Share

Bab 4. Kecewa

Pijitan Ayleen sanggup membuat Sandra tertidur pulas. Racikan Ayleen memang belum bereaksi. Dosis sedang memberikan ia posisi aman agar tidak memancing kecurigaan sepasang pengantin baru.

Meninggalkan wanita ulat bulu di sofa, ia berpindah ke kamar. Duduk kembali di meja rias menghadap cermin besar di sana.

Cukup lama Ayleen mematut diri di hadapan cermin hingga langit oranye menyapa. Suara ketukan pintu cukup keras memecahkan lamunan. Tergesa-gesa, ia pasang kembali selaput tipis yang memberi kesan kerutan di sebagian besar pipi kanannya.

"Sia..." Pertanyaan Ayleen terpotong karena kala pintu terbuka menampilkan sosok tegap Arkhan. Ia tidak menyangka Arkhan akan mengetuk pintu kamarnya. Sesuatu yang mustahil baginya selama ini.

"Aku dan Sandra lapar, kamu bikinkan kami makanan ya. Cepat," pinta Arkhan memaksa.

"Masih ada sup ayam tadi," sahut Ayleen mencoba ketus meski hatinya berbunga-bunga, jantungnya jedag jedug tak menentu bertatapan dengan sang pujaan hati.

Arkhan menatap dingin. "Kami mau makanan yang baru. Sandra tidak suka sup."

'Giliran membujuk tadi, mukanya memelas. Pas udah diizinkan, balik ke stelan pabrik,' gerutu Ayleen dalam hati. Mana mungkin ia berani meluahkan langsung karena ia masih dalam tahap mencoba meluluhkan bongkahan es. Harapannya untuk memperbaiki rumah tangga sangatlah besar.

"Kenapa tidak Sandra aja yang masak untuk kamu, Mas? Dia kan istrimu juga," sahut Ayleen.

"Dia capek." Tanpa menunggu jawaban, Arkhan meninggalkan Ayleen yang terpaku di ambang pintu.

Rasanya ingin mengumpat, memaki pria yang sudah menghilang di balik pintu. Pria itu mau enaknya saja tanpa memikirkan perasaan Ayleen. Tapi, apa daya. Rasa cinta begitu kokoh di hati sehingga ia rela memperbudak diri sendiri untuk pria tersebut. Andai ini bukan permintaan dan bukan untuk mencari perhatian Arkhan, tidak akan ia lakukan.

Setengah terpaksa, Ayleen ke dapur. Membuat rendang ayam dan sayur capcay kesukaan Arkhan. Hampir dua jam berjibaku di dapur, sajian makan malam beres.

Terdengar suara tapak kaki bersahutan menuruni tangga disertai tawa-tawa kecil dan rayuan manja dari dua insan berbeda jenis. Ayleen menatap sekilas dua orang yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Tak ingin mengotori mata melihat pemandangan menjijikkan yang sengaja dipertontonkan padanya.

Tanpa beban, dua insan itu duduk bersebelahan di kursi makan. Sandra sudah mengganti pakaian. Ia tampak lebih segar menandakan dia sudah mandi. Dempul di pipinya terlihat tebal, tanda ia sudah memakai bedak. Ayleen tersenyum dalam hati.

"Kamu memang jago mijit. Aku mau kamu mijit aku setiap hari," pintanya.

Tidak ada sahutan.

"Ayleen, kamu pijit Sandra setiap hari," pinta pria beristri dua disambut senyum sumringah wanita di sampingnya.

"Hmmm," jawab Ayleen berdehem. Merasa tidak ikhlas diperlakukan seenaknya. Duduk di hadapan mereka berdua.

Sorot tajam mata Sandra menyambut. "Hey, kamu jangan di sini. Menghilangkan selera makanku saja," ucapnya menghina.

Ayleen tidak peduli, ia masih menyendok nasi dan lauk ke dalam piring lalu menyodorkan ke hadapan Arkhan, seperti biasa.

"Dia suamiku. Aku bisa melayaninya," ucap Sandra sarkas, menjauhkan piring dari hadapan Arkhan. Mengisi piring lain dengan nasi dan lauk yang baru. Disongsong senyum terindah sang suami.

