Beranda / Romansa / A DEAL / 03. Pacar Baru

Share

03. Pacar Baru

Penulis: sywlliaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bel masuk sudah berbunyi, bertanda bahwa waktu istirahat telah selesai. Seharusnya seluruh murid SMA Jayakarta masuk ke kelas untuk memulai pelajaran berikutnya. Namun sesuai dengan perubahan, jam pelajaran setelah istirahat akan dipakai untuk rapat oleh semua guru SMA Jayakarta. Jadi, seluruh kelas baik kelas sepuluh hingga kelas dua belas freeclass. 

Di saat semua murid sudah kembali ke kelasnya karena sudah mengisi perutnya di kantin, kini giliran Lyana, Alisa, Chania, dan Christy yang berjalan ke kantin untuk mengisi perut mereka.

Lyana, Alisa, Chania, dan Christy berjalan di koridor kelas sebelas. Tak sedikit dari murid kelas sebelas menatap Lyana dengan berbagai tatapan. Ada yang terpesona dengannya, ada pula yang iri dengannya.

"Mereka kenapa sih, ngelihat gue kayak gitu banget?" tanya Lyana yang mulai risih yang ditatap seperti itu.

"Biasalah, mereka baru ketemu bidadari dari Jerman," jawab Chania asal yang diakhiri kekehan. Alisa dan Christy terkekeh mendengarnya.

"Oh ya, Ardhan sekolah di sini juga, nggak?" tanya Lyana tiba-tiba.

"Udah gue duga lo akan nanya itu," sahut Chania.

"Ardhan sekolah di sini juga kok, Ly. Dia kelas 12 IPS-3," jawab Alisa.

"Ardhan siapa sih yang kalian maksud? Satyajiardhani Abimanyu?" tanya Christy bingung. Lyana menoleh ke arah Christy.

"Lo kenal sama Ardhan?" tanya Lyana terkejut.

"Satu sekolah ini siapa sih yang nggak kenal sama Ardhan? Dia most wanted di sekolah ini," jawab Alisa mewakili. Lyana mengangguk mengerti.

"Setelah ini lo yang akan nyusul Ardhan, jadi most wanted SMA Jayakarta," ucap Chania tiba-tiba. Lyana mengerutkan keningnya bingung.

"Maksud lo?" 

"Lo nggak tau, berita kepindahan lo di sekolah ini udah menyebar ke seluruh kelas? Jadi, siap-siap tangan lo akan pegal karena mereka minta tanda tangan lo," jawab Chania sebelum terkekeh. Lyana hanya mengangguk saja, berpura-pura mengerti, meski ia masih sedikit bingung maksud dari Chania tersebut.

"Itu Ardhan," ucap Alisa sambil menunjuk ke arah meja yang terdapat Ardhan yang sedang makan bersama teman-temannya. Lyana lari menghampiri Ardhan dan menutup kedua mata Ardhan menggunakan kedua tangannya

"E-eh, siapa ini?" Ardhan sangat terkejut saat kedua matanya ditutupi oleh tangan seseorang yang tidak ia ketahui. Beruntung posisi duduk Ardhan membelakangi Lyana, jadi ia tidak akan ketauan. Bukan hanya Ardhan saja yang terkejut, tetapi kedua temannya juga. Mereka bahkan sempat mengira Lyana salah orang, pasalnya mereka tidak mengenal Lyana, dan dengan tiba-tiba Lyana datang langsung menutup mata Ardhan sembari memancarkan senyum merkahnya. Namun di sisi lain, kedua teman Ardhan ini nampak familier saat melihat Lyana. Mereka ingat, gadis di hadapannya yang sedang menutup mata Ardhan ini adalah gadis yang tadi pagi menanyakan letak ruang TU kepada mereka dan juga Revan. Mereka mengira, bahwa gadis ini mengenal Ardhan—Eh, atau mungkin gadis ini salah orang.

"Tapi gue kayak kenal sama aroma parfumnya." Ternyata Ardhan masih mengenali aroma parfum yang ia pakai sejak dulu, bahkan Ardhan menghafalinya.

