Home / Romansa / A DEAL / 06. Sebuah Kesepakatan

Share

06. Sebuah Kesepakatan

Author: sywlliaa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Lyana baru saja tiba di kelas, tiba-tiba dikejutkan oleh sesuatu yang membuatnya tertawa. Ia melihat Christy berpenampilan agak berbeda dari sebelumnya. Rambut diikat dua, dan memakai kacamata bulat. Sangatlah lucu, bagi Lyana.

"Style baru, Ty?" tanya Lyana sengaja. 

"Style dari mana? Ini tuh gara-gara Chania," jawab Christy cemberut.

"Tapi lo terlihat tambah cantik Ty, kalau kayak gitu," tambah Chania di sela-sela ketawanya.

"Udah-udah, kasihan Christy," bela Lyana. Christy membuka kacamata yang dipakaikan Chania tadi, lalu membuka ikat rambutnya dan merapihkannya lagi. 

"Guys, gimana kalau kita main ToD?" tanya Alisa memberi usul.

"Boleh juga tuh, udah lama gue nggak main ToD." sahut Chania setuju.

"Lo gimana Ly, Ty? Mau ikut kan?" tanya Alisa. Lyana dan Christy mengangguk. 

"Oke, dimulai dari Chania, setelah itu gue, lalu Lyana, dan seterusnya. Oke, sekarang giliran Chania. Truth or Dare?" tanya Alisa.

"Truth." 

"Oke, siapa orang yang lo suka sekarang?" Chania merutuki dirinya sendiri, menyesal karena sudah memilih truth. 

"Ayo jawab!" paksa Alisa. Sedangkan Lyana dan Christy hanya diam menunggu Chania menjawab.

"Gue boleh kasih inisialnya aja, nggak?" tanya Chania hati-hati.

"Nggak boleh." jawab Lyana, Alisa, dan Christy bersama.

"Kalau kasih tau kelasnya aja?" tanya Chania lagi.

"Syichania! Gue nanya siapa, bukan kelas berapa." sahut Alisa penuh penekanan.

"Ayo cepat jawab. Di antara kita nggak boleh ada rahasia," desak Lyana. Chania menghela napas berat.

"Oke-oke. Gue lagi suka sama ...." Chania menggantungkan kalimatnya.

"Sama siapa?"

"Revan."

"Revan kelas kita?" tanya Lyana memastikan.  Dengan cepat Chania membekap mulut Lyana.

"Sssttt ... jangan berisik!" Lyana melepaskan tangan Chania dari mulutnya.

"Lo serius suka sama Revan? Bukannya lo sering banget ngeledek dia?" tanya Alisa masih tak percaya.

"Itu satu-satunya cara supaya gue bisa ngontrol perasaan gue saat lagi di dekat dia. Kalian nggak tau sih, gimana deg-degannya jantung gue kalau dia tiba-tiba sok care sama gue," ucap Chania menjelaskan apa yang sedang ia rasakan saat ini sambil memegang dadanya seolah jantungnya saat ini sedang tidak baik-baik saja.

"LEBAY!" sahut Lyana dan Alisa yang langsung diberikan tatapan membunuh dari Chania.

"Sejak kapan lo suka sama Revan?" Christy tiba-tiba bertanya.

"Sejak kelas sepuluh." 

"WHAT?" Lyana, Alisa, dan Christy sangat terkejut mendengar pengakuan Chania.

"Kenapa lo nggak cerita?" sepertinya pembicaraan mulai serius.

"Karena awalnya gue hanya sekedar terpesona sama dia dan gue belum benar-benar yakin sama perasaan gue. Tapi sekarang gue yakin, kalau gue memang benar suka sama Revan."

"Oke, kita lanjut lagi mainnya," ucap Alisa. Kini giliran Chania yang harus memilih antara truth or dare.

"Truth or dare?" tanya Lyana. 

"Truth." Baru saja Lyana ingin membuka suaranya, Chania sudah dukuan bertanya.

"Kenapa lo suka sama Argha? Apa yang menarik dari dia?" Pertanyaan Chania tersebut mampu membuat Lyana, Alisa, dan Christy membelalakkan kedua matanya. Alisa berpirasat bahwa Chania ingin membalasnya karena tadi ia menanyakan hal yang hampir sama.

