"Apa sih maumu?!" Suara Holy mendesis ketika kami sampai di elevator. Aku tidak menoleh kepadanya. Bisa kubayangkan wajah murkanya. Itu sangat tidak enak dilihat. Sebanyak apa pun dia melakukan operasi plastik, amarah akan membuat wajahmu tidak enak dipandang. Ya, seperti holy sekarang.
Lagipula, aku masih memikirkan gadis di ruang rapat tadi. Saat aku meninggalkan ruangan, dia melihatku, mengikuti mataku. Tatapannya bukan tatapan menggoda, tapi kecewa. Dia seperti anak yang tidak mendapatkan hadiah yang diinginkan. Besar sekali keinginan dalam diriku untuk berhenti dan menciumnya, memberikan apa pun yang diinginkannya.
Apa mungkin dia menyesal atas apa yang terjadi semalam? Apa dia ternyata menginginkanku? Apa dia ingin kembali padaku?
"Tugasmu memberikan sambutan untuk mereka, bukan membicarakan masalah pribadimu. 'Menjilat bokong'? Bokong siapa yang harus kujilat sampai harus menjadi sekretaris sialmu, Mr. Rockwood?" Holy masih melanjutkan makiannya.
Berani sumpah, ketika awal mengenalnya, Holy adalah gadis paling pendiam yang pernah kutemui. Dia memang terdengar sarkastis sejak dulu, tapi tidak pernah mengomel begini. Sekarang, dia meniru cara bicaraku, gayaku, dan semua yang kulakukan. Holy berlatih dengan sangat baik untuk menghadapiku.
"Mereka harus tahu kalau di sini bukan taman bermain," ucapku dengan nada malas.
Aduh, kenapa aku? Apa aku sudah kehilangan kemampuan verbal? Biasanya aku bisa mengeluarkan kalimat-kalimat yang meyakinkan. Biasanya aku tidak membiarkan Holy mengungguliku dalam berdebat. Apalagi sampai punya kata untuk menjawab ucapanku seperti ini.
"Kau yang harus menekankan sendiri kata-kata itu di kepalamu." Holy mengerucutkan bibirnya dengan kesal.
"Ini taman bermainku, Holy. Ini tempatku bermain-main dan menghasilkan banyak uang. Kau tahu itu."
Matanya menyipit, tubuhnya condong padaku dengan kemarahan yang lebih banyak dari sebelumnya. "Kenapa Zeus Rockwoon harus berhenti dari kepemimpinannya? Kenapa bukan Neptune Rockwood saja yang memimpin perusahaan ini?"
Aku mengangkat alis, terkejut. "Apa sih salahku?"
"Daru caramu menatap Cattleya Aguilar saja sudah menunjukkan kalau kau tidak akan mungkin bersikap profesional." Ada senyum sinis di wajah Holy sekarang. "Kau masih ingat prinsipmu? Jangan tambahkan pelecehan seksual di tempat kerja ke dalam daftar hitammu."
Kuharap aku tidak mendengarnya. Aku mengalihkan pandangan ke tempat lain, berharap Holy gegar otak tiba-tiba dan tidak menanyakan itu lagi.
Ingin sekali aku berteriak pada Holy, "hey, ada Superman!" atau "Holy, lihat, Spiderman merayap di jendela gedung kita. hebat, kan?"
Aku ingin melakukan apa saja agar Holy tidak ingat tentang peristiwa tadi. Tuhan, buat dia terbentur sampai amnesia. Bisa-bisa dia tidak berhenti mengomel sampai satu bulan.
Cari cara, Adam Rockwood! Cari cara untuk membuat Holy diam. Cari alasan yang tepat dan terlihat cerdas agar dia tidak mengaitkanmu pada Miss Aguilar.
"Kau mendengarku, Adam?" Suara Holy benar-benar menjengkelkan.