"Coba tebak gue siapa?" Ardhan terkejut mendengar suara yang sangat ia kenali. Dengan cepat, ia melepaskan tangan Lyana, kemudian membalikkan tubuhnya.

"Lyan?" Ardhan berdiri dari duduknya.

"Ardhan." Mereka berdua berpelukan melepas rindu, seperti kakak-beradik yang sudah bertahun-tahun berpisah. Tak peduli dengan beberapa pasang mata yang menatap mereka dengan berbagai tatapan.

"Lo kapan pulang, Lyan? Kok nggak kasih tau gue, sih?" tanya Ardhan melepas pelukan Lyana.

"Kemarin gue pulang. Gue sengaja nggak kasih tau lo, karena gue mau buat surprise." 

"Gue kangen banget tau nggak sih, sama lo, Lyan?"

"Sama, gue juga."

"Oh ya, gimana sekolah lo di Jerman? Lancar?" tanya Ardhan mengalihkan topik.

"Lancar kok."

"Seru nggak?" 

"Seru sih, tapi nggak seseru di sini."

"Nggak seseru di sini?"

"Iya, di sana itu anaknya masing-masing. Nggak ada yang traktir gue es krim, gue juga nggak bisa hujan-hujanan, ng―"

"Gue juga sama. Nggak ada yang gue kejar kalo lagi hujan-hujanan," potong Ardhan sembari terkekeh.

"Seru amat kayaknya," sindir Argha—teman Ardhan yang sedari tadi asyik menyaksikan adegan Lyana dan Ardhan. Ardhan dan Lyana menoleh.

"E-eh sorry, Gha," ucap Ardhan meminta maaf. 

"Biarin aja, Gha. Mereka lagi kangen-kangenan," timpal Chania. 

"Oh ya Lyan, kenalin ini Argha, dan yang sebelahnya Arsha. Mereka teman sekelas gue," ucap Ardhan memperkenalkan kedua temannya kepada Lyana. Lyana menoleh dan langsung mengenali mereka. Ya, Argha dan Arsha adalah murid yang berada di parkiran tadi.

"Kalian yang tadi di parkiran, kan?" tanya Lyana memastikan. Argha dan Arsha mengangguk sebagai jawaban.

"Kalian saling kenal?"

"Nggak terlalu, cuma tadi waktu gue nggak tau letak ruang TU, gue nanya ke mereka. Sebenarnya mereka bertiga, tapi gue nggak tau satunya lagi ke mana." Mungkin Lyana belum menyadari bahwa Revan sekelas dengannya. Lyana kembali menatap Argha dan Arsha bergantian.

"Salam kenal, nama gue Lyana. Kalian bisa panggil gue Ly, atau Lya. Tapi jangan panggil gue Lyan," ucap Lyana memperkenalkan diri sambil tersenyum. Ardhan mengangguk membenarkan kalimat terakhir Lyana.

"Kenapa kita nggak boleh panggil lo Lyan?" tanya Argha penasaran. Baru saja Lyana ingin menjawab, namun Ardhan sudah mendahuluinya.

"Karena Lyan adalah panggilan kesayangan gue untuk Lyana. Awas aja kalo kalian panggil Lyan, gue pecat kalian jadi teman gue," ancam Ardhan.

"Nggak usah segitunya juga kali, Dhan," ucap Lyana tidak setuju atas ancaman Ardhan.

"Nggak apa-apa Lyan, supaya mereka nggak melakukan."

"Oh, jadi Lyan itu adalah panggilan kesayangan Ardhan buat Lyana?" tanya Christy tiba-tiba yang membuat Lyana, Ardhan, Alisa, Chania, Argha, dan Arsha menoleh. Lyana, Ardhan, Alisa, dan Chania mengangguk mengiyakan.

"Kalian pacaran?" Lyana dan Ardhan tertawa.

"Pacaran? Mereka berdua itu sahabat dari kecil, sama kayak gue, Lyana, dan Alisa. Bedanya, Lyana lebih dulu kenal Ardhan daripada gue dan Alisa. 

"Oh gitu."

