Beranda / Romansa / A Perfect Hollow / Billionaire Morning

Share

Billionaire Morning

Penulis: Honey Dee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Alarm mengejutkanku, membuat sarafku terjaga dengan serentak. Tubuhku gemetar. Dengan susah payah kutelah ludah untuk membasahi tenggorokan yang kering. Kuraba meja di samping tempat tidur untuk menghentikan bunyi 'beep' sialan itu. Rencananya, aku ingin tidur lagi. Aroma bersih seprai dan lembutnya kain selimut membuatku ingin berada di tempat tidur lebih lama. Setelah keluhan panjang, aku siap untuk kembali terlelap. Toh, dunia bisa menyusulku.

Ponselku bergetar. Getarannya cukup kuat untuk membuat bunyi dengan kayu meja. Aku mengeluh keras-keras, memaki siapa saja yang berani meneleponku pagi ini. Apa aku tidak bisa menikmati satu hari saja dengan bermalas-malasan?

Dengan sangat terpaksa, aku duduk. Layar ponsel itu membuatku mengurungkan niat membanting ponsel ke lantai. Itu bukan telepon masuk. Itu alarm rapat yang dikirim Holy. Pagi ini aku harus ke Rockwood Building. ASTAGA!

Kusandarkan kepala ke dinding sambil menonton layar ponsel yang terus berkedip. Aku sama sekali tidak berniat untuk bergerak. Kepalaku masih terasa berat. Mataku seperti lengket di kedua sisinya. Seluruh tubuhku terasa lemas. Hangover. Sensasi yang akrab, akan hilang dengan kopi dan beberapa butir pain killer.

Aku juga mengambil beberapa suntikan untuk menyuntik diri sendiri dengan penisilin. Dokterku memberikan ampul-ampul obat dengan dosis yang tepat. Yang perlu kulakukan adalah membaca keterangan pada tiap kotaknya, memasang turniket dan mencari pembuluh darahku sendiri. Jauh lebih mudah daripada mencari pasangan dasi yang pas untuk kupakai.

Sekalipun menggunakan kondom, siapa yang bisa menjamin salah satu perempuan itu benar-benar bersih dari parasit?

Venus selalu menyebut tentang hukuman Tuhan untuk gaya hidupku. Ah, dunia kedokteran sudah semakin canggih. Mereka pasti punya penangkal untuk hukuman apapun dan aku jelas punya uang yang cukup untuk membayar penangkal yang mereka jual. Lalu, apa lagi yang perlu ditakutkan?

Beberapa orang terlihat mondar-mandir membersihkan bekas pesta. Mereka membangunkan orang-orang yang masih tertidur pulas. Beberapa di antara mereka telanjang dan bertumpang tindih.

Mereka sudah hapal kondisi setelah pesta. botol minuman keras, pipa-pipa bong, sisa-sisa lintingan ganja, bekas muntahan, kondom bekas, dan barang-barang menjijikan lain akan terlihat berserakan. Mereka akan melakukan proses sterilisasi seharian penuh. Selama itu pula aku tidak akan menginjakan kakiku di sini.

Aku tidak suka kekacauan. Aku terlahir dari keluarga beradab dan bersih. Aku hanya menggunakan narkoba secukupnya tidak seperti anak bungsu Syailendra itu. Yah, hanya untuk menikmati sensasi berada di dunia yang tidak biasa.

Aku bukan mereka yang mengemis dan mengiba untuk mendapatkan kepuasan, aku masih waras untuk tidak membiarkan otakku rusak. Aku membutuhkan kecerdasan untuk menjalankan bisnis ini. Lagipula, hidup seperti pecandu bukanlah rencanaku. Ayahku sering mengatakan kalau menjadi Rockwood itu mudah. Aku hanya perlu lahir dari sperma seorang Rockwood. Tapi, mempertahankan kehormatan nama Rockwood bukanlah hal yang mudah. Dan, aku bukan orang tolol yang mau merusaknya.

