Share

Holy Moli

Author: Honey Dee
last update Last Updated: 2021-04-06 13:21:18

"Holy," sapaku ceria. Kurentangkan tanganku selebar-lebarnya untuk menyambutnya.

Perempuan itu tidak tersenyum sama sekali. Wajahnya sedingin patung batu. Dagunya terangkat menunjukkan kalau dia tidak sedang ingin beramah-tamah padaku.

"Masing hangover? Kau terlambat satu jam, Mr. Rockwood." Tangannya dilipat di dada dengan penuh emosi. Orang lain yang tidak mengenalnya mungkin akan menganggap ini sebagai gestur biasa, gestur yang cocok untuk perempuan berumur tiga puluhan dengan tubuh ramping dan dandanan modis seperti dia. Tidak bagiku. Ini tanda aku harus bersembunyi dalam bunker. Holy siap mengamuk.

"Jauh lebih baik. Bugar dan sehat. Kau lihat birunya mataku yang seindah langit musim panas ini? Seks membuatku merasa muda sepuluh tahun," ucapku jujur. Aku benar-benar dalam kondisi paling prima sekarang.

"Aspirin?"

"Done." Kujulurkan gelas kopi panas kepadanya. "Aku sudah muntah, sarapan, minum obat, dan mencuci kemaluanku."

Satu-satunya cara berkelit dari Holy adalah dengan mengalihkan perhatiannya. Walau seringkali tidak berhasil, tidak ada salahnya dicoba, kan?

"Penicillin?"

"Done. Ya, Tuhan, Holy! Mana mungkin aku melupakannya." 

Aku tidak akan pernah lupa dengan antibiotik itu. Dokterku sudah mewanti-wanti. Aku memang selalu memakai kondom, tapi siapa yang tahu parasit apa yang dibawa perempuan-perempuan itu. Aku tidak memakai kondom saat mereka melakukan oral seks.

Holy bergeming. "Koran?" Ia menyodorkan koran dengan headline yang membuatku mengangkat alis.

"Pesta liar di Rockwood mansion, Di tangan penggila pesta inikah masa depan Rockwood berada?" Aku tertawa setelah membaca headline pada halaman depan koran itu keras-keras. Judul itu lengkap dengan foto setengah telanjangku dengan beberapa perempuan. Mungkin saja foto itu diambil orang dari luar mansion. Semua undangan sudah diperiksa, tidak boleh ada yang membawa ponsel dan kamera.

Papparazi memang kadang sangat keterlaluan.

"Kasihan. Mereka tidak mendapat foto telanjangku. Apa maksudmu aku harus memberikan foto telanjangku, Holy?"

Dia memutar mata, lalu berjalan mendahuluiku ke arah lift.

Nah, kalau ada perempuan di luar klan Rockwood yang bisa mengaturku adalah Holy Blanks ini, perempuan afro-Amerika yang sangat cantik. Sekretarisku. Ketangguhannya untuk berkerja bersama laki-laki luar biasa. Tentu saja aku sudah membuang ketertarikanku padanya. Holy adalah perempuan yang langka. Akan sulit mencari sekretaris yang bisa melakukan setengah saja pekerjaannya. Jangan sampai seks membuatku kehilangan dirinya.

Lagipula, dia sudah menolakku. Dengan tegas dia berkata kalau dia sama sekali tidak tertarik tidur denganku atau sekadar menyenangkan kemaluanku pada wawancara kerja dulu. Ayahku langsung yang melakukan wawancara. Dia berkata, "Mr. Rokcwood, jika ada skala satu sampai sepuluh keinginan saya untuk tidur dengan anak Anda, saya akan memberikan minus seratus. Dipaksa dan disiksa pun saya tidak akan melakukannya. Sungguh, ini bukan masalah pekerjaan. Ini tentang kesehatan. Saya tidak yakin Mr. Rockwood bebas penyakit setelah ... yah, Anda tahu, tidur dengan sebegitu banyak perempuan."

Dengan bangga ayahku memberikan pekerjaan itu padanya. "Kuharap makin banyak perempuan secerdas dirimu, Miss Blanks. Belakangan ini dunia kekurangan perempuan yang begitu berdedikasi dan tahu cara mengendalikan diri," ucap ayahku dengan wajah lega. Lama kemudian aku baru sadar kalau mereka sedang menggunjingkanku dan menganggapku perusak perempuan.

Sialan!