"Lyan, nanti sore kita jalan-jalan, yuk? Udah lama banget kan, kita nggak jalan," ajak Ardhan berbisik di telinga Lyana yang membuat si pemilik telinga terkejut.

"Ayo."

"Oke, pulang sekolah nanti gue tunggu di depan keas lo, ya?" Lyana mengangguk sebagai jawaban.

****

Ardhan melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Jalanan sore ini tidak terlalu ramai, namun tidak pula terlalu sepi. Ardhan memilih untuk fokus mengendarai motornya dan melihat ke depan. Sedangkan Lyana menatap jalanan sambil menikmati hembusan angin sore yang menerpa wajah dan rambutnya, sehingga anak rambutnya ikut keluar dari kepangannya.

Lyana dan Ardhan telah tiba di kedai es krim di pinggir jalan. Lyana dan Ardhan turun dari motor kemudian mereka duduk di salah satu kursi yang telah disediakan.

"Lyan, lo mau es krim rasa apa?" tanya Ardhan setelah duduk di kursi yang disediakan di kedai es krim tersebut. 

Alasan Ardhan memilih unuk pergi ke sini daripada tempat lain adalah karena ia merindukan masa-masa biru-putihnya bersama Lyana. Dan pada masa itu, setiap pulang sekolah, mereka berdua selalu mampir ke kedai ini.

"Kayak biasa." Ardhan sudah hafal betul es krim kesukaan Lyana seperti apa, dan rasa apa. Mereka sudah sangat lama kenal, jadi Ardhan tau apa es krim kesukaan Ardhan. Begitupun sebaliknya.

"Es krim rasa coklat sudah datang," ucap Adhan dengan membawa dua es krim cup berukuran sedang di tangannya. Ardhan memesan dua rasa. Yang satu rasa coklat, kesukaan Lyana. Dan yang satu lagi rasa greentea, kesukaan Ardhan. Lyana menerima es krim rasa coklat yang Ardhan sodorkan kepadanya. Mata Lyana berbinar setelah melihat es krim tersebut. Sudah sangat lama ia tidak memakan es krim di sini. Mungkin sekitar dua tahunan.

"Thanks Dhan." Lyana dan Ardhan terdiam, lebih tepatnya sibuk dengan es krim mereka masing-masing.

"Lyan?" panggil Ardhan membuka pembicaraan.

"Hm?" 

"Gue udah punya pacar, lho."

Deg.

Lyana terdiam. Terkejut mendengar pengakuan Ardhan yang tiba-tiba. Namun sesaat kemudian, ia memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Gue kira lo jomblo abadi," celetuk Lyana asal, mencairkan suasana.

"Mulut lo belum pernah disumpal pake kaos kaki gue ya, Lyan? Sembarangan aja lo kalo ngomong." 

"Bercanda kok. Oh ya, sejak kapan lo pacaran? Siapa nama pacar lo? Kelas berapa dia? Apa dia seangkatan sama kita? Atau satu sekolah sama kita? Apa dia cantik, seperti gue?" 

"Namanya Alia. Gue sama dia pacaran udah setahun. Dia kelas 11 IPA-1, murid dari SMA Bakti Mulia. Dia juga cantik kok, tapi masih cantikkan lo."

"Kelas 11 IPA-1? Dia mau jadi dokter?" Ardhan mengangguk. Lyana pun ikut mengangguk. 

"Kapan-kapan boleh dong, gue ketemu sama Alia?" tanya Lyana tiba-tiba. Ardhan menoleh.

"Boleh dong." 

"Es krim lo udah habis belum? Pulang, yuk? Gue takut Dyana nyariin," ajak Lyana setelah membersihan pinggir-pinggir mulutnya yang terdapat sisa-sisa es krim menggunakan tissue.

"Ayo. By the way, Dyana nggak sekolah di SMA Jayakarta juga?" Lyana menggeleng.

"Kenapa?"

"Panjanglah ceritanya. Udah ayo pulang." Ardhan mengantar Lyana pulang. Entah kenapa sejak Ardhan mengatakan bahwa ia telah memiliki kekasih, perasaan Lyana menjadi tidak enak. Jika boleh jujur, ada rasa sesak yang menjalar sejak tadi. Ada apa dengan Lyana? Tidak biasanya Lyana seperti ini.