"Selamat pagi, Mr. Rockwood!" sapa laki-laki tua dengan nada tegas dan datar. Kau pasti ingin membanting apa saja mendengar nada bicara itu. Aku sudah terbiasa. Dia akan berbicara dengan nada seperti itu pada siapapun. Dia memang diseting seperti itu.

Itu Morrigan, kepala pelayan Rockwood Mansion. Ibuku begitu memperhatikan kami. Ia memilihkan kepala pelayan terbaik untuk mengurusi anak-anaknya. Kecuali Neptune yang memilih tinggal di tenda darurat atau laboratorium penelitian.

Ibuku tahu kalau aku tidak akan bisa merawat rumah yang menjadi warisan turun temurun keluarga Rockwood. Venus yang lebih suka rumah bergaya modern menolak tinggal di mansion ini. Jadi, akulah yang mewarisinya. Tradisi ini sudah sepaket dengan nama yang kusandang.

Tolong, jangan suruh aku menceritakan bagaimana kondisi Rockwood Mansion. Sepuluh kali lipat harga rumahmu tidak akan cukup untuk membayar pajak rumah besar bergaya kuno ini. Eh, ya. Itu menurutku. Kuno, bergaya, dan mahal. Semua barang di rumah ini seolah tercipta untuk membuat orang terkagum-kagum. Aku sendiri kadang berpikir bagaimana cara nenek moyangku menciptakan barang-barang yang bisa bertahan ratusan tahun ini?

"Selamat pagi, Morrigan," jawabku setelah berdeham.

"Pesta yang berisik semalam, Sir."

Jangan terkejut! Inilah cara Morrigan yang baik menyebutkan pestaku. Berisik itu artinya liar dan mengerikan. Memangnya ada pesta yang tenang?

Morrigan menengok dengan malas ke arah luar rumah. "Beberapa paparazi menunggu di depan pagar. Saya sarankan agar Anda menggunakan mobil tertutup."

"Aku baik-baik saja," ucapku ringan sambil merapikan dasi dan setelanku. Semoga dia tahu kalau aku memang tidak peduli.

Morrigan menghela nafas. Bukan helaan napas lega yang membuat hati tenang. Helaan napas Morrigan penuh kekesalan. Sungguh, kalau kau melihatnya, pasti akan langsung ingin menembaknya dengan senapan mesin. Semua yang ada pada Morrigan ini terlihat satir. Semua tindak-tanduknya akan membuat siapapun merasa tersinggung. Kalau bukan karena dibesarkan olehnya, mungkin aku juga akan mencari pisau dan menusuknya berulang-ulang.

Aku tidak pernah menurutinya. Sama seperti aku tidak akan menuruti siapapun. Walaupun dia mengatakan kalau hari ini akan badai salju, kalau aku memang ingin berjalan telanjang, aku akan melakukannya. Perkara hipotermia, bisa kupikirkan nanti.

"Pikirkan lagi, Sir!" Morigan mengikutiku. "Mereka bisa melahapmu sampai habis."

Aku tertawa dan berpaling padanya. "Morrigan, Kau tahu bagaimana caranya tikus memangsa singa?" Aku menaikkan alis, menunggu Morrigan menjawab pertanyaanku. Laki-laki itu hanya diam seperti patung, terlihat jelas tidak ingin menjawab pertanyaan apapun. "Tidak bisa. Jelas tidak bisa, Morrigan. Mereka bisa melakukan apa saja. Mereka tidak akan menyentuhku."

Morrigan menatapku dengan wajah tanpa ekspresi. Perlahan, bibirnya mengerucut menjadi tipis sekali. Dia tidak mengatakan apapun lagi selain menunduk dengan hormat, lalu melipat tangannya ke belakang. Sikap kakunya itu selalu ditunjukkan untuk mempertahankan diri. Dia tahu tidak akan bisa berdebat denganku. Dia mengalah, bukan menyerah. Sikap yang mem buatku sangat kesal. Kau tahu, dia hanya begini kepadaku. Dia bisa berdebat seharian dengan Mom atau Dad atau Venus. Dia pernah bertengkar dengan Neptune hingga Neptune meminta maaf padanya. Tapi, dia tidak pernah mau berdebat denganku. Kuartikan ini sebagai kepatuhan, tapi kenapa aku malah lebih sering merasa tersinggung?