"Lo suka sama Argha?" tanya Lyana sambil menatap Alisa intens.

"Iya, Alisa tuh suka sama Argha sejak kelas sebelas," jawab Chania mewakili Alisa. Alisa mendengkus.

"Yang ditanya gue." 

"Biarin aja. Lagipula lo pasti nggak akan jawab, jadi nggak ada salahnya kan, kalau gue yang jawab?" Alisa menghela napas berat, ia menduga sepertinya Lyana akan mengintrogasinya.

"Kenapa lo nggak cerita?" Dugaan Alisa tepat sasaran. Mau tidak mau ia harus jujur kepada Lyana, lagipula Lyana adalah sahabatnya dan Lyana berhak mengetahuinya.

"Gue takut Argha tau."

"Memang kenapa, kalau Argha tau?" pancing Lyana.

"Gue takut Argha nggak punya rasa yang sama kayak gue, dan akhirnya dia il-feel." 

"Itu kan cuma ketakutan lo. Nggak baik lho, memendam perasaan lama-lama," ucap Chania bijak.

"Udah-udah, kenapa jadi introgasi gue, sih?" 

"Ah iya, lo belum jawab pertanyaan Chania. Apa yang membuat lo suka sama Argha?" tanya Lyana ulang.

Mendengar pertanyaan yang sama dari Lyana membuat Alisa salah tingkah.

"Karena ...." Alisa menggantungkan kalimatnya.

"Karena apa?"

"Karena gue merasa, Argha tuh beda dari yang lain."

"Beda dari yang lain? Argha bukan manusia, kah?" tanya Christy yang mampu membuat Lyana, Alisa, dan Chania memutarkan matanya malas.

"Bukan itu maksud gue."

"Lalu?"

"Intinya beda deh, susah jel―" 

"Hello, welcome back with Trio 'A," teriak Argha yang baru saja datang sambil menggebrak meja yang membuat seisi kelas 12 IPS-5 terkejut. Di belakang Argha terdapat Ardhan dan Arsha yang sedang terkekeh.

Sedangkan Chania menatap Argha tajam.

"Woy Curut! Bisa nggak sih, kalau datang nggak usah teriak-teriak? Ini sekolah bukan hutan. Kalau lo mau belajar jadi tarzan, bukan di sini tempatnya. Dan, kalau datang nggak usah gebrak meja. Lo pikir ini meja punya bapak lo?" omel Chania kesal. Namun yang diomeli malah nyengir tanpa dosa.

"Kalian lagi main apa? Kayaknya seru banget."

"Kita lagi main ToD. Kalian mau ikutan?" tanya Lyana.

"Boleh tuh. Dhan, Sha, lo berdua ikutan nggak?" tawar Argha yang kemudian diangguki oleh Arsha dan Argha.

"Oke, sekarang giliran Ardhan."

"Truth or Dare?" tanya Argha cepat.

"Dare."

"Cium pipi Lyana." Lyana membelalakkan matanya tak percaya. Dare seperti apa ini?

"Lo apa-apaan sih?" sahut Alisa tak terima dengan dare yang diberikan Argha.

"Nggak apa-apa. Ini kan cuma dare."

"Tapi nggak harus cium pipi juga. Ini di sekolah, kalau yang lain li―"

Cup.

Lyana mematung seketika. Sebuah kecupan singkat mendarat di pipi kanan Lyana. Lyana tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Ardhan benar-benar melakukan dare dari Argha. 

Bukan hanya Lyana yang terkejut, Alisa, Chania, Christy, dan Arsha sama terkejutnya seperti Lyana. Berbeda dengan Ardhan dan Argha yang menunjukkan ekspresi santai, seolah tak ada kejadian apa-apa barusan.

"Udah," ucap Ardhan membuka suara. 

Lyana membenarkan posisi duduknya dan menyelipkan beberapa helai rambut yang keluar dari kepangannya.