Holy memang tidak pernah ragu untuk menjelek-jelekkanku. Sekalipun di depan orang lain dia rela memasang badan untuk melindungiku, di depan lingkaran dalam orang-orang terdekat kami dia selalu menggunakan lidahnya untuk menggores harga diriku. Seperti pagi ini, dia berkomentar, "Kenapa tidak sekalian kau lemparkan kotoran ke wajah ayahmu?"

"Aku tidak mengerti." Aku berhenti berjalan. Holy berpaling kepadaku dengan ke dua tangan di pinggang.

"Apa yang tidak kau mengerti, Adam?" Suaranya tertahan. Dia mengucapkan kalimatnya satu per satu dengan tajam.

"Kenapa mereka menyensor tubuhku? Bukankah seharusnya mereka memamerkan karya seni Tuhan yang luar biasa ini?"

Holy membelalakkan mata. Wajahnya benar-benar keras. Bibirnya berkerut marah. Ekspresi yang membuatku tergelak.

"Apa mereka takut fotoku membuat perempuan-perempuan histeris?" Aku menggodanya lagi. Kuharap dia sedang PMS agar aku bisa mempermainkan emosinya sepanjang hari.

"Adam! Apakah pernah kau berpikir berita ini akan menimbulkan sentimen negatif?" desis Holy dengan nada yang penuh kebencian.

Aku tersenyum. "Ayolah, Holy! Jangan berlebihan. Lihat saja, mereka berkali-kali mendapatkan foto telanjang Justin Bieber. Dia tetap jadi artis."

"Kau bukan Justin Bieber."

"Yah, memang. Aku jauh lebih baik darinya. Aku pewaris kerajaan Rockwood." Aku berbalik menghadap pemandangan dari lift kaca di Rockwood, melihat bentangan gedung-gedung pencakar langit di jantung kota ini. "Semua ini akan berada di bawah imperium Rockwood. Aku akan membuat ayahku bangga."

"Nah, akhirnya kau sadar, Adam. Kau penerus kerjaan bisnis ayahmu. Perusahaan-perusahaan yang ada di bawah sana akan berada di bawah nama besar Rockwood. Kalau kau terlalu banyak bermain-main, kau akan kehilangan semua. Apa kau tidak mau dengan Drey Syailendra?  Dia sudah menggeliat bangun dari tidur siangnya. Forbes sudah mencatat namanya sebagai orang terkaya di Asia, mengalahkan taipan-taipan Cina dan India. Dia bahkan menyenggol Samsung dalam saham. Aku tidak akan ragu kalau sebentar lagi dia akan bersinar di Amerika."

Aku tidak meragukan sama sekali kemampuan Syailendra itu. Dia bukan hanya cerdas, tapi juga penuh dendam. Dia sangat ingin membuktikan pada kakak-kakaknya yang telah lama merundungnya kalau dia bisa melampaui mereka. Semua yang didapatkannya itu tidak ada artinya di matanya. Dia selalu merasa kurang. Inilah yang membuatnya begitu ambisius.

"Dia memang orang gila."

"Aku suka melihatmu gila kalau bisa seperti dia. Apa yang harus kulakukan?"

Nah, Holy memang benar-benar perempuan sial yang sangat kusayangi. Kalau bukan karena dia bisa mengatur bisnisku selagi aku memikirkan hal lain, mungkin sudsh kutendang dia dari tower ini.

Pembicaraan tentang keberhasilan Drey Syailendra membuatku tidak nyaman. Aku merasa berada di zona meltdown.

"Aku tidak ingin membicarakannya," kataku saat lift berdenting membuka.

"Oh, anak bungsu Rockwood mengambek karena mendengar kebenaran tentang kehebatan rivalnya? Kabar bagus."

"Tidak, Holy. Dia bukan rivalku. Dia mantan temanku dan dia tidak lebih baik dariku. Bisa saja dia seperti Thompson yang dibantu kekuatan setan atau Blackwell yang memang benar-benar punya kekuatan setan."

"Ya, Tuhan! Susah sekali berbicara dengan orang yang tak punya otak." Holy berjalan dengan cepat menuju ruanganku. Aku berjalan di belakangnya dengan santai sambil melanjutkan membaca koran, pengalih perhatianku.

Entah siapa yang menulis koran ini. Penulisnya bisa menceritakan dengan akurat siapa saja yang ada di pestaku dan semua yang kulakukan semalam. Tentu saja dia tidak menuliskan tentang narkoba dan sejenisnya. Itu akan membuatnya dalam masalah besar. Tapi ia mengatakan berulang kali kalau itu adalah pesta paling liar yang pernah dilakukan selebritis.

