Kaisar Caspian bergegas menuju Istana Sapphire begitu menemukan cara untuk menarik perhatian Reinhart. Wajahnya tak lagi terlihat muram. Justru ia terlihat begitu bersemangat. Ada keyakinan dalam diri sang kaisar, bahwa usahanya akan membuahkan hasil kali ini. Namun, langkah sang kaisar terhenti ketika melihat Reinhart tengah berjalan-jalan santai di taman istana didampingi Iselt. Segaris senyum terbit membingkai raut muka Caspian. Meski demikian, hal itu tidak bertahan lama. Raut muka sang kaisar kembali mendung ketika melihat ekspresi Reinhart. Wajah perempuan itu tampak muram. Seperti halnya sang kaisar tiga hari terakhir. "Apa yang dia pikirkan hingga terlihat begitu muram? Apa keberadaanku benar-benar menggangu Rein?" bisik Caspian pada dirinya sendiri. Jujur saja, ia tak pernah sepeduli ini pada orang lain sebelumnya. Ia bisa memaksakan kehendaknya sesuka hati. Tanpa peduli dengan perasaan orang yang ia paksa. Tapi dengan Reinhart, ia tak bisa berkehendak sesuka hatinya.
Suasana di antara kedua orang itu tampak canggung. Sejujurnya, Julius Randle tidak menyangka jika akan mendengar pengakuan Reinhart yang begitu gamblang. "Kau tidak perlu merasa bertanggung jawab hanya karena kau istri kaisar, Rein. Bagaimanapun risiko yang dihadapi cukup besar.""Apa sekarang Anda tidak yakin bahwa saya seorang Pengendali Waktu, Tuan?" Pertanyaan yang terucap dari mulut Reinhart membuat Julius Randle terpaku. Untuk sesaat, ia bisa merasakan kekuatan sihir yang cukup besar dari perempuan itu. Julius bahkan bisa merasakan mana Reinhart lebih stabil dibandingkan sebelumnya. "Bukan begitu, Rein. Bahkan sejak awal aku sudah bertanya padamu, kekuatan apa yang kau miliki hingga bisa menembus perpustakaan di ruanganku! "Kau pasti tidak lupa bukan, bahwa ruang perpustakaan itu berada jauh dari istana utama Kekaisaran Demir?""Ya, saya tidak akan pernah lupa.""Itu artinya, aku tahu sejak awal bahwa kau memiliki kekuatan sihir. Lalu kenapa aku harus meragukanmu sekarang?
Sang Kaisar merasa tertampar begitu mendengar pengakuan Reinhart. Tak ada sama sekali bayangan untuk meninggalkan perempuan itu. Tapi, bagaimana bisa Reinhart mengucapkan kalimat tersebut dari bibirnya? Jika dirinya adalah Caspian yang dulu, ia tak akan berpikir dua kali untuk mengabulkan keinginan Reinhart.Bahkan tanpa perempuan itu memintanya, Caspian pasti akan lebih dulu meninggalkan Reinhart. Apalagi setelah pengkhianatan yang dilaporkan oleh Rosemary.Tanpa mencari tahu kebenarannya lebih dulu, Caspian tak segan memenggal kepala sang putri. Sekalipun Reinhart telah membantah bahwa tuduhan itu tidak benar. Walaupun Grand Duke Narcissus sebelumnya sempat mengajak perempuan itu untuk kabur bersama. Namun, tak ada keinginan dalam diri Reinhart untuk menerima ajakan pria itu. Caspian tak akan mau tahu dan akan tetap mengedepankan egonya yang telah terluka. Hanya saja, Caspian yang sekarang bukan lagi dirinya yang dulu. Ia telah berubah menjadi sosok yang lebih hangat dan lembut
Empat puluh hari waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan ritual penghancuran mantra pengikat di kawasan Area Terlarang Ibukota Demir. Selama waktu itu pula, Reinhart mempersiapkan diri dengan giat. Hampir tiap hari ia berlatih bersama Julius Randle dan juga Sir Gabriel. Kedua orang itu membangkitkan kekuatan sihir dalam diri Reinhart untuk memaksimalkan ritual. Meskipun ia sendiri tak tahu pasti, dari mana sebenarnya kekuatan sihir itu berasal. Sosok yang membawanya ke dunia ini dan hanya sebatas ia dengar suaranya tanpa pernah ia tahu seperti apa wujudnya itu, tak lagi menampakkan diri. Ia menghilang bagaikan buih di lautan yang tersapu ombak. Membiarkan Reinhart seorang diri menghadapi takdir di dunia antah berantah ini. Namun, ia tak ingin membebani pikirannya dengan hal semacam itu. Yang paling penting, ia tetap bisa bertahan hingga hari ritual penghancuran mantra itu dilaksanakan. Dengan begitu, ia memiliki peluang hidup lebih tinggi. Sebab, Caspian tak akan mungkin menghu