"Sir," panggil Morrigan lagi. Aku menoleh. Ternyata Morrigan malah menghela napas panjang. "Hati-hati," ucapnya tegas.

Aku mengangkat alis. Hanya itu?

Apa yang dipikirkannya? Bukankah sudah biasa paparazzi membuat tenda di depan rumah ini? Mereka akan memotret apa saja yang kulemparkan dari dalam rumah. Lucu! Bukankah keren melihat paparazi mengejarku seperti anjing pejantan siap kawin yang melihat betinanya lewat? Mereka begitu lapar dan berbahaya. Terkadang mereka bertindak brutal dan impulsif.

Mereka membuatku merasa hebat.

Lihat saja nanti, mereka akan memotret gadis-gadis yang dipulangkan dengan paksa oleh kru Morrigan. Mereka rela membayar berapa saja untuk bisa mengintip sisa-sisa pesta. Astaga, betapa menyenangkannya melihat semua itu. Kalaupun aku membuang kotoran di jalan, mereka akan memotretnya. Mereka kecanduan apa saja tentangku.

Lihat bagaimana ramainya lampu kamera saat aku melewati mereka. Pasti mereka berharap melihat wajahku yang pucat karena hangover. Pasti mereka terkejut melihatku berpenampilan rapi seperti ini. Asal tahu saja, lelaki sejati tahu batasan nakal yang dilakukannya agar tidak merusak reputasi. Ini yang membedakan kasta laki-laki.

Ponselku berbunyi. Aku meletakkan ponsel di phone holder, menjawab panggilan tanpa melihat penelepon, dan berteriak ceria, "halo!"

"KAU PIKIR APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN?!"

Venus? SHIT! Kukira Abe yang meneleponku.

Dengan panik aku memeriksa layar ponsel. Nama dan fotonya tertera dengan sangat manis di ponsel. Aku menelan ludah.

"Hai, Ven!"

"Kau masih berani menyebut namaku?" Venus mendesis. Aku bisa membayangkan matanya menyipit penuh ancaman. "Adik sialan sepertimu tidak pantas menyebut namaku."

"Apa? Apa yang kau katakan? Ven, aku dalam perjalanan ke kantor. Aku tidak bisa mendengarmu. Sinyal sialan ini akan memutuskan panggilan."

"KALAU KAU BERANI MEMUTUSKAN TELEPON INI, AKU AKAN ..."

Terlambat. Aku sudah mematikan telepon. Aku belum sarapan pagi ini. Jadi, aku tidak mau sarapan omelan Venus. Tidak sama sekali. Apalagi, pagi ini langit sangat cerah dan angin bertiup dengan sangat bagus. Aku yakin ini adlaah hari baikku. Hari pertama setelah pesta ulang tahun selalu menjadi hari baikku. Tidak pantas dikotori dengan omelan Venus.

Lihat saja, jalanan dipenuhi gadis-gadis cantik yang menatapku. Di kening mereka seolah tertulis 'pilih aku'. Sebelum memilih salah satu dari mereka, sebaiknya aku menghadiri rapat ini dulu. Laki-laki harus melakukan sesuatu untuk mengasah dirinya, sesuatu untuk membuatnya tetap terlihat tajam dan berkelas. Kalau kau sebut itu sebagai pekerjaan, boleh, kan kalau kusebut dengan permainan?

Aku tersenyum pada gadis yang menatapku saat menyeberang jalan. Wajahnya sangat lugu dan menggoda. Sepertinya dia masih usia SMA. Jelas, bukan seleraku. Aku tidak tergoda untuk menjadi lolita complex. Tapi, kalau dia masih ngotot, aku bersedia menunggunya beberapa tahun lagi.

Jangan mengumpat begitu!

Semua orang menginginkanku. Kau juga, kan?

