Mematut diri di hadapan cermin, memandangi wajah mulus tanpa ada yang tahu termasuk suami.
"Tega sekali kamu, Mas. Disaat aku sudah mencintaimu, gampang sekali kamu membawa orang ketiga." "Andai kamu tahu wajah asliku, apa kamu akan mencintaiku?" tanyanya dengan tatapan sendu. Untuk kesekian kali, buliran bening menyapa pipi, makanan sehari-hari yang diberikan Arkhan padanya. Bunyi ketukan pintu sangat keras dan mendesak mengagetkannya. Cepat ia menghapus sisa air mata yang membasahi pipi. Beranjak menuju wastafel, cuci muka di sana. "Ayleen! Ayleen! Kamu ngapain di dalam? Mau malas-malasan kamu, hah!" Belum sampai satu jam wanita itu masuk ke rumah, Ayleen sudah hapal betul suara siapa yang memanggil dan mengetuk pintu tidak sopan. "Kamu ---" Ucapan Sandra semakin pelan lalu terpotong. Kepalan tangan melayang di udara. Hendak menggedor lagi keburu Ayleen membuka pintu. "Apa? Tidak tahu sopan santun kamu di rumah orang. Main gedor-gedor semaumu," ketus Ayleen melotot, mendongakkan dagu. Menantang. "Rumah orang? Jangan salah kamu! Ini rumah suamiku. Berarti rumah aku juga!" "Dasar, wanita tak tahu diuntung. Aku tahu kamu punya niat terselubung masuk ke rumah ini." Ayleen membatin setelah apa yang telah ia lihat tadi. Tidak mungkin mengatakan bahwa ia mencurigai madunya itu, sementara dia sendiri belum punya bukti kuat. "Arkhan suamiku, aku istri pertama. Akulah yang berhak di sini!" Ayleen mengarahkan telunjuk ke lantai. Tegas dan berani. "Berhak? Pandai sekali kamu melucu. Kamu lupa? Tidak ada Ayleen di hati Arkhan. Hanya ada aku, Sandra. Camkan itu." "Untuk saat ini, memang kamu yang ada di hatinya. Tapi, suatu hari nanti namaku yang akan ada di sana," balas Ayleen. Sandra tersenyum kecut. "Yakin sekali kamu, wanita bopeng." "Kita lihat saja nanti. Asal kamu tau, namaku yang tercatat di buku nikah dan orang tau Ayleen lah istri Arkhan Septiano," pekik Ayleen mengingat pernikahannya dihadiri keluarga dan kolega bisnis Arkhan. Tidak terlalu besar, tapi cukup untuk mengenalkannya sebagai istri Arkhan. Sandra yang pernikahannya hanya di KUA dan dihadiri dua keluarga jadi meradang. "Oke. Asal kamu tahu juga, tidak ada satu orangpun yang mengenal wajahmu. Kamu pakai masker saat menikah. Sekarang akulah yang akan mengganti posisimu di depan umum. Ha ha ha." Sandra tergelak membayangkan dirinya mengambil peran Ayleen di luar sana. Sementara Ayleen tidak diakui suami sendiri, hanya sebatas kebetulan tercatat di buku nikah dan seatap. Telak. Ayleen terdiam. Dia tidak menampik ucapan Sandra. Semuanya memang benar. Ternyata Sandra sangat tahu bagaimana rumah tangga yang ia jalani. Pasti bukan hal yang sulit dan mustahil bagi Sandra mengelabui semua orang dengan menjadi dirinya di hadapan semua orang. Tega sekali Arkhan, memberitahu aib rumah tangga pada istri barunya. Tidak! Ayleen tidak boleh terlihat lemah. Ia mengangkat dagu sedikit lebih tinggi dari semula. Seketika, ia tersadar memang tidak ada yang mengetahui wajahnya tapi bukankah orang tahu wajah Sandra? Bagaimana dia bisa mengaku sebagai orang lain? Senyum tipis menghiasi wajah. 'Orang ini bod*h atau apa sih?' "Kamu tidak akan bisa menggantikan posisiku. Pelakor!" Hampir saja Ayleen menerkam wanita pelakor di hadapan andai dia tidak ingat bagaimana posisinya di rumah ini. Dia pasti kalah. "Kamu menyebutku pelakor? Sini. Belum sadar juga kamu. Arkhan tidak pernah mencintaimu maka dia tidak akan membelamu." Sandra merangsek masuk ke kamar, menarik kasar lengan Ayleen yang berdiri memeluk pintu. "Biar saja aku jadi pelakor, yang penting akulah yang Arkhan cintai. Bukan kamu!" sambung Sandra berapi-api. "Lepaskan tanganmu atau kau akan menyesal!" Ayleen menyentak kuat pergelangan yang dicengkram hingga Sandra hampir tersungkur kemudian mengaduh kesakitan. Ayleen menyeringai. "Tenaga seperti semut sok-sokan mau melawanku," batinnya. "Apa-apaan