Mematut diri di hadapan cermin, memandangi wajah mulus tanpa ada yang tahu termasuk suami.
"Tega sekali kamu, Mas. Disaat aku sudah mencintaimu, gampang sekali kamu membawa orang ketiga." "Andai kamu tahu wajah asliku, apa kamu akan mencintaiku?" tanyanya dengan tatapan sendu. Untuk kesekian kali, buliran bening menyapa pipi, makanan sehari-hari yang diberikan Arkhan padanya. Bunyi ketukan pintu sangat keras dan mendesak mengagetkannya. Cepat ia menghapus sisa air mata yang membasahi pipi. Beranjak menuju wastafel, cuci muka di sana. "Ayleen! Ayleen! Kamu ngapain di dalam? Mau malas-malasan kamu, hah!" Belum sampai satu jam wanita itu masuk ke rumah, Ayleen sudah hapal betul suara siapa yang memanggil dan mengetuk pintu tidak sopan. "Kamu ---" Ucapan Sandra semakin pelan lalu terpotong. Kepalan tangan melayang di udara. Hendak menggedor lagi keburu Ayleen membuka pintu. "Apa? Tidak tahu sopan santun kamu di rumah orang. Main gedor-gedor semaumu," ketus Ayleen melotot, mendongakkan dagu. Menantang. "Rumah orang? Jangan salah kamu! Ini rumah suamiku. Berarti rumah aku juga!" "Dasar, wanita tak tahu diuntung. Aku tahu kamu punya niat terselubung masuk ke rumah ini." Ayleen membatin setelah apa yang telah ia lihat tadi. Tidak mungkin mengatakan bahwa ia mencurigai madunya itu, sementara dia sendiri belum punya bukti kuat. "Arkhan suamiku, aku istri pertama. Akulah yang berhak di sini!" Ayleen mengarahkan telunjuk ke lantai. Tegas dan berani. "Berhak? Pandai sekali kamu melucu. Kamu lupa? Tidak ada Ayleen di hati Arkhan. Hanya ada aku, Sandra. Camkan itu." "Untuk saat ini, memang kamu yang ada di hatinya. Tapi, suatu hari nanti namaku yang akan ada di sana," balas Ayleen. Sandra tersenyum kecut. "Yakin sekali kamu, wanita bopeng." "Kita lihat saja nanti. Asal kamu tau, namaku yang tercatat di buku nikah dan orang tau Ayleen lah istri Arkhan Septiano," pekik Ayleen mengingat pernikahannya dihadiri keluarga dan kolega bisnis Arkhan. Tidak terlalu besar, tapi cukup untuk mengenalkannya sebagai istri Arkhan. Sandra yang pernikahannya hanya di KUA dan dihadiri dua keluarga jadi meradang. "Oke. Asal kamu tahu juga, tidak ada satu orangpun yang mengenal wajahmu. Kamu pakai masker saat menikah. Sekarang akulah yang akan mengganti posisimu di depan umum. Ha ha ha." Sandra tergelak membayangkan dirinya mengambil peran Ayleen di luar sana. Sementara Ayleen tidak diakui suami sendiri, hanya sebatas kebetulan tercatat di buku nikah dan seatap. Telak. Ayleen terdiam. Dia tidak menampik ucapan Sandra. Semuanya memang benar. Ternyata Sandra sangat tahu bagaimana rumah tangga yang ia jalani. Pasti bukan hal yang sulit dan mustahil bagi Sandra mengelabui semua orang dengan menjadi dirinya di hadapan semua orang. Tega sekali Arkhan, memberitahu aib rumah tangga pada istri barunya. Tidak! Ayleen tidak boleh terlihat lemah. Ia mengangkat dagu sedikit lebih tinggi dari semula. Seketika, ia tersadar memang tidak ada yang mengetahui wajahnya tapi bukankah orang tahu wajah Sandra? Bagaimana dia bisa mengaku sebagai orang lain? Senyum tipis menghiasi wajah. 