Beberapa menit selesai makan, seperti biasa Ayleen merapikan meja dan mencuci piring. Sandra sama sekali tidak berniat membantu.
"Hallo, wanita sok cantik. Harap cuci piringmu," seru Ayleen kala melihat Sandra berlenggang meninggalkan dapur. Mendengarnya, Sandra terbahak. "Aku sok cantik? Aku cuci piring?" Sandra menunjuk wajahnya sendiri. "Sorry banget. Aku gak akan mengotori tangan mulusku dengan sabun." Wanita ber-make up tebal itu menghampiri. Mendorong sedikit bahu Ayleen. Ayleen yang tidak siap karena tidak mengira Sandra berani main fisik, tubuhnya sedikit oleng. "Hey, wanita bopeng. Jangan samakan aku dengan kamu. Kamu cocoknya jadi pelayan saja di rumah ini. Melayani kami sebagai raja dan ratu. Jadi, kamu cuci semua piring kotor itu. Paham?!" Ayleen merasa geli mendengar ucapan sombong dan angkuh wanita di hadapannya. Jujur, sebenarnya ia merasa kecantikan Sandra tidak sebanding dengan kecantikan yang ia miliki. Hanya saja, ia harus menutupi kecantikan itu dengan silikon tipis karena alasan tertentu. "Ingat! Aku bukan pelayan di rumah ini. Aku istri Mas Arkhan!" Ayleen memekik. "Ada apa ini?" Arkhan tiba-tiba datang dari lantai atas sembari memainkan kunci mobil di jari telunjuk. Sandra menghambur ke pelukan. "Dia menyuruhku cuci piring, Mas. Aku gak mau tanganku kasar dan jelek seperti dia." Ia merengek manja di dada bidang Arkhan. Tangan kekar dan besar terulur, mengelus lembut punggung sang istri yang mengadu. Seolah dialah korban perdebatan singkat tadi. "Ayleen, berani sekali kamu menyuruh Sandra. Cuci piring kotor itu tugasmu. Bukankah setiap hari kamu melakukannya? Sandra tidak boleh capek. Apalagi malam ini malam spesial untuk kami. Kamu harus ingat, jika kamu ingin aku memperlakukanmu dengan baik, maka perlakukan Sandra lebih baik juga." Arkhan menukas lembut tapi sukses menusuk dada Ayleen sedalam-dalamnya. Menggandeng pundak dan berjalan menuju pintu utama tanpa mempedulikan perasaan Ayleen yang tercabik untuk kesekian kali. Bisa saja, Ayleen melaporkan ini semua pada Kakek. Ia tahu kalau Arkhan takut tidak mendapat warisan jika ketahuan Kakek akan perlakuan buruknya pada Ayleen. Tapi, bagaimana bisa dia melapor? Ketemu saja belum pernah. Pintu dibuka, disambut oleh kehadiran Papa Alfi, Mama Indah dan Nenek Cia, orang tua dan nenek kandung Arkhan. Ayleen lekas mencuci tangan, mengeringkannya dengan serbet yang menggantung tak jauh dari wastafel, hendak menyambut kedatangan orang tua yang sangat ia sayangi. Pengganti kedua orang tuanya yang telah meninggal enam tahun lalu. "Loh, Arkhan mau kemana, Sayang?" Suara Mama Indah terdengar nyaring hingga ke dapur. "Mau ke luar, Ma. Malam ini aku nginap di luar. Mama, Papa, dan Nenek ada apa ke mari?" Nenek Cia mencondongkan badan, mendekatkan wajah pada sepasang pengantin baru. "Kalian ingin malam pengantin?" ucapnya berbisik. Mungkin berharap Ayleen tidak mendengar ucapannya. Namun sayang, Ayleen bisa mendengarnya karena jaraknya sudah sangat dekat hanya terhalang tembok pembatas ruang tamu dengan ruang keluarga. "Semoga sukses ya." Papa Alfi menimpali. Menepuk pundak sang anak berulang kali sembari tersenyum meledek. Sedangkan Mama Indah celingak celinguk seperti mencari seseorang. "Istri bopengmu mana? Dia gak marah