“Kau tidak marah kan, jika kedepannya aku dan Hayes masih dekat sama seperti dulu sebelum dia menikah?” tanya Bella.“Anda bisa langsung menanyakannya kepada Hayes karena dia yang menjadi teman Anda,” jawab Alice datar.“Apa itu artinya kau melarangku berteman dengan Hayes?”“Saya tidak melarang Anda,” jawab Alice terbata. “Lalu apa maksudmu?”Alice berbalik dan memberikan kopi buatannya kepada Bella. “Saya tidak akan pernah mengatur pergaulan Hayes karena dia sudah dewasa, Anda tidak perlu meminta izin apapun lagi kepada saya, bertemanlah sesuka hati Anda dan Hayes.”Rahang Bella mengetat, wanita itu tampak kesal karena Alice berbicara dengan tenang saat menghadapi kata-kata tidak menyenangkannya. Seharusnya Alice marah, tapi responnya diluar apa yang Bella harapkan.“Kopi yang Anda mau.” Bella menerima kopi buatan Alice, namun begitu Alice melepaskan cangkirnya, dengan gerakan sengaja wanita itu menepis cangkir kopi itu ke arahnya hingga air panas kopi membasahi dressnya.Suara de
Setelah apa yang telah terjadi di dapur, Alice memutuskan mengurung diri di dalam kamar, duduk dalam kesendirian sambil merenungkan sesuatu yang tidak bisa ungkapkan.Alice duduk di atas lantai, memeluk lututnya dengan kuat, sorot matanya yang penuh luka.Alice tinggal bersama keluarga Borsman baru dua hari, tapi sudah ada banyak kejadian yang menyudutkannya dan mengoyak harapan yang Alice bawa untuk bisa menjadi seseorang yang lebih kuat dan bisa melangkah dari lingkaran hitam kehidupan yang menyesakkan.Alice menghela napasnya dengan berat. “Mengapa aku selalu seperti ini? Mengapa seluruh hal menyakitkan dan ketidak adilan selalu datang padaku disetiap harinya? Apa sekotor itu menjadi anak hasil pemerkosaan?” tanya Alice bertanya kepada dirinya sendiri.Alice menarik napasnya dengan sesak, memandangi langit yang terlihat cerah menyilaukan.Andai Alice mendapatkan segenggam cahaya dari langit itu untuk menerangi langkahnya, mungkin kini dia tidak terus mencari pintu cahaya untuk kelu
“Nyonya ingin bertemu dengan Anda,” ucap Mery memberitahu.“Anda serius?” tanya Alice terkejut.“Benar, barusan nyonya berpesan jika beliau ingin bertemu dengan Anda di taman kemarin.”Pada akhirnya kini Ivana memanggil Alice lebih dulu setelah kejadian dua hari yang lalu. Alice ragu untuk setuju bertemu karena tidak ingin membuat Ivana histeris hingga membuat keributan, disisi lain Alice tidak memiliki pilihan menolak karena ini berhubungan dengan rasa hormatnya pada Ivana yang memanggilnya.“Ba-baik,” jawab Alice terbata.Memahami kegugupan Alice, Mery tersenyum mengusap bahu gadis itu. “Anda jangan khawatir, nyonya Ivana tidak akan histeris lagi, percayalah kepada saya. Jika beliau yang meminta Anda datang terlebih dahulu, itu artinya nyonya Ivana baik-baik saja dengan Anda.”Alice membuang napasnya dengan berat, dia berusaha untuk mempercayai ucapan Mery dan berharap jika Ivana memang akan baik-baik saja.“Anda bisa ke sana sendirian,” titah Mery lagi.“Baik.”Dengan berat Alice