'Orang ini bod*h atau apa sih?' "Kamu tidak akan bisa menggantikan posisiku. Pelakor!" Hampir saja Ayleen menerkam wanita pelakor di hadapan andai dia tidak ingat bagaimana posisinya di rumah ini. Dia pasti kalah. "Kamu menyebutku pelakor? Sini. Belum sadar juga kamu. Arkhan tidak pernah mencintaimu maka dia tidak akan membelamu." Sandra merangsek masuk ke kamar, menarik kasar lengan Ayleen yang berdiri memeluk pintu. "Biar saja aku jadi pelakor, yang penting akulah yang Arkhan cintai. Bukan kamu!" sambung Sandra berapi-api. "Lepaskan tanganmu atau kau akan menyesal!" Ayleen menyentak kuat pergelangan yang dicengkram hingga Sandra hampir tersungkur kemudian mengaduh kesakitan. Ayleen menyeringai. "Tenaga seperti semut sok-sokan mau melawanku," batinnya. "Apa-apaan ini, Ayleen!" Tiba-tiba Arkhan datang dari kamar sebelah dengan tergesa. Menarik Sandra ke pelukan lantas menghadiahi kecupan singkat di kening. Sementara Ayleen mendapatkan hadiah berupa pelototan. "Kamu tidak apa-apa kan, Sayang? Apa ada yang sakit?" Tampak jelas kekhawatiran di wajah Arkhan. Tubuh Ayleen diselimuti hawa panas. Marah dan cemburu merasuki dada. Kemesraan dan perlakuan Arkhan yang menjadi haknya kini diambil wanita ulat bulu itu. Sandra memeluk Arkhan semakin erat. Menangis tersedu-sedu. Seolah dia dianiaya sampai tak berdaya. "Kamu apakan Sandra, Leen?" teriak Arkhan dengan dada kembang kempis. Tidak terima istri kesayangan kesakitan. "Hah." Ayleen melongo, pertanyaan lelaki yang tidak tahu apa-apa itu seperti menuduh. "Kamu apakan Sandra sampai dia kesakitan? Kenapa kamu berubah kasar begini, Ayleen?" bentak Arkhan. Tuh, kan benar. Arkhan pasti menuduh Ayleen berbuat kasar pada Sandra karena ia tadi jelas melihat kepala Sandra hampir menyentuh lantai karena lengannya dihempas kuat oleh Ayleen. Ayleen menunduk. Sangat sakit rasanya dibentak dan dituduh oleh pria yang disayang. Sementara pria itu dengan sengaja memperlihatkan kemesraan yang tidak pernah ia berikan pada Ayleen. "Padahal aku hanya minta bantu pijitkan kaki ku, Mas. Kakiku sangat pegal. Dia marah dan hendak memukulku," tukas Sandra membuat Ayleen melotot. 'Tuduhan apa itu? Rupanya ulat bulu ini sudah bermetamorfosis jadi ular piton. Belum tahu dia, aku juga bisa jadi ular kobra' Arkhan mengarahkan tatapan elang. Tajam dan dingin hingga Ayleen menciut. Keberanian yang ia tunjukkan pada Sandra luntur seketika berhadapan dengan Arkhan. "Setan apa yang merasukimu, Ayleen? Berani sekali kamu menyakiti Sandra." "Dia yang menyakitiku, Mas. Aku hanya mempertahankan diri. Kenapa malah dia yang dibela?" Ayleen menyangkal, menatap Arkhan sekilas kemudian menunduk lagi. Semoga Arkhan percaya padanya. Meskipun dia tahu, tipis harapan untuk memperoleh kepercayaan itu dari pria yang tertutup hatinya. "Dia istriku. Kamu harus berbuat baik padanya." Sandra semakin mempererat lingkaran tangan di tubuh kekar Arkhan. Melirik Ayleen sambil menerbitkan senyum kemenangan. "Aku juga istrimu. Mengapa kamu tidak pernah memperlakukanku sepertimu memperlakukan Sandra?" balas Ayleen pelan dengan kepala menunduk. Entah dapat keberanian dari mana dia hari ini. Meluahkan apa yang menyesaki dada. "Berbuat baik pada Sandra. Aku