***

Bab terkait

  • A Perfect Hollow   Undisputed Man

    "Shit!" Aku mendesis ketika kopi panas menyengat luka di bibirku. Luka dari gadis latin sial semalam. Luka dari gadis yang muncul lalu pergi seenaknya.Gadis tolol yang seharusnya tidak kulihat semalam. Gadis itu mungkin lesbian atau apa. Kalau normal, mana mungkin dia menolakku?Aku tidak menyombong. Tanya saja pada semua perempuan yang ada di New York. Siapa yang tidak menginginkanku? Aku memiliki semua mimpi perempuan Amerika.Kau lihat gedung termegah di New York? Rockwood Buildings. Sebuah gedung yang menggenggam perekonomian dunia. Kalau buku ekonomimu mengatakan perekonomian dunia berada di Wall Street atau White House, bisa kau bakar buku itu sekarang. Kalau bukan karena gedung ini, Rusia sudah sejak lama menjatuhkan nuklirnya di kota New York.Bagi kalangan terbatas, sudah bukan rahasia lagi bahwa kebijakan ekonomi dunia ditentukan dari gedung-gedung New York. Undang-undang yang d

  • A Perfect Hollow   Holy Moli

    "Holy," sapaku ceria. Kurentangkan tanganku selebar-lebarnya untuk menyambutnya.Perempuan itu tidak tersenyum sama sekali. Wajahnya sedingin patung batu. Dagunya terangkat menunjukkan kalau dia tidak sedang ingin beramah-tamah padaku."Masing hangover? Kau terlambat satu jam, Mr. Rockwood." Tangannya dilipat di dada dengan penuh emosi. Orang lain yang tidak mengenalnya mungkin akan menganggap ini sebagai gestur biasa, gestur yang cocok untuk perempuan berumur tiga puluhan dengan tubuh ramping dan dandanan modis seperti dia. Tidak bagiku. Ini tanda aku harus bersembunyi dalam bunker. Holy siap mengamuk."Jauh lebih baik. Bugar dan sehat. Kau lihat birunya mataku yang seindah langit musim panas ini? Seks membuatku merasa muda sepuluh tahun," ucapku jujur. Aku benar-benar dalam kondisi paling prima sekarang."Aspirin?""Done." Kujulurkan gelas kopi panas kepadanya. "Aku sudah mu

  • A Perfect Hollow   That Latin Girl

    "Lupakan soal kehidupan pribadimu. Sekarang, kau harus memikirkan kehidupan bisnis kita," ucapnya sambil menghubungkan tablet dengan monitor besar."Apa pun yang kau inginkan, Holy." Kusandarkan bahuku di kursi dengan santai."Kau tahu, kita punya reputasi yang buruk karena perilakumu. Jadi, yang akan kita lakukan sekarang adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat kepadamu."Aku memutar mata dengan bosan. "Memberikan bantuan kepada anak-anak di negara konflik? membantu membangun rumah roboh? Ikut berperang di negeri antah berantah? Menjadi Brad Pitt? Sebut saja!""Tidak seburuk itu. Kau hanya perlu menjadi mentor di Rockwood Apprentice.""Mentor? Kau pikir aku ini siapa? Setiap tahun selalu ada peserta magang. Kenapa harus aku yang menjadi mentor?" Holy pasti bercanda."Tapi sekarang berbeda, Adam. Ini akan menjadi reality show di RTN, perusahaan televisi Rockwood. Me

