Sandra yang keheranan melihat tingkah Ayleen bertanya, "Ngapain kamu senyum sendiri? Udah jelek, gila lagi. Harusnya kamu usir dia dari sini, Mas." Sandra memutar bola mata ke samping, menatap Arkhan.
"Hush! Jangan! Dia masih ada gunanya. Tuh lihat rumah kita, bersih. Aku tidak perlu sewa ART." Arkhan menunjuk beberapa sudut rumah. Sandra merotasikan bola mata sesuai telunjuk Arkhan. Benar saja, rumahnya rapi dan bersih. Setahu Sandra, memang di rumah itu tidak memakai jasa ART setelah pernikahan Arkhan dan Ayleen. Ayleen yang bekerja sebagai Office Girl di suatu perusahaan pernah berkata, "Kantor aja bisa ku bersihkan, apalagi rumah pribadi kita." Sandra mengingat bagaimana Arkhan menirukan cara bicara Ayleen saat mereka masih berpacaran, tepatnya berselingkuh. "Lagipula, aku tidak bisa sembarangan mengusir dia. Andai Kakek tidak mengancamku, sudah ku lakukan dari dulu. Tidak hanya ku usir, aku akan langsung menceraikannya." "Adanya Ayleen, kamu juga bisa minta ini itu sama dia, kan? Dia gak akan berani membantah. Sebut saja namaku," bisik Arkhan pelan dan tidak terdengar kecuali oleh wanita di sampingnya. Kini balik Sandra yang tersenyum-senyum. Membenarkan ucapan suaminya itu. Sekarang, mereka sampai di ruang tamu. "Pijitnya di sini aja." Sandra menelungkupkan diri di sofa panjang. "Pijit bagian mana?" tanya Ayleen bingung. Berdiri di samping Sandra. Pijit badan atau kepala atau hanya kaki? Menurutnya, instruksi adik madunya itu kurang jelas. "Kalian di sini dulu. Aku ada pekerjaan sebentar." Arkhan meninggalkan mereka berdua di ruang tamu menuju ruang kerja yang letaknya tak terlalu jauh. Dua istri serempak menjawab dengan deheman. Sandra sambil tersenyum sementara Ayleen sambil menekuk wajah. Enak sekali Sandra menjadikan Ayleen babu di rumahnya sendiri atas dukungan suami pula. "Pijit yang benar, Ayleen." Arkhan mengingatkan setengah berteriak di sela langkah panjangnya, perhatian sekali dia sama istri keduanya hingga mengacuhkan perasaan istri pertama. Perlakuan Arkhan benar-benar di luar batas kewajaran. Tapi, itulah yang namanya cinta buta. Ayleen masih saja melakukan permintaan suami meskipun otaknya ingin menolak. "Tuh, dengar pesan Mas Arkhan. Ayo pijitkan seluruh badan termasuk kepala. Aku harus fresh hari ini biar siap tempur nanti malam." Ayleen mendengus sebal, paham kalau Sandra sengaja mengatakan itu untuk membuatnya cemburu. Dia berhasil, Ayleen sedang cemburu sekarang. "Ayo, cepat. Ditungguin kok malah diam," sebal Sandra karena Ayleen masih berdiri, tidak bergerak sedikitpun. Mau tidak mau, Ayleen berjongkok di samping Sandra. Namun, kala ia mengulurkan tangan, malah menyenggol tote bag Sandra hingga isinya berhamburan. "Apa lagi sih kamu, Ayleen? Senang banget bikin onar," gerutunya mengubah posisi jadi duduk lantas memungut barang-barang pribadi yang berserak di samping soffa dan di sekitar meja. Ayleen mendengkus kesal. "Tahu arti 'gak sengaja' tidak sih?" Awalnya, Ayleen tidak berniat membantu membereskan barang pribadi Sandra yang berserakan. Akan tetapi, matanya menangkap sesuatu yang terselip di dompet. Sebuah foto lelaki, terlihat agak berumur karena seluruh kepalanya hampir ditutup uban. 