janji akan berbuat baik padamu." Pandai sekali sang cassanova itu membujuk menggunakan kelemahan Ayleen dan dengan bodohnya, Ayleen mengangguk. "Bagus. Kamu memang istri yang baik. Sekarang, lakukan apa yang Sandra mau." Tangan pria itu terulur paksa, mengelus puncak kepala sang istri pertama. Ayleen mendongak, menatap lekat wajah tampan yang kini memenuhi rongga hatinya. Merekam dari jarak dekat rahang tegas, hidung tinggi, alis tebal dengan tubuh kekar menjulang seorang pria yang memiliki kemiripan fisik dari cinta pertama - Bipta - papanya. Pria itu seperti reinkarnasi dari Bipta, yang membuat ia jatuh cinta sedalam-dalamnya. Sementara Sandra menatapnya penuh kebencian. "Ayo, mau pijit di mana, Sayang?" Arkhan merangkul pinggang Sandra. "Di sofa ruang tamu aja, Mas," sahut wanita kobra yang kembali jadi ulat bulu. Suaranya lembut dan menggoda. "Ayo, cepat. Ngapain kamu diam di situ!" sentak Sandra melihat Ayleen masih terpaku di depan pintu menatap kepergian sepasang pengantin baru menuruni tangga. Ayleen terperanjat lantas terburu-buru mengekor di belakang. 'Ups ... Aku baru sadar, dia minta dipijit kan ya? Bukankah itu berarti aku bisa memberinya beberapa hadiah kecil sebelum memberikan hadiah istimewa?' Ayleen tersenyum-senyum sembari menuruni tangga. Ide gila mulai muncul di benaknya.Sandra yang keheranan melihat tingkah Ayleen bertanya, "Ngapain kamu senyum sendiri? Udah jelek, gila lagi. Harusnya kamu usir dia dari sini, Mas." Sandra memutar bola mata ke samping, menatap Arkhan."Hush! Jangan! Dia masih ada gunanya. Tuh lihat rumah kita, bersih. Aku tidak perlu sewa ART." Arkhan menunjuk beberapa sudut rumah.Sandra merotasikan bola mata sesuai telunjuk Arkhan. Benar saja, rumahnya rapi dan bersih. Setahu Sandra, memang di rumah itu tidak memakai jasa ART setelah pernikahan Arkhan dan Ayleen. Ayleen yang bekerja sebagai Office Girl di suatu perusahaan pernah berkata, "Kantor aja bisa ku bersihkan, apalagi rumah pribadi kita." Sandra mengingat bagaimana Arkhan menirukan cara bicara Ayleen saat mereka masih berpacaran, tepatnya berselingkuh."Lagipula, aku tidak bisa sembarangan mengusir dia. Andai Kakek tidak mengancamku, sudah ku lakukan dari dulu. Tidak hanya ku usir, aku akan langsung menceraikannya." "Adanya Ayleen, kamu juga bisa minta ini itu sama dia, kan
Pijitan Ayleen sanggup membuat Sandra tertidur pulas. Racikan Ayleen memang belum bereaksi. Dosis sedang memberikan ia posisi aman agar tidak memancing kecurigaan sepasang pengantin baru. Meninggalkan wanita ulat bulu di sofa, ia berpindah ke kamar. Duduk kembali di meja rias menghadap cermin besar di sana.Cukup lama Ayleen mematut diri di hadapan cermin hingga langit oranye menyapa. Suara ketukan pintu cukup keras memecahkan lamunan. Tergesa-gesa, ia pasang kembali selaput tipis yang memberi kesan kerutan di sebagian besar pipi kanannya."Sia..." Pertanyaan Ayleen terpotong karena kala pintu terbuka menampilkan sosok tegap Arkhan. Ia tidak menyangka Arkhan akan mengetuk pintu kamarnya. Sesuatu yang mustahil baginya selama ini."Aku dan Sandra lapar, kamu bikinkan kami makanan ya. Cepat," pinta Arkhan memaksa."Masih ada sup ayam tadi," sahut Ayleen mencoba ketus meski hatinya berbunga-bunga, jantungnya jedag jedug tak menentu bertatapan dengan sang pujaan hati.Arkhan menatap dingi