"Oke, kita lanjut." Ardhan menoleh ke arah Lyana yang berada di sebelahnya dan menatapnya. Terlihat masih ada keterkejutan yang sangat kentara di wajah Lyana. Ardhan menjadi tak enak pada Lyana.

"Sorry Lyan," bisik Ardhan tepat di telinga Lyana yang membuat si pemilik telinga tersentak. Lyana menoleh ke arah Ardhan yang mulai menjauhi telinganya dan mencoba untuk tersenyum meski kikuk.

"It's okay."

Keduanya kembali diam dan memilih untuk melihat lima temannya bermain ToD, dan menunggu giliran mereka. Ardhan mulai merasa bosan karena sedari tadi ia belum mendapatkan gilirannya. Ardhan menoleh ke arah Lyana lagi.

"Keluar yuk, Lyan?" ajak Ardhan. Lyana menoleh dan mengerutkan keningnya.

"Ngapain?" 

"Cari udara segar, bosan gue." Lyana memikir sebentar, menimamg-nimang ajakan Ardhan untuk keluar. 

"Ayo." Lyana dan Ardhan berdiri.

"Gue sama Lyan udahan," ucap Ardhan tiba-tiba yang membuat lima temannya menoleh ke arahnya dan Lyana bergantian.

"Kenapa?"

"Mau keluar. Ayo Lyan." Lyana dan Ardhan berjalan beriringan keluar kelas, sedangkan yang lainnya melanjutkan permainan yang semakin seru.

***

Lyana dan Ardhan berjalan memasuki area lapangan. Tidak sedikit dari murid SMA Jayakarta yang menatap mereka dengan berbagai tatapan. Dari mulai baper, iri, hingga tatapan tak suka. 

Lyana dan Ardhan mempercepat langkahnya menuju bangku panjang yang berada di bawah pohon rindang di pinggir lapangan. 

"Kita duduk di sini aja ya, Lyan? Sambil lihat kelas sebelas main basket," ucap Ardhan sambil mendudukkan bokongnya di bangku, kemudian diikuti oleh Lyana.

"Lo nggak ikut main basket, Dhan?" tanya Lyana. Ardhan menggelengkan kepala.

"Males, ah." 

Mereka terdiam beberapa detik sambil menonton murid kelas sebelas yang sedang bermain basket.

"Lyan," panggil Ardhan sambil menoleh ke arah Lyana.

"Hmm?" sahut Lyana yang masih fokus menonton siswa kelas sebelas bermain basket.

"Buat kesepakatan, yuk?" Lyana langsung menoleh dengan kerutan di dahinya.

"Kesepakatan apa?" 

"Kesepakatan bahwa di antara kita nggak boleh ada yang memiliki perasaan lebih,"

Deg.

Entah kenapa, dada Lyana terasa sesak saat mendengarnya. Namun sebisa mungkin Lyana bersikap santai seperti biasa.

"Gue nggak mau persahabatan kita hancur hanya karena perasaan lebih yang tumbuh di antara kita. Dan juga, gue nggak mau hubungan gue sama Alia rusak. Gue sayang sama lo sebagai sahabat, dan gue juga cinta sama Alia. Gue nggak mau kehilangan kalian. Kalian sangat berarti di dalam hidup gue," jelas Ardhan. 

Lyana mencoba mencerna setiap kata yang dikeluarkan Ardhan. Sesaat kemudian, Ardhan menyodorkan jari kelingkingnya.

"Gimana, Lyan? Apa lo sepakat?" tanpa berpikir panjang, Lyana langsung menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Ardhan sembari tersenyum, meski dadanya masih terasa sesak.

"Sepakat." Mereka saling melemparkan senyum, dan tanpan ketahui, Lyana merasakan sesak saat menyepakati kesepakatan yang baru saja mereka buat. 

Ardhan melepaskan tautan jari kelingkingnya dan beralih untuk memeluk Lyana, tetapi dengan cepat Lyana menahannya. 

"Mau ngapain?" tanya Lyana yang masih menahan tubuh Ardhan.

"Mau peluk."

"Nggak boleh," cegah Lyana cepat.

"Kenapa nggak boleh, Lyan? Biasanya boleh."