'Foto siapa? Gak mungkin papa Sandra setua itu kan? Atau jangan-jangan hot daddy-nya Sandra?' Sebelum Sandra mengambil foto tersebut, secepat kilat ia menyambar benda tipis berbentuk persegi panjang itu. "Foto siapa? Hot daddy kamu?" tanyanya sembari memampangkan foto kecil tersebut. "Sini kembalikan!" Sandra ingin meraih foto itu, tapi Ayleen bergegas menjauhkannya. "Ku kabari Mas Arkhan kalau kamu sebenarnya punya selingkuhan." Jantung Sandra berdebar hebat. Kalau Arkhan sampai tahu, alasan apa yang akan ia berikan? Lain di hati, lain pula di bibir. Sandra menyembunyikan debaran itu dengan tertawa remeh mendengar Ayleen yang akan mengadukannya. "Kamu kasi tahu Mas Arkhan, dia gak bakalan marah karena ini foto Kakeknya. Ngaku istri Arkhan, tapi sama Kakek Arkhan saja tidak kenal." 'Benaran dia gak kenal sama Kakek Mas Arkhan? Kok bisa? Bukannya dia adalah menantu yang dipilih Kakek untuk Arkhan?' Sandra membatin. "Aku gak percaya. Ngapain juga kamu nyimpan foto Kakek Arkhan di dompet. Untuk apa? Apa kamu punya hubungan khusus sama Kakek?" "Terserah aku lah mau simpan foto siapa. Cepat kembalikan." "Aku gak mau." "Mas Arkhan!" Sandra tiba-tiba memanggil Arkhan. Sontak Ayleen menyerahkan foto lelaki tua itu. Disambar cepat oleh Sandra. Ia takut jika Arkhan marah dan bersikap dingin kembali, padahal baru saja ia mendapatkan perlakuan hangat meskipun suaminya terpaksa. Menurutnya, dari terpaksa nanti akan menjadi terbiasa. Semoga dari terbiasa akan menimbulkan rasa cinta. Sebesar itu harapan Ayleen pada Arkhan. Sandra terkekeh melihat tingkah gugup Ayleen. "Aku punya kartu As-mu. Jangan macam-macam sama aku. Kamu pasti tidak mau aku laporkan pada Mas Arkhan, bukan?" Wanita itu memasukkan foto itu ke dalam tote bag miliknya. Menelungkup kembali. Ayleen menatap kesal. Sandra benar, kartu As Ayleen ada pada Arkhan. Namun, itu tidak menutup jalannya untuk memberi hadiah pada sang adik madu. 'Kok aneh ya Sandra nyimpan foto Kakek Mas Arkhan?' "Cepat, pijitin. Keburu sore nanti." Sandra memekik. Ayleen tersentak dari lamunan. Memijit kaki sang madu sekuat tenaga. "Aaaww! Pelankan dikit! Kamu sengaja?!" Ayleen merapatkan bibir. Mengulum senyum. 'Emang aku sengaja,' ucapnya dalam hati. "Kan kamu gak bilang harus pelan-pelan," sahutnya tanpa merasa bersalah lalu memelankan pijitan. Sangat pelan, hanya menyentuh permukaan kulit Sandra. "Kok pelan sekali? Gak terasa, tahu! Bisa mijit gak sih?" Sandra mulai kesal karena merasa Ayleen sedang mempermainkan dirinya. "Oke." Ayleen menambah sedikit tenaga, memutar lalu menekan. Berulang kali. Sandra melenguh nikmat. "Ah, ini pas. Pijitan kamu enak juga. Nah gitu, enak. Bawah dikit, dekat tumit," titahnya. Saat menekan-nekan permukaan kulit mulus Sandra, Ia teringat sesuatu. 