  • A Perfect Hollow   Terrible

    "Apa sih maumu?!" Suara Holy mendesis ketika kami sampai di elevator. Aku tidak menoleh kepadanya. Bisa kubayangkan wajah murkanya. Itu sangat tidak enak dilihat. Sebanyak apa pun dia melakukan operasi plastik, amarah akan membuat wajahmu tidak enak dipandang. Ya, seperti holy sekarang.Lagipula, aku masih memikirkan gadis di ruang rapat tadi. Saat aku meninggalkan ruangan, dia melihatku, mengikuti mataku. Tatapannya bukan tatapan menggoda, tapi kecewa. Dia seperti anak yang tidak mendapatkan hadiah yang diinginkan. Besar sekali keinginan dalam diriku untuk berhenti dan menciumnya, memberikan apa pun yang diinginkannya.Apa mungkin dia menyesal atas apa yang terjadi semalam? Apa dia ternyata menginginkanku? Apa dia ingin kembali padaku?"Tugasmu memberikan sambutan untuk mereka, bukan membicarakan masalah pribadimu. 'Menjilat bokong'? Bokong siapa yang harus kujilat sampai harus menjadi sekretaris sialmu, Mr. Rockwoo

  • A Perfect Hollow   Talented Girl

    "Ha!" Abe membentangkan tangannya dengan berlebihan. Senyumnya mengembang dengan suara menggelegar mengejutkan di depan pintuku. "Adam! Aku senang melihatmu masih hidup, Brother!"Aku mengangkat jari tengah--kedua jari tengahku--tinggi-tinggi untuknya."Aku dan Venus tidak akan heran kalau kau overdosis setelah pesta semalam," ucapnya lagi sambil terkekeh dan menepuk bahuku dengan keakraban keparatnyaApa dia pikir kalimatnya lucu? Imut? Menggemaskan?Apa dia tidak tahu kalau aku sedang berhadapan dengan Holy? Apa menurutnya omelan Holy dan istrinya masih kurang untukku?"Jangan tertawa, Abe. Yang mulia Adam Rockwood akan menghabisimu soal proyek untuk anak magang." Holy mendahuluiku. Tampangnya bukan untuk membelaku, tapi untuk mengejekku.Abe menaikkan alis. "Cattleya Aguilar?"Entah ada apa dengan nama itu. Ketika mendengarnya, tubuhku merinding. Seperti ada a

  • A Perfect Hollow   Frontal

    Pikiranku sama sekali tidak berada di tempatnya ketika Abe menjelaskan tentang apa yang ingin dilakukannya pada Hausser. Aku hanya duduk diam dengan tangan menyanggah dagu dan mata tertutup, berlagak memusatkan pikiranku padanya. Inilah satu-satunya cara untuk menghindari Abe Black. Dia itu pintar sekali membaca mimik wajah. Dari gerakan mata saja dia tahu kapan orang berbohong. Kemampuan Abe memang masih berada di bawah kemampuan Steve Thompson yang memang setiap hari menghadapi penjahat dalam pekerjaannya. Tetap saja, aku tidak mau Abe tahu apa yang kupikirkan.Suara ketukan pintu yang hampir bersamaan dengan terbukanya pintu ruangan membuatku terlonjak. Gadis itu berdiri takut-takut di depan pintu dengan senyum yang dipaksakan. Dia tidak menatapku. Dia menatap lurus pada Abe seolah aku tidak ada di ruangan itu.Dan, kuharap tidak ada yang mendengar suara jantungku."Cattleya cantik, kau mengejutkan kami," ucap Abe dengan s

  • A Perfect Hollow   Lobster Thermidor

    Adam Rockwood adalah seorang laki-laki penuh tekad. Sekali memegang prinsip, selamanya dia akan menggenggamnya. Sekalipun harus diseret keliling dunia dengan seekor kuda, ia akan tetap memperjuangkan apa yang dianggapnya benar.Aku adalah orang yang tahu benar apa yang kulakukan.Aku bisa menjadi sangat agresif untuk memperjuangkan keinginanku. Aku tidak pernah kalah. Aku menolak untuk kalah. Aku bisa bergulat dengan takdir dan aku akan memenangkannya. Takdir tidak punya kegigihan yang setara denganku.Inilah yang membuatku disebut Sang Pemangsa.Di mana saja, aku sangat mendominasi. Aku tidak suka ada orang lain yang menjadi pusat perhatian. Aku-lah superstar. Aku akan melakukan segala cara untuk melakukannya.Namun sekarang, semua itu seperti noda lengket di karpet. Tidak ada artinya selain kotoran.Pikiranku seperti keping puzzle yang berantakan.