Hayes sangat membenci Alice, dia selalu merasa puas bila melihat gadis itu bersedih atas ucapannya, namun Hayes tidak suka menyakiti Alice dengan kesalah pahaman. Itu sama saja dengan menunjukan sisi bodoh Hayes.Rasa penasaran Hayes bertambah bila dia mengingat kejadian kemarin, dia harus pergi ke ruangan cctv dan melihat apa yang sebenarnya terjadi diantara Alice dan Bella.Apakah kali ini Alice juga bisa membuktikan bahwa kejadian itu juga dia tidak bersalah dan justru Bella yang berbohong?Ketika Hayes pergi ke ruangan cctv, terdapat seorang penjaga ruangan cctv disana yang langsung membantunya. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Hayes agar dia bisa melihat apa yang sebenarnya telah terjadi kemarin.Dengan serius Hayes melihat segalanya, dimulai dari kedatangan Bella ke dapur hingga terjadinya percakapan yang tidak bisa dengar.Ada ketegangan di antara Bella dan Alice, namun keduanya tetap tenang dan terus berbicara. Sampai pada akhirnya, Alice pergi membuat kopi dan Bella berdir
“Apa kau bodoh hah? Hanya dengan kau menunjukan wajah di depan Athur, itu sudah menjadi kesalahanmu!” tuduh Giselle menyudutkan segala kesalahan kepada Alice.Pupil mata Alice gemetar , gadis itu memaki dirinya sendiri, andai saja dia tidak bisa mendengar, mungkin itu akan lebih baik dibandingkan harus mendengarkan makian dan kata-kata buruk dari orang lain sepanjang waktu.“Jangan pernah muncul di hadapan Athur! Sekali lagi kau membuat masalah, aku akan mematahkan kakimu!” ancam Giselle tidak main-main. Dengan ekspresi jijiknya Giselle melepaskan cengkramannya dan mendorong Alice untuk mundur.Alice menarik napasnya dengan sesak sambil memeluk tubuhnya sendiri, wajah Alice sedikit terangkat mencoba memberanikan diri membalas tatapan Giselle. “Jika keinginan Anda adalah saya jauh dari Athur, mengapa Anda tidak membiarkan saya keluar saja dari rumah ini, mungkin itu lebih baik,” ucap Alice memberanikan diri menyeruakan jeritan hatinya yang sangat ingin pergi keluar dari kediaman Gisel
“Dimana Alice?” tanya Hayes. Dia sudah mencari keberadaan Alice di beberapa penjuru tempat hingga kamar, namun gadis itu tidak ditemukan keberadaannya.Mery tercengang, dia terkejut karena ini untuk pertama kalinya Mery mendengar Hayes menyebutkan nama isterinya. “Nona Alice sedang berbicara dengan nyonya.”“Dia tidak ada di sana,” jawab Hayes.Samar kening Mery mengerut bingung, beberapa saat yang lalu dia sendiri melihat Alice pergi ke taman, mustahil jika percakapannya dengan Ivana berjalan singkat.“Kalau tidak ada di taman, saya tidak tahu,” kata Mery.Hayes bertolak pinggang. “Dia selalu bersamamu, bagaimana bisa kau tidak tahu?”“Saya benar-benar tidak tahu, mungkin saja beliau pergi keluar untuk jalan-jalan.”“Telepon Philip, bawa dia kembali.”“Nona Alice pergi keluar selalu sendirian dan menolak di antar oleh sopir, apakah Anda tidak tahu itu?” jawab Mery dengan senyuman kakunya.Hayes membuang napasnya dengan kasar, dia tidak tahu apapun tentang Alice karena selama beberapa
Alice menurunkan pandangannya. “Anu, apakah Anda sering bermain piano?”Pertanyaan yang tidak terduga keluar dari mulut Alice membuat Theodor tersenyum heran. Tidak pernah sekalipun Theodor mendapatkan pertanyaan konyol seperti sedang berbasa-basi.Apakah gadis itu memang sedang berbasa-basi karena ada tujuan tertentu? Theodor ingin mengujinya.“Memangnya kenapa?” tanya Theodor dengan suara yang berubah dingin.Wajah Alice sedikit terangkat, menangkap kecurigaan di mata Theodor. Dengan ragu Alice berkata, “Kemarin saya tidak sengaja melihat Anda bermain piano di restaurant, saya merasa senang mendengarnya. Jika Anda sering bermain piano, apakah Anda bisa memberitahu saya dimana saya bisa melihat Anda bermain piano lagi?”“Aku tidak bermain piano di sembarangan tempat,” jawab Theodor dengan nada sombongnya.Alice terdiam tidak memahami jawaban Theodor, dengan senyuman yang sedikit memudar gadis itu mengangguk ragu. “Maaf sudah mengganggu Anda. Saya permisi.”Melihat Alice yang berbalik