kamu nikah lagi?" "Dia di dapur. Aman, Ma. Dia tidak akan berani membantahku," sahut Arkhan dibalas anggukan dan senyum lebar tiga orang tua itu. Arkhan sangat yakin janji manisnya bisa mengurung Ayleen agar selalu tunduk padanya. "Bagus. Cepat kalian pergi. Bikinin Nenek cicit yang banyak ya. Wanita bopeng itu urusan kami biar tidak mengganggu kalian." Wanita dengan rambut penuh uban itu menepuk pundak sang cucu dengan tatapan mengharap. Bagai disambar petir, tubuh Ayleen meluruh ke dinding. Papa Alfi, Mama Indah dan Nenek Cia yang selama ini tampak menyayangi dan lembut ternyata hanya topeng belaka. Mereka telah sukses merobek kepercayaannya, terlebih setelah menyetujui pernikahan kedua Arkhan. 'Pantas saja mereka tidak pernah menanyakan cucu. Mereka memang tidak menginginkan cucu dari rahimku yang bopeng ini. Mengapa mereka melakukan ini padaku?' Suara pintu ditutup disusul oleh deru mobil yang semakin menjauh. "Akhirnya Arkhan punya partner kalau menghadiri acara," ucap Mama Indah bahagia. Tanpa ia sadari, ucapannya kembali menyayat hati seorang wanita yang sedang bersandar di dinding. Meski Ayleen sendiri sudah tahu, silikon tipis menyerupai bekas luka bakar yang menutup sebagian besar wajahnyalah penyebab Arkhan berlaku buruk. Akan tetapi, tetap saja mendengar kalimat itu masih menorehkan luka di hati. Tak berselang lama, Papa Alfi duduk di sofa, sementara Mama Indah dan Nenek Cia melesat masuk. "Ayleen." Mama Indah memanggil lembut. "Kamu di mana, Nak?" Nenek Cia menimpali. Dua wanita itu masuk rumah semakin dalam mencari sosok wanita yang mereka hina. Ayleen gegas bersembunyi di balik vas bunga besar. Menetralkan emosi yang membara. Berusaha pura-pura tidak mengetahui apa yang mereka sembunyikan darinya. Biarlah mereka tahu Ayleen adalah wanita jelek yang lemah dan penurut. Ting Pesan masuk, laporan dari seseorang yang bisa ia andalkan. Ia membaca seksama sederet tulisan berisi informasi penting. "Sandra, kamu dalam genggamanku." Ayleen tersenyum miring. Tak lama, pesan masuk kembali ke ponsel menampilkan posisi Arkhan dan Sandra. "Sepertinya pengorbanan lima bulan tidak cukup untuk mencuri perhatianmu, Mas. Kalau seperti itu maumu, baiklah. Tunggu aku di sana, Mas." Ia bergumam pelan. Sebelum ia memunculkan diri di hadapan dua rubah berwujud wanita tua, ia menuliskan kembali perintah yang harus dilaksanakan orang terbaiknya. [Cari informasi sedetail mungkin tentang keluarga Hendrawan.] Pesan dikirim."Ayleen di sini, Ma." Ia memunculkan diri dari ruang kerja dekat vas bunga. Suara Ayleen sontak membuat dua wanita tadi menoleh kemudian mendekat. Ayleen mencium tangan keduanya sambil mencoba menekan dada bergemuruh. "Kamu ngapain di situ, Sayang?" Mama Indah merangkul pundak sang menantu, mengajaknya duduk di ruang tamu bersama Papa Alfi. Ayleen tahu, mertua dan Nenek Cia sedang bersandiwara jadi rubah baik. Maka diapun ikut bersandiwara sesempurna mungkin, mengikuti alur cerita yang diperankan keluarga Arkhan.Menatap kedua mertua dan Nenek Cia satu per satu, hati bagai diremas kuat hingga hancur berkeping. Perih sekali. 'Mengapa kalian berpura-pura menyayangiku disaat bahagiaku terpusat pada kalian? Apa salahku? Apakah karena aku jelek? Bukankah kalian yang menginginkanku hadir dalam keluarga kalian?' Berbagai pertanyaan merasuki benak. "Tadi lagi membereskan meja kerja Mas Arkhan, Ma," jawab Ayleen berbohong. Senyuman tipis menghiasi wajah, menampilkan kerutan bekas luka baka