Pesta paling liar? Aku bangga sekali dengan sebutan itu.

Holy mendobrak masuk ruanganku dengan kasar. "Apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanyanya setelah membanting beberapa surat yang dipegangnya.

"Cari siapa penulisnya dan tenggelamkan dia di East River." Ide yang bagus, kan?

"Aku serius, Adam." Holy tidak lagi bisa menutupi kegusarannya sekarang. "Kau tidak tahu berapa banyak telepon yang kuterima pagi ini. Semua bertanya tentang kesehatan mentalmu. Kau tahu, Rockwood melayani klien-klien istimewa. Perusahaan ini sedang dalam kemajuan luar biasa. Bagaimana mungkin mereka percaya padamu kalau kelakuanmu tidak menunjukkan martabat yang seharusnya dimiliki seorang Rockwood?"

"Aku tidak menerima keluhan apa pun dari ayahku. Kalau ada orang yang boleh mengeluh atas kelakuanku, itu ayahku."

"Hah?!" Bahu Holy merosot. Dia memandangiku sebentar, lalu menggeleng putus asa. "Sampai kapan kau menjadikan ayahmu sebagai parameter? Kau sudah dewasa, Adam. Kau memiliki dunia yang sangat berbeda dengan ayahmu sekarang. Berhentilah menjadi bocah nakal yang kolokan."

Oke. Aku tersinggung. Sayangnya, aku tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk membantahnya. Aku tahu mungkin semalam sudah keterlaluan. Biasanya, aku mengundang sedikit teman saja untuk gila-gilaan. Semalam aku mengundang terlalu banyak. Mereka seperti lalat yang akan membawa terbang semua kebusukan yang dihinggapinya. Gosip menyebar seperti bau bangkai.

"Kau laki-laki hebat, Adam." Holy melembutkan suaranya. "Kau melakukan banyak hal yang menakjubkan. Bahkan lebih dari prestasi ayahmu. Bukan lebih yang begitu. Kau melakukan dengan benar. Ayahmu yang meletakkan pondasi kuat, memperbaiki semua kekurangan Rockwood selama ini dan kau meneruskan dengan sangat brilian. Tapi, kau harus tahu kalau kau juga adalah selebriti. Kau punya ratusan juta pengikut di media sosial. Semua perbuatanmu akan dinilai oleh orang lain. Aku tahu kau tidak peduli pada apa yang dipikirkan orang lain. Tapi, mereka peduli."

"Siapa?"

"Pengikutmu, Ass hole! Orang-orang yang ingin mengekor kesuksesanmu. Kau adalah bintang utara untuk jutaan orang lain, Adam. Kau adalah panutan. Bimbinglah orang lain pada hal yang baik-baik. Katakan pada mereka tentang kehebatanmu dengan jalan yang baik." Dia menggeletakkan tanlet di depanku. "Lihat bagaimana Thompson melakukan personal branding-nya? Dia sangat profesional. Aku sangat yakin kalau dia mempekerjakan seorang konsultan. Bahka Redford yang luar biasa tampan dan bajingan ini saja tidak bisa menyamai popularitasnya. Lihat, foto tangannya saja bisa menghasilkan jutaan dolar."

Holy mengetukkan jari berkuku cokelat tua di layar tablet, menunjuk foto tangan Steve yang memakai Rolex. Aku yakin, Rolex membayarnya sampai puluhan juta dolar hanya untuk foto itu. Jumlah orang yang menekan tombol hati di Instagramnya lebih dari sepuluh juta. Dia benar-benar mengagumkan. Gayanya yang selalu berkelas memang membuat orang berdecak kagum. Steve tidak pernah terlihat mabuk atau memiliki cela. Hanya aku yang tahu semua kebusukannya, sama dengan dia yang dengan rapat menyimpan semua kebusukan keluargaku.

"Aku juga bisa kalau cuma memakai Rolex." Tentu saja aku tidak mengizinkan diriku mengaku kalah dengan Steve di depan Holy, kan? "Apa kau ingat kalau aku menolak menjadi bintang iklan Jaguar?"