Caspian termenung di ruang kerjanya. Hubungannya dengan Reinhart yang tak juga membaik, membuat pria itu tampak murung. Berbagai cara yang ia gunakan untuk meluluhkan sikap dingin Reinhart sama sekali tak berpengaruh. Justru perempuan itu semakin giat berlatih dengan Julius Randle dan Sir Gabriel hanya untuk menghindari dirinya. Sang kaisar menyadari hal itu dan membuatnya semakin terpuruk. Sungguh, ia sama sekali tak berharap hubungannya dengan Reinhart berakhir buruk. Dirinya bahkan menunda mengabulkan keinginan Reinhart menceraikan perempuan itu. Meski mudah baginya menceraikan sang istri sebagaimana para perempuan yang ia nikahi sebelumnya. Namun, Caspian tak bisa berlaku yang sama pada Reinhart. Perempuan itu telah menempati tempat spesial dalam hatinya. "Yang Mulia, ada utusan dari Menara Sihir yang ingin bertemu dengan Anda," lapor Duke Maxwell beberapa saat kemudian.Meski Caspian telah memerintahkan pada semua orang bahwa dirinya tidak menerima tamu hari ini. Dalam segal
Seketika, Caspian mencengkeram kerah jubah sang penyihir muda dan menyentakkannya ke tiang penyangga bangunan Menara Sihir. Pemuda di depannya itu meringis menahan sakit. Namun, tak juga mengubah ekspresi wajahnya yang seakan mengejek sang kaisar. Sementara, Duke Maxwell terlihat panik. Bukan sesuatu yang baik jika Caspian tersulut amarah dan membuat keributan di Menara Sihir. "Ya-yang Mulia," larang Duke Maxwell hendak meredam emosi Caspian. Justru pemuda yang kini berada dalam cengkeraman Caspian menunjukkan ekspresi yang semakin menjengkelkan. Tak ada celah lagi bagi Duke Maxwell untuk meredam emosi sang kaisar. Sebelum ketegangan di antara Caspian dan penyihir muda itu semakin meningkat, Duke Maxwell lebih dulu pergi dari sana dan mencari bantuan. "Anda marah, Yang Mulia? Apa kali ini, Anda jatuh cinta pada perempuan itu?" tanya sang penyihir muda dengan ekspresi muka yang tampak menyebalkan. Lengkung bibirnya terlihat sinis seolah menantang Caspian yang tak bisa menahan ek
Jantung Reinhart berdegup kencang. Apa yang baru saja ia lakukan adalah sebuah hal gila. Baru kemarin perempuan itu dapat mengendalikan kekuatannya dengan stabil. Ia mulai bisa menghentikan waktu meski hanya beberapa detik. Namun, demi menyelamatkan Caspian dari serangan penyihir hitam, ia bisa membangkitkan kekuatan yang cukup besar hingga membuatnya bisa menghentikan waktu cukup lama. Meski begitu, efek samping yang ia rasakan langsung terasa. Reinhart merasakan tubuhnya melemah. Tenaganya seperti terkuras habis hingga membuatnya terhuyung ke belakang. Kalau saja ia tak bersandar pada tiang penyangga bangunan, mungkin tubuh Reinhart akan terjatuh begitu saja di atas lantai lorong Menara Sihir. Sementara Caspian yang baru saja lolos dari maut, tampak linglung mencari keberadaan Reinhart. Ia yakin bahwa apa yang baru saja terjadi bukanlah ilusi. Perempuan yang sudah menolongnya benar-benar Reinhart. Ia bahkan menghentikan waktu di sekitar sang kaisar untuk meloloskannya dari mar
Pikiran tentang siapa yang meminta penyihir hitam mengacaukan wilayah Kekaisaran Demir, membuat Caspian terpengaruh. Pria itu masih tampak berpikir keras begitu kembali ke ruangannya. Melupakan bahwa salah satu tujuannya datang ke Menara Sihir adalah untuk melihat persiapan ritual yang dilakukan Reinhart. Ia kini bahkan semakin tampang murung setelah mendapat pengakuan dari sang penyihir. Julius yang saat itu sengaja mengikuti Caspian kembali ke ruang kerjanya, memberanikan diri untuk bertanya pada sang kaisar. "Kau percaya dengan ucapan penyihir hitam itu?""Ya, itu membuatku sedikit khawatir. Menghukum orang terdekatku lebih terasa berat ketimbang menghukum pengkhianat negara yang tak memiliki keterikatan denganku."Julius menghela napas panjang. Kabut di wajah Caspian menunjukkan betapa menderitanya pria itu saat ini. "Ada orang yang kau curigai?" pancing Julius dengan mimik muka yang tak mudah ditebak. Sang kaisar tak langsung menanggapi ucapan pria itu. Justru ia melirik ke