Bab terkait

  • A DEAL    04. COCOK

    Sesampainya Lyana di sekolah, tidak sedikit murid seangkatannya yang menatapnya dengan berbagai tatapan. Merasa risih akan tatapan tersebut, Lyana mempercepat langkahnya menuju kelas.Hari ini Lyana berangkat sendiri, karena Ardhan harus mengantar Alia sekolah. Lyana memakluminya, karena Alia adalah kekasih Ardhan dan Lyana tidak mau merusak hubungan keduanya.Tibanya Lyana di kelas langsung disambut baik oleh ketiga sahabatnya. Seperti biasa, jika sudah mengerjakan tugas, Chania dan Christy akan bergabung di meja Lyana untuk mengobrol santai sembari menunggu bel masuk berbunyi."Ly, lo nggak risih memangnya ditatap kayak gitu?" tanya Christy memulai pembicaraan."Risih, tapi mau gimana lagi. Nggak mungkin kan, gue colok mata mereka satu per satu supaya mereka berhentu natap gue?" jawab Lyana yang diakhiri kekehan kecil."Maklum aja, guys. Mereka tuh baru lihat bidada

  • A DEAL    05. Rumah Ardhan

    Weekend telah tiba. Seperti rencana yang sudah dibuat beberapa hari yang lalu, Lyana dan yang lainnya akan menghabiskan harinya di rumah Ardhan. Setelah selesai mengepang rambut dan memakai sepatu kets, Lyana mengambil tas selempang kecilnya yang berwarna hitam yang hanya muat untuk diisikan dompet dan ponsel. Setelah sudah siap, Lyana keluar dari kamarnya.***Tiba di anak tangga terakhir, Lyana melihat adiknya sedang duduk santai sembari menonton tv dan memakan beberapa cemilan. Dyana tak sengaja melihat kakaknya yang sudah rapi. Memakai T-shirt putih dibalut dengan cardigan berwarna coral, sepatu kets berwarna putih yang sudah melekat di kakinya, memakai tas selempang berwarna hitam dan rambut yang selalu dikepang. Terkadang Dyana merasa insecure dengan kakaknya yang sangat cantik. Meskipun wajah kakaknya mirip dengannya, perlu Dyana akui bahwa kecantikan sang kakak mampu mengalahkannya."Kakak mau ke mana, pagi-pagi gini? Ra

  • A DEAL    06. Sebuah Kesepakatan

    Lyana baru saja tiba di kelas, tiba-tiba dikejutkan oleh sesuatu yang membuatnya tertawa. Ia melihat Christy berpenampilan agak berbeda dari sebelumnya. Rambut diikat dua, dan memakai kacamata bulat. Sangatlah lucu, bagi Lyana. "Style baru, Ty?" tanya Lyana sengaja. "Style dari mana? Ini tuh gara-gara Chania," jawab Christy cemberut. "Tapi lo terlihat tambah cantik Ty, kalau kayak gitu," tambah Chania di sela-sela ketawanya. "Udah-udah, kasihan Christy," bela Lyana. Christy membuka kacamata yang dipakaikan Chania tadi, lalu membuka ikat rambutnya dan merapihkannya lagi. "Guys, gimana kalau kita main ToD?" tanya Alisa memberi usul. "Boleh juga tuh, udah lama gue nggak main ToD." sahut Chania setuju. "Lo gimana Ly, Ty? Mau ikut kan?" tanya Alisa. Lyana dan Christy mengangguk. "Oke, dimulai dari Chania, setelah itu gue, lalu Lyana, dan seterusnya. Oke, sekarang giliran Chania. Truth or Dare?" tanya Alisa.