Holy berdecak sambil memutar mata. "Bukan menolak. Kau tidak suka dengan pemeran perempuan yang mereka siapkan. Benar-benar tidak profesional. Lihat seberapa mereka mendulang keuntungan dengan mempekerjakan orang lain! Kau bukan tak tergantikan, Mr. Rockwood. Posisimu saat ini bisa digantikan siapa saja. Ayahmu bisa saja kesal dan menggantimu dengan orang yang disukainya. Ayahmu masih memiliki kepemilikan dalam Rockwood Corp. Bayangkan, jadi apa kau kalau ayahmu ternyata meminta Drey Syailendra yang mengerjakan semua pekerjaanmu!"

Inilah yang kusuka dari Holy. Dia menunjukan kesalahanku, menghukumku lalu memberikanku petuah dengan lembut. Dia seperti ibuku. Aku sering membayangkan dia adalah saudara ibuku yang berkulit hitam.

Kuhela napas panjang. "Aku akan lebih berhati-hati nanti."

"Kuharap kau mengatakan kalau kau akan bertobat nanti," ucapnya sambil menggeleng putus asa.

"Kenapa aku harus bertobat kalau yang kulakukan membawaku ke surga."

"Venus benar. Kau memang butuh istri kejam yang bisa mencambukmu agar terus berjalan. Kau ini seperti keledai." Dia mengambil sebuah tablet dan menyalakan monitor besar di ruanganku. "Venus beberapa kali menelfonku minggu ini. Dia bertanya kepadaku apakah kau sudah memiliki seorang gadis yang benar-benar kau anggap sebagai pasangan."

Venus sialan!

"Apa yang kau katakan kepadanya?"

"Aku tidak ingin ikut campur pada kehidupan pribadimu yang menjijikan. Kukatakan kepadanya kalau lebih baik kau berenang telanjang ke Laut Artik dari pada menghabiskan dua hari dengan orang yang sama."

"Holy, aku mencintaimu," ucapku tulus yang disambut dengan suara berdecak jijik dari Holy.

Aku sudah pernah hampir menikah dengan seorang gadis yang kuanggap baik. Ternyata, dia mengkhianatiku. Bagaimana kalau aku terjebak dengan gadis pengkhianat lainnya? Kuhabiskan hari-hariku dengan monogami yang membosankan, sementara ia membuka kakinya untuk laki-laki lain? Tidak, terima kasih. Pernikahan bukan gayaku.

***

Related chapters

  • A Perfect Hollow   That Latin Girl

    "Lupakan soal kehidupan pribadimu. Sekarang, kau harus memikirkan kehidupan bisnis kita," ucapnya sambil menghubungkan tablet dengan monitor besar."Apa pun yang kau inginkan, Holy." Kusandarkan bahuku di kursi dengan santai."Kau tahu, kita punya reputasi yang buruk karena perilakumu. Jadi, yang akan kita lakukan sekarang adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat kepadamu."Aku memutar mata dengan bosan. "Memberikan bantuan kepada anak-anak di negara konflik? membantu membangun rumah roboh? Ikut berperang di negeri antah berantah? Menjadi Brad Pitt? Sebut saja!""Tidak seburuk itu. Kau hanya perlu menjadi mentor di Rockwood Apprentice.""Mentor? Kau pikir aku ini siapa? Setiap tahun selalu ada peserta magang. Kenapa harus aku yang menjadi mentor?" Holy pasti bercanda."Tapi sekarang berbeda, Adam. Ini akan menjadi reality show di RTN, perusahaan televisi Rockwood. Me

    Last Updated : 2021-04-06
  • A Perfect Hollow   Terrible

    "Apa sih maumu?!" Suara Holy mendesis ketika kami sampai di elevator. Aku tidak menoleh kepadanya. Bisa kubayangkan wajah murkanya. Itu sangat tidak enak dilihat. Sebanyak apa pun dia melakukan operasi plastik, amarah akan membuat wajahmu tidak enak dipandang. Ya, seperti holy sekarang.Lagipula, aku masih memikirkan gadis di ruang rapat tadi. Saat aku meninggalkan ruangan, dia melihatku, mengikuti mataku. Tatapannya bukan tatapan menggoda, tapi kecewa. Dia seperti anak yang tidak mendapatkan hadiah yang diinginkan. Besar sekali keinginan dalam diriku untuk berhenti dan menciumnya, memberikan apa pun yang diinginkannya.Apa mungkin dia menyesal atas apa yang terjadi semalam? Apa dia ternyata menginginkanku? Apa dia ingin kembali padaku?"Tugasmu memberikan sambutan untuk mereka, bukan membicarakan masalah pribadimu. 'Menjilat bokong'? Bokong siapa yang harus kujilat sampai harus menjadi sekretaris sialmu, Mr. Rockwoo