Beberapa menit selesai makan, seperti biasa Ayleen merapikan meja dan mencuci piring. Sandra sama sekali tidak berniat membantu."Hallo, wanita sok cantik. Harap cuci piringmu," seru Ayleen kala melihat Sandra berlenggang meninggalkan dapur.Mendengarnya, Sandra terbahak. "Aku sok cantik? Aku cuci piring?" Sandra menunjuk wajahnya sendiri. "Sorry banget. Aku gak akan mengotori tangan mulusku dengan sabun." Wanita ber-make up tebal itu menghampiri. Mendorong sedikit bahu Ayleen. Ayleen yang tidak siap karena tidak mengira Sandra berani main fisik, tubuhnya sedikit oleng. "Hey, wanita bopeng. Jangan samakan aku dengan kamu. Kamu cocoknya jadi pelayan saja di rumah ini. Melayani kami sebagai raja dan ratu. Jadi, kamu cuci semua piring kotor itu. Paham?!"Ayleen merasa geli mendengar ucapan sombong dan angkuh wanita di hadapannya. Jujur, sebenarnya ia merasa kecantikan Sandra tidak sebanding dengan kecantikan yang ia miliki. Hanya saja, ia harus menutupi kecantikan itu dengan silikon tip
"Ayleen di sini, Ma." Ia memunculkan diri dari ruang kerja dekat vas bunga. Suara Ayleen sontak membuat dua wanita tadi menoleh kemudian mendekat. Ayleen mencium tangan keduanya sambil mencoba menekan dada bergemuruh. "Kamu ngapain di situ, Sayang?" Mama Indah merangkul pundak sang menantu, mengajaknya duduk di ruang tamu bersama Papa Alfi. Ayleen tahu, mertua dan Nenek Cia sedang bersandiwara jadi rubah baik. Maka diapun ikut bersandiwara sesempurna mungkin, mengikuti alur cerita yang diperankan keluarga Arkhan.Menatap kedua mertua dan Nenek Cia satu per satu, hati bagai diremas kuat hingga hancur berkeping. Perih sekali. 'Mengapa kalian berpura-pura menyayangiku disaat bahagiaku terpusat pada kalian? Apa salahku? Apakah karena aku jelek? Bukankah kalian yang menginginkanku hadir dalam keluarga kalian?' Berbagai pertanyaan merasuki benak. "Tadi lagi membereskan meja kerja Mas Arkhan, Ma," jawab Ayleen berbohong. Senyuman tipis menghiasi wajah, menampilkan kerutan bekas luka baka
Di sebuah jalan raya yang cukup sepi saat Arkhan hendak menuju hotel, tanpa diduga mobil dihadang oleh delapan preman menggunakan sepeda motor."Berhenti!" teriak salah satu preman yang menyalip ke depan mobil. Arkhan menekan rem mendadak hingga menimbulkan bunyi ban berdecit nyaring.Sandra panik. Ia memeluk lengan Arkhan. "Mereka mau apa, Mas? Aku takut." Suaranya terdengar gemetar."Tenang, Sayang. Paling mereka akan meminta uang," imbuh Arkhan mencoba menenangkan istri.Dua preman turun dari motor, menghampiri mobil. Mengetuk kasar pintu depan mobil kiri dan kanan.TokTok"Keluar kalian!"Arkhan tidak serta merta mengikuti kemauan preman itu. Ia takut akan terjadi hal yang lebih parah jika keluar."Keluar atau kami pecahkan kaca mobil mahalmu!" Preman yang satunya mengancam.Sandra semakin ketakutan. Wajahnya pucat pasi. "Gimana ini, Mas?""Aku keluar saja. Kamu tunggu di sini." Tanpa menunggu jawaban, Arkhan gegas keluar bersamaan dengan enam orang preman lain turun dari motor.