"Apa lo nggak lihat, sekarang kita ada di mana?" Ardhan melihat sekelilingnya yang terdapat murid yang sedang berkeliaran karena bel masuk belum berbunyi. Belum lagi pemandangan di hadapannya yang terdapat siswa kelas sebelas sedang bermain basket. Ardhan mengerti sekarang, alasan Lyana melarangnya untuk memeluk Lyana. Ardhan menoleh ke arah Lyana kemudian menunjukkan cengirannya.

"Iya juga ya, ya udah kapan-kapan aja,"ucap Ardhan yang diangguki oleh Lyana.

Related chapters

  • A DEAL    07. Antara Kesepakatan dan Perasaan

    Sedari tadi, Lyana belum juga memejamkan matanya. Lyana terus memikirkan kesepakatan yang dibuatnya bersama Ardhan. Ia bimbang. Di satu sisi, Lyana menyepakati kesepakatan yang ia buat bersama Ardhan, tetapi di sisi lain Lyana juga takut jika suatu hari Lyana melanggar kesepakatan tersebut. Apa yang harus Lyana lakukan?Lyana mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang, mencoba mendatangkan kantuknya, tetapi hasilnya nihil. Matanya terpejam, tapi hati dan pikirannya tidak mendukung. Bagaimana caranya agar kantuknya datang dan rasa bimbangnya pergi?Lyana membuka matanya dan bangun dari posisi tidurannya menjadi duduk di tepi tempat tidurnya. Ia mendongak. Sudah pukul sebelas leeat tiga menit malam. Biasanya saat ini Lyana sedang mimpi indah, tetapi malam ini berbeda.Tiba-tiha tenggorokan Lyana terasa kering. Ia menoleh ke arah nakas dan melihat gelas yang kosong. Lyana bahkan lupa untuk mengisi gelasny

  • A DEAL    08. Di Luar Dugaan

    Tiga hari telah berlalu, namun Lyana masih saja memikirkan kesepakatan yang ia buat bersama Ardhan. Pikiran tersebut seolah tak mau enyah dari kepala Lyana.Lyana tengah duduk di bangku kantin sembari mengaduk-ngaduk nasi goreng yang ia pesan beberapa menit yang lalu."LY!" panggil Chania untuk kesekian kalinya. Lyana menoleh tanpa terkejut sedikit pun."Lo masih mikirin yang kemarin?" panya Alisa sembari mendudukkan bokongnya di bangku sebelah Lyana."Gue kepikiran terus.""Berarti benar, lo tuh suka sama Ardhan," sahut Chania yakin."Entahlah, gue bingung." Lyana masih saja mengaduk-ngaduk nasi gorengnya, selera makannya mendadak hilang begitu saja."Kenapa nasi gorengnya cuma diaduk-aduk? Kenapa nggak dimakan?" tanya Christy sambil memperhatikan tangan Lyana yang masih sibuk mengaduk-ngaduk nasi goreng.

  • A DEAL    09. ALIA

    "MAMPUS, GUE KESIANGAN! KAK, BANGUN KAK. KITA KESIANGAN, KAK," teriak Dyana saat terbangun dari tidurnya. Lyana tersentak mendengar teriakan Dyana yang menggelegar. Lyana melihat jam dinding, sudah pukul enam pagi. Seharusnya saat ini Lyana dan Dyana tengah sarapan, tapi hari ini berbeda. Mereka kesiangan akibat menonton film terbaru di laptop Lyana, dan jadilah Lyana tertidur di kamar Dyana dan mereka pun baru tidur pada pukul tiga dini hari."Kakak udah bilang semalam, kalau mau nonton tuh, weekend aja. Lihat apa yang terjadi? Kita kesiangan, kan? Andai mama dan papa tau, mereka pasti marah," sahut Lyana sambil merapihkan tempat tidur."Duh Kakak, nanti aja deh ceramahnya. Aku mau mandi dulu. Lebih baik sekarang Kakak mandi juga, nanti telat," ucap Dyana sambil berlari menuju kamar mandi. Lyana hanya menggelengkan kepalanya. Setelah Dyana masuk ke kamar mandi, Lyana kembali ke kamarnya untuk mandi, tak lupa ia menutup pintu kamar adi