'Aku kan belum uji coba racikanku. Ternyata kamu ada gunanya juga, Sandra. Gak perlu deh aku repot-repot ngeluarkan duit beli mencit.' Seketika, Ayleen menghentikan pijitan. "Sebentar ya, aku ambilin minyak urut dulu." Beranjak dari jongkok, menapaki tangga. Menuju kamar. "Bagus. Bagus. Kamu memang wanita cerdas." Sandra yang belum tahu apa yang akan terjadi merasa puas dengan pelayanan Ayleen. Ia merasa Ayleen benar-benar wanita bodoh yang bisa diperbudak. Selama Arkhan berada dipihaknya, Ayleen dalam genggaman. Begitu pikirnya. Di kamar, Ayleen mengambil dua botol kecil dari dalam lemari. Satu botol berisi serbuk dan satunya lagi berisi cairan. Isinya sebenarnya sama, hanya beda wujud. Tergantung kondisi mau pakai yang mana. Ia menuang sedikit cairan dosis sedang tersebut ke dalam wadah lain lantas mencampurnya dengan minyak urut. Tak lupa, ia menggunakan sarung tangan. Seperti biasa ketika ia meracik sesuatu di laboratorium pribadi. Tak mungkin ia ingin bersentuhan dengan racikan itu, sementara dia tahu apa yang akan terjadi jika benda itu menyentuh kulit. Membawa satu botol berisi serbuk dan wadah berisi minyak urut. Menghampiri Sandra kembali. "Maaf ya membuatmu menunggu," ucapnya berpura-pura ramah, padahal dalam hati tertawa sarkas sambil mengoleskan minyak urut oplosan ke sepanjang kaki jenjang sang adik madu. "Sini lagi," pinta Sandra mendekatkan tangan pada pelayan gratis dadakan. Sedangkan dia sendiri nonton video toktok. Sesekali ia tertawa. 'Oh, dengan senang hati, ku berikan hadiah kecil yang cocok untuk wanita kegatelan kayak kamu, wahai wanita ulat bulu.' Ayleen tertawa bahagia tanpa mengeluarkan suara. Alam semesta seakan memberkati hadiah kecil itu. Tidak sengaja, Ayleen melihat bedak padat Sandra yang terselip di bawah meja. Pasti Sandra tidak melihat barangnya masih tertinggal di sana. Melihat situasi aman terkendali, Ayleen mengambil barang tersebut. Membukanya lalu menaburkan sedikit produk ciptaannya ke permukaan bedak milik Sandra. Menyimpannya ke dalam tote bag di samping kaki Sandra. 'Aaaahhh! Rasanya aku senang sekali. Kamu main licik, aku main cantik. Selamat menikmati racikanku.' Senyum mengembang. Ayleen meneruskan pijitan hingga ke kepala. Sesekali ia menyentuhkan pijitan ke pipi dan dahi agar minyak urut oplosannya menyebar di wajah Sandra. Sebenarnya tangannya sudah cukup lelah, tapi demi misi ia harus bisa bertahan sebentar.Pijitan Ayleen sanggup membuat Sandra tertidur pulas. Racikan Ayleen memang belum bereaksi. Dosis sedang memberikan ia posisi aman agar tidak memancing kecurigaan sepasang pengantin baru. Meninggalkan wanita ulat bulu di sofa, ia berpindah ke kamar. Duduk kembali di meja rias menghadap cermin besar di sana.Cukup lama Ayleen mematut diri di hadapan cermin hingga langit oranye menyapa. Suara ketukan pintu cukup keras memecahkan lamunan. Tergesa-gesa, ia pasang kembali selaput tipis yang memberi kesan kerutan di sebagian besar pipi kanannya."Sia..." Pertanyaan Ayleen terpotong karena kala pintu terbuka menampilkan sosok tegap Arkhan. Ia tidak menyangka Arkhan akan mengetuk pintu kamarnya. Sesuatu yang mustahil baginya selama ini."Aku dan Sandra lapar, kamu bikinkan kami makanan ya. Cepat," pinta Arkhan memaksa."Masih ada sup ayam tadi," sahut Ayleen mencoba ketus meski hatinya berbunga-bunga, jantungnya jedag jedug tak menentu bertatapan dengan sang pujaan hati.Arkhan menatap dingi