"Jangan mendekat!" Arkhan mengusir wanita yang baru saja ia nikahi tadi siang."Mas ...," lirih Sandra terisak. Terus mendekati sang suami, namun Arkhan selalu menjauh. Seakan-akan jijik pada Sandra."Kita pulang ke rumah," ucap Arkhan cepat, berjalan menuju mobil mendahului Sandra."Mas, bukannya malam ini kita nginap di hotel?" Sandra berlari kecil mengejar Arkhan dengan linangan air mata. Setelah apa yang terjadi padanya, bukan dukungan yang ia terima, tapi penolakan dari pria yang seharusnya memberi kenyamanan dan ketenangan.Arkhan berpaling sejenak. Sorot matanya tajam, siap menusuk apapun di hadapan. "Lihat penampilanmu!"Gemetar. Sandra memindai tubuhnya dari atas ke bawah. Baju compang camping, banyak sobekan di sana, rambut kusut berantakan, make up luntur, lipstik merah menyala bahkan menepi ke tempat yang bukan seharusnya.Memejamkan mata. Sandra menarik napas dalam. Menenangkan rasa yang hancur berserakan. "Kita bisa beli pakaian dulu, Mas. Aku akan memberikan yang terbai
"Lihat! Mau mengelak seperti apa lagi kamu?!" Arkhan menyodorkan ponsel berisi video yang dikirim oleh nomor tak dikenal. Video dimana baju Sandra dirobek paksa. Dua preman itu mencumbu tubuh Sandra secara brutal. Sandra meraung meminta tolong hendak dilepaskan, kedua preman itu semakin blingsatan. Memukul dan melecehkan secara bergantian. Raungan kesedihan dan ketakutan Sandra seakan memanggil mereka untuk berbuat lebih. Papa Alfi ikut menyaksikan pelecehan yang dialami Sandra. Wajahnya tambah memerah. 'Apa yang terjadi jika video itu tersebar? Ini aib besar. Bagaimana nasib perusahaan andai semuanya bocor?'"Siapa yang mengirimkan video itu?"Arkhan menggeleng. "Tidak tahu, Pa. Sudah dihubungi, tapi nomornya tidak aktif."Papa Alfi tampak berpikir keras. Memikirkan kemungkinan siapa orang yang menjadi dalang kejadian tadi."Tapi, Mas. Aku tidak merasakan sakit di area intimku. Itu tandanya aku masih per**an." Sandra tetap menyangkal sambil menangis tersedu-sedu."Siapa yang percay
Di kamar yang berbeda. Ayleen melepas gaun hitam, Ayleen menghempas tubuh di ranjang empuk. "Huft. Hampir saja gagal. Ternyata Mas Arkhan jago bela diri juga. Lumayan untuk mengulur waktu. Andai saja tidak, aku bakalan telat ke sana," ucapnya bermonolog.Ia memejamkan mata, mengingat kembali rekaman kejadian tadi.Beberapa jam yang lalu...Ayleen mencurigai Mama Indah yang mendadak rajin membuat minuman. Dia pikir, apakah ada hubungannya dengan ketakutan mereka terhadap Ayleen yang bisa menggagalkan malam pengantin Arkhan? Dari lantai atas, Ayleen mengintip Mama Indah. Memang benar, Mama Indah memasukkan sesuatu ke dalam satu gelas teh. Sementara teh yang lain tidak. Sudah bisa Ayleen tebak, teh itu untuknya.Ketika Mama Indah sudah membawa minuman ke ruang tamu, giliran Ayleen yang ke dapur. Mengecek bungkus yang dibuang Mama Indah ke tong sampah. Obat pencahar, itulah yang dimasukkan ke dalam teh Ayleen. Bagai ditusuk ribuan jarum, hati Ayleen perih menerima perlakuan penuh tipu da