  • A DEAL    10. Perasaan yang Sebenarnya

    Lyana berjalan menyusuri trotoar menuju sekolahnya dengan semangat. Sesekali ia tersenyum ramah saat ada yang menyapanya.Saat tiba di gerbang sekolah, Lyana bertemu dengan Argha dan Arsha yang sedang berjalan dengan Argha yang merangkul bahu Arsha."Pagi, Lyan," sapa Argha sambil terkekeh pelan. Lyana dan Arsha ikut terkekeh."Pagi juga Kak Ghaga," balas Lyana menirukan adiknya waktu itu. Argha membelalakkan matanya, sedangkan Arsha hanya diam, bingung."Kenapa lo jadi ngikutin Dyana, sih?" tanya Argha tak terima jika namanya diubah."Lo juga kenapa jadi ngikutin Ardhan, sih?" tanya balik Lyana yang menirukan Argha barusan."Suka-suka gue lah," sahut Argha sengit. Sedangkan Lyana dan Arsha terkekeh."Baru datang, Ly?" tanya Arsha."Iya. Kalau kalian? Kenapa lo dirangkul sama Argha?" tanya balik Lyana.

  • A DEAL    11. Pertemuan

    Saat tiba di kantin, Lyana, Alisa, Chania dan Christy disambut oleh aroma nasi goreng yang sangat harum. Membuat para cacing yang berada di perut mereka bertambah meronta-ronta meminta jatah.Seperti biasa, Lyana, Alisa, Chania dan Christy langsung duduk di bangku paling pojok dekat jendela. Tanpa membuang waktu, Chania langsung memanggil ibu pemilik kedai nasi goreng yang aroma nasi gorengnya menyebar ke setiap penjuru kantin.Chania memesan empat porsi nasi goreng, dua porsi tidak memakai timun―untuknya dan Lyana―dan dua porsi lagi tidak memakai kerupuk―untuk Alisa dan Christy.Setelah menunggu kurang dari sepuluh menit, empat porsi nasi goreng sudah tersaji di meja paling pojok dekat jendela. Lyana, Alisa, Chania dan Christy mulai menyantap nasi gorengnya dengan lahap."Gila ya nih, nasi goreng. Semakin lama tambah enak aja. Kalau nanti lulus, makanan yang paling gue rindukan di

  • A DEAL    01. Kembali ke Indonesia

    "Akhirnya sampai juga," ucap seorang gadis sambil memancarkan senyumnya begitu ia tiba di bandara. Senyuman itu seperti jarang diperlihatkan sejak ia tinggal di Jerman selama dua tahun lamanya. Dan kini, senyuman itu terlukis kembali di wajah cantiknya. Kerinduannya terhadap Indonesia sangatlah besar, meski Indonesia bukanlah tanah kelahirannya. "Jadi nggak sabar deh, lihat ekspresi Alisa dan Chania saat tau kalo Lyana udah pulang dari Jerman," ucapnya lagi kepada ayah dan ibunya. "Kak Ardhan gimana, Kak?" goda sang adik. Kali ini, gadis yang tersenyum merkah tadi hanya bisa menahan senyumnya, ia menjadi salah tingkah. Tak heran jika ayah dan ibunya ikut terkekeh pelan. "Apa sih, Dek." "Sudah-sudah. Lebih baik kalian berdua pulang. Papa sudah pesankan kalian taksi online, dan sebentar lagi mungkin taksinya akan tiba. Maaf Papa dan Mama tidak bisa ikut pulang b

  • A DEAL    02. Anak Baru

    Saat ini Lyana sedang mengikat tali sepatunya. Setelah kedua tali sepatunya sudah terikat dengan kencang, Lyana memasukkan ponselnya ke dalam saku roknya. Setelah itu, ia mengambil tasnya yang ia letakkan di atas kasur. Saat Lyana sedang menggendong tasnya, pintu kamarnya yang setengah terbuka diketuk oleh ibunya. Lyana menoleh ke arah pintu. "Sayang, kamu sudah siap?" tanya Bu Ryana yang memunculkan kepalanya dari balik pintu kamar Lyana. "Udah kok, Ma," jawab Lyana sembari berjalan menghampiri sang ibu. "Kalau begitu kita sarapan, yuk? Papa dan Dyana sudah menunggu di bawah," ajak Bu Ryana sembari tersenyum. "Ayo Ma." Lyana menutup pintu kamarnya. Kemudian, Bu Ryana dan Lyana menuruni anak tangga beriringan. "Pagi Pa, pagi Dek," sapa Lyana begitu tiba di ruang makan. "Pagi Sayang," balas Pak Andra. "Pagi Kak," balas

