Reinhart tak menanggapi ucapan Julius Randle dengan serius meski perempuan itu tak sanggup menyembunyikan gugup. Ia hanya sanggup tersenyum canggung atas pernyataan sang penyihir. "Kau menganggap aku bercanda?" tanya Julius saat memperhatikan raut muka Reinhart. "Eh? Tidak, Tuan. Tidak. Saya sama sekali tak punya pikiran seperti itu. Hanya saja, rasanya begitu mustahil bagi saya jika Anda mengatakan bahwa saya penyihir. "Seperti yang Anda tahu, Tuan Penyihir. Saya ... sama sekali tak bisa mengendalikan apa pun. Bukankah, seharusnya saya bisa mengendalikan sesuatu seandainya memiliki kekuatan sihir seperti yang Anda katakan?""Jawabannya cukup sederhana, Lady. Bisa saja kau menyembunyikan atau menyangkal bahwa dirimu benar seorang penyihir. Itu saja."Reinhart tersentak atas jawaban sang penyihir. Sejujurnya, ia semakin bingung atas jati dirinya sendiri. Yang jelas, ia sama sekali berbeda dengan pemilik tubuh yang sebenarnya. Tapi, kenapa ia juga bisa memiliki kekuatan sihir sepert
Reinhart tersentak begitu mendengar ungkapan yang disampaikan Iselt. Bahasa gadis itu terdengar sederhana, tapi begitu menyentuh hingga membuatnya berpikir bahwa itu merupakan hal yang romantis bagi perempuan yang kini bersandar di sandaran tempat tidur. "Kenapa aku tak terpikirkan sebelumnya," gumam perempuan itu hampir tanpa suara. Meski begitu, Iselt masih bisa mendengarnya dan membuat si gadis pelayan tersenyum pada tuannya. "Anda ... sudah mulai memikirkan, Yang Mulia Kaisar, Tuan Putri?" Pertanyaan yang terucap dari mulut Iselt membuat Reinhart kembali tersentak. Tanpa sadar ia kembali tenggelam dalam lamunan tanpa menyadari keberadaan Iselt yang masih berdiri di samping tempat tidur. "Eh? Tidak? Memang kapan aku memikirkan, Yang Mulia Kaisar?" sanggah Reinhart sambil mengalihkan pandangan. Ia tak boleh terbawa suasana dan membenarkan ucapan Iselt begitu saja. Reinhart harus tetap menjaga harga dirinya bahwa ia tak boleh tertarik dengan Caspian. Jika di antara mereka ada
"Aku tak tahu apa yang membuatmu tiba-tiba menyinggung soal, Ariadne. Tapi, selama kamu berada di sini, bukankah harusnya sudah ada yang mengatakan padamu, bahwa gelar permaisuri ataupun gelar kebangsawanan Ariadne sudah dilepas?"Reinhart menelan salivanya dengan susah payah. Ia menundukkan kepala. Tak berani menatap Caspian yang terdengar marah.Bahkan hanya dengan mendengar suaranya saja, siapa pun sudah pasti tahu bahwa pria itu tengah menahan murka. Perempuan itu menggigit bibirnya. Ada sesal yang membayang di wajahnya, bagaimana bisa ia mengungkapkan hal yang paling dibenci oleh sang kaisar. "Maafkan saya, Yang Mulia," ucap Reinhart dengan nada gemetar. Ia sendiri tak mengerti, apa yang membuatnya tiba-tiba menyinggung soal permaisuri sebelumnya ketika berbincang dengan Caspian. Padahal harusnya, ini menjadi momen yang pas bagi keduanya untuk membicarakan tentang mereka. Namun, Reinhart justru menyiram minyak ke dalam api hanya demi menimbulkan ketegangan di antara mereka.