  • A DEAL    07. Antara Kesepakatan dan Perasaan

    Sedari tadi, Lyana belum juga memejamkan matanya. Lyana terus memikirkan kesepakatan yang dibuatnya bersama Ardhan. Ia bimbang. Di satu sisi, Lyana menyepakati kesepakatan yang ia buat bersama Ardhan, tetapi di sisi lain Lyana juga takut jika suatu hari Lyana melanggar kesepakatan tersebut. Apa yang harus Lyana lakukan?Lyana mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang, mencoba mendatangkan kantuknya, tetapi hasilnya nihil. Matanya terpejam, tapi hati dan pikirannya tidak mendukung. Bagaimana caranya agar kantuknya datang dan rasa bimbangnya pergi?Lyana membuka matanya dan bangun dari posisi tidurannya menjadi duduk di tepi tempat tidurnya. Ia mendongak. Sudah pukul sebelas leeat tiga menit malam. Biasanya saat ini Lyana sedang mimpi indah, tetapi malam ini berbeda.Tiba-tiha tenggorokan Lyana terasa kering. Ia menoleh ke arah nakas dan melihat gelas yang kosong. Lyana bahkan lupa untuk mengisi gelasny

  • A DEAL    08. Di Luar Dugaan

    Tiga hari telah berlalu, namun Lyana masih saja memikirkan kesepakatan yang ia buat bersama Ardhan. Pikiran tersebut seolah tak mau enyah dari kepala Lyana.Lyana tengah duduk di bangku kantin sembari mengaduk-ngaduk nasi goreng yang ia pesan beberapa menit yang lalu."LY!" panggil Chania untuk kesekian kalinya. Lyana menoleh tanpa terkejut sedikit pun."Lo masih mikirin yang kemarin?" panya Alisa sembari mendudukkan bokongnya di bangku sebelah Lyana."Gue kepikiran terus.""Berarti benar, lo tuh suka sama Ardhan," sahut Chania yakin."Entahlah, gue bingung." Lyana masih saja mengaduk-ngaduk nasi gorengnya, selera makannya mendadak hilang begitu saja."Kenapa nasi gorengnya cuma diaduk-aduk? Kenapa nggak dimakan?" tanya Christy sambil memperhatikan tangan Lyana yang masih sibuk mengaduk-ngaduk nasi goreng.

  • A DEAL    09. ALIA

    "MAMPUS, GUE KESIANGAN! KAK, BANGUN KAK. KITA KESIANGAN, KAK," teriak Dyana saat terbangun dari tidurnya. Lyana tersentak mendengar teriakan Dyana yang menggelegar. Lyana melihat jam dinding, sudah pukul enam pagi. Seharusnya saat ini Lyana dan Dyana tengah sarapan, tapi hari ini berbeda. Mereka kesiangan akibat menonton film terbaru di laptop Lyana, dan jadilah Lyana tertidur di kamar Dyana dan mereka pun baru tidur pada pukul tiga dini hari."Kakak udah bilang semalam, kalau mau nonton tuh, weekend aja. Lihat apa yang terjadi? Kita kesiangan, kan? Andai mama dan papa tau, mereka pasti marah," sahut Lyana sambil merapihkan tempat tidur."Duh Kakak, nanti aja deh ceramahnya. Aku mau mandi dulu. Lebih baik sekarang Kakak mandi juga, nanti telat," ucap Dyana sambil berlari menuju kamar mandi. Lyana hanya menggelengkan kepalanya. Setelah Dyana masuk ke kamar mandi, Lyana kembali ke kamarnya untuk mandi, tak lupa ia menutup pintu kamar adi

  • A DEAL    10. Perasaan yang Sebenarnya

    Lyana berjalan menyusuri trotoar menuju sekolahnya dengan semangat. Sesekali ia tersenyum ramah saat ada yang menyapanya.Saat tiba di gerbang sekolah, Lyana bertemu dengan Argha dan Arsha yang sedang berjalan dengan Argha yang merangkul bahu Arsha."Pagi, Lyan," sapa Argha sambil terkekeh pelan. Lyana dan Arsha ikut terkekeh."Pagi juga Kak Ghaga," balas Lyana menirukan adiknya waktu itu. Argha membelalakkan matanya, sedangkan Arsha hanya diam, bingung."Kenapa lo jadi ngikutin Dyana, sih?" tanya Argha tak terima jika namanya diubah."Lo juga kenapa jadi ngikutin Ardhan, sih?" tanya balik Lyana yang menirukan Argha barusan."Suka-suka gue lah," sahut Argha sengit. Sedangkan Lyana dan Arsha terkekeh."Baru datang, Ly?" tanya Arsha."Iya. Kalau kalian? Kenapa lo dirangkul sama Argha?" tanya balik Lyana.