ini, Ayleen!" Tiba-tiba Arkhan datang dari kamar sebelah dengan tergesa. Menarik Sandra ke pelukan lantas menghadiahi kecupan singkat di kening. Sementara Ayleen mendapatkan hadiah berupa pelototan. "Kamu tidak apa-apa kan, Sayang? Apa ada yang sakit?" Tampak jelas kekhawatiran di wajah Arkhan. Tubuh Ayleen diselimuti hawa panas. Marah dan cemburu merasuki dada. Kemesraan dan perlakuan Arkhan yang menjadi haknya kini diambil wanita ulat bulu itu. Sandra memeluk Arkhan semakin erat. Menangis tersedu-sedu. Seolah dia dianiaya sampai tak berdaya. "Kamu apakan Sandra, Leen?" teriak Arkhan dengan dada kembang kempis. Tidak terima istri kesayangan kesakitan. "Hah." Ayleen melongo, pertanyaan lelaki yang tidak tahu apa-apa itu seperti menuduh. "Kamu apakan Sandra sampai dia kesakitan? Kenapa kamu berubah kasar begini, Ayleen?" bentak Arkhan. Tuh, kan benar. Arkhan pasti menuduh Ayleen berbuat kasar pada Sandra karena ia tadi jelas melihat kepala Sandra hampir menyentuh lantai karena lengannya dihempas kuat oleh Ayleen. Ayleen menunduk. Sangat sakit rasanya dibentak dan dituduh oleh pria yang disayang. Sementara pria itu dengan sengaja memperlihatkan kemesraan yang tidak pernah ia berikan pada Ayleen. "Padahal aku hanya minta bantu pijitkan kaki ku, Mas. Kakiku sangat pegal. Dia marah dan hendak memukulku," tukas Sandra membuat Ayleen melotot. 'Tuduhan apa itu? Rupanya ulat bulu ini sudah bermetamorfosis jadi ular piton. Belum tahu dia, aku juga bisa jadi ular kobra' Arkhan mengarahkan tatapan elang. Tajam dan dingin hingga Ayleen menciut. Keberanian yang ia tunjukkan pada Sandra luntur seketika berhadapan dengan Arkhan. "Setan apa yang merasukimu, Ayleen? Berani sekali kamu menyakiti Sandra." "Dia yang menyakitiku, Mas. Aku hanya mempertahankan diri. Kenapa malah dia yang dibela?" Ayleen menyangkal, menatap Arkhan sekilas kemudian menunduk lagi. Semoga Arkhan percaya padanya. Meskipun dia tahu, tipis harapan untuk memperoleh kepercayaan itu dari pria yang tertutup hatinya. "Dia istriku. Kamu harus berbuat baik padanya." Sandra semakin mempererat lingkaran tangan di tubuh kekar Arkhan. Melirik Ayleen sambil menerbitkan senyum kemenangan. "Aku juga istrimu. Mengapa kamu tidak pernah memperlakukanku sepertimu memperlakukan Sandra?" balas Ayleen pelan dengan kepala menunduk. Entah dapat keberanian dari mana dia hari ini. Meluahkan apa yang menyesaki dada. "Berbuat baik pada Sandra. Aku janji akan berbuat baik padamu." Pandai sekali sang cassanova itu membujuk menggunakan kelemahan Ayleen dan dengan bodohnya, Ayleen mengangguk. "Bagus. Kamu memang istri yang baik. Sekarang, lakukan apa yang Sandra mau." Tangan pria itu terulur paksa, mengelus puncak kepala sang istri pertama. Ayleen mendongak, menatap lekat wajah tampan yang kini memenuhi rongga hatinya. Merekam dari jarak dekat rahang tegas, hidung tinggi, alis tebal dengan tubuh kekar menjulang seorang pria yang memiliki kemiripan fisik dari cinta pertama - Bipta - papanya. Pria itu seperti reinkarnasi dari Bipta, yang membuat ia jatuh cinta sedalam-dalamnya. Sementara Sandra menatapnya penuh kebencian. "Ayo, mau pijit di mana, Sayang?" Arkhan merangkul pinggang Sandra. "Di sofa ruang tamu aja, Mas," sahut wanita kobra yang kembali jadi ulat bulu. Suaranya lembut dan menggoda. "Ayo, cepat. Ngapain kamu diam di situ!" sentak Sandra melihat Ayleen masih terpaku di depan pintu menatap kepergian sepasang pengantin baru menuruni tangga. Ayleen terperanjat lantas terburu-buru mengekor di belakang. 