....
"Siapa, nih?" tanya Ander berbisik, tapi Daver malah menggelengkan kepala.
Daver berbicara samar-samar, "Gue juga gak kenal. Udah lo ngomong aja."
"Halo?"
"Eh, iya, halo! Ini bukan Daver, ini temennya," jawab Ander sekenanya. Ia tidak lupa menyalakan speaker ponsel. "Daver lagi.."
Ander memberi jeda sebentar. Jeda itu dipergunakannya untuk bertanya pada Daver dengan bahasa wajah.
"Mandi," ucap Daver pada Ander dengan suara sekecil mungkin.
"Lagi mandi," ucap Ander pada Letta. "Btw, dapet nomor Daver dari mana?
...Gantara mengangkat alisnya, terkejut. Ia tidak menyangka Daver akan dengan cepat memutuskan untuk menerima tawaran berat ini. Dari hati yang paling dalam, Gantara betulan senang."Benar?""Tapi itu semua masih lama, Pa. Aku aja belum lulus sekolah." Daver terkekeh. "Ke depannya, aku tetep butuh bimbingan dari Papa."Gantara mengangguk, lalu tertawa pelan. Ia senang memiliki anak laki-laki seperti Daver yang penurut dan dewasa. Bahkan Gantara bingung mengapa mantan istrinya lebih menyayangi dirinya ketimbang Daver."Oh, iya. Ngomong-ngomong anak Papa ini udah punya pacar belum?"Yang tadinya sedang mema
"I hate it when i have to remember my first aim."-Barbara Letta***Senin, 09.30 WIB."Hai! Ini temen-temennya Elena, kan? Gue bolehjoin?" ucap perempuan yang bernama panjang Barbara Letta itu.Dari nada bicaranya, Anara dan Fara dapat menangkap bahwa Letta adalah orang yang dapat dengan mudah menciptakan keakraban. Perempuan itu juga terlihat ramah sekali."Boleh," jawab Fara datar ketika para sahabatnya justru diam memperhatikan Letta.Anara memberi perhatiannya pada cowok-
***"Dav, temenin gue ke ruang guru,nape? Gue gak jadi mulu ajuin persetujuan lomba basket. Udah dua minggu-an gue undur mulu. Lomba-nya tinggal tiga minggu lagi tau!" oceh Rino bertubi-tubi, pas dengan dering bel pulang yang sedang berbunyi.Hanya tersisa Daver, sahabatnya, yang bisa diminta tolong. Soalnya, Evan dan Ander sedang dipanggil ke ruang guru karena ketahuan menyontek saat ulangan matematika tadi."Dari kemarin lo ke mana aja sampe baru sekarang lo ajuin?""Ya, gue lupa! Udah, ayo!" Rino menyeret tangan Daver supaya cowok itu berdiri. Ia beruntung karena Daver tidak susah disuruh.Baru keluar dari kelas, Rino terperanjat karena ia ber
..."Hai,incess!" sapa Rino menaik-turunkan alisnya, memandang Anara dengan riang.Anara hanya tersenyum sebagai balasan. Ketika pulang sekolah, hal yang pasti terjadi adalahmood-nya yang menjadi anjlok seketika."Please, gue takut. Tatapannya dia itu bener-bener tajem. Genit banget lagi lirikan antek-anteknya." Letta menyatukan kedua telapak tangannya, memohon."Ada apaan, sih?" Gema berkacak pinggang.Daver mendengus. "Lo bilang ke dia kalo lo kenal gue?""Eh, ada apaan?" Gema mengulang pertanyaannya, namun kali ini ia berbisik.Karena Daver dan Letta tidak menjawab, Rino yang merespon
"Yes, it's a falling in love. But it's more like afraid of losing you."-Daver Negarald***"Hari ini selesai." Anara meletakkan kembali beberapa buku dan alat tulis ke dalam tasnya tanpa melihat mata Gema.Gema mengembuskan napas panjang tanpa suara. Ia dongkol melihat Anara yang terus menerus bertindak cuek padanya."Capek?" Gema mencoba bertanya pelan.Anara mengangguk, lalu memandang Gema.Yang Gema tidak sangka, Anara tersenyum padanya. Meskipun senyum itu terlihat memaksa.Ya, memang Anara memaksa diri untuk tersenyum di saat ia sangat letih."Kenapa senyum?""Lo sabar banget gue judes-in.""Baru sadar kalo lo judes banget?" ujar Gema menyelipkan nada bercanda.Anara tertawa kecil. Ketika semua tugasnya selesai—termasuk tugas mengajar Gema—,mood-nya kembali seperti semula."Ra." Gema membuat posisi duduk
***Tin tin!Saat Anara dalam perjalanan dengan Ander, ada motor yang terus membunyikan klaksonnya sampai Anara merasa pusing karena motor tersebut tidak berhentitin tan tin.Anara menoleh pada motor di sisi kanannya yang ia yakini adalah pelaku tukang klakson itu."Siapa, sih?" tanya Ander.Anara melotot kaget. Itu motor Daver."Daver,weh. Kok tiba-tiba dia ada?""Hah, Daver?" Ander menolehkan kepalanya sebentar. Ternyata benar. Itu adalah motor Daver.Ander menepikan motornya. Ander melepas helm-nya, begitu juga dengan Anara.Di belakang, Daver ikut menepikan motornya di belakang motor Ander. Setelah mematikan mesin dan melepas helm, Daver turun dari motornya. Ia menghampiri Ander dan Anara.Dengan jahil, Daver menendang ban motor Ander yang besar. "Eh, mau ke mana lo berdua?"Anara turun, selanjutnya Ander juga."Lo, kok, jadi kayak setan, ya,
"It's okay if we aren't together. At least we are under the same sky. But sorry if i'm jealous too much. I just can't control it."-Anara Emiley***Daver terkejut saat ia baru keluar dari toilet. Bagaimana tidak?Letta berdiri di belakang tembok dan tiba-tiba keluar, berjalan cepat hingga sampai di hadapannya. Dengan senyum paginya yang ceria, ia menghalang jalan Daver."Masih pagi," ucap Daver tidak pakai niat.Alis tebal Letta berkerut, lalu ia mengangguk membenarkan. "Iya, tau. Makanya itu, gue mau ucapin sesuatu.Good morningDaver!"D
...Rino terbahak-bahak. "HAHAHAHA dengerin, tuh, Dav! Pake dasi! Dimarahin Erna mulu gak cape, lo?"Anara melihat sekitar, lalu mengembuskan napas tenang. Pasalnya, Rino menyebut nama guru dengan tidak sopan. Kalau ada guru yang lagi ke kantin dan mendengarnya, kan, bisa bahaya."Erna, Erna. Lo kira nama kucing? Yang sopan dikit! Kena kasus lagi mampus, lo!" Fara menggelengkan kepala heran, sedangkan yang ditegur malah cengengesan.Letta menarik kecil ujung lengan seragam Rino ketika cowok itu tiba di sampingnya. "Cepetan, Rino. Udah ditungguin dari tadi.""Iya, bawel!" jawab Rino pada Letta. Setelah itu, ia dengan jahil menarik ujung rambut Fara yang duduk di