  • A DEAL    03. Pacar Baru

    Bel masuk sudah berbunyi, bertanda bahwa waktu istirahat telah selesai. Seharusnya seluruh murid SMA Jayakarta masuk ke kelas untuk memulai pelajaran berikutnya. Namun sesuai dengan perubahan, jam pelajaran setelah istirahat akan dipakai untuk rapat oleh semua guru SMA Jayakarta. Jadi, seluruh kelas baik kelas sepuluh hingga kelas dua belas freeclass.Di saat semua murid sudah kembali ke kelasnya karena sudah mengisi perutnya di kantin, kini giliran Lyana, Alisa, Chania, dan Christy yang berjalan ke kantin untuk mengisi perut mereka.Lyana, Alisa, Chania, dan Christy berjalan di koridor kelas sebelas. Tak sedikit dari murid kelas sebelas menatap Lyana dengan berbagai tatapan. Ada yang terpesona dengannya, ada pula yang iri dengannya."Mereka kenapa sih, ngelihat gue kayak gitu banget?" tanya Lyana yang mulai risih yang ditatap seperti itu."Biasalah, mereka baru ketemu bidadari da

Latest chapter

  • A DEAL    11. Pertemuan

    Saat tiba di kantin, Lyana, Alisa, Chania dan Christy disambut oleh aroma nasi goreng yang sangat harum. Membuat para cacing yang berada di perut mereka bertambah meronta-ronta meminta jatah.Seperti biasa, Lyana, Alisa, Chania dan Christy langsung duduk di bangku paling pojok dekat jendela. Tanpa membuang waktu, Chania langsung memanggil ibu pemilik kedai nasi goreng yang aroma nasi gorengnya menyebar ke setiap penjuru kantin.Chania memesan empat porsi nasi goreng, dua porsi tidak memakai timun―untuknya dan Lyana―dan dua porsi lagi tidak memakai kerupuk―untuk Alisa dan Christy.Setelah menunggu kurang dari sepuluh menit, empat porsi nasi goreng sudah tersaji di meja paling pojok dekat jendela. Lyana, Alisa, Chania dan Christy mulai menyantap nasi gorengnya dengan lahap."Gila ya nih, nasi goreng. Semakin lama tambah enak aja. Kalau nanti lulus, makanan yang paling gue rindukan di

  • A DEAL    10. Perasaan yang Sebenarnya

    Lyana berjalan menyusuri trotoar menuju sekolahnya dengan semangat. Sesekali ia tersenyum ramah saat ada yang menyapanya.Saat tiba di gerbang sekolah, Lyana bertemu dengan Argha dan Arsha yang sedang berjalan dengan Argha yang merangkul bahu Arsha."Pagi, Lyan," sapa Argha sambil terkekeh pelan. Lyana dan Arsha ikut terkekeh."Pagi juga Kak Ghaga," balas Lyana menirukan adiknya waktu itu. Argha membelalakkan matanya, sedangkan Arsha hanya diam, bingung."Kenapa lo jadi ngikutin Dyana, sih?" tanya Argha tak terima jika namanya diubah."Lo juga kenapa jadi ngikutin Ardhan, sih?" tanya balik Lyana yang menirukan Argha barusan."Suka-suka gue lah," sahut Argha sengit. Sedangkan Lyana dan Arsha terkekeh."Baru datang, Ly?" tanya Arsha."Iya. Kalau kalian? Kenapa lo dirangkul sama Argha?" tanya balik Lyana.