    Last Updated : 2021-04-06
  • A Perfect Hollow   Talented Girl

    "Ha!" Abe membentangkan tangannya dengan berlebihan. Senyumnya mengembang dengan suara menggelegar mengejutkan di depan pintuku. "Adam! Aku senang melihatmu masih hidup, Brother!"Aku mengangkat jari tengah--kedua jari tengahku--tinggi-tinggi untuknya."Aku dan Venus tidak akan heran kalau kau overdosis setelah pesta semalam," ucapnya lagi sambil terkekeh dan menepuk bahuku dengan keakraban keparatnyaApa dia pikir kalimatnya lucu? Imut? Menggemaskan?Apa dia tidak tahu kalau aku sedang berhadapan dengan Holy? Apa menurutnya omelan Holy dan istrinya masih kurang untukku?"Jangan tertawa, Abe. Yang mulia Adam Rockwood akan menghabisimu soal proyek untuk anak magang." Holy mendahuluiku. Tampangnya bukan untuk membelaku, tapi untuk mengejekku.Abe menaikkan alis. "Cattleya Aguilar?"Entah ada apa dengan nama itu. Ketika mendengarnya, tubuhku merinding. Seperti ada a

    Last Updated : 2021-04-06
  • A Perfect Hollow   Frontal

    Pikiranku sama sekali tidak berada di tempatnya ketika Abe menjelaskan tentang apa yang ingin dilakukannya pada Hausser. Aku hanya duduk diam dengan tangan menyanggah dagu dan mata tertutup, berlagak memusatkan pikiranku padanya. Inilah satu-satunya cara untuk menghindari Abe Black. Dia itu pintar sekali membaca mimik wajah. Dari gerakan mata saja dia tahu kapan orang berbohong. Kemampuan Abe memang masih berada di bawah kemampuan Steve Thompson yang memang setiap hari menghadapi penjahat dalam pekerjaannya. Tetap saja, aku tidak mau Abe tahu apa yang kupikirkan.Suara ketukan pintu yang hampir bersamaan dengan terbukanya pintu ruangan membuatku terlonjak. Gadis itu berdiri takut-takut di depan pintu dengan senyum yang dipaksakan. Dia tidak menatapku. Dia menatap lurus pada Abe seolah aku tidak ada di ruangan itu.Dan, kuharap tidak ada yang mendengar suara jantungku."Cattleya cantik, kau mengejutkan kami," ucap Abe dengan s

    Last Updated : 2021-04-06
  • A Perfect Hollow   Lobster Thermidor

    Adam Rockwood adalah seorang laki-laki penuh tekad. Sekali memegang prinsip, selamanya dia akan menggenggamnya. Sekalipun harus diseret keliling dunia dengan seekor kuda, ia akan tetap memperjuangkan apa yang dianggapnya benar.Aku adalah orang yang tahu benar apa yang kulakukan.Aku bisa menjadi sangat agresif untuk memperjuangkan keinginanku. Aku tidak pernah kalah. Aku menolak untuk kalah. Aku bisa bergulat dengan takdir dan aku akan memenangkannya. Takdir tidak punya kegigihan yang setara denganku.Inilah yang membuatku disebut Sang Pemangsa.Di mana saja, aku sangat mendominasi. Aku tidak suka ada orang lain yang menjadi pusat perhatian. Aku-lah superstar. Aku akan melakukan segala cara untuk melakukannya.Namun sekarang, semua itu seperti noda lengket di karpet. Tidak ada artinya selain kotoran.Pikiranku seperti keping puzzle yang berantakan.

    Last Updated : 2021-04-06
  • A Perfect Hollow   Invitation

    Oke. Baiklah. Kuakui kalau ini fase paling aneh di dalam hidupku. Sebenarnya, aku malu mengakuinya. Sungguh. Namun, fase ini penting sekali untuk kuceritakan, seharusnya malah harus kuulang-ulang sampai hafal benar setiap detailnya. Siapa tahu anak cucuku nanti bisa mendapatkan sesuatu dari pengalaman ini. Fase ini adalah awal dalam kejadian besar di dalam hidupku. Tidak. Aku tidak bohong atau membual. Aku juga tidak sedang mabuk. Lihat wajahku? Ya, aku tahu aku memang tampan. Maksudku, lihat wajahku yang normal ini. Tidak ada tanda-tanda kalau aku sedang teler, kan? Aku tidak menggunakan obat jenis apa pun seharian ini dan hanya minum sedikit martini pada makan siang tadi. Hanya sedikit, sumpah. Kuawali fase ini dengan mondar-mandir seperti vacum cleaner ke penjuru ruangan di penthouse-ku. Aku tidak bisa menceritakan dengan detail kepadamu tentang kegelisahan yang kurasakan, hanya saja, seperti ada beban berat