Di sebuah jalan raya yang cukup sepi saat Arkhan hendak menuju hotel, tanpa diduga mobil dihadang oleh delapan preman menggunakan sepeda motor."Berhenti!" teriak salah satu preman yang menyalip ke depan mobil. Arkhan menekan rem mendadak hingga menimbulkan bunyi ban berdecit nyaring.Sandra panik. Ia memeluk lengan Arkhan. "Mereka mau apa, Mas? Aku takut." Suaranya terdengar gemetar."Tenang, Sayang. Paling mereka akan meminta uang," imbuh Arkhan mencoba menenangkan istri.Dua preman turun dari motor, menghampiri mobil. Mengetuk kasar pintu depan mobil kiri dan kanan.TokTok"Keluar kalian!"Arkhan tidak serta merta mengikuti kemauan preman itu. Ia takut akan terjadi hal yang lebih parah jika keluar."Keluar atau kami pecahkan kaca mobil mahalmu!" Preman yang satunya mengancam.Sandra semakin ketakutan. Wajahnya pucat pasi. "Gimana ini, Mas?""Aku keluar saja. Kamu tunggu di sini." Tanpa menunggu jawaban, Arkhan gegas keluar bersamaan dengan enam orang preman lain turun dari motor.
"Jangan mendekat!" Arkhan mengusir wanita yang baru saja ia nikahi tadi siang."Mas ...," lirih Sandra terisak. Terus mendekati sang suami, namun Arkhan selalu menjauh. Seakan-akan jijik pada Sandra."Kita pulang ke rumah," ucap Arkhan cepat, berjalan menuju mobil mendahului Sandra."Mas, bukannya malam ini kita nginap di hotel?" Sandra berlari kecil mengejar Arkhan dengan linangan air mata. Setelah apa yang terjadi padanya, bukan dukungan yang ia terima, tapi penolakan dari pria yang seharusnya memberi kenyamanan dan ketenangan.Arkhan berpaling sejenak. Sorot matanya tajam, siap menusuk apapun di hadapan. "Lihat penampilanmu!"Gemetar. Sandra memindai tubuhnya dari atas ke bawah. Baju compang camping, banyak sobekan di sana, rambut kusut berantakan, make up luntur, lipstik merah menyala bahkan menepi ke tempat yang bukan seharusnya.Memejamkan mata. Sandra menarik napas dalam. Menenangkan rasa yang hancur berserakan. "Kita bisa beli pakaian dulu, Mas. Aku akan memberikan yang terbai
"Lihat! Mau mengelak seperti apa lagi kamu?!" Arkhan menyodorkan ponsel berisi video yang dikirim oleh nomor tak dikenal. Video dimana baju Sandra dirobek paksa. Dua preman itu mencumbu tubuh Sandra secara brutal. Sandra meraung meminta tolong hendak dilepaskan, kedua preman itu semakin blingsatan. Memukul dan melecehkan secara bergantian. Raungan kesedihan dan ketakutan Sandra seakan memanggil mereka untuk berbuat lebih. Papa Alfi ikut menyaksikan pelecehan yang dialami Sandra. Wajahnya tambah memerah. 'Apa yang terjadi jika video itu tersebar? Ini aib besar. Bagaimana nasib perusahaan andai semuanya bocor?'"Siapa yang mengirimkan video itu?"Arkhan menggeleng. "Tidak tahu, Pa. Sudah dihubungi, tapi nomornya tidak aktif."Papa Alfi tampak berpikir keras. Memikirkan kemungkinan siapa orang yang menjadi dalang kejadian tadi."Tapi, Mas. Aku tidak merasakan sakit di area intimku. Itu tandanya aku masih per**an." Sandra tetap menyangkal sambil menangis tersedu-sedu."Siapa yang percay