"Holy, ayolah! Aku hanya kesal pada Abe karena langsung memberinya proyek. Memangnya siapa perempuan itu?"
Holy menyipitkan matanya. Sial! Holy sudah benar-benar mempelajariku. Dia tahu apa yang kupikirkan.
"Di mana Abe sekarang?" tanyaku dengan nada kasar, berlagak marah sungguhan.
Aku tidak mahir dalam berbohong. Aku ini orang yang jujur dan memiliki integritas tinggi, lo. Tapi, aku laki-laki cerdas. Aku memiliki siasat untuk keluar dari cengkraman holy. Sebuah drama bisa mengalihkan perhatiannya.
Tangan Holy memeriksa posisi Abe di dalam tablet, tapi matanya tidak melepaskanku. Dia masih menatapku dengan curiga dan marah. "Aku akan memanggilnya," kata Holy dengan kemarahan yang masih membayangi wajahnya.
Holy mengetikkan nama Abraham Black dalam kolom pencarian. Tablet itu memperlihatkan posisi-posisi Abe sejak pagi tadi hingga saat ini.
Bingung dengan cara kerja gadget multimodern ini?
Ultra Sensor Badge. USB. Sebuah sensor yang ada di kartu pengenal setiap orang yang ada di gedung ini. Begitu masuk gerbang Rockwood Building, kau akan mendapatkan sebuah badge yang di dalamnya telah terpasang sensor seperti GPS yang menunjukkan di mana posisimu. Ada beberapa kelompok USB. Pengelompokan ini dibuat berdasarkan kepentingannya dalam gedung ini.
Dengan sensor itu kami bisa melacak siapa pun di mana pun di dalam gedung ini. Bahkan tamu sekalipun. Tidak ada yang bisa masuk gedung tanpa USB karena sensori itulah yang akan membuka semua pintu. Tidak semua pintu bisa dibuka oleh orang-orang yang tidak memiliki otoritas. Jadi, kalau kau memakai badge visitor, jangan harap bisa masuk ke ruang-ruang kantor yang tidak diizinkan untuk kau kunjungi. Jika kau hanya diminta menunggu di ruang tunggu lantai dasar, kau tidak akan bisa menggunakan lift atau membuka pintu mana pun selain toilet.
Hebat? Berterima kasihlah pada Robert Sands dan Ben Campbell yang telah membangun dan mengembangkan gedung ini. Saat gedung lain masih menggunakan lift kuno, gedung ini sudah dilengkapi peralatan ultramodern yang membuat banyak orang berdecak kagum.
Kekurangannya, alat ini membuat semua orang kehilangan privasi. Alat ini bisa melacak bahkan kalau kau melakukan seks dadakan di kamar mandi kantor. Panas tubuhmu akan terbaca dengan baik. Selain akan dikenai pasal mengenai pelecehan seksual, kau juga akan menjadi bahan tertawaan bagian keamanan. Jadi, hati-hati saat memasuki Rockwood Building.
Sistem ini menyelamatkan banyak hal, mempermudah pengawasan dan memperketat keamanan. Siapa pun yang mencoba menerobos keamanan Rockwood akan berakhir mengerikan. Kau ingin mencoba? Jangan! Kau bisa berakhir mengerikan nanti.
Sudah kubilang, kan, kami yang terbaik?
Eh? Tidak. Ini bukan berarti tidak ada kejahatan di Rockwood Tower. Sahabat terbaikku pernah melakukan hal buruk yang bisa membuatnya duduk di kursi listrik jika aku sampai buka mulut.
"Di lantaimu. Dia sepertinya akan ke ruanganmu." Holy menatapku tajam.
"Bagus kalau begitu." Suaraku terdengar mantap. Padahal aku sangat gugup.
Isi kepalaku sedang berputar mencari cara agar Cattleya tidak bekerja di sini. Aku ingin gadis itu dikeluarkan agar aku bisa menidurinya, agar aku bisa memuaskan hasrat gilaku semalam atau ... yah, sekadar membalas perbuatannya.