  • A Perfect Hollow   Invitation

    Oke. Baiklah. Kuakui kalau ini fase paling aneh di dalam hidupku. Sebenarnya, aku malu mengakuinya. Sungguh. Namun, fase ini penting sekali untuk kuceritakan, seharusnya malah harus kuulang-ulang sampai hafal benar setiap detailnya. Siapa tahu anak cucuku nanti bisa mendapatkan sesuatu dari pengalaman ini. Fase ini adalah awal dalam kejadian besar di dalam hidupku. Tidak. Aku tidak bohong atau membual. Aku juga tidak sedang mabuk. Lihat wajahku? Ya, aku tahu aku memang tampan. Maksudku, lihat wajahku yang normal ini. Tidak ada tanda-tanda kalau aku sedang teler, kan? Aku tidak menggunakan obat jenis apa pun seharian ini dan hanya minum sedikit martini pada makan siang tadi. Hanya sedikit, sumpah. Kuawali fase ini dengan mondar-mandir seperti vacum cleaner ke penjuru ruangan di penthouse-ku. Aku tidak bisa menceritakan dengan detail kepadamu tentang kegelisahan yang kurasakan, hanya saja, seperti ada beban berat

Bab terbaru

  • A Perfect Hollow   Spy

    Tentu saja Venus tidak mengizinkanku menyentuh Cattleya sama sekali. Menurutnya, Cattleya masih termasuk tamunya dan aku tidak boleh sama sekali menyentuh tamunya yang dalam keadaan mabuk. Dia meminta Daniel menggendong gadis itu ke kamar tamu. Kuharap Daniel keparat itu ingat pacarnya yang sedang mengandung anak mereka. Dari kilatan pada matanya itu terlihat betapa bejatnya pikirannya. Sebelum berbalik membawa Cattleya ke kamar saja dia masih sempat tersenyum licik padaku, memamerkan keberhasilannya. Aku sama sekali tidak memperhatikan Holy yang dengan bersemangat menceritakan betapa tololnya anak magang yang bernama Wales itu. Dia mencampur beberapa data dalam kotak kertas-kertas yang akan dihancurkan. Untung Saja Cattleya datang dan membaca lagi kertas-kertas itu. Dia langsung mencabut mesin penghancur kertas dan mulai memunguti bagian kertas yang sudah berada di dalam mesin. Holy mengatakan sesuatu tentang musibah dan kesengajaan, tapi aku tidak bisa menyim

  • A Perfect Hollow   Cute Kiss

    Aku melepaskan bibirnya setelah sadar kalau kelakuanku ini bisa menyeret kemaluanku ke pengadilan keluarga Volkov. "Maaf," kataku pelan, benar-benar minta maaf dan berharap dia tidak membuat hal ini menjadi masalah panjang di antara kami. Dia tidak melihatku. Dia sibuk mengelap bibir dan wajahnya sendiri. Sepertinya dia memang menghindari bertatapan denganku. Melihat gelagatnya yang seperti itu, aku curiga ini ciuman pertamanya. Dia memang tidak terlalu banyak membalasku tadi. Dia hanya membiarkan aku melakukan yang bisa kulakukan atas bibirnya. Dia tidak mencengkeram pakaianku atau menyentuh bagian tubuhku seperti gadis-gadis lain yang berciuman denganku. Dia juga memejam dengan erat sampai matanya berkerut, seolah dia menahan sesuatu di dalam dirinya. "Teleponnya?" tanyanya dengan suara parau, sama sekali tidak menatapku. "Di sana. Silakan," kataku menunjuk telepon di atas meja kerja yang memang sering digunakan oleh para tamu sebagai jalur am