"Kalau dia suamimu, kenapa kamu tidak masak untuknya? Jangan mau enaknya saja kamu," jawab Ayleen mengundang Arkhan menoleh heran padanya.

'Sejak kapan ia punya nyali melawan seperti hari ini?' Arkhan terheran sendiri tanpa berucap.

Tak terima disindir wanita buruk rupa, Sandra menggebrak meja hingga garpu dan sendok melayang sejenak kembali lagi menghantam piring, menimbulkan dentingan nyaring. "Jaga mulutmu ya. Aku tadi capek."

Ayleen menaikkan satu sudut bibir. 'Capek apaan? Perasaan dari tadi gak ngapa-ngapain.' Mengambil piring berisi nasi dan lauk untuk Arkhan tadi lalu menyuap dengan santai.

Sandra seperti kebakaran jenggot melihat respon Ayleen yang terlihat santai dan seolah sengaja memancing amarah. "Hey! Ku bilang jangan makan di sini."

Dada wanita bergaun merah menyala sepaha itu naik turun, menahan emosi yang sudah di ubun-ubun.

"Kalau kamu gak suka aku di sini, kenapa tidak kamu saja yang pergi?" balas Ayleen dingin.

Amarah Sandra hampir meledak jika Arkhan tidak bersuara.

Menatap tak suka bercampur tanya. Arkhan bertitah, "Ayleen, kamu makan di sana." Memalingkan wajah, mengangkat sedikit dagu ke arah ruang keluarga sebagai kode perintah.

Ayleen menatapnya kecewa. Lagi, ia harus kalah oleh rasa cinta yang begitu luar biasa. Terpaksa, ia mengikuti permintaan Arkhan meski sebenarnya ia tidak ingin melakukannya.

Beranjak dari kursi makan. Menuju sofa di ruang keluarga. Makan di sana. Sesaat, ia mendongakkan kepala menahan cairan bening yang menggenang di kelopak mata agar tidak lolos dari pertahanannya.

Sandra tersenyum jumawa. Dia yakin, Arkhan akan selalu memihaknya.

"Kamu jangan marah-marah. Bukankah malam ini kita malam pertama? Nanti mood-nya buruk loh." Arkhan mengelus lembut punggung istri kedua.

Tampak Sandra menghela napas panjang lalu membuangnya kasar. Berulang kali. Kemudian ia tersenyum dan memeluk pria yang duduk di samping dengan pipi yang merona.

Arkhan merenggangkan jarak, menatap intens wajah di hadapan. "Nah, kalau tersenyumkan cantik. Istri seorang Arkhan Septiano harus selalu tampil menawan." Ia menangkup kedua pipi sang istri lantas menghujaninya dengan ciuman.

"Kamu kenapa sih bisa terjebak oleh wanita bopeng itu, Mas? Aku tahu seleramu tidak serendah itu." Sandra, wanita yang sejak empat bulan lalu menjalin hubungan gelap dengannya berucap manja.

"Kan sudah pernah ku bilang, ini semua gara-gara Kakekku. Entah apa yang dia lakukan hingga Kakek memaksaku menikahinya. Tapi kamu jangan khawatir, hati dan ragaku hanya untukmu." Arkhan merayu istrinya dan benar berhasil membuat Sandra melayang ke langit lapisan pertama. Sebenarnya Sandra tahu dari awal kalau Kakek Arkhan memiliki andil paling besar pada pernikahan pertama Arkhan. Alasannya apa, dia belum tahu.

"Tangannya masih sakit? Kuat juga tenagamu tadi sampai sendok melayang. Aku suka wanita kuat." Arkhan meniup telapak tangan Sandra. Perlakuan manis sang suami membuat semburat merah semakin jelas di pipi Sandra.

Ucapan dan perlakuan mereka tidak luput dari netra dan rungu Ayleen. Ia baru tahu, ternyata dua insan itu baru menikah tadi siang dan malam ini adalah malam pertama mereka. Ia juga baru tahu kalau Kakek Hendrawan yang memaksa Arkhan menikahinya, entah apa penyebabnya.

'Tunggu saja, aku akan berhasil merebut Mas Arkhan.'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status