Membayangkan yang seperti ini saja sudah membuat lelaki di dalam celanaku berkedut. Sumpah, aku gemas sekali pada gadis itu.
***
"Ha!" Abe membentangkan tangannya dengan berlebihan. Senyumnya mengembang dengan suara menggelegar mengejutkan di depan pintuku. "Adam! Aku senang melihatmu masih hidup, Brother!"Aku mengangkat jari tengah--kedua jari tengahku--tinggi-tinggi untuknya."Aku dan Venus tidak akan heran kalau kau overdosis setelah pesta semalam," ucapnya lagi sambil terkekeh dan menepuk bahuku dengan keakraban keparatnyaApa dia pikir kalimatnya lucu? Imut? Menggemaskan?Apa dia tidak tahu kalau aku sedang berhadapan dengan Holy? Apa menurutnya omelan Holy dan istrinya masih kurang untukku?"Jangan tertawa, Abe. Yang mulia Adam Rockwood akan menghabisimu soal proyek untuk anak magang." Holy mendahuluiku. Tampangnya bukan untuk membelaku, tapi untuk mengejekku.Abe menaikkan alis. "Cattleya Aguilar?"Entah ada apa dengan nama itu. Ketika mendengarnya, tubuhku merinding. Seperti ada a
Pikiranku sama sekali tidak berada di tempatnya ketika Abe menjelaskan tentang apa yang ingin dilakukannya pada Hausser. Aku hanya duduk diam dengan tangan menyanggah dagu dan mata tertutup, berlagak memusatkan pikiranku padanya. Inilah satu-satunya cara untuk menghindari Abe Black. Dia itu pintar sekali membaca mimik wajah. Dari gerakan mata saja dia tahu kapan orang berbohong. Kemampuan Abe memang masih berada di bawah kemampuan Steve Thompson yang memang setiap hari menghadapi penjahat dalam pekerjaannya. Tetap saja, aku tidak mau Abe tahu apa yang kupikirkan.Suara ketukan pintu yang hampir bersamaan dengan terbukanya pintu ruangan membuatku terlonjak. Gadis itu berdiri takut-takut di depan pintu dengan senyum yang dipaksakan. Dia tidak menatapku. Dia menatap lurus pada Abe seolah aku tidak ada di ruangan itu.Dan, kuharap tidak ada yang mendengar suara jantungku."Cattleya cantik, kau mengejutkan kami," ucap Abe dengan s
Adam Rockwood adalah seorang laki-laki penuh tekad. Sekali memegang prinsip, selamanya dia akan menggenggamnya. Sekalipun harus diseret keliling dunia dengan seekor kuda, ia akan tetap memperjuangkan apa yang dianggapnya benar.Aku adalah orang yang tahu benar apa yang kulakukan.Aku bisa menjadi sangat agresif untuk memperjuangkan keinginanku. Aku tidak pernah kalah. Aku menolak untuk kalah. Aku bisa bergulat dengan takdir dan aku akan memenangkannya. Takdir tidak punya kegigihan yang setara denganku.Inilah yang membuatku disebut Sang Pemangsa.Di mana saja, aku sangat mendominasi. Aku tidak suka ada orang lain yang menjadi pusat perhatian. Aku-lah superstar. Aku akan melakukan segala cara untuk melakukannya.Namun sekarang, semua itu seperti noda lengket di karpet. Tidak ada artinya selain kotoran.Pikiranku seperti keping puzzle yang berantakan.