  • A DEAL    11. Pertemuan

    Saat tiba di kantin, Lyana, Alisa, Chania dan Christy disambut oleh aroma nasi goreng yang sangat harum. Membuat para cacing yang berada di perut mereka bertambah meronta-ronta meminta jatah.Seperti biasa, Lyana, Alisa, Chania dan Christy langsung duduk di bangku paling pojok dekat jendela. Tanpa membuang waktu, Chania langsung memanggil ibu pemilik kedai nasi goreng yang aroma nasi gorengnya menyebar ke setiap penjuru kantin.Chania memesan empat porsi nasi goreng, dua porsi tidak memakai timun―untuknya dan Lyana―dan dua porsi lagi tidak memakai kerupuk―untuk Alisa dan Christy.Setelah menunggu kurang dari sepuluh menit, empat porsi nasi goreng sudah tersaji di meja paling pojok dekat jendela. Lyana, Alisa, Chania dan Christy mulai menyantap nasi gorengnya dengan lahap."Gila ya nih, nasi goreng. Semakin lama tambah enak aja. Kalau nanti lulus, makanan yang paling gue rindukan di

Bab terbaru

  • A DEAL    11. Pertemuan

    Saat tiba di kantin, Lyana, Alisa, Chania dan Christy disambut oleh aroma nasi goreng yang sangat harum. Membuat para cacing yang berada di perut mereka bertambah meronta-ronta meminta jatah.Seperti biasa, Lyana, Alisa, Chania dan Christy langsung duduk di bangku paling pojok dekat jendela. Tanpa membuang waktu, Chania langsung memanggil ibu pemilik kedai nasi goreng yang aroma nasi gorengnya menyebar ke setiap penjuru kantin.Chania memesan empat porsi nasi goreng, dua porsi tidak memakai timun―untuknya dan Lyana―dan dua porsi lagi tidak memakai kerupuk―untuk Alisa dan Christy.Setelah menunggu kurang dari sepuluh menit, empat porsi nasi goreng sudah tersaji di meja paling pojok dekat jendela. Lyana, Alisa, Chania dan Christy mulai menyantap nasi gorengnya dengan lahap."Gila ya nih, nasi goreng. Semakin lama tambah enak aja. Kalau nanti lulus, makanan yang paling gue rindukan di

  • A DEAL    10. Perasaan yang Sebenarnya

    Lyana berjalan menyusuri trotoar menuju sekolahnya dengan semangat. Sesekali ia tersenyum ramah saat ada yang menyapanya.Saat tiba di gerbang sekolah, Lyana bertemu dengan Argha dan Arsha yang sedang berjalan dengan Argha yang merangkul bahu Arsha."Pagi, Lyan," sapa Argha sambil terkekeh pelan. Lyana dan Arsha ikut terkekeh."Pagi juga Kak Ghaga," balas Lyana menirukan adiknya waktu itu. Argha membelalakkan matanya, sedangkan Arsha hanya diam, bingung."Kenapa lo jadi ngikutin Dyana, sih?" tanya Argha tak terima jika namanya diubah."Lo juga kenapa jadi ngikutin Ardhan, sih?" tanya balik Lyana yang menirukan Argha barusan."Suka-suka gue lah," sahut Argha sengit. Sedangkan Lyana dan Arsha terkekeh."Baru datang, Ly?" tanya Arsha."Iya. Kalau kalian? Kenapa lo dirangkul sama Argha?" tanya balik Lyana.