    Last Updated : 2021-05-24
  • A Perfect Hollow   Heredity

    Makan malam di rumah keluarga Black memang merupakan makan malam rutin. Sebagai saudara yang telah ditinggalkan kedua orangtua yang ingin hidup tenang di pedesaan, kami harus benar-benar akrab dan saling menjaga. Ini alasan Venus menginisiasi makan malam rutin sebulan sekali ini. Namun, acara yang seharusnya sakral ini jadi lebih seperti perkumpulan orang-orang yang ingin merisakku. Saudara-saudaraku yang jahat itu meledekku habis-habisan sampai rasanya aku ingin sekali membakar mereka. Bahan utama ledekan selalu saja tentang masa kecilku yang mereka anggap terlalu manja untuk ukuran Rockwood. Memangnya harusnya bagaimana? Apa aku harus dilempar ke hutan? Apa aku salah kalau masih menyusu pada ibuku hingga usia lima tahun? Aku masih kecil dan tidak punya pilihan selain menurut pada perempuan yang melahirkan dan mengasuhku itu. Tentu s

    Last Updated : 2021-05-26
  • A Perfect Hollow   Matchmaking

    Steve terbahak. Dia tertawa sampai matanya berair. Sebagai turunan keluarga tua yang menjunjung tinggi keningratan, dia tidak sering tertawa. Jika memang tawanya serius begini, berarti memang kondisiku menggelikan sekali. "Ayolah, Steve! Jangan jadi keparat begini. Tolong jangan rusak hari ulang tahunku, Pal." Tawanya yang sudah agak reda jadi makin keras lagi. Dia sampai memegangi perutnya. Begitu selesai tertawa, dia memberikan tanda dengan tangan seperti memintaku berhenti. Apa memangnya yang kulakukan? Aku hanya bertanya. Dia saja yang sinting. "Aku akan ke dalam," katanya bertepatan dengan datangnya Venus ke ruangan kami lagi. Steve menggeleng pada Venus. "Venny Sayang, sepertinya kau perlu menyadarkan adikmu kalau dia lucu sekali. Dia pantas menjadi komika." Venus melihatku dengan bingung setelah Steve melewatinya. "Ada apa? Kenapa dia pikir kau bisa melakukan stand up comedy? "Dia menertawakanku." Aku melotot

    Last Updated : 2021-05-26

Latest chapter

  • A Perfect Hollow   Spy

    Tentu saja Venus tidak mengizinkanku menyentuh Cattleya sama sekali. Menurutnya, Cattleya masih termasuk tamunya dan aku tidak boleh sama sekali menyentuh tamunya yang dalam keadaan mabuk. Dia meminta Daniel menggendong gadis itu ke kamar tamu. Kuharap Daniel keparat itu ingat pacarnya yang sedang mengandung anak mereka. Dari kilatan pada matanya itu terlihat betapa bejatnya pikirannya. Sebelum berbalik membawa Cattleya ke kamar saja dia masih sempat tersenyum licik padaku, memamerkan keberhasilannya. Aku sama sekali tidak memperhatikan Holy yang dengan bersemangat menceritakan betapa tololnya anak magang yang bernama Wales itu. Dia mencampur beberapa data dalam kotak kertas-kertas yang akan dihancurkan. Untung Saja Cattleya datang dan membaca lagi kertas-kertas itu. Dia langsung mencabut mesin penghancur kertas dan mulai memunguti bagian kertas yang sudah berada di dalam mesin. Holy mengatakan sesuatu tentang musibah dan kesengajaan, tapi aku tidak bisa menyim