"Maafkan saya, Pak. Kami tidak sengaja. Saya tidak akan mengulanginya lagi." Tejo menunduk malu mengingat tingkah bejatnya barusan. "Saya juga minta maaf, Pak. Saya dalam keadaan tidak sadar," ungkap Santi yang langsung di SP3 oleh Pak Erfan. Dari tadi ia terus membela diri dari tuduhan. Dia yakin sedang dikuasai obat perangsang. Andai tidak, mana mungkin dia sudi kesuciannya direnggut oleh lelaki kere dan kerempeng seperti Tejo."Kalian bilang tidak sengaja? Tidak sadar? Kalian bahkan sangat menikmatinya dan kamu menyebut namaku dengan mulut kotormu itu, Santi." Pak Erfan berang. Tejo dan Santi terlonjak kaget kala meja di hadapannya digebrak kuat."Cepat keluar dari ruanganku! Kalian ku pecat dengan tidak hormat dan tanpa pesangon."Dua manusia tadi sontak menggeser kursi, berlutut di depan meja. "Tolong beri kami kesempatan, Pak."Tejo tidak rela pekerjaan yang ia dapatkan susah payah harus berakhir memalukan seperti ini. Sementara Santi, ia merasa tidak rela harus kehilangan pri
Amarah memuncak dan berkumpul di ubun-ubun tatkala Sandra melihat dengan mata kepalanya sendiri, Arkhan sedang makan bersama seorang wanita bermasker. Awalnya ia memang ingin makan siang di restoran ini. Jarak Restoran Antik memang cukup dekat dengan kantor tempatnya bekerja. Ia sempat merasa bahagia saat melihat mobil Arkhan terparkir, keinginannya makan siang bersama Arkhan akan terkabul. Tidak disangka, kedatangannya ke tempat ini membuat dadanya terasa dihimpit bongkahan batu besar hingga remuk redam."Tadi ku ajak makan siang bersama, dia bilang ada meeting. Lalu ini apa?" Sandra menggerutu kesal sambil menggulung jarak hingga menyisakan sekitar satu setengah meter dari meja Arkhan. Emosi Sandra semakin membuncah kala ia mendengar Arkhan terdengar penuh harap meminta alamat wanita bermasker itu dan berniat untuk makan bersama kembali."Arkhan!"Kini Sandra sedang berada di belakang Arkhan. Ayleen yang sedang menjauh sontak menoleh mendengar suara yang baru kemarin ia hapalkan. S
"Selamat tinggal, Santi. Sepertinya kali ini kamu akan benar-benar tidak bisa menggangguku lagi." Ayleen bergumam pelan seraya mengayun langkah ke arah parkiran. Senyuman manis terukir di wajahnya. Tanpa ia sadari, tindakan yang baru saja ia lakukan membuat lobang kecil untuk dirinya sendiri.Sebelum menaiki motor, Ayleen menyempatkan diri menghubungi Dean. "Hallo, Dean." Ayleen menyapa sesaat telepon tersambung."Hallo, Bos. Ada yang bisa ku bantu?""Apa sudah ada informasi tentang keluarga Hendrawan?""Informasi baru saja ku dapatkan, Bos. Semua informasi tentang suami Bos dan kedua orangtuanya bisa dikatakan lengkap. Namun, informasi tentang Hendrawan sendiri terpotong," sahut Dean yang merupakan satu-satunya anak buah yang tahu bahwa Ayleen sudah menikah."Maksudmu?" Ayleen merasa ada yang mengganjal pada informasi tersebut."Hanya ada informasi tentang Hendrawan sejak enam tahun lalu, sebelumnya datanya ditutup."'Ditutup? Apakah itu berarti Kakek Hendrawan bukan orang biasa? Ke