  • A DEAL    09. ALIA

    "MAMPUS, GUE KESIANGAN! KAK, BANGUN KAK. KITA KESIANGAN, KAK," teriak Dyana saat terbangun dari tidurnya. Lyana tersentak mendengar teriakan Dyana yang menggelegar. Lyana melihat jam dinding, sudah pukul enam pagi. Seharusnya saat ini Lyana dan Dyana tengah sarapan, tapi hari ini berbeda. Mereka kesiangan akibat menonton film terbaru di laptop Lyana, dan jadilah Lyana tertidur di kamar Dyana dan mereka pun baru tidur pada pukul tiga dini hari."Kakak udah bilang semalam, kalau mau nonton tuh, weekend aja. Lihat apa yang terjadi? Kita kesiangan, kan? Andai mama dan papa tau, mereka pasti marah," sahut Lyana sambil merapihkan tempat tidur."Duh Kakak, nanti aja deh ceramahnya. Aku mau mandi dulu. Lebih baik sekarang Kakak mandi juga, nanti telat," ucap Dyana sambil berlari menuju kamar mandi. Lyana hanya menggelengkan kepalanya. Setelah Dyana masuk ke kamar mandi, Lyana kembali ke kamarnya untuk mandi, tak lupa ia menutup pintu kamar adi

  • A DEAL    08. Di Luar Dugaan

    Tiga hari telah berlalu, namun Lyana masih saja memikirkan kesepakatan yang ia buat bersama Ardhan. Pikiran tersebut seolah tak mau enyah dari kepala Lyana.Lyana tengah duduk di bangku kantin sembari mengaduk-ngaduk nasi goreng yang ia pesan beberapa menit yang lalu."LY!" panggil Chania untuk kesekian kalinya. Lyana menoleh tanpa terkejut sedikit pun."Lo masih mikirin yang kemarin?" panya Alisa sembari mendudukkan bokongnya di bangku sebelah Lyana."Gue kepikiran terus.""Berarti benar, lo tuh suka sama Ardhan," sahut Chania yakin."Entahlah, gue bingung." Lyana masih saja mengaduk-ngaduk nasi gorengnya, selera makannya mendadak hilang begitu saja."Kenapa nasi gorengnya cuma diaduk-aduk? Kenapa nggak dimakan?" tanya Christy sambil memperhatikan tangan Lyana yang masih sibuk mengaduk-ngaduk nasi goreng.

  • A DEAL    07. Antara Kesepakatan dan Perasaan

    Sedari tadi, Lyana belum juga memejamkan matanya. Lyana terus memikirkan kesepakatan yang dibuatnya bersama Ardhan. Ia bimbang. Di satu sisi, Lyana menyepakati kesepakatan yang ia buat bersama Ardhan, tetapi di sisi lain Lyana juga takut jika suatu hari Lyana melanggar kesepakatan tersebut. Apa yang harus Lyana lakukan?Lyana mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang, mencoba mendatangkan kantuknya, tetapi hasilnya nihil. Matanya terpejam, tapi hati dan pikirannya tidak mendukung. Bagaimana caranya agar kantuknya datang dan rasa bimbangnya pergi?Lyana membuka matanya dan bangun dari posisi tidurannya menjadi duduk di tepi tempat tidurnya. Ia mendongak. Sudah pukul sebelas leeat tiga menit malam. Biasanya saat ini Lyana sedang mimpi indah, tetapi malam ini berbeda.Tiba-tiha tenggorokan Lyana terasa kering. Ia menoleh ke arah nakas dan melihat gelas yang kosong. Lyana bahkan lupa untuk mengisi gelasny

  • A DEAL    06. Sebuah Kesepakatan

    Lyana baru saja tiba di kelas, tiba-tiba dikejutkan oleh sesuatu yang membuatnya tertawa. Ia melihat Christy berpenampilan agak berbeda dari sebelumnya. Rambut diikat dua, dan memakai kacamata bulat. Sangatlah lucu, bagi Lyana. "Style baru, Ty?" tanya Lyana sengaja. "Style dari mana? Ini tuh gara-gara Chania," jawab Christy cemberut. "Tapi lo terlihat tambah cantik Ty, kalau kayak gitu," tambah Chania di sela-sela ketawanya. "Udah-udah, kasihan Christy," bela Lyana. Christy membuka kacamata yang dipakaikan Chania tadi, lalu membuka ikat rambutnya dan merapihkannya lagi. "Guys, gimana kalau kita main ToD?" tanya Alisa memberi usul. "Boleh juga tuh, udah lama gue nggak main ToD." sahut Chania setuju. "Lo gimana Ly, Ty? Mau ikut kan?" tanya Alisa. Lyana dan Christy mengangguk. "Oke, dimulai dari Chania, setelah itu gue, lalu Lyana, dan seterusnya. Oke, sekarang giliran Chania. Truth or Dare?" tanya Alisa.