Oke. Baiklah. Kuakui kalau ini fase paling aneh di dalam hidupku. Sebenarnya, aku malu mengakuinya. Sungguh. Namun, fase ini penting sekali untuk kuceritakan, seharusnya malah harus kuulang-ulang sampai hafal benar setiap detailnya. Siapa tahu anak cucuku nanti bisa mendapatkan sesuatu dari pengalaman ini. Fase ini adalah awal dalam kejadian besar di dalam hidupku. Tidak. Aku tidak bohong atau membual. Aku juga tidak sedang mabuk. Lihat wajahku? Ya, aku tahu aku memang tampan. Maksudku, lihat wajahku yang normal ini. Tidak ada tanda-tanda kalau aku sedang teler, kan? Aku tidak menggunakan obat jenis apa pun seharian ini dan hanya minum sedikit martini pada makan siang tadi. Hanya sedikit, sumpah. Kuawali fase ini dengan mondar-mandir seperti vacum cleaner ke penjuru ruangan di penthouse-ku. Aku tidak bisa menceritakan dengan detail kepadamu tentang kegelisahan yang kurasakan, hanya saja, seperti ada beban berat
Makan malam di rumah keluarga Black memang merupakan makan malam rutin. Sebagai saudara yang telah ditinggalkan kedua orangtua yang ingin hidup tenang di pedesaan, kami harus benar-benar akrab dan saling menjaga. Ini alasan Venus menginisiasi makan malam rutin sebulan sekali ini. Namun, acara yang seharusnya sakral ini jadi lebih seperti perkumpulan orang-orang yang ingin merisakku. Saudara-saudaraku yang jahat itu meledekku habis-habisan sampai rasanya aku ingin sekali membakar mereka. Bahan utama ledekan selalu saja tentang masa kecilku yang mereka anggap terlalu manja untuk ukuran Rockwood. Memangnya harusnya bagaimana? Apa aku harus dilempar ke hutan? Apa aku salah kalau masih menyusu pada ibuku hingga usia lima tahun? Aku masih kecil dan tidak punya pilihan selain menurut pada perempuan yang melahirkan dan mengasuhku itu. Tentu s
Steve terbahak. Dia tertawa sampai matanya berair. Sebagai turunan keluarga tua yang menjunjung tinggi keningratan, dia tidak sering tertawa. Jika memang tawanya serius begini, berarti memang kondisiku menggelikan sekali. "Ayolah, Steve! Jangan jadi keparat begini. Tolong jangan rusak hari ulang tahunku, Pal." Tawanya yang sudah agak reda jadi makin keras lagi. Dia sampai memegangi perutnya. Begitu selesai tertawa, dia memberikan tanda dengan tangan seperti memintaku berhenti. Apa memangnya yang kulakukan? Aku hanya bertanya. Dia saja yang sinting. "Aku akan ke dalam," katanya bertepatan dengan datangnya Venus ke ruangan kami lagi. Steve menggeleng pada Venus. "Venny Sayang, sepertinya kau perlu menyadarkan adikmu kalau dia lucu sekali. Dia pantas menjadi komika." Venus melihatku dengan bingung setelah Steve melewatinya. "Ada apa? Kenapa dia pikir kau bisa melakukan stand up comedy? "Dia menertawakanku." Aku melotot
"Aku tidak akan memilihkan gadis sembarangan, Adikku. Kamu harus tahu itu. Miss Volkova bukan gadis yang bisa kau lihat di diskotek atau tempat hiburan lainnya. Dia gadis baik dan memiliki dua gelar di belakang namanya. Penampilan dan catatan kriminalnya sama bagusnya. Dia tidak pernah melanggar aturan lalu lintas atau melakukan pencurian." "Tentu tidak, Ven," kata Steve tanpa melihatnya. Dengan senyum tipis mengembang, Steve berkata lagi, "Miss Volkova adalah anak dari pengusaha perkapalan dan senjata. Dia anak pertama dari dua bersaudara dengan selisih usia lima belas tahun. Kekayaannya tanpa perlu bekerja saja sudah mencapai dua pulu juta dolar yang didapat dari pembagian saham dan investasi yang dia lakukan sejak kecil pada beberapa perusahaan milik keluarganya yang lain. Dia tidak akan pernah punya catatan kriminal lalu lintas karena dia tidak pernah menyetir. Dia juga tidak akan mungkin mencuri sesuatu karena dia hanya perlu menyebutkan barang yang dia mau dan mendapat