  • A Perfect Hollow   Two Girls

    "Aku ... pulang saja. Maafkan aku." "Siapa bilang?" Abe yang pertama berdiri, kemudian Daniel. Dia menghampiri Cattleya dan mengulurkan tangan padanya. "Aku sudah mengatakan pada istriku akan memperkenalkanmu padanya. Istriku melihatmu di TV dan langsung menyukaimu. Kuharap kalian bisa menjadi teman. Ayolah, Miss Aguilar. Kami sudah menyiapkan tempat untukmu." Abe menunjuk meja makan yang sedang ditata untuk satu orang lagi di samping Venus, pada kursi kosong yang tadi ditempati Isabelle. Sebenarnya, tidak sopan memberikan kursi orang lain pada tamu yang baru datang. Namun, akan lebih tidak menyenangkan lagi kalau Cattleya harus duduk di bagian paling ujung dengan jarak dua bangku kosong antara dia dan Venus. Aku tidak menyapanya. Bukannya aku sengaja ingin berbuat jahat padanya. Aku hanya merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Aku datang ke tempat ini untuk melupakannya. Aku ingin melupakan obsesiku tentangnya. Bisa-bisanya sekarang aku mal

  • A Perfect Hollow   Russian Girl

    "Kami bertemu pada malam amal penggalangan dana untuk Rockwood Foundation. Venus dengan baik hati mengundang kedua orang tuaku untuk menghadiri malam amal itu. Kalian tahu, selama ini orang berpikir keluarga Volkov adalah keluarga yang buruk. Kami memiliki jaringan kejahatan yang dianggap kalangan atas New York sebagai biang keladi berbagai permasalahan di kota ini. Beberapa kali kulihat Mama ingin melihat kami berada dalam acara sosial atau acara lain seperti keluarga normal di New York ini. Tapi, yang mengundang kami hanyalah orang-orang dari kalangan kami sendiri. Mama sempat merasa rendah diri dan stres karena ini." Dia melihat Venus dengan mata berkaca-kaca, ekspresif sekali. "Aku tidak merasa melakukan hal yang istimewa. Aku mengundang orang tuamu karena mereka memang keluarga yang baik. Sekalipun pamanmu memiliki ... uhm ... jaringan apa kau bilang tadi? Yah, pokoknya itu. Aku tidak merasa kalian musuh kami. Jadi ... uhm ... kenapa tidak?" Venus tersenyum cang

  • A Perfect Hollow   Virgin Mary

    "Terima kasih, Mr. Black. Aku tidak minum." Nova tersenyum dan mengangguk pada Abe yang menawarkan anggur pada tamu-tamunya. "Tidak minum atau tidak bisa minum untuk saat ini, Miss Volkova?" Steve bertanya dengan suara yang lembut seperti yang sering digunakannya untuk menggaet perempuan. "Aku memang tidak pernah minum, Mr. Thompson. Aku ini peminum yang payah. Aku hanya minum seteguk anggur atau sampanye pada acara tertentu dan itu sudah membuat kepalaku sakit." "Biasanya keluarga Rusia sangat suka minum dalam berbagai acara," ucap Steve lagi setelah mengucapkan terima kasih pada Abe. "Sejak kecil ibuku melarangku minum. Katanya, aku harus belajar untuk tetap sadar. Minuman itu bisa membuatku ketagihan dan kehilangan kesadaran. Aku baru boleh minum saat berumur dua puluh satu. Ternyata, aku memang tidak bisa minum. Saat natal tahun kemarin, aku hanya minum satu teguk sampanye dan harus ke dokter untuk meminta obat penahan sakit." "Andai semua

  • A Perfect Hollow   Volkov

    "Aku tidak akan memilihkan gadis sembarangan, Adikku. Kamu harus tahu itu. Miss Volkova bukan gadis yang bisa kau lihat di diskotek atau tempat hiburan lainnya. Dia gadis baik dan memiliki dua gelar di belakang namanya. Penampilan dan catatan kriminalnya sama bagusnya. Dia tidak pernah melanggar aturan lalu lintas atau melakukan pencurian." "Tentu tidak, Ven," kata Steve tanpa melihatnya. Dengan senyum tipis mengembang, Steve berkata lagi, "Miss Volkova adalah anak dari pengusaha perkapalan dan senjata. Dia anak pertama dari dua bersaudara dengan selisih usia lima belas tahun. Kekayaannya tanpa perlu bekerja saja sudah mencapai dua pulu juta dolar yang didapat dari pembagian saham dan investasi yang dia lakukan sejak kecil pada beberapa perusahaan milik keluarganya yang lain. Dia tidak akan pernah punya catatan kriminal lalu lintas karena dia tidak pernah menyetir. Dia juga tidak akan mungkin mencuri sesuatu karena dia hanya perlu menyebutkan barang yang dia mau dan mendapat