  • A DEAL    09. ALIA

    "MAMPUS, GUE KESIANGAN! KAK, BANGUN KAK. KITA KESIANGAN, KAK," teriak Dyana saat terbangun dari tidurnya. Lyana tersentak mendengar teriakan Dyana yang menggelegar. Lyana melihat jam dinding, sudah pukul enam pagi. Seharusnya saat ini Lyana dan Dyana tengah sarapan, tapi hari ini berbeda. Mereka kesiangan akibat menonton film terbaru di laptop Lyana, dan jadilah Lyana tertidur di kamar Dyana dan mereka pun baru tidur pada pukul tiga dini hari."Kakak udah bilang semalam, kalau mau nonton tuh, weekend aja. Lihat apa yang terjadi? Kita kesiangan, kan? Andai mama dan papa tau, mereka pasti marah," sahut Lyana sambil merapihkan tempat tidur."Duh Kakak, nanti aja deh ceramahnya. Aku mau mandi dulu. Lebih baik sekarang Kakak mandi juga, nanti telat," ucap Dyana sambil berlari menuju kamar mandi. Lyana hanya menggelengkan kepalanya. Setelah Dyana masuk ke kamar mandi, Lyana kembali ke kamarnya untuk mandi, tak lupa ia menutup pintu kamar adi

  • A DEAL    08. Di Luar Dugaan

    Tiga hari telah berlalu, namun Lyana masih saja memikirkan kesepakatan yang ia buat bersama Ardhan. Pikiran tersebut seolah tak mau enyah dari kepala Lyana.Lyana tengah duduk di bangku kantin sembari mengaduk-ngaduk nasi goreng yang ia pesan beberapa menit yang lalu."LY!" panggil Chania untuk kesekian kalinya. Lyana menoleh tanpa terkejut sedikit pun."Lo masih mikirin yang kemarin?" panya Alisa sembari mendudukkan bokongnya di bangku sebelah Lyana."Gue kepikiran terus.""Berarti benar, lo tuh suka sama Ardhan," sahut Chania yakin."Entahlah, gue bingung." Lyana masih saja mengaduk-ngaduk nasi gorengnya, selera makannya mendadak hilang begitu saja."Kenapa nasi gorengnya cuma diaduk-aduk? Kenapa nggak dimakan?" tanya Christy sambil memperhatikan tangan Lyana yang masih sibuk mengaduk-ngaduk nasi goreng.

  • A DEAL    07. Antara Kesepakatan dan Perasaan

    Sedari tadi, Lyana belum juga memejamkan matanya. Lyana terus memikirkan kesepakatan yang dibuatnya bersama Ardhan. Ia bimbang. Di satu sisi, Lyana menyepakati kesepakatan yang ia buat bersama Ardhan, tetapi di sisi lain Lyana juga takut jika suatu hari Lyana melanggar kesepakatan tersebut. Apa yang harus Lyana lakukan?Lyana mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang, mencoba mendatangkan kantuknya, tetapi hasilnya nihil. Matanya terpejam, tapi hati dan pikirannya tidak mendukung. Bagaimana caranya agar kantuknya datang dan rasa bimbangnya pergi?Lyana membuka matanya dan bangun dari posisi tidurannya menjadi duduk di tepi tempat tidurnya. Ia mendongak. Sudah pukul sebelas leeat tiga menit malam. Biasanya saat ini Lyana sedang mimpi indah, tetapi malam ini berbeda.Tiba-tiha tenggorokan Lyana terasa kering. Ia menoleh ke arah nakas dan melihat gelas yang kosong. Lyana bahkan lupa untuk mengisi gelasny