Di kamar yang berbeda. Ayleen melepas gaun hitam, Ayleen menghempas tubuh di ranjang empuk. "Huft. Hampir saja gagal. Ternyata Mas Arkhan jago bela diri juga. Lumayan untuk mengulur waktu. Andai saja tidak, aku bakalan telat ke sana," ucapnya bermonolog.Ia memejamkan mata, mengingat kembali rekaman kejadian tadi.Beberapa jam yang lalu...Ayleen mencurigai Mama Indah yang mendadak rajin membuat minuman. Dia pikir, apakah ada hubungannya dengan ketakutan mereka terhadap Ayleen yang bisa menggagalkan malam pengantin Arkhan? Dari lantai atas, Ayleen mengintip Mama Indah. Memang benar, Mama Indah memasukkan sesuatu ke dalam satu gelas teh. Sementara teh yang lain tidak. Sudah bisa Ayleen tebak, teh itu untuknya.Ketika Mama Indah sudah membawa minuman ke ruang tamu, giliran Ayleen yang ke dapur. Mengecek bungkus yang dibuang Mama Indah ke tong sampah. Obat pencahar, itulah yang dimasukkan ke dalam teh Ayleen. Bagai ditusuk ribuan jarum, hati Ayleen perih menerima perlakuan penuh tipu da
Tubuh Ayleen menegang. Kepingan masa lalu berputar kembali di ingatan."Lepaskan Mama dan Papa! Kalian jahat!" Ayleen menjerit kala menyaksikan Ameera - ibunya - ditampar tanpa ampun. Bipta - papanya - dipukuli tanpa belas kasih. Dalam posisi berlutut, kedua tangan mereka diikat. Mereka tak mampu melawan, meski hanya sekedar berteriak pun tidak mampu. Mereka kehabisan tenaga. Ayleen sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Kedua tangannya dicekal ke belakang dan dijaga satu pria bertopeng.Ayleen tidak mengerti, entah kesalahan apa yang dilakukan Ameera dan Bipta sampai pria bertopeng itu berlaku sekejam itu pada mereka."Berisik!" Seorang pria bertopeng yang memukul Bipta tadi mendekat lantas menampar pipi Ayleen. Perih, panas, sakit. Namun rasa yang tercipta tidak seberapa dibanding sakit hati melihat kedua orangtuanya diperlakukan tidak pantas.PlakPlakTamparan di kiri dan kanan pipi Ameera menggema kembali di sebuah hutan yang Ayleen tidak tahu tepatnya di mana. Darah segar mengalir
Di kamar, Arkhan bersandar di kepala ranjang setelah membersihkan diri. Tatapannya kosong, pun hatinya. Kejadian malam ini benar-benar menghantam kehidupannya. Pria yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan harus menelan pil pahit bahwa istrinya sudah disentuh oleh pria lain.Tidak ada suara keceriaan dan kebahagiaan yang mengisi malam pengantin Arkhan selain suara gemericik air dari kamar mandi.Tak lama, pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan sosok wanita yang baru saja ia halalkan tadi siang berbalut jubah mandi. Tampak jelas banyak lebam yang menutupi kulit putih mulusnya. Sudut bibir pecah, mungkinkah ia telah ditampar kuat karena berontak? Banyak tanda kemerahan juga di sana. Hati Arkhan mendadak perih melihatnya. Harusnya ia yang menciptakan tanda kepemilikan di tubuh wanita itu. Tapi, nyatanya ....'Seandainya kamu sedikit lebih berani, melawan dan melepaskan diri. Semua ini tidak akan terjadi, Sandra,' sesalnya dipenuhi rasa amarah yang hendak meletus. Tangan terkepal kua