  • A Perfect Hollow   Matchmaking

    Steve terbahak. Dia tertawa sampai matanya berair. Sebagai turunan keluarga tua yang menjunjung tinggi keningratan, dia tidak sering tertawa. Jika memang tawanya serius begini, berarti memang kondisiku menggelikan sekali. "Ayolah, Steve! Jangan jadi keparat begini. Tolong jangan rusak hari ulang tahunku, Pal." Tawanya yang sudah agak reda jadi makin keras lagi. Dia sampai memegangi perutnya. Begitu selesai tertawa, dia memberikan tanda dengan tangan seperti memintaku berhenti. Apa memangnya yang kulakukan? Aku hanya bertanya. Dia saja yang sinting. "Aku akan ke dalam," katanya bertepatan dengan datangnya Venus ke ruangan kami lagi. Steve menggeleng pada Venus. "Venny Sayang, sepertinya kau perlu menyadarkan adikmu kalau dia lucu sekali. Dia pantas menjadi komika." Venus melihatku dengan bingung setelah Steve melewatinya. "Ada apa? Kenapa dia pikir kau bisa melakukan stand up comedy? "Dia menertawakanku." Aku melotot

  • A Perfect Hollow   Heredity

    Makan malam di rumah keluarga Black memang merupakan makan malam rutin. Sebagai saudara yang telah ditinggalkan kedua orangtua yang ingin hidup tenang di pedesaan, kami harus benar-benar akrab dan saling menjaga. Ini alasan Venus menginisiasi makan malam rutin sebulan sekali ini. Namun, acara yang seharusnya sakral ini jadi lebih seperti perkumpulan orang-orang yang ingin merisakku. Saudara-saudaraku yang jahat itu meledekku habis-habisan sampai rasanya aku ingin sekali membakar mereka. Bahan utama ledekan selalu saja tentang masa kecilku yang mereka anggap terlalu manja untuk ukuran Rockwood. Memangnya harusnya bagaimana? Apa aku harus dilempar ke hutan? Apa aku salah kalau masih menyusu pada ibuku hingga usia lima tahun? Aku masih kecil dan tidak punya pilihan selain menurut pada perempuan yang melahirkan dan mengasuhku itu. Tentu s

  • A Perfect Hollow   Invitation

    Oke. Baiklah. Kuakui kalau ini fase paling aneh di dalam hidupku. Sebenarnya, aku malu mengakuinya. Sungguh. Namun, fase ini penting sekali untuk kuceritakan, seharusnya malah harus kuulang-ulang sampai hafal benar setiap detailnya. Siapa tahu anak cucuku nanti bisa mendapatkan sesuatu dari pengalaman ini. Fase ini adalah awal dalam kejadian besar di dalam hidupku. Tidak. Aku tidak bohong atau membual. Aku juga tidak sedang mabuk. Lihat wajahku? Ya, aku tahu aku memang tampan. Maksudku, lihat wajahku yang normal ini. Tidak ada tanda-tanda kalau aku sedang teler, kan? Aku tidak menggunakan obat jenis apa pun seharian ini dan hanya minum sedikit martini pada makan siang tadi. Hanya sedikit, sumpah. Kuawali fase ini dengan mondar-mandir seperti vacum cleaner ke penjuru ruangan di penthouse-ku. Aku tidak bisa menceritakan dengan detail kepadamu tentang kegelisahan yang kurasakan, hanya saja, seperti ada beban berat

DMCA.com Protection Status