  • A DEAL    05. Rumah Ardhan

    Weekend telah tiba. Seperti rencana yang sudah dibuat beberapa hari yang lalu, Lyana dan yang lainnya akan menghabiskan harinya di rumah Ardhan. Setelah selesai mengepang rambut dan memakai sepatu kets, Lyana mengambil tas selempang kecilnya yang berwarna hitam yang hanya muat untuk diisikan dompet dan ponsel. Setelah sudah siap, Lyana keluar dari kamarnya.***Tiba di anak tangga terakhir, Lyana melihat adiknya sedang duduk santai sembari menonton tv dan memakan beberapa cemilan. Dyana tak sengaja melihat kakaknya yang sudah rapi. Memakai T-shirt putih dibalut dengan cardigan berwarna coral, sepatu kets berwarna putih yang sudah melekat di kakinya, memakai tas selempang berwarna hitam dan rambut yang selalu dikepang. Terkadang Dyana merasa insecure dengan kakaknya yang sangat cantik. Meskipun wajah kakaknya mirip dengannya, perlu Dyana akui bahwa kecantikan sang kakak mampu mengalahkannya."Kakak mau ke mana, pagi-pagi gini? Ra

  • A DEAL    04. COCOK

    Sesampainya Lyana di sekolah, tidak sedikit murid seangkatannya yang menatapnya dengan berbagai tatapan. Merasa risih akan tatapan tersebut, Lyana mempercepat langkahnya menuju kelas.Hari ini Lyana berangkat sendiri, karena Ardhan harus mengantar Alia sekolah. Lyana memakluminya, karena Alia adalah kekasih Ardhan dan Lyana tidak mau merusak hubungan keduanya.Tibanya Lyana di kelas langsung disambut baik oleh ketiga sahabatnya. Seperti biasa, jika sudah mengerjakan tugas, Chania dan Christy akan bergabung di meja Lyana untuk mengobrol santai sembari menunggu bel masuk berbunyi."Ly, lo nggak risih memangnya ditatap kayak gitu?" tanya Christy memulai pembicaraan."Risih, tapi mau gimana lagi. Nggak mungkin kan, gue colok mata mereka satu per satu supaya mereka berhentu natap gue?" jawab Lyana yang diakhiri kekehan kecil."Maklum aja, guys. Mereka tuh baru lihat bidada

  • A DEAL    03. Pacar Baru

    Bel masuk sudah berbunyi, bertanda bahwa waktu istirahat telah selesai. Seharusnya seluruh murid SMA Jayakarta masuk ke kelas untuk memulai pelajaran berikutnya. Namun sesuai dengan perubahan, jam pelajaran setelah istirahat akan dipakai untuk rapat oleh semua guru SMA Jayakarta. Jadi, seluruh kelas baik kelas sepuluh hingga kelas dua belas freeclass.Di saat semua murid sudah kembali ke kelasnya karena sudah mengisi perutnya di kantin, kini giliran Lyana, Alisa, Chania, dan Christy yang berjalan ke kantin untuk mengisi perut mereka.Lyana, Alisa, Chania, dan Christy berjalan di koridor kelas sebelas. Tak sedikit dari murid kelas sebelas menatap Lyana dengan berbagai tatapan. Ada yang terpesona dengannya, ada pula yang iri dengannya."Mereka kenapa sih, ngelihat gue kayak gitu banget?" tanya Lyana yang mulai risih yang ditatap seperti itu."Biasalah, mereka baru ketemu bidadari da

DMCA.com Protection Status