Beberapa menit selesai makan, seperti biasa Ayleen merapikan meja dan mencuci piring. Sandra sama sekali tidak berniat membantu.
"Hallo, wanita sok cantik. Harap cuci piringmu," seru Ayleen kala melihat Sandra berlenggang meninggalkan dapur. Mendengarnya, Sandra terbahak. "Aku sok cantik? Aku cuci piring?" Sandra menunjuk wajahnya sendiri. "Sorry banget. Aku gak akan mengotori tangan mulusku dengan sabun." Wanita ber-make up tebal itu menghampiri. Mendorong sedikit bahu Ayleen. Ayleen yang tidak siap karena tidak mengira Sandra berani main fisik, tubuhnya sedikit oleng. "Hey, wanita bopeng. Jangan samakan aku dengan kamu. Kamu cocoknya jadi pelayan saja di rumah ini. Melayani kami sebagai raja dan ratu. Jadi, kamu cuci semua piring kotor itu. Paham?!" Ayleen merasa geli mendengar ucapan sombong dan angkuh wanita di hadapannya. Jujur, sebenarnya ia merasa kecantikan Sandra tidak sebanding dengan kecantikan yang ia miliki. Hanya saja, ia harus menutupi kecantikan itu dengan silikon tipis karena alasan tertentu. "Ingat! Aku bukan pelayan di rumah ini. Aku istri Mas Arkhan!" Ayleen memekik. "Ada apa ini?" Arkhan tiba-tiba datang dari lantai atas sembari memainkan kunci mobil di jari telunjuk. Sandra menghambur ke pelukan. "Dia menyuruhku cuci piring, Mas. Aku gak mau tanganku kasar dan jelek seperti dia." Ia merengek manja di dada bidang Arkhan. Tangan kekar dan besar terulur, mengelus lembut punggung sang istri yang mengadu. Seolah dialah korban perdebatan singkat tadi. "Ayleen, berani sekali kamu menyuruh Sandra. Cuci piring kotor itu tugasmu. Bukankah setiap hari kamu melakukannya? Sandra tidak boleh capek. Apalagi malam ini malam spesial untuk kami. Kamu harus ingat, jika kamu ingin aku memperlakukanmu dengan baik, maka perlakukan Sandra lebih baik juga." Arkhan menukas lembut tapