Ayleen terdiam dalam lamunan. Teguran Bu Asmara menariknya ke alam nyata. "Ayleen, ada apa?""Eh." Ayleen tersentak kaget."Kamu kayak tertarik pada salah satu atasan kita?" tanya Bu Asmara yang tidak tahu kalau Ayleen sebenarnya sudah menikah karena saat ia bekerja di sana memang status Ayleen masih lajang. Permintaan Arkhan untuk menggelar pernikahan tertutup melunturkan niat Ayleen mengundang temannya di kantor."Bukan begitu, Bu. Aku hanya penasaran aja. Itu tadi jalan paling depan, siapa ya?" tanya Ayleen yang merasa familiar dengan wajah dan gestur tubuh pria yang berjalan paling depan diantara ketiga pria lain dan baru saja memasuki ruangan CEO."Yang pake jas abu tua itu kan?"Ayleen menjawab dengan anggukan."Itu Pak Erfan. CEO di sini. Masa sih kamu gak kenal?"Ayleen menggeleng. "Belum pernah ketemu, Bu."Bu Asmara menatap cengo. "Ya ampun, Ayleen. Kok bisa? Bukannya kamu sudah beberapa kali dapat tugas di ruangannya?" Ayleen menggaruk tengkuk yang tiba-tiba gatal. "Biasa
"Selamat tinggal, Santi. Sepertinya kali ini kamu akan benar-benar tidak bisa menggangguku lagi." Ayleen bergumam pelan seraya mengayun langkah ke arah parkiran. Senyuman manis terukir di wajahnya. Tanpa ia sadari, tindakan yang baru saja ia lakukan membuat lobang kecil untuk dirinya sendiri.Sebelum menaiki motor, Ayleen menyempatkan diri menghubungi Dean. "Hallo, Dean." Ayleen menyapa sesaat telepon tersambung."Hallo, Bos. Ada yang bisa ku bantu?""Apa sudah ada informasi tentang keluarga Hendrawan?""Informasi baru saja ku dapatkan, Bos. Semua informasi tentang suami Bos dan kedua orangtuanya bisa dikatakan lengkap. Namun, informasi tentang Hendrawan sendiri terpotong," sahut Dean yang merupakan satu-satunya anak buah yang tahu bahwa Ayleen sudah menikah."Maksudmu?" Ayleen merasa ada yang mengganjal pada informasi tersebut."Hanya ada informasi tentang Hendrawan sejak enam tahun lalu, sebelumnya datanya ditutup."'Ditutup? Apakah itu berarti Kakek Hendrawan bukan orang biasa? Ke
Amarah memuncak dan berkumpul di ubun-ubun tatkala Sandra melihat dengan mata kepalanya sendiri, Arkhan sedang makan bersama seorang wanita bermasker. Awalnya ia memang ingin makan siang di restoran ini. Jarak Restoran Antik memang cukup dekat dengan kantor tempatnya bekerja. Ia sempat merasa bahagia saat melihat mobil Arkhan terparkir, keinginannya makan siang bersama Arkhan akan terkabul. Tidak disangka, kedatangannya ke tempat ini membuat dadanya terasa dihimpit bongkahan batu besar hingga remuk redam."Tadi ku ajak makan siang bersama, dia bilang ada meeting. Lalu ini apa?" Sandra menggerutu kesal sambil menggulung jarak hingga menyisakan sekitar satu setengah meter dari meja Arkhan. Emosi Sandra semakin membuncah kala ia mendengar Arkhan terdengar penuh harap meminta alamat wanita bermasker itu dan berniat untuk makan bersama kembali."Arkhan!"Kini Sandra sedang berada di belakang Arkhan. Ayleen yang sedang menjauh sontak menoleh mendengar suara yang baru kemarin ia hapalkan. S
"Maafkan saya, Pak. Kami tidak sengaja. Saya tidak akan mengulanginya lagi." Tejo menunduk malu mengingat tingkah bejatnya barusan. "Saya juga minta maaf, Pak. Saya dalam keadaan tidak sadar," ungkap Santi yang langsung di SP3 oleh Pak Erfan. Dari tadi ia terus membela diri dari tuduhan. Dia yakin sedang dikuasai obat perangsang. Andai tidak, mana mungkin dia sudi kesuciannya direnggut oleh lelaki kere dan kerempeng seperti Tejo."Kalian bilang tidak sengaja? Tidak sadar? Kalian bahkan sangat menikmatinya dan kamu menyebut namaku dengan mulut kotormu itu, Santi." Pak Erfan berang. Tejo dan Santi terlonjak kaget kala meja di hadapannya digebrak kuat."Cepat keluar dari ruanganku! Kalian ku pecat dengan tidak hormat dan tanpa pesangon."Dua manusia tadi sontak menggeser kursi, berlutut di depan meja. "Tolong beri kami kesempatan, Pak."Tejo tidak rela pekerjaan yang ia dapatkan susah payah harus berakhir memalukan seperti ini. Sementara Santi, ia merasa tidak rela harus kehilangan pri
"Ayleen. Ini Sandra, istriku. Dia akan tinggal di sini dan kamu harus berbuat baik padanya," ucap Arkhan tanpa beban kepada Ayleen, wanita yang ia nikahi lima bulan lalu karena paksaan keluarga.Ayleen terpaku sejenak kemudian melanjutkan memotong sayur tanpa menoleh pada Arkhan maupun wanita di sebelahnya. Terkejut? Ya, tentu saja Ayleen terkejut. Hampir saja jantungnya lompat dari tempatnya. Sakit hati? Jelas. Tidak dapat dijelaskan bagaimana remuk hatinya saat ini. Pria yang sudah berhasil menempati tahta tertinggi di hati. Pria yang ia perjuangkan selama lima bulan untuk mendapatkan perhatiannya ternyata tidak pernah ingin menyemai cinta diantara mereka. Sekarang, malah membawa wanita lain yang sudah menjadi istri untuk tinggal bersama. "Ayleen." Arkhan memanggil kembali.Ayleen memejamkan mata. Menarik napas dalam-dalam. Menyembunyikan rasa sakit dan sesak yang diciptakan dua manusia siang ini. Tak ingin terlihat lemah di mata pria bergelar suami dan wanita di sampingnya. Untuk
Mematut diri di hadapan cermin, memandangi wajah mulus tanpa ada yang tahu termasuk suami."Tega sekali kamu, Mas. Disaat aku sudah mencintaimu, gampang sekali kamu membawa orang ketiga.""Andai kamu tahu wajah asliku, apa kamu akan mencintaiku?" tanyanya dengan tatapan sendu.Untuk kesekian kali, buliran bening menyapa pipi, makanan sehari-hari yang diberikan Arkhan padanya. Bunyi ketukan pintu sangat keras dan mendesak mengagetkannya. Cepat ia menghapus sisa air mata yang membasahi pipi. Beranjak menuju wastafel, cuci muka di sana."Ayleen! Ayleen! Kamu ngapain di dalam? Mau malas-malasan kamu, hah!"Belum sampai satu jam wanita itu masuk ke rumah, Ayleen sudah hapal betul suara siapa yang memanggil dan mengetuk pintu tidak sopan."Kamu ---" Ucapan Sandra semakin pelan lalu terpotong. Kepalan tangan melayang di udara. Hendak menggedor lagi keburu Ayleen membuka pintu."Apa? Tidak tahu sopan santun kamu di rumah orang. Main gedor-gedor semaumu," ketus Ayleen melotot, mendongakkan da
Sandra yang keheranan melihat tingkah Ayleen bertanya, "Ngapain kamu senyum sendiri? Udah jelek, gila lagi. Harusnya kamu usir dia dari sini, Mas." Sandra memutar bola mata ke samping, menatap Arkhan."Hush! Jangan! Dia masih ada gunanya. Tuh lihat rumah kita, bersih. Aku tidak perlu sewa ART." Arkhan menunjuk beberapa sudut rumah.Sandra merotasikan bola mata sesuai telunjuk Arkhan. Benar saja, rumahnya rapi dan bersih. Setahu Sandra, memang di rumah itu tidak memakai jasa ART setelah pernikahan Arkhan dan Ayleen. Ayleen yang bekerja sebagai Office Girl di suatu perusahaan pernah berkata, "Kantor aja bisa ku bersihkan, apalagi rumah pribadi kita." Sandra mengingat bagaimana Arkhan menirukan cara bicara Ayleen saat mereka masih berpacaran, tepatnya berselingkuh."Lagipula, aku tidak bisa sembarangan mengusir dia. Andai Kakek tidak mengancamku, sudah ku lakukan dari dulu. Tidak hanya ku usir, aku akan langsung menceraikannya." "Adanya Ayleen, kamu juga bisa minta ini itu sama dia, kan
Pijitan Ayleen sanggup membuat Sandra tertidur pulas. Racikan Ayleen memang belum bereaksi. Dosis sedang memberikan ia posisi aman agar tidak memancing kecurigaan sepasang pengantin baru. Meninggalkan wanita ulat bulu di sofa, ia berpindah ke kamar. Duduk kembali di meja rias menghadap cermin besar di sana.Cukup lama Ayleen mematut diri di hadapan cermin hingga langit oranye menyapa. Suara ketukan pintu cukup keras memecahkan lamunan. Tergesa-gesa, ia pasang kembali selaput tipis yang memberi kesan kerutan di sebagian besar pipi kanannya."Sia..." Pertanyaan Ayleen terpotong karena kala pintu terbuka menampilkan sosok tegap Arkhan. Ia tidak menyangka Arkhan akan mengetuk pintu kamarnya. Sesuatu yang mustahil baginya selama ini."Aku dan Sandra lapar, kamu bikinkan kami makanan ya. Cepat," pinta Arkhan memaksa."Masih ada sup ayam tadi," sahut Ayleen mencoba ketus meski hatinya berbunga-bunga, jantungnya jedag jedug tak menentu bertatapan dengan sang pujaan hati.Arkhan menatap dingi
"Maafkan saya, Pak. Kami tidak sengaja. Saya tidak akan mengulanginya lagi." Tejo menunduk malu mengingat tingkah bejatnya barusan. "Saya juga minta maaf, Pak. Saya dalam keadaan tidak sadar," ungkap Santi yang langsung di SP3 oleh Pak Erfan. Dari tadi ia terus membela diri dari tuduhan. Dia yakin sedang dikuasai obat perangsang. Andai tidak, mana mungkin dia sudi kesuciannya direnggut oleh lelaki kere dan kerempeng seperti Tejo."Kalian bilang tidak sengaja? Tidak sadar? Kalian bahkan sangat menikmatinya dan kamu menyebut namaku dengan mulut kotormu itu, Santi." Pak Erfan berang. Tejo dan Santi terlonjak kaget kala meja di hadapannya digebrak kuat."Cepat keluar dari ruanganku! Kalian ku pecat dengan tidak hormat dan tanpa pesangon."Dua manusia tadi sontak menggeser kursi, berlutut di depan meja. "Tolong beri kami kesempatan, Pak."Tejo tidak rela pekerjaan yang ia dapatkan susah payah harus berakhir memalukan seperti ini. Sementara Santi, ia merasa tidak rela harus kehilangan pri
Amarah memuncak dan berkumpul di ubun-ubun tatkala Sandra melihat dengan mata kepalanya sendiri, Arkhan sedang makan bersama seorang wanita bermasker. Awalnya ia memang ingin makan siang di restoran ini. Jarak Restoran Antik memang cukup dekat dengan kantor tempatnya bekerja. Ia sempat merasa bahagia saat melihat mobil Arkhan terparkir, keinginannya makan siang bersama Arkhan akan terkabul. Tidak disangka, kedatangannya ke tempat ini membuat dadanya terasa dihimpit bongkahan batu besar hingga remuk redam."Tadi ku ajak makan siang bersama, dia bilang ada meeting. Lalu ini apa?" Sandra menggerutu kesal sambil menggulung jarak hingga menyisakan sekitar satu setengah meter dari meja Arkhan. Emosi Sandra semakin membuncah kala ia mendengar Arkhan terdengar penuh harap meminta alamat wanita bermasker itu dan berniat untuk makan bersama kembali."Arkhan!"Kini Sandra sedang berada di belakang Arkhan. Ayleen yang sedang menjauh sontak menoleh mendengar suara yang baru kemarin ia hapalkan. S
"Selamat tinggal, Santi. Sepertinya kali ini kamu akan benar-benar tidak bisa menggangguku lagi." Ayleen bergumam pelan seraya mengayun langkah ke arah parkiran. Senyuman manis terukir di wajahnya. Tanpa ia sadari, tindakan yang baru saja ia lakukan membuat lobang kecil untuk dirinya sendiri.Sebelum menaiki motor, Ayleen menyempatkan diri menghubungi Dean. "Hallo, Dean." Ayleen menyapa sesaat telepon tersambung."Hallo, Bos. Ada yang bisa ku bantu?""Apa sudah ada informasi tentang keluarga Hendrawan?""Informasi baru saja ku dapatkan, Bos. Semua informasi tentang suami Bos dan kedua orangtuanya bisa dikatakan lengkap. Namun, informasi tentang Hendrawan sendiri terpotong," sahut Dean yang merupakan satu-satunya anak buah yang tahu bahwa Ayleen sudah menikah."Maksudmu?" Ayleen merasa ada yang mengganjal pada informasi tersebut."Hanya ada informasi tentang Hendrawan sejak enam tahun lalu, sebelumnya datanya ditutup."'Ditutup? Apakah itu berarti Kakek Hendrawan bukan orang biasa? Ke
Ayleen terdiam dalam lamunan. Teguran Bu Asmara menariknya ke alam nyata. "Ayleen, ada apa?""Eh." Ayleen tersentak kaget."Kamu kayak tertarik pada salah satu atasan kita?" tanya Bu Asmara yang tidak tahu kalau Ayleen sebenarnya sudah menikah karena saat ia bekerja di sana memang status Ayleen masih lajang. Permintaan Arkhan untuk menggelar pernikahan tertutup melunturkan niat Ayleen mengundang temannya di kantor."Bukan begitu, Bu. Aku hanya penasaran aja. Itu tadi jalan paling depan, siapa ya?" tanya Ayleen yang merasa familiar dengan wajah dan gestur tubuh pria yang berjalan paling depan diantara ketiga pria lain dan baru saja memasuki ruangan CEO."Yang pake jas abu tua itu kan?"Ayleen menjawab dengan anggukan."Itu Pak Erfan. CEO di sini. Masa sih kamu gak kenal?"Ayleen menggeleng. "Belum pernah ketemu, Bu."Bu Asmara menatap cengo. "Ya ampun, Ayleen. Kok bisa? Bukannya kamu sudah beberapa kali dapat tugas di ruangannya?" Ayleen menggaruk tengkuk yang tiba-tiba gatal. "Biasa
Pagi yang sama di rumah orang tua Arkhan. "Gimana perut kamu, Sayang? Masih sakit?" tanya Papa Alfi sesaat mereka bertiga mengisi kursi di meja makan. Hendak sarapan."Agak enakan, Sayang. Aku heran, kenapa bisa sakit perut padahal obat itu kan aku masukkan ke gelas Ayleen, Mas?""Mungkin kamu salah ambil gelas, Indah." Nenek Cia menerka kemungkinan yang terjadi."Kalau iya, tapi Ayleen juga sakit perut kan?" "Iya, benar Ayleen sakit perut. Waktu kamu ke toilet, dia juga berlari ke toilet," jelas Papa Alfi dengan dahi mengerut."Lalu kenapa Nenek pingsan?" Papa Alfi menoleh ke arah Nenek Cia - mamanya sendiri. Ia memanggilnya Nenek karena membiasakan panggilan Arkhan pada sang Nenek waktu kecil. Hingga Arkhan dewasa, panggilan itu tersemat."Ntahlah, apa Nenek ada kelainan jantung ya?" tebak Nenek Cia yang mulai gelisah mengkhawatirkan kesehatannya. Meskipun usianya sudah lanjut, rambutpun sudah memutih, setahunya tubuhnya sangat sehat. Dia rajin kontrol dan sangat menjaga pola maka
Menjawab rasa penasaran, Arkhan gegas menyibak selimut. Di atas sprei, ia menemukan noda berwarna merah di sana.'Astaga! Dia benar-benar pera*an. Apa yang telah ku lakukan? Aku tidak mempercayainya. Aku menyakitinya dengan permainan kasarku. Aku bahkan tidak peduli rintihan kesakitannya atas perlakuanku.'Arkhan terperosok dalam kubangan rasa bersalah."Sayang," panggilnya sambil beranjak dari tempat tidur menghampiri sang istri dengan selimut membalut tubuh.Sandra membisu. Membuka koper yang isinya belum sempat dimasukkan ke lemari lantas mengenakan pakaian kerja. Kemeja putih dan rok span selutut. Sandra tampak cantik dan memesona dengan pakaian itu. Lalu duduk di kursi meja rias. Mengambil tote bag berisi skin care andalan kemudian memoleskan ke wajah. Mencoba menutupi lebam dan luka. Ia tidak ingin kejadian tadi malam menghancurkan kariernya. Sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan terkenal, tampil prima adalah harga mati bagi Sandra.Arkhan mengalungkan lengan di leher
Di kamar, Arkhan bersandar di kepala ranjang setelah membersihkan diri. Tatapannya kosong, pun hatinya. Kejadian malam ini benar-benar menghantam kehidupannya. Pria yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan harus menelan pil pahit bahwa istrinya sudah disentuh oleh pria lain.Tidak ada suara keceriaan dan kebahagiaan yang mengisi malam pengantin Arkhan selain suara gemericik air dari kamar mandi.Tak lama, pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan sosok wanita yang baru saja ia halalkan tadi siang berbalut jubah mandi. Tampak jelas banyak lebam yang menutupi kulit putih mulusnya. Sudut bibir pecah, mungkinkah ia telah ditampar kuat karena berontak? Banyak tanda kemerahan juga di sana. Hati Arkhan mendadak perih melihatnya. Harusnya ia yang menciptakan tanda kepemilikan di tubuh wanita itu. Tapi, nyatanya ....'Seandainya kamu sedikit lebih berani, melawan dan melepaskan diri. Semua ini tidak akan terjadi, Sandra,' sesalnya dipenuhi rasa amarah yang hendak meletus. Tangan terkepal kua
Tubuh Ayleen menegang. Kepingan masa lalu berputar kembali di ingatan."Lepaskan Mama dan Papa! Kalian jahat!" Ayleen menjerit kala menyaksikan Ameera - ibunya - ditampar tanpa ampun. Bipta - papanya - dipukuli tanpa belas kasih. Dalam posisi berlutut, kedua tangan mereka diikat. Mereka tak mampu melawan, meski hanya sekedar berteriak pun tidak mampu. Mereka kehabisan tenaga. Ayleen sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Kedua tangannya dicekal ke belakang dan dijaga satu pria bertopeng.Ayleen tidak mengerti, entah kesalahan apa yang dilakukan Ameera dan Bipta sampai pria bertopeng itu berlaku sekejam itu pada mereka."Berisik!" Seorang pria bertopeng yang memukul Bipta tadi mendekat lantas menampar pipi Ayleen. Perih, panas, sakit. Namun rasa yang tercipta tidak seberapa dibanding sakit hati melihat kedua orangtuanya diperlakukan tidak pantas.PlakPlakTamparan di kiri dan kanan pipi Ameera menggema kembali di sebuah hutan yang Ayleen tidak tahu tepatnya di mana. Darah segar mengalir
Di kamar yang berbeda. Ayleen melepas gaun hitam, Ayleen menghempas tubuh di ranjang empuk. "Huft. Hampir saja gagal. Ternyata Mas Arkhan jago bela diri juga. Lumayan untuk mengulur waktu. Andai saja tidak, aku bakalan telat ke sana," ucapnya bermonolog.Ia memejamkan mata, mengingat kembali rekaman kejadian tadi.Beberapa jam yang lalu...Ayleen mencurigai Mama Indah yang mendadak rajin membuat minuman. Dia pikir, apakah ada hubungannya dengan ketakutan mereka terhadap Ayleen yang bisa menggagalkan malam pengantin Arkhan? Dari lantai atas, Ayleen mengintip Mama Indah. Memang benar, Mama Indah memasukkan sesuatu ke dalam satu gelas teh. Sementara teh yang lain tidak. Sudah bisa Ayleen tebak, teh itu untuknya.Ketika Mama Indah sudah membawa minuman ke ruang tamu, giliran Ayleen yang ke dapur. Mengecek bungkus yang dibuang Mama Indah ke tong sampah. Obat pencahar, itulah yang dimasukkan ke dalam teh Ayleen. Bagai ditusuk ribuan jarum, hati Ayleen perih menerima perlakuan penuh tipu da