'Ups ... Aku baru sadar, dia minta dipijit kan ya? Bukankah itu berarti aku bisa memberinya beberapa hadiah kecil sebelum memberikan hadiah istimewa?' Ayleen tersenyum-senyum sembari menuruni tangga. Ide gila mulai muncul di benaknya.Sandra yang keheranan melihat tingkah Ayleen bertanya, "Ngapain kamu senyum sendiri? Udah jelek, gila lagi. Harusnya kamu usir dia dari sini, Mas." Sandra memutar bola mata ke samping, menatap Arkhan."Hush! Jangan! Dia masih ada gunanya. Tuh lihat rumah kita, bersih. Aku tidak perlu sewa ART." Arkhan menunjuk beberapa sudut rumah.Sandra merotasikan bola mata sesuai telunjuk Arkhan. Benar saja, rumahnya rapi dan bersih. Setahu Sandra, memang di rumah itu tidak memakai jasa ART setelah pernikahan Arkhan dan Ayleen. Ayleen yang bekerja sebagai Office Girl di suatu perusahaan pernah berkata, "Kantor aja bisa ku bersihkan, apalagi rumah pribadi kita." Sandra mengingat bagaimana Arkhan menirukan cara bicara Ayleen saat mereka masih berpacaran, tepatnya berselingkuh."Lagipula, aku tidak bisa sembarangan mengusir dia. Andai Kakek tidak mengancamku, sudah ku lakukan dari dulu. Tidak hanya ku usir, aku akan langsung menceraikannya." "Adanya Ayleen, kamu juga bisa minta ini itu sama dia, kan
Pijitan Ayleen sanggup membuat Sandra tertidur pulas. Racikan Ayleen memang belum bereaksi. Dosis sedang memberikan ia posisi aman agar tidak memancing kecurigaan sepasang pengantin baru. Meninggalkan wanita ulat bulu di sofa, ia berpindah ke kamar. Duduk kembali di meja rias menghadap cermin besar di sana.Cukup lama Ayleen mematut diri di hadapan cermin hingga langit oranye menyapa. Suara ketukan pintu cukup keras memecahkan lamunan. Tergesa-gesa, ia pasang kembali selaput tipis yang memberi kesan kerutan di sebagian besar pipi kanannya."Sia..." Pertanyaan Ayleen terpotong karena kala pintu terbuka menampilkan sosok tegap Arkhan. Ia tidak menyangka Arkhan akan mengetuk pintu kamarnya. Sesuatu yang mustahil baginya selama ini."Aku dan Sandra lapar, kamu bikinkan kami makanan ya. Cepat," pinta Arkhan memaksa."Masih ada sup ayam tadi," sahut Ayleen mencoba ketus meski hatinya berbunga-bunga, jantungnya jedag jedug tak menentu bertatapan dengan sang pujaan hati.Arkhan menatap dingi
Beberapa menit selesai makan, seperti biasa Ayleen merapikan meja dan mencuci piring. Sandra sama sekali tidak berniat membantu."Hallo, wanita sok cantik. Harap cuci piringmu," seru Ayleen kala melihat Sandra berlenggang meninggalkan dapur.Mendengarnya, Sandra terbahak. "Aku sok cantik? Aku cuci piring?" Sandra menunjuk wajahnya sendiri. "Sorry banget. Aku gak akan mengotori tangan mulusku dengan sabun." Wanita ber-make up tebal itu menghampiri. Mendorong sedikit bahu Ayleen. Ayleen yang tidak siap karena tidak mengira Sandra berani main fisik, tubuhnya sedikit oleng. "Hey, wanita bopeng. Jangan samakan aku dengan kamu. Kamu cocoknya jadi pelayan saja di rumah ini. Melayani kami sebagai raja dan ratu. Jadi, kamu cuci semua piring kotor itu. Paham?!"Ayleen merasa geli mendengar ucapan sombong dan angkuh wanita di hadapannya. Jujur, sebenarnya ia merasa kecantikan Sandra tidak sebanding dengan kecantikan yang ia miliki. Hanya saja, ia harus menutupi kecantikan itu dengan silikon tip
"Ayleen. Ini Sandra, istriku. Dia akan tinggal di sini dan kamu harus berbuat baik padanya," ucap Arkhan tanpa beban kepada Ayleen, wanita yang ia nikahi lima bulan lalu karena paksaan keluarga.Ayleen terpaku sejenak kemudian melanjutkan memotong sayur tanpa menoleh pada Arkhan maupun wanita di sebelahnya. Terkejut? Ya, tentu saja Ayleen terkejut. Hampir saja jantungnya lompat dari tempatnya. Sakit hati? Jelas. Tidak dapat dijelaskan bagaimana remuk hatinya saat ini. Pria yang sudah berhasil menempati tahta tertinggi di hati. Pria yang ia perjuangkan selama lima bulan untuk mendapatkan perhatiannya ternyata tidak pernah ingin menyemai cinta diantara mereka. Sekarang, malah membawa wanita lain yang sudah menjadi istri untuk tinggal bersama. "Ayleen." Arkhan memanggil kembali.Ayleen memejamkan mata. Menarik napas dalam-dalam. Menyembunyikan rasa sakit dan sesak yang diciptakan dua manusia siang ini. Tak ingin terlihat lemah di mata pria bergelar suami dan wanita di sampingnya. Untuk