Ayleen terdiam dalam lamunan. Teguran Bu Asmara menariknya ke alam nyata. "Ayleen, ada apa?""Eh." Ayleen tersentak kaget."Kamu kayak tertarik pada salah satu atasan kita?" tanya Bu Asmara yang tidak tahu kalau Ayleen sebenarnya sudah menikah karena saat ia bekerja di sana memang status Ayleen masih lajang. Permintaan Arkhan untuk menggelar pernikahan tertutup melunturkan niat Ayleen mengundang temannya di kantor."Bukan begitu, Bu. Aku hanya penasaran aja. Itu tadi jalan paling depan, siapa ya?" tanya Ayleen yang merasa familiar dengan wajah dan gestur tubuh pria yang berjalan paling depan diantara ketiga pria lain dan baru saja memasuki ruangan CEO."Yang pake jas abu tua itu kan?"Ayleen menjawab dengan anggukan."Itu Pak Erfan. CEO di sini. Masa sih kamu gak kenal?"Ayleen menggeleng. "Belum pernah ketemu, Bu."Bu Asmara menatap cengo. "Ya ampun, Ayleen. Kok bisa? Bukannya kamu sudah beberapa kali dapat tugas di ruangannya?" Ayleen menggaruk tengkuk yang tiba-tiba gatal. "Biasa
Pagi yang sama di rumah orang tua Arkhan. "Gimana perut kamu, Sayang? Masih sakit?" tanya Papa Alfi sesaat mereka bertiga mengisi kursi di meja makan. Hendak sarapan."Agak enakan, Sayang. Aku heran, kenapa bisa sakit perut padahal obat itu kan aku masukkan ke gelas Ayleen, Mas?""Mungkin kamu salah ambil gelas, Indah." Nenek Cia menerka kemungkinan yang terjadi."Kalau iya, tapi Ayleen juga sakit perut kan?" "Iya, benar Ayleen sakit perut. Waktu kamu ke toilet, dia juga berlari ke toilet," jelas Papa Alfi dengan dahi mengerut."Lalu kenapa Nenek pingsan?" Papa Alfi menoleh ke arah Nenek Cia - mamanya sendiri. Ia memanggilnya Nenek karena membiasakan panggilan Arkhan pada sang Nenek waktu kecil. Hingga Arkhan dewasa, panggilan itu tersemat."Ntahlah, apa Nenek ada kelainan jantung ya?" tebak Nenek Cia yang mulai gelisah mengkhawatirkan kesehatannya. Meskipun usianya sudah lanjut, rambutpun sudah memutih, setahunya tubuhnya sangat sehat. Dia rajin kontrol dan sangat menjaga pola maka
Menjawab rasa penasaran, Arkhan gegas menyibak selimut. Di atas sprei, ia menemukan noda berwarna merah di sana.'Astaga! Dia benar-benar pera*an. Apa yang telah ku lakukan? Aku tidak mempercayainya. Aku menyakitinya dengan permainan kasarku. Aku bahkan tidak peduli rintihan kesakitannya atas perlakuanku.'Arkhan terperosok dalam kubangan rasa bersalah."Sayang," panggilnya sambil beranjak dari tempat tidur menghampiri sang istri dengan selimut membalut tubuh.Sandra membisu. Membuka koper yang isinya belum sempat dimasukkan ke lemari lantas mengenakan pakaian kerja. Kemeja putih dan rok span selutut. Sandra tampak cantik dan memesona dengan pakaian itu. Lalu duduk di kursi meja rias. Mengambil tote bag berisi skin care andalan kemudian memoleskan ke wajah. Mencoba menutupi lebam dan luka. Ia tidak ingin kejadian tadi malam menghancurkan kariernya. Sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan terkenal, tampil prima adalah harga mati bagi Sandra.Arkhan mengalungkan lengan di leher