Beberapa menit selesai makan, seperti biasa Ayleen merapikan meja dan mencuci piring. Sandra sama sekali tidak berniat membantu."Hallo, wanita sok cantik. Harap cuci piringmu," seru Ayleen kala melihat Sandra berlenggang meninggalkan dapur.Mendengarnya, Sandra terbahak. "Aku sok cantik? Aku cuci piring?" Sandra menunjuk wajahnya sendiri. "Sorry banget. Aku gak akan mengotori tangan mulusku dengan sabun." Wanita ber-make up tebal itu menghampiri. Mendorong sedikit bahu Ayleen. Ayleen yang tidak siap karena tidak mengira Sandra berani main fisik, tubuhnya sedikit oleng. "Hey, wanita bopeng. Jangan samakan aku dengan kamu. Kamu cocoknya jadi pelayan saja di rumah ini. Melayani kami sebagai raja dan ratu. Jadi, kamu cuci semua piring kotor itu. Paham?!"Ayleen merasa geli mendengar ucapan sombong dan angkuh wanita di hadapannya. Jujur, sebenarnya ia merasa kecantikan Sandra tidak sebanding dengan kecantikan yang ia miliki. Hanya saja, ia harus menutupi kecantikan itu dengan silikon tip
"Ayleen. Ini Sandra, istriku. Dia akan tinggal di sini dan kamu harus berbuat baik padanya," ucap Arkhan tanpa beban kepada Ayleen, wanita yang ia nikahi lima bulan lalu karena paksaan keluarga.Ayleen terpaku sejenak kemudian melanjutkan memotong sayur tanpa menoleh pada Arkhan maupun wanita di sebelahnya. Terkejut? Ya, tentu saja Ayleen terkejut. Hampir saja jantungnya lompat dari tempatnya. Sakit hati? Jelas. Tidak dapat dijelaskan bagaimana remuk hatinya saat ini. Pria yang sudah berhasil menempati tahta tertinggi di hati. Pria yang ia perjuangkan selama lima bulan untuk mendapatkan perhatiannya ternyata tidak pernah ingin menyemai cinta diantara mereka. Sekarang, malah membawa wanita lain yang sudah menjadi istri untuk tinggal bersama. "Ayleen." Arkhan memanggil kembali.Ayleen memejamkan mata. Menarik napas dalam-dalam. Menyembunyikan rasa sakit dan sesak yang diciptakan dua manusia siang ini. Tak ingin terlihat lemah di mata pria bergelar suami dan wanita di sampingnya. Untuk
Mematut diri di hadapan cermin, memandangi wajah mulus tanpa ada yang tahu termasuk suami."Tega sekali kamu, Mas. Disaat aku sudah mencintaimu, gampang sekali kamu membawa orang ketiga.""Andai kamu tahu wajah asliku, apa kamu akan mencintaiku?" tanyanya dengan tatapan sendu.Untuk kesekian kali, buliran bening menyapa pipi, makanan sehari-hari yang diberikan Arkhan padanya. Bunyi ketukan pintu sangat keras dan mendesak mengagetkannya. Cepat ia menghapus sisa air mata yang membasahi pipi. Beranjak menuju wastafel, cuci muka di sana."Ayleen! Ayleen! Kamu ngapain di dalam? Mau malas-malasan kamu, hah!"Belum sampai satu jam wanita itu masuk ke rumah, Ayleen sudah hapal betul suara siapa yang memanggil dan mengetuk pintu tidak sopan."Kamu ---" Ucapan Sandra semakin pelan lalu terpotong. Kepalan tangan melayang di udara. Hendak menggedor lagi keburu Ayleen membuka pintu."Apa? Tidak tahu sopan santun kamu di rumah orang. Main gedor-gedor semaumu," ketus Ayleen melotot, mendongakkan da