"Terima kasih, Mr. Black. Aku tidak minum." Nova tersenyum dan mengangguk pada Abe yang menawarkan anggur pada tamu-tamunya. "Tidak minum atau tidak bisa minum untuk saat ini, Miss Volkova?" Steve bertanya dengan suara yang lembut seperti yang sering digunakannya untuk menggaet perempuan. "Aku memang tidak pernah minum, Mr. Thompson. Aku ini peminum yang payah. Aku hanya minum seteguk anggur atau sampanye pada acara tertentu dan itu sudah membuat kepalaku sakit." "Biasanya keluarga Rusia sangat suka minum dalam berbagai acara," ucap Steve lagi setelah mengucapkan terima kasih pada Abe. "Sejak kecil ibuku melarangku minum. Katanya, aku harus belajar untuk tetap sadar. Minuman itu bisa membuatku ketagihan dan kehilangan kesadaran. Aku baru boleh minum saat berumur dua puluh satu. Ternyata, aku memang tidak bisa minum. Saat natal tahun kemarin, aku hanya minum satu teguk sampanye dan harus ke dokter untuk meminta obat penahan sakit." "Andai semua
Tentu saja Venus tidak mengizinkanku menyentuh Cattleya sama sekali. Menurutnya, Cattleya masih termasuk tamunya dan aku tidak boleh sama sekali menyentuh tamunya yang dalam keadaan mabuk. Dia meminta Daniel menggendong gadis itu ke kamar tamu. Kuharap Daniel keparat itu ingat pacarnya yang sedang mengandung anak mereka. Dari kilatan pada matanya itu terlihat betapa bejatnya pikirannya. Sebelum berbalik membawa Cattleya ke kamar saja dia masih sempat tersenyum licik padaku, memamerkan keberhasilannya. Aku sama sekali tidak memperhatikan Holy yang dengan bersemangat menceritakan betapa tololnya anak magang yang bernama Wales itu. Dia mencampur beberapa data dalam kotak kertas-kertas yang akan dihancurkan. Untung Saja Cattleya datang dan membaca lagi kertas-kertas itu. Dia langsung mencabut mesin penghancur kertas dan mulai memunguti bagian kertas yang sudah berada di dalam mesin. Holy mengatakan sesuatu tentang musibah dan kesengajaan, tapi aku tidak bisa menyim
Aku melepaskan bibirnya setelah sadar kalau kelakuanku ini bisa menyeret kemaluanku ke pengadilan keluarga Volkov. "Maaf," kataku pelan, benar-benar minta maaf dan berharap dia tidak membuat hal ini menjadi masalah panjang di antara kami. Dia tidak melihatku. Dia sibuk mengelap bibir dan wajahnya sendiri. Sepertinya dia memang menghindari bertatapan denganku. Melihat gelagatnya yang seperti itu, aku curiga ini ciuman pertamanya. Dia memang tidak terlalu banyak membalasku tadi. Dia hanya membiarkan aku melakukan yang bisa kulakukan atas bibirnya. Dia tidak mencengkeram pakaianku atau menyentuh bagian tubuhku seperti gadis-gadis lain yang berciuman denganku. Dia juga memejam dengan erat sampai matanya berkerut, seolah dia menahan sesuatu di dalam dirinya. "Teleponnya?" tanyanya dengan suara parau, sama sekali tidak menatapku. "Di sana. Silakan," kataku menunjuk telepon di atas meja kerja yang memang sering digunakan oleh para tamu sebagai jalur am
