu aku memang tampan. Maksudku, lihat wajahku yang normal ini. Tidak ada tanda-tanda kalau aku sedang teler, kan? Aku tidak menggunakan obat jenis apa pun seharian ini dan hanya minum sedikit martini pada makan siang tadi. Hanya sedikit, sumpah. Kuawali fase ini dengan mondar-mandir seperti vacum cleaner ke penjuru ruangan di penthouse-ku. Aku tidak bisa menceritakan dengan detail kepadamu tentang kegelisahan yang kurasakan, hanya saja, seperti ada beban berat

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status