  • A DEAL    06. Sebuah Kesepakatan

    Lyana baru saja tiba di kelas, tiba-tiba dikejutkan oleh sesuatu yang membuatnya tertawa. Ia melihat Christy berpenampilan agak berbeda dari sebelumnya. Rambut diikat dua, dan memakai kacamata bulat. Sangatlah lucu, bagi Lyana. "Style baru, Ty?" tanya Lyana sengaja. "Style dari mana? Ini tuh gara-gara Chania," jawab Christy cemberut. "Tapi lo terlihat tambah cantik Ty, kalau kayak gitu," tambah Chania di sela-sela ketawanya. "Udah-udah, kasihan Christy," bela Lyana. Christy membuka kacamata yang dipakaikan Chania tadi, lalu membuka ikat rambutnya dan merapihkannya lagi. "Guys, gimana kalau kita main ToD?" tanya Alisa memberi usul. "Boleh juga tuh, udah lama gue nggak main ToD." sahut Chania setuju. "Lo gimana Ly, Ty? Mau ikut kan?" tanya Alisa. Lyana dan Christy mengangguk. "Oke, dimulai dari Chania, setelah itu gue, lalu Lyana, dan seterusnya. Oke, sekarang giliran Chania. Truth or Dare?" tanya Alisa.

  • A DEAL    05. Rumah Ardhan

    Weekend telah tiba. Seperti rencana yang sudah dibuat beberapa hari yang lalu, Lyana dan yang lainnya akan menghabiskan harinya di rumah Ardhan. Setelah selesai mengepang rambut dan memakai sepatu kets, Lyana mengambil tas selempang kecilnya yang berwarna hitam yang hanya muat untuk diisikan dompet dan ponsel. Setelah sudah siap, Lyana keluar dari kamarnya.***Tiba di anak tangga terakhir, Lyana melihat adiknya sedang duduk santai sembari menonton tv dan memakan beberapa cemilan. Dyana tak sengaja melihat kakaknya yang sudah rapi. Memakai T-shirt putih dibalut dengan cardigan berwarna coral, sepatu kets berwarna putih yang sudah melekat di kakinya, memakai tas selempang berwarna hitam dan rambut yang selalu dikepang. Terkadang Dyana merasa insecure dengan kakaknya yang sangat cantik. Meskipun wajah kakaknya mirip dengannya, perlu Dyana akui bahwa kecantikan sang kakak mampu mengalahkannya."Kakak mau ke mana, pagi-pagi gini? Ra

  • A DEAL    04. COCOK

    Sesampainya Lyana di sekolah, tidak sedikit murid seangkatannya yang menatapnya dengan berbagai tatapan. Merasa risih akan tatapan tersebut, Lyana mempercepat langkahnya menuju kelas.Hari ini Lyana berangkat sendiri, karena Ardhan harus mengantar Alia sekolah. Lyana memakluminya, karena Alia adalah kekasih Ardhan dan Lyana tidak mau merusak hubungan keduanya.Tibanya Lyana di kelas langsung disambut baik oleh ketiga sahabatnya. Seperti biasa, jika sudah mengerjakan tugas, Chania dan Christy akan bergabung di meja Lyana untuk mengobrol santai sembari menunggu bel masuk berbunyi."Ly, lo nggak risih memangnya ditatap kayak gitu?" tanya Christy memulai pembicaraan."Risih, tapi mau gimana lagi. Nggak mungkin kan, gue colok mata mereka satu per satu supaya mereka berhentu natap gue?" jawab Lyana yang diakhiri kekehan kecil."Maklum aja, guys. Mereka tuh baru lihat bidada

  • A DEAL    03. Pacar Baru

    Bel masuk sudah berbunyi, bertanda bahwa waktu istirahat telah selesai. Seharusnya seluruh murid SMA Jayakarta masuk ke kelas untuk memulai pelajaran berikutnya. Namun sesuai dengan perubahan, jam pelajaran setelah istirahat akan dipakai untuk rapat oleh semua guru SMA Jayakarta. Jadi, seluruh kelas baik kelas sepuluh hingga kelas dua belas freeclass.Di saat semua murid sudah kembali ke kelasnya karena sudah mengisi perutnya di kantin, kini giliran Lyana, Alisa, Chania, dan Christy yang berjalan ke kantin untuk mengisi perut mereka.Lyana, Alisa, Chania, dan Christy berjalan di koridor kelas sebelas. Tak sedikit dari murid kelas sebelas menatap Lyana dengan berbagai tatapan. Ada yang terpesona dengannya, ada pula yang iri dengannya."Mereka kenapa sih, ngelihat gue kayak gitu banget?" tanya Lyana yang mulai risih yang ditatap seperti itu."Biasalah, mereka baru ketemu bidadari da

DMCA.com Protection Status