"Apa yang kau pikirkan, Rein?" tanya Caspian membuyarkan lamunan perempuan itu. Reinhart masih tidak menyangka, jika akan ada hari di mana sang kaisar memintanya untuk pindah ke istana permaisuri yang telah sejak lama tak berpenghuni. Ia mengira, hal itu masih sangat jauh dari anggapannya. Siapa yang mengira bahwa moment itu justru datang lebih cepat, dibandingkan bayangannya selama ini. Meski ia tak tahu apa yang mendasari sang kaisar memindahkannya ke istana permaisuri, tapi hal itu tentu menjadi awal yang baik. Dengan begitu, ada kemungkinan jika status Reinhart yang semula sebagai istri kaisar, akan meningkatkan menjadi permaisuri. Seperti halnya yang selama ini diharapkan oleh Duke Maxwell. Sebab, hanya dengan cara seperti itulah, kemungkinan Reinhart selamat setelah 99 hari lebih besar ketimbang tetap menjadi istri sang kaisar. "Tidak, Yang Mulia. Hanya saja, kenapa saya tiba-tiba harus pindah ke istana permaisuri?" tanya Reinhart berusaha menyembunyikan keterkejutan yang
Entah bagaimana mulanya, kedua manusia itu larut dalam obrolan panjang ketika matahari semakin rebah ke ufuk barat. Keduanya tak lagi membicarakan apa yang membuat kaisar memutuskan untuk memindahkan tempat tinggal Reinhart ke Istana Sapphire. Juga tak lagi membicarakan tentang rencana Caspian menjadikan Reinhart sebagai permaisurinya. Obrolan mereka tentang hal itu berakhir begitu saja setelah Caspian mengatakan bahwa tempat paling aman bagi Reinhart adalah berada di sampingnya. Dengan begitu, satu-satunya cara adalah dengan mengangkat Reinhart sebagai permaisurinya. Meski begitu, pikiran tentang rencana Kaisar Caspian, tak sepenuhnya hilang dari benak Reinhart. Bagi Kekaisaran Demir yang mengangkat permaisuri tidak hanya dari ikatan pernikahan kaisar saja, tentu hal ini cukup berat bagi Reinhart. Terlebih Reinhart akan menjadi permaisuri kedua dari Kaisar Caspian setelah Lady Ariadne. Tentu akan ada serangkaian tes yang a
Pada akhirnya, Reinhart gagal mengucapkan selamat jalan dengan benar. Caspian jatuh pingsan, sesaat sesudah mengutuk Lady Rosemary yang entah telah melakukan apa pada pria itu. Reinhart diminta kembali lebih dulu ke ruangannya oleh Julius Randle yang datang kemudian. Atas panggilan Duke Maxwell. Meski begitu, tetap saja ia merasa tak tenang. Apa yang terjadi pada kaisar hingga dirinya tak izinkan masuk ke dalam dan melihat kondisi langsung pria itu. Hingga menjelang pagi, Reinhart tak juga memejamkan mata. Pikiran perempuan itu dipenuhi adegan di mana Lady Rosemary keluar dari kamar Kaisar Caspian dengan baju dan rambut yang berantakan. Disusul Kaisar Caspian dengan kondisi yang tak kalah berantakan dari wanita itu. Tapi, apa yang terjadi hingga membuat Kaisar Caspian jatuh pingsan? Reinhart belum menemukan jawabannya hingga hari menjelang pagi. Sampai Nyonya Clottie didampingi Iselt memasuki kamar dan membangunkan perempuan itu, sekalipun dirinya tak tidur sama sekali. "Tuan P
Hari-hari yang dijalani Reinhart selama sang kaisar pergi ke perbatasan tak seindah yang ia bayangkan. Justru pada kesempatan tersebut, Madame Marianna menambah porsi pelajaran yang harus diikuti Reinhart. Apalagi setelah sang tuan putri dipindahkan ke Istana Sapphire seperti yang diamanahkan Kaisar Caspian sebelum pergi ke perbatasan. Madame Marianna semakin tak sungkan memberikan tugas yang cukup berat untuk sang calon permaisuri. Wanita itu bahkan meminta Reinhart untuk mempelajari pembukuan Kekaisaran Demir yang menjadi tugas dari seorang ibu negara. "Anda tidak boleh malas, Tuan Putri. Dengan meminta Anda dipindahkan ke Istana Sapphire, itu sama halnya dengan deklarasi terbuka dari Kaisar Caspian. "Jika Anda terlihat malas-malasan, orang-orang yang berusaha menjatuhkan Kaisar Caspian, pasti akan menolak pengajuan diri Anda sebagai permaisuri. "Ingatlah bahwa permaisuri di negeri ini tidak hanya ditentukan oleh Kaisar saja, tapi juga orang-orang yang memiliki kepentingan di k
Reinhart meminta Nyonya Clottie menyiapkan gaun paling sederhana berwarna putih untuk datang ke pesta minum teh yang diselenggarakan oleh Countess Belliard.Salah satu bangsawan yang juga memegang peranan penting di Ibukota Kekaisaran Demir. Bahkan Reinhart percaya, pesta minum teh kali ini pasti ada sangkut pautnya dengan Countess Farang yang masih menjadi tahanan rumah sampai sekarang. Itulah mengapa Reinhart perlu menyiapkan serangan agar orang-orang seperti mereka tak bisa bersikap semena-mena pada dirinya. Ia harus mencari sekutu mulai sekarang. Siapa di antara para nyonya bangsawan yang bakal mendukungnya dan siapa di antara mereka yang hanya akan membicarakannya di belakang punggungnya. Reinhart harus menjalankan perannya dengan sempurna. Bahkan untuk pergi ke kediaman Count Belliard, Reinhart tak menggunakan kereta kuda kekaisaran dan memilih menyewa kereta kuda dari ibukota. Nyonya Clottie yang ditugaskan untuk menyiapkan sem