Makan malam telah tiba, ada sesuatu yang berbeda dari biasanya karena malam ini, Ivana juga ada di meja makan.Ketika Alice datang, Ivana sudah duduk dengan tenang di kursinya ditemani oleh Damian. Ivana tidak berbicara apapun, ekspresi di wajahnya terlihat datar tidak menunjukan tanda-tanda bahwa dia akan langsung mengusir Alice.Sesaat tatapan Alice bertemu dengan Hayes, dengan cepat keduanya saling membuang muka dan duduk berdampingan.Hayes masih canggung bila mengingat dia sudah membuat dua kesalahan, yaitu menuduh Alice sudah menumpahkan kopi pada Bella dan mengusir Alice yang sempat ingin menemui ibunya dan menuduhnya dengan sesuatu yang tidak menyenangkan.Hayes tidak memiliki pembelaan apapun bila nanti Alice mengungkitnya di depan Damian. Hayes bukan seseorang yang bisa menyangkal atas kesalahan yang telah diperbuatnya.“Aku dengar Theodor sudah pulang, apa kau bisa mengundangnya ke kantor? Ayah ingin membicarakan masalah beasiswa untuk beberapa anak karyawan di perusahaan,”
Satu menit..Dua menit..Tiga menit telah berlalu, masih tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua, keduanya terjebak dalam diam, memandangi lautan yang terlihat lebih tenang dari biasanya.Tangan Alice terkepal meremas permukaan pakaiannya, jika tidak ada yang memulai pembicaraan, Alice akan terjebak lebih lama disini.Beberapa kali Alice menarik napasnya untuk mengumpulkan sebuah keberanian untuk memulai percakapan. “Bagaimana kabar Anda?” tanya Alice.Claud menggenggam kuat ujung tongkatnya, wajahnya bergerak ke sisi untuk melihat keberadaan Alice, bola mata Claud bergerak turun melirik perut Alice yang cukup besar meski usia kandungannya masih muda. Tubuh Alice yang pulih masih cukup terlihat sangat kecil, pasti akan sulit untuknya bergerak saat usia kandungannya mulai menginjak lima bulan.“Berapa usiamu?” Claud balik bertanya.Pandangan mereka saling bertemu, Alice tenggelam dalam sorot mata Claud Borsman yang pekat. Alice sudah terbiasa hidup dikelilingi orang-orang yan
Tangisan Eniko kian kencang, hatinya terguncang hebat oleh kata-kata yang tidak pernah sekalipun dia harapkan akan terucap dari mulut Theodor. Hidup Eniko berubah hanya dalam semalam, hatinya hancur seolah dunia disekitarnya runtuh tinggal debu. Eniko tidak pernah seputus asa ini dalam hidupnya hingga dia tidak dapat melihat masa depan lagi.Eniko malu bila terus egois mengikuti kata hatinya untuk tetap mengejar Theodor. Pria itu pantas mendapatkan wanita yang sebanding dengannya, Eniko tidak ingin keberadaannya membuat Theodor malu.“Menangislah sampai semua sesak didadamu berkurang,” nasihat Theodor terdengar sedikit canggung. Ini untuk pertama kalinya dia melihat Eniko menangis, memeluknya lebih dulu dan ini untuk pertama kalinya.Menyadari situasi yang kini tengah tidak begitu baik, perawat yang mengurus Eniko memilih mundur secara perlahan dan pergi meninggalkan ruangan untuk memberi mereka waktu luang.Ruangan itu kini hanya terdengar tangisan dan pelukan hangat Theodor yang sec