"Aku ... pulang saja. Maafkan aku." "Siapa bilang?" Abe yang pertama berdiri, kemudian Daniel. Dia menghampiri Cattleya dan mengulurkan tangan padanya. "Aku sudah mengatakan pada istriku akan memperkenalkanmu padanya. Istriku melihatmu di TV dan langsung menyukaimu. Kuharap kalian bisa menjadi teman. Ayolah, Miss Aguilar. Kami sudah menyiapkan tempat untukmu." Abe menunjuk meja makan yang sedang ditata untuk satu orang lagi di samping Venus, pada kursi kosong yang tadi ditempati Isabelle. Sebenarnya, tidak sopan memberikan kursi orang lain pada tamu yang baru datang. Namun, akan lebih tidak menyenangkan lagi kalau Cattleya harus duduk di bagian paling ujung dengan jarak dua bangku kosong antara dia dan Venus. Aku tidak menyapanya. Bukannya aku sengaja ingin berbuat jahat padanya. Aku hanya merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Aku datang ke tempat ini untuk melupakannya. Aku ingin melupakan obsesiku tentangnya. Bisa-bisanya sekarang aku mal
"Kami bertemu pada malam amal penggalangan dana untuk Rockwood Foundation. Venus dengan baik hati mengundang kedua orang tuaku untuk menghadiri malam amal itu. Kalian tahu, selama ini orang berpikir keluarga Volkov adalah keluarga yang buruk. Kami memiliki jaringan kejahatan yang dianggap kalangan atas New York sebagai biang keladi berbagai permasalahan di kota ini. Beberapa kali kulihat Mama ingin melihat kami berada dalam acara sosial atau acara lain seperti keluarga normal di New York ini. Tapi, yang mengundang kami hanyalah orang-orang dari kalangan kami sendiri. Mama sempat merasa rendah diri dan stres karena ini." Dia melihat Venus dengan mata berkaca-kaca, ekspresif sekali. "Aku tidak merasa melakukan hal yang istimewa. Aku mengundang orang tuamu karena mereka memang keluarga yang baik. Sekalipun pamanmu memiliki ... uhm ... jaringan apa kau bilang tadi? Yah, pokoknya itu. Aku tidak merasa kalian musuh kami. Jadi ... uhm ... kenapa tidak?" Venus tersenyum cang
"Terima kasih, Mr. Black. Aku tidak minum." Nova tersenyum dan mengangguk pada Abe yang menawarkan anggur pada tamu-tamunya. "Tidak minum atau tidak bisa minum untuk saat ini, Miss Volkova?" Steve bertanya dengan suara yang lembut seperti yang sering digunakannya untuk menggaet perempuan. "Aku memang tidak pernah minum, Mr. Thompson. Aku ini peminum yang payah. Aku hanya minum seteguk anggur atau sampanye pada acara tertentu dan itu sudah membuat kepalaku sakit." "Biasanya keluarga Rusia sangat suka minum dalam berbagai acara," ucap Steve lagi setelah mengucapkan terima kasih pada Abe. "Sejak kecil ibuku melarangku minum. Katanya, aku harus belajar untuk tetap sadar. Minuman itu bisa membuatku ketagihan dan kehilangan kesadaran. Aku baru boleh minum saat berumur dua puluh satu. Ternyata, aku memang tidak bisa minum. Saat natal tahun kemarin, aku hanya minum satu teguk sampanye dan harus ke dokter untuk meminta obat penahan sakit." "Andai semua