  • A Perfect Hollow   Cute Kiss

    Aku melepaskan bibirnya setelah sadar kalau kelakuanku ini bisa menyeret kemaluanku ke pengadilan keluarga Volkov. "Maaf," kataku pelan, benar-benar minta maaf dan berharap dia tidak membuat hal ini menjadi masalah panjang di antara kami. Dia tidak melihatku. Dia sibuk mengelap bibir dan wajahnya sendiri. Sepertinya dia memang menghindari bertatapan denganku. Melihat gelagatnya yang seperti itu, aku curiga ini ciuman pertamanya. Dia memang tidak terlalu banyak membalasku tadi. Dia hanya membiarkan aku melakukan yang bisa kulakukan atas bibirnya. Dia tidak mencengkeram pakaianku atau menyentuh bagian tubuhku seperti gadis-gadis lain yang berciuman denganku. Dia juga memejam dengan erat sampai matanya berkerut, seolah dia menahan sesuatu di dalam dirinya. "Teleponnya?" tanyanya dengan suara parau, sama sekali tidak menatapku. "Di sana. Silakan," kataku menunjuk telepon di atas meja kerja yang memang sering digunakan oleh para tamu sebagai jalur am

  • A Perfect Hollow   Two Girls

    "Aku ... pulang saja. Maafkan aku." "Siapa bilang?" Abe yang pertama berdiri, kemudian Daniel. Dia menghampiri Cattleya dan mengulurkan tangan padanya. "Aku sudah mengatakan pada istriku akan memperkenalkanmu padanya. Istriku melihatmu di TV dan langsung menyukaimu. Kuharap kalian bisa menjadi teman. Ayolah, Miss Aguilar. Kami sudah menyiapkan tempat untukmu." Abe menunjuk meja makan yang sedang ditata untuk satu orang lagi di samping Venus, pada kursi kosong yang tadi ditempati Isabelle. Sebenarnya, tidak sopan memberikan kursi orang lain pada tamu yang baru datang. Namun, akan lebih tidak menyenangkan lagi kalau Cattleya harus duduk di bagian paling ujung dengan jarak dua bangku kosong antara dia dan Venus. Aku tidak menyapanya. Bukannya aku sengaja ingin berbuat jahat padanya. Aku hanya merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Aku datang ke tempat ini untuk melupakannya. Aku ingin melupakan obsesiku tentangnya. Bisa-bisanya sekarang aku mal

  • A Perfect Hollow   Russian Girl

    "Kami bertemu pada malam amal penggalangan dana untuk Rockwood Foundation. Venus dengan baik hati mengundang kedua orang tuaku untuk menghadiri malam amal itu. Kalian tahu, selama ini orang berpikir keluarga Volkov adalah keluarga yang buruk. Kami memiliki jaringan kejahatan yang dianggap kalangan atas New York sebagai biang keladi berbagai permasalahan di kota ini. Beberapa kali kulihat Mama ingin melihat kami berada dalam acara sosial atau acara lain seperti keluarga normal di New York ini. Tapi, yang mengundang kami hanyalah orang-orang dari kalangan kami sendiri. Mama sempat merasa rendah diri dan stres karena ini." Dia melihat Venus dengan mata berkaca-kaca, ekspresif sekali. "Aku tidak merasa melakukan hal yang istimewa. Aku mengundang orang tuamu karena mereka memang keluarga yang baik. Sekalipun pamanmu memiliki ... uhm ... jaringan apa kau bilang tadi? Yah, pokoknya itu. Aku tidak merasa kalian musuh kami. Jadi ... uhm ... kenapa tidak?" Venus tersenyum cang

  • A Perfect Hollow   Virgin Mary

    "Terima kasih, Mr. Black. Aku tidak minum." Nova tersenyum dan mengangguk pada Abe yang menawarkan anggur pada tamu-tamunya. "Tidak minum atau tidak bisa minum untuk saat ini, Miss Volkova?" Steve bertanya dengan suara yang lembut seperti yang sering digunakannya untuk menggaet perempuan. "Aku memang tidak pernah minum, Mr. Thompson. Aku ini peminum yang payah. Aku hanya minum seteguk anggur atau sampanye pada acara tertentu dan itu sudah membuat kepalaku sakit." "Biasanya keluarga Rusia sangat suka minum dalam berbagai acara," ucap Steve lagi setelah mengucapkan terima kasih pada Abe. "Sejak kecil ibuku melarangku minum. Katanya, aku harus belajar untuk tetap sadar. Minuman itu bisa membuatku ketagihan dan kehilangan kesadaran. Aku baru boleh minum saat berumur dua puluh satu. Ternyata, aku memang tidak bisa minum. Saat natal tahun kemarin, aku hanya minum satu teguk sampanye dan harus ke dokter untuk meminta obat penahan sakit." "Andai semua