Theodor mengusapkan telapak tangannya pada sisi celana, menyingkirkan keringat dingin yang mengganggunya. Dia gugup tanpa asalan, beberapa kali dia harus menarik napasnya agar mendapatkan sedikit ketenangan sebelum mengetuk pintu dan memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan tempat Eniko dirawat.Dua langkah Theodor memasuki ruangan, pandangan Theodor langsung tertuju pada Eniko yang tengah duduk di ranjangnya, wanita itu memandangi jendela di depannya.Theodor melangkah dengan hati-hati sampai pada akhirnya Eniko menengok ke arahnya dan mereka terjebak dalam diam saling memandang satu sama lainnya.Napas Theodor tertahan di dada, melihat sisi wajah Eniko yang bengkak dan memiliki lebam cukup pekat hingga menghabiskan separuh wajah cantiknya, tangannya tepasang infusan dan dia mengenakan pakaian pasien.Mungkin butuh waktu beberapa hari agar lebam itu menghilang dari wajahnya.Dengan langkah yang berat Theodor mendekat dan berdiri di sisi Eniko yang tidak dapat mengalihkan pandan
“Mengapa Ayah membawanya kesini? Ayah tahu kan jika aku sangat membencinya.”“Aku juga tidak memiliki alasan apapun untuk dikatakan,” jawab Damian pelan.Damian tidak mengerti dengan alasan Claud yang mau datang menemui Alice, tidak seperti biasanya dia tertarik pada hal yang tidak menguntungkan. Anehnya, ada sesuatu yang tidak biasa dari Claud Borsman tunjukan, sepanjang perjalanan menuju Emilia Island, Claud hanya menanyakan kesehatan Hayes dan Alice, dia tidak membahas bisnis apapun.Hayes menghisap rokoknya, kepulan asap terlihat bergerak keluar dari mulutnya. Suasana hati Hayes telah dirusak oleh keberadaan Claud Borsman. “Jangan pernah coba-coba untuk mendamaikan aku dengannya, sekeras apapun Ayah berusaha, itu tidak akan berhasil,” peringat Hayes.“Aku tidak akan pernah memaksamu untuk memaafkan kesalahannya Hayes,” jawab Damian dengan nada menggantung. Dalam satu tarikan napas panjangnya Damian kembali berkata, “Hayes, selama ini, sebelum kau mengetahui kebenaran siapa diri
Wajah Claud Borsman berubah pucat, terkejut oleh sesuatu pertanyaan yang tidak pernah dia sangka. Claud Borsman terdiam membungkam kehilangan kata-kata untuk menjawab.Terlahir dari kelas bangsawan membuat Claud Borsman tebiasa dilayani dalam setiap hal, terbiasa menerima rasa hormat dari orang lain yang membangun jiwa angkuh di dalam dirinya.Keangkuhan itu membuat Claud Borsman tidak pernah meminta maaf dan bebas bertindak semaunya tanpa peduli itu benar atau salah, Claud Borsman tumbuh tanpa rasa penyesalan disetiap tindakan yang diambilnya karena dia menganggap setiap manusia yang terlibat dalam hidupnya sebatas objek sesaat.Claud Borsman sendiri tidak pernah tersinggung dengan kritikan tajam siapapun, dia terus berjalan di jalan yang menurutnya benar tidak peduli dengan halangan siapapun, karena siapapun yang berani menghalangi jalannya, Claud Borsman akan menyingkirkannya.Sekarang Hayes menutut maaf darinya?Apakah Claud Borsman bisa melakukannya? Apakah permintaan maaf akan s
“Sepertinya paman Damian sudah datang,” gumam Athur melihat sebuah mobil khusus telah terparkir di depan salah satu parkiran khusus resort.Athur menepikan mobilnya ke sisi. “Aku harus pergi memeriksa restaurant dulu.”Alice mengangguk dengan senyuman, gadis itu bergeser dan melangkah keluar ketika pintu disisinya sudah dibukakan oleh Hayes. Sementara Athur memutar balik mobilnya dan pergi meninggalkan tempat.Alice dan Hayes memasuki resort, sempat Hayes menanyakan kedatangan Damian dan menanyakan keberadaannya saat ini kepada seseorang yang menyambut.Resort yang dibangun sekitar satu tahun lalu itu akan segera diresmikan dalam waktu dekat karena pembangunan yang masih berjalan membutuhkan waktu satu tahun lagi.Jarang sekali mereka datang ke tempat ini meski sudah beberapa kamar yang tersedia, Alice dan Hayes lebih suka menghabiskan waktu mereka berdua di paviliun menjalani kehidupan yang sederhana. Hayes sesekali datang ke tempat ini untuk melakukan pertemuan dengan beberapa rekan
Gelombang ombak menari-nari dibawah langit sore yang cerah, permukaan laut terlihat indah dilukis bayangan cahaya matahari sore, sapuan angin membelai pipi, suara burung terdengar bernyanyi di udara dan bibir pantai.Bayangan lumba-lumba yang tengah berenang terlihat dibawah permukaan air, suaranya terdengar di antara gemuruh air, mereka berenang dengan cepat dan sesekali melompat, cipratan air menyentuh ujung permukaan yachts.Alice beranjak dari duduknya dan mendekat pagar untuk melihat mereka lebih dekat. Alice tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, pemandangan indah ini masih terasa seperti mimpi untuk Alice meski dia sudah tinggal di Emilia Island lebih dari setengah tahun lamanya.Pulau ini sangat indah seperti negeri dongeng, terkadang keindahannya seperti sesuatu yang mustahil benar-benar ada di dunia nyata.Emilia Island dimiliki seorang salah satu miliarder negeri ini sekaligus salah satu anggota kerajaan, orang itu bernama Julian Giedon, dulu pulau ini hutan belantara sel
“Pak Damian,” panggil Duma memasuki ruangan Damian dan mendapatinya tengah berkutat dengan setumpuk pekerjaan yang harus dikerjakan besok akan diselesaikan hari ini juga.Damian tidak sabar ingin pergi ke Emilia Island dan berkumpul dengan keluarganya untuk merayakan kabar cucu kembarnya yang kini masih berada dalam kandungan Alice.Damian berencana untuk pergi meninggalkan kantor pusat selama dua hari dan menghabiskan waktunya bersama Alice juga Hayes.Damian tidak ingin kehilangan setiap moment perkembangan cucunya yang sangan dia nantikan.Usia Damian sudah menginjak enam puluh tahun, dan meski dia sudah menikah, namun Damian tidak pernah sekalipun mengalami fase dimana dia mendampingi seseorang yang mengandung hingga melahirkan dan merawatnya sampai tumbuh besar.Meski Damian menikahi Ivana dan menjadi ayah untuk Hayes, namun itu dilakukan sejak Hayes akan memasuki bangku taman kanak-kanak.Itupun, butuh proses yang sangat lama bagi Damian bisa menyayangi Hayes setelah dia tahu Ha
Seikat bunga mawar kuning berada dalam genggaman, Theodor berdiri dalam ketegangan menatap dua pintu besar di hadapannya yang terjaga oleh dua orang tentara.Kapan terakhir kali Theodor datang ke rumah Eniko? Sepertinya saat dia masih berada di bangku sekolah dasar. Saat itu Theodor menghadiri pesta ulang tahun Eniko yang ke lima, sejak malam pesta ulang tahun itu, Theodor tidak pernah lagi mau datang ke rumah Eniko karena sebuah alasan yang kuat. Theodor masih ingat ada sebuah kejadian memalukan yang dia alami ditengah pesta karena Eniko. Eniko mengajaknya pergi berdansa, karena Theodor mengantuk dan menolak keinginannya, Eniko menggigit pipinya sampai Theodor menangis hingga menjadi tontonan banyak orang.Bila ingat-ingat lagi, Theodor tidak memiliki kenangan baik setiap kali bersma Eniko. Eniko selalu saja menciptakan warna kacau dalam hidup Theodor.Sangat menyebalkannya lagi Theodor tidak bisa berbicara kasar ataupun melakukan sedikit kekerasaan karena Eniko seorang perempuan.