"Aku tidak akan memilihkan gadis sembarangan, Adikku. Kamu harus tahu itu. Miss Volkova bukan gadis yang bisa kau lihat di diskotek atau tempat hiburan lainnya. Dia gadis baik dan memiliki dua gelar di belakang namanya. Penampilan dan catatan kriminalnya sama bagusnya. Dia tidak pernah melanggar aturan lalu lintas atau melakukan pencurian." "Tentu tidak, Ven," kata Steve tanpa melihatnya. Dengan senyum tipis mengembang, Steve berkata lagi, "Miss Volkova adalah anak dari pengusaha perkapalan dan senjata. Dia anak pertama dari dua bersaudara dengan selisih usia lima belas tahun. Kekayaannya tanpa perlu bekerja saja sudah mencapai dua pulu juta dolar yang didapat dari pembagian saham dan investasi yang dia lakukan sejak kecil pada beberapa perusahaan milik keluarganya yang lain. Dia tidak akan pernah punya catatan kriminal lalu lintas karena dia tidak pernah menyetir. Dia juga tidak akan mungkin mencuri sesuatu karena dia hanya perlu menyebutkan barang yang dia mau dan mendapat
Steve terbahak. Dia tertawa sampai matanya berair. Sebagai turunan keluarga tua yang menjunjung tinggi keningratan, dia tidak sering tertawa. Jika memang tawanya serius begini, berarti memang kondisiku menggelikan sekali. "Ayolah, Steve! Jangan jadi keparat begini. Tolong jangan rusak hari ulang tahunku, Pal." Tawanya yang sudah agak reda jadi makin keras lagi. Dia sampai memegangi perutnya. Begitu selesai tertawa, dia memberikan tanda dengan tangan seperti memintaku berhenti. Apa memangnya yang kulakukan? Aku hanya bertanya. Dia saja yang sinting. "Aku akan ke dalam," katanya bertepatan dengan datangnya Venus ke ruangan kami lagi. Steve menggeleng pada Venus. "Venny Sayang, sepertinya kau perlu menyadarkan adikmu kalau dia lucu sekali. Dia pantas menjadi komika." Venus melihatku dengan bingung setelah Steve melewatinya. "Ada apa? Kenapa dia pikir kau bisa melakukan stand up comedy? "Dia menertawakanku." Aku melotot
Makan malam di rumah keluarga Black memang merupakan makan malam rutin. Sebagai saudara yang telah ditinggalkan kedua orangtua yang ingin hidup tenang di pedesaan, kami harus benar-benar akrab dan saling menjaga. Ini alasan Venus menginisiasi makan malam rutin sebulan sekali ini. Namun, acara yang seharusnya sakral ini jadi lebih seperti perkumpulan orang-orang yang ingin merisakku. Saudara-saudaraku yang jahat itu meledekku habis-habisan sampai rasanya aku ingin sekali membakar mereka. Bahan utama ledekan selalu saja tentang masa kecilku yang mereka anggap terlalu manja untuk ukuran Rockwood. Memangnya harusnya bagaimana? Apa aku harus dilempar ke hutan? Apa aku salah kalau masih menyusu pada ibuku hingga usia lima tahun? Aku masih kecil dan tidak punya pilihan selain menurut pada perempuan yang melahirkan dan mengasuhku itu. Tentu s
Oke. Baiklah. Kuakui kalau ini fase paling aneh di dalam hidupku. Sebenarnya, aku malu mengakuinya. Sungguh. Namun, fase ini penting sekali untuk kuceritakan, seharusnya malah harus kuulang-ulang sampai hafal benar setiap detailnya. Siapa tahu anak cucuku nanti bisa mendapatkan sesuatu dari pengalaman ini. Fase ini adalah awal dalam kejadian besar di dalam hidupku. Tidak. Aku tidak bohong atau membual. Aku juga tidak sedang mabuk. Lihat wajahku? Ya, aku tahu aku memang tampan. Maksudku, lihat wajahku yang normal ini. Tidak ada tanda-tanda kalau aku sedang teler, kan? Aku tidak menggunakan obat jenis apa pun seharian ini dan hanya minum sedikit martini pada makan siang tadi. Hanya sedikit, sumpah. Kuawali fase ini dengan mondar-mandir seperti vacum cleaner ke penjuru ruangan di penthouse-ku. Aku tidak bisa menceritakan dengan detail kepadamu tentang kegelisahan yang kurasakan, hanya saja, seperti ada beban berat