  • A Perfect Hollow   Volkov

    "Aku tidak akan memilihkan gadis sembarangan, Adikku. Kamu harus tahu itu. Miss Volkova bukan gadis yang bisa kau lihat di diskotek atau tempat hiburan lainnya. Dia gadis baik dan memiliki dua gelar di belakang namanya. Penampilan dan catatan kriminalnya sama bagusnya. Dia tidak pernah melanggar aturan lalu lintas atau melakukan pencurian." "Tentu tidak, Ven," kata Steve tanpa melihatnya. Dengan senyum tipis mengembang, Steve berkata lagi, "Miss Volkova adalah anak dari pengusaha perkapalan dan senjata. Dia anak pertama dari dua bersaudara dengan selisih usia lima belas tahun. Kekayaannya tanpa perlu bekerja saja sudah mencapai dua pulu juta dolar yang didapat dari pembagian saham dan investasi yang dia lakukan sejak kecil pada beberapa perusahaan milik keluarganya yang lain. Dia tidak akan pernah punya catatan kriminal lalu lintas karena dia tidak pernah menyetir. Dia juga tidak akan mungkin mencuri sesuatu karena dia hanya perlu menyebutkan barang yang dia mau dan mendapat

  • A Perfect Hollow   Matchmaking

    Steve terbahak. Dia tertawa sampai matanya berair. Sebagai turunan keluarga tua yang menjunjung tinggi keningratan, dia tidak sering tertawa. Jika memang tawanya serius begini, berarti memang kondisiku menggelikan sekali. "Ayolah, Steve! Jangan jadi keparat begini. Tolong jangan rusak hari ulang tahunku, Pal." Tawanya yang sudah agak reda jadi makin keras lagi. Dia sampai memegangi perutnya. Begitu selesai tertawa, dia memberikan tanda dengan tangan seperti memintaku berhenti. Apa memangnya yang kulakukan? Aku hanya bertanya. Dia saja yang sinting. "Aku akan ke dalam," katanya bertepatan dengan datangnya Venus ke ruangan kami lagi. Steve menggeleng pada Venus. "Venny Sayang, sepertinya kau perlu menyadarkan adikmu kalau dia lucu sekali. Dia pantas menjadi komika." Venus melihatku dengan bingung setelah Steve melewatinya. "Ada apa? Kenapa dia pikir kau bisa melakukan stand up comedy? "Dia menertawakanku." Aku melotot

  • A Perfect Hollow   Heredity

    Makan malam di rumah keluarga Black memang merupakan makan malam rutin. Sebagai saudara yang telah ditinggalkan kedua orangtua yang ingin hidup tenang di pedesaan, kami harus benar-benar akrab dan saling menjaga. Ini alasan Venus menginisiasi makan malam rutin sebulan sekali ini. Namun, acara yang seharusnya sakral ini jadi lebih seperti perkumpulan orang-orang yang ingin merisakku. Saudara-saudaraku yang jahat itu meledekku habis-habisan sampai rasanya aku ingin sekali membakar mereka. Bahan utama ledekan selalu saja tentang masa kecilku yang mereka anggap terlalu manja untuk ukuran Rockwood. Memangnya harusnya bagaimana? Apa aku harus dilempar ke hutan? Apa aku salah kalau masih menyusu pada ibuku hingga usia lima tahun? Aku masih kecil dan tidak punya pilihan selain menurut pada perempuan yang melahirkan dan mengasuhku itu. Tentu s

  • A Perfect Hollow   Invitation

    Oke. Baiklah. Kuakui kalau ini fase paling aneh di dalam hidupku. Sebenarnya, aku malu mengakuinya. Sungguh. Namun, fase ini penting sekali untuk kuceritakan, seharusnya malah harus kuulang-ulang sampai hafal benar setiap detailnya. Siapa tahu anak cucuku nanti bisa mendapatkan sesuatu dari pengalaman ini. Fase ini adalah awal dalam kejadian besar di dalam hidupku. Tidak. Aku tidak bohong atau membual. Aku juga tidak sedang mabuk. Lihat wajahku? Ya, aku tahu aku memang tampan. Maksudku, lihat wajahku yang normal ini. Tidak ada tanda-tanda kalau aku sedang teler, kan? Aku tidak menggunakan obat jenis apa pun seharian ini dan hanya minum sedikit martini pada makan siang tadi. Hanya sedikit, sumpah. Kuawali fase ini dengan mondar-mandir seperti vacum cleaner ke penjuru ruangan di penthouse-ku. Aku tidak bisa menceritakan dengan detail kepadamu tentang kegelisahan yang kurasakan, hanya saja, seperti ada beban berat

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status