Menjawab rasa penasaran, Arkhan gegas menyibak selimut. Di atas sprei, ia menemukan noda berwarna merah di sana.'Astaga! Dia benar-benar pera*an. Apa yang telah ku lakukan? Aku tidak mempercayainya. Aku menyakitinya dengan permainan kasarku. Aku bahkan tidak peduli rintihan kesakitannya atas perlakuanku.'Arkhan terperosok dalam kubangan rasa bersalah."Sayang," panggilnya sambil beranjak dari tempat tidur menghampiri sang istri dengan selimut membalut tubuh.Sandra membisu. Membuka koper yang isinya belum sempat dimasukkan ke lemari lantas mengenakan pakaian kerja. Kemeja putih dan rok span selutut. Sandra tampak cantik dan memesona dengan pakaian itu. Lalu duduk di kursi meja rias. Mengambil tote bag berisi skin care andalan kemudian memoleskan ke wajah. Mencoba menutupi lebam dan luka. Ia tidak ingin kejadian tadi malam menghancurkan kariernya. Sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan terkenal, tampil prima adalah harga mati bagi Sandra.Arkhan mengalungkan lengan di leher
Ayleen terdiam dalam lamunan. Teguran Bu Asmara menariknya ke alam nyata. "Ayleen, ada apa?""Eh." Ayleen tersentak kaget."Kamu kayak tertarik pada salah satu atasan kita?" tanya Bu Asmara yang tidak tahu kalau Ayleen sebenarnya sudah menikah karena saat ia bekerja di sana memang status Ayleen masih lajang. Permintaan Arkhan untuk menggelar pernikahan tertutup melunturkan niat Ayleen mengundang temannya di kantor."Bukan begitu, Bu. Aku hanya penasaran aja. Itu tadi jalan paling depan, siapa ya?" tanya Ayleen yang merasa familiar dengan wajah dan gestur tubuh pria yang berjalan paling depan diantara ketiga pria lain dan baru saja memasuki ruangan CEO."Yang pake jas abu tua itu kan?"Ayleen menjawab dengan anggukan."Itu Pak Erfan. CEO di sini. Masa sih kamu gak kenal?"Ayleen menggeleng. "Belum pernah ketemu, Bu."Bu Asmara menatap cengo. "Ya ampun, Ayleen. Kok bisa? Bukannya kamu sudah beberapa kali dapat tugas di ruangannya?" Ayleen menggaruk tengkuk yang tiba-tiba gatal. "Biasa
Pagi yang sama di rumah orang tua Arkhan. "Gimana perut kamu, Sayang? Masih sakit?" tanya Papa Alfi sesaat mereka bertiga mengisi kursi di meja makan. Hendak sarapan."Agak enakan, Sayang. Aku heran, kenapa bisa sakit perut padahal obat itu kan aku masukkan ke gelas Ayleen, Mas?""Mungkin kamu salah ambil gelas, Indah." Nenek Cia menerka kemungkinan yang terjadi."Kalau iya, tapi Ayleen juga sakit perut kan?" "Iya, benar Ayleen sakit perut. Waktu kamu ke toilet, dia juga berlari ke toilet," jelas Papa Alfi dengan dahi mengerut."Lalu kenapa Nenek pingsan?" Papa Alfi menoleh ke arah Nenek Cia - mamanya sendiri. Ia memanggilnya Nenek karena membiasakan panggilan Arkhan pada sang Nenek waktu kecil. Hingga Arkhan dewasa, panggilan itu tersemat."Ntahlah, apa Nenek ada kelainan jantung ya?" tebak Nenek Cia yang mulai gelisah mengkhawatirkan kesehatannya. Meskipun usianya sudah lanjut, rambutpun sudah memutih, setahunya tubuhnya sangat sehat. Dia rajin kontrol dan sangat menjaga pola maka
Menjawab rasa penasaran, Arkhan gegas menyibak selimut. Di atas sprei, ia menemukan noda berwarna merah di sana.'Astaga! Dia benar-benar pera*an. Apa yang telah ku lakukan? Aku tidak mempercayainya. Aku menyakitinya dengan permainan kasarku. Aku bahkan tidak peduli rintihan kesakitannya atas perlakuanku.'Arkhan terperosok dalam kubangan rasa bersalah."Sayang," panggilnya sambil beranjak dari tempat tidur menghampiri sang istri dengan selimut membalut tubuh.Sandra membisu. Membuka koper yang isinya belum sempat dimasukkan ke lemari lantas mengenakan pakaian kerja. Kemeja putih dan rok span selutut. Sandra tampak cantik dan memesona dengan pakaian itu. Lalu duduk di kursi meja rias. Mengambil tote bag berisi skin care andalan kemudian memoleskan ke wajah. Mencoba menutupi lebam dan luka. Ia tidak ingin kejadian tadi malam menghancurkan kariernya. Sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan terkenal, tampil prima adalah harga mati bagi Sandra.Arkhan mengalungkan lengan di leher
Di kamar, Arkhan bersandar di kepala ranjang setelah membersihkan diri. Tatapannya kosong, pun hatinya. Kejadian malam ini benar-benar menghantam kehidupannya. Pria yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan harus menelan pil pahit bahwa istrinya sudah disentuh oleh pria lain.Tidak ada suara keceriaan dan kebahagiaan yang mengisi malam pengantin Arkhan selain suara gemericik air dari kamar mandi.Tak lama, pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan sosok wanita yang baru saja ia halalkan tadi siang berbalut jubah mandi. Tampak jelas banyak lebam yang menutupi kulit putih mulusnya. Sudut bibir pecah, mungkinkah ia telah ditampar kuat karena berontak? Banyak tanda kemerahan juga di sana. Hati Arkhan mendadak perih melihatnya. Harusnya ia yang menciptakan tanda kepemilikan di tubuh wanita itu. Tapi, nyatanya ....'Seandainya kamu sedikit lebih berani, melawan dan melepaskan diri. Semua ini tidak akan terjadi, Sandra,' sesalnya dipenuhi rasa amarah yang hendak meletus. Tangan terkepal kua
Tubuh Ayleen menegang. Kepingan masa lalu berputar kembali di ingatan."Lepaskan Mama dan Papa! Kalian jahat!" Ayleen menjerit kala menyaksikan Ameera - ibunya - ditampar tanpa ampun. Bipta - papanya - dipukuli tanpa belas kasih. Dalam posisi berlutut, kedua tangan mereka diikat. Mereka tak mampu melawan, meski hanya sekedar berteriak pun tidak mampu. Mereka kehabisan tenaga. Ayleen sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Kedua tangannya dicekal ke belakang dan dijaga satu pria bertopeng.Ayleen tidak mengerti, entah kesalahan apa yang dilakukan Ameera dan Bipta sampai pria bertopeng itu berlaku sekejam itu pada mereka."Berisik!" Seorang pria bertopeng yang memukul Bipta tadi mendekat lantas menampar pipi Ayleen. Perih, panas, sakit. Namun rasa yang tercipta tidak seberapa dibanding sakit hati melihat kedua orangtuanya diperlakukan tidak pantas.PlakPlakTamparan di kiri dan kanan pipi Ameera menggema kembali di sebuah hutan yang Ayleen tidak tahu tepatnya di mana. Darah segar mengalir
Di kamar yang berbeda. Ayleen melepas gaun hitam, Ayleen menghempas tubuh di ranjang empuk. "Huft. Hampir saja gagal. Ternyata Mas Arkhan jago bela diri juga. Lumayan untuk mengulur waktu. Andai saja tidak, aku bakalan telat ke sana," ucapnya bermonolog.Ia memejamkan mata, mengingat kembali rekaman kejadian tadi.Beberapa jam yang lalu...Ayleen mencurigai Mama Indah yang mendadak rajin membuat minuman. Dia pikir, apakah ada hubungannya dengan ketakutan mereka terhadap Ayleen yang bisa menggagalkan malam pengantin Arkhan? Dari lantai atas, Ayleen mengintip Mama Indah. Memang benar, Mama Indah memasukkan sesuatu ke dalam satu gelas teh. Sementara teh yang lain tidak. Sudah bisa Ayleen tebak, teh itu untuknya.Ketika Mama Indah sudah membawa minuman ke ruang tamu, giliran Ayleen yang ke dapur. Mengecek bungkus yang dibuang Mama Indah ke tong sampah. Obat pencahar, itulah yang dimasukkan ke dalam teh Ayleen. Bagai ditusuk ribuan jarum, hati Ayleen perih menerima perlakuan penuh tipu da
"Lihat! Mau mengelak seperti apa lagi kamu?!" Arkhan menyodorkan ponsel berisi video yang dikirim oleh nomor tak dikenal. Video dimana baju Sandra dirobek paksa. Dua preman itu mencumbu tubuh Sandra secara brutal. Sandra meraung meminta tolong hendak dilepaskan, kedua preman itu semakin blingsatan. Memukul dan melecehkan secara bergantian. Raungan kesedihan dan ketakutan Sandra seakan memanggil mereka untuk berbuat lebih. Papa Alfi ikut menyaksikan pelecehan yang dialami Sandra. Wajahnya tambah memerah. 'Apa yang terjadi jika video itu tersebar? Ini aib besar. Bagaimana nasib perusahaan andai semuanya bocor?'"Siapa yang mengirimkan video itu?"Arkhan menggeleng. "Tidak tahu, Pa. Sudah dihubungi, tapi nomornya tidak aktif."Papa Alfi tampak berpikir keras. Memikirkan kemungkinan siapa orang yang menjadi dalang kejadian tadi."Tapi, Mas. Aku tidak merasakan sakit di area intimku. Itu tandanya aku masih per**an." Sandra tetap menyangkal sambil menangis tersedu-sedu."Siapa yang percay
"Jangan mendekat!" Arkhan mengusir wanita yang baru saja ia nikahi tadi siang."Mas ...," lirih Sandra terisak. Terus mendekati sang suami, namun Arkhan selalu menjauh. Seakan-akan jijik pada Sandra."Kita pulang ke rumah," ucap Arkhan cepat, berjalan menuju mobil mendahului Sandra."Mas, bukannya malam ini kita nginap di hotel?" Sandra berlari kecil mengejar Arkhan dengan linangan air mata. Setelah apa yang terjadi padanya, bukan dukungan yang ia terima, tapi penolakan dari pria yang seharusnya memberi kenyamanan dan ketenangan.Arkhan berpaling sejenak. Sorot matanya tajam, siap menusuk apapun di hadapan. "Lihat penampilanmu!"Gemetar. Sandra memindai tubuhnya dari atas ke bawah. Baju compang camping, banyak sobekan di sana, rambut kusut berantakan, make up luntur, lipstik merah menyala bahkan menepi ke tempat yang bukan seharusnya.Memejamkan mata. Sandra menarik napas dalam. Menenangkan rasa yang hancur berserakan. "Kita bisa beli pakaian dulu, Mas. Aku akan memberikan yang terbai
Di sebuah jalan raya yang cukup sepi saat Arkhan hendak menuju hotel, tanpa diduga mobil dihadang oleh delapan preman menggunakan sepeda motor."Berhenti!" teriak salah satu preman yang menyalip ke depan mobil. Arkhan menekan rem mendadak hingga menimbulkan bunyi ban berdecit nyaring.Sandra panik. Ia memeluk lengan Arkhan. "Mereka mau apa, Mas? Aku takut." Suaranya terdengar gemetar."Tenang, Sayang. Paling mereka akan meminta uang," imbuh Arkhan mencoba menenangkan istri.Dua preman turun dari motor, menghampiri mobil. Mengetuk kasar pintu depan mobil kiri dan kanan.TokTok"Keluar kalian!"Arkhan tidak serta merta mengikuti kemauan preman itu. Ia takut akan terjadi hal yang lebih parah jika keluar."Keluar atau kami pecahkan kaca mobil mahalmu!" Preman yang satunya mengancam.Sandra semakin ketakutan. Wajahnya pucat pasi. "Gimana ini, Mas?""Aku keluar saja. Kamu tunggu di sini." Tanpa menunggu jawaban, Arkhan gegas keluar bersamaan dengan enam orang preman lain turun dari motor.