Di kamar, Arkhan bersandar di kepala ranjang setelah membersihkan diri. Tatapannya kosong, pun hatinya. Kejadian malam ini benar-benar menghantam kehidupannya. Pria yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan harus menelan pil pahit bahwa istrinya sudah disentuh oleh pria lain.Tidak ada suara keceriaan dan kebahagiaan yang mengisi malam pengantin Arkhan selain suara gemericik air dari kamar mandi.Tak lama, pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan sosok wanita yang baru saja ia halalkan tadi siang berbalut jubah mandi. Tampak jelas banyak lebam yang menutupi kulit putih mulusnya. Sudut bibir pecah, mungkinkah ia telah ditampar kuat karena berontak? Banyak tanda kemerahan juga di sana. Hati Arkhan mendadak perih melihatnya. Harusnya ia yang menciptakan tanda kepemilikan di tubuh wanita itu. Tapi, nyatanya ....'Seandainya kamu sedikit lebih berani, melawan dan melepaskan diri. Semua ini tidak akan terjadi, Sandra,' sesalnya dipenuhi rasa amarah yang hendak meletus. Tangan terkepal kua
Tubuh Ayleen menegang. Kepingan masa lalu berputar kembali di ingatan."Lepaskan Mama dan Papa! Kalian jahat!" Ayleen menjerit kala menyaksikan Ameera - ibunya - ditampar tanpa ampun. Bipta - papanya - dipukuli tanpa belas kasih. Dalam posisi berlutut, kedua tangan mereka diikat. Mereka tak mampu melawan, meski hanya sekedar berteriak pun tidak mampu. Mereka kehabisan tenaga. Ayleen sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Kedua tangannya dicekal ke belakang dan dijaga satu pria bertopeng.Ayleen tidak mengerti, entah kesalahan apa yang dilakukan Ameera dan Bipta sampai pria bertopeng itu berlaku sekejam itu pada mereka."Berisik!" Seorang pria bertopeng yang memukul Bipta tadi mendekat lantas menampar pipi Ayleen. Perih, panas, sakit. Namun rasa yang tercipta tidak seberapa dibanding sakit hati melihat kedua orangtuanya diperlakukan tidak pantas.PlakPlakTamparan di kiri dan kanan pipi Ameera menggema kembali di sebuah hutan yang Ayleen tidak tahu tepatnya di mana. Darah segar mengalir
Di kamar yang berbeda. Ayleen melepas gaun hitam, Ayleen menghempas tubuh di ranjang empuk. "Huft. Hampir saja gagal. Ternyata Mas Arkhan jago bela diri juga. Lumayan untuk mengulur waktu. Andai saja tidak, aku bakalan telat ke sana," ucapnya bermonolog.Ia memejamkan mata, mengingat kembali rekaman kejadian tadi.Beberapa jam yang lalu...Ayleen mencurigai Mama Indah yang mendadak rajin membuat minuman. Dia pikir, apakah ada hubungannya dengan ketakutan mereka terhadap Ayleen yang bisa menggagalkan malam pengantin Arkhan? Dari lantai atas, Ayleen mengintip Mama Indah. Memang benar, Mama Indah memasukkan sesuatu ke dalam satu gelas teh. Sementara teh yang lain tidak. Sudah bisa Ayleen tebak, teh itu untuknya.Ketika Mama Indah sudah membawa minuman ke ruang tamu, giliran Ayleen yang ke dapur. Mengecek bungkus yang dibuang Mama Indah ke tong sampah. Obat pencahar, itulah yang dimasukkan ke dalam teh Ayleen. Bagai ditusuk ribuan jarum, hati Ayleen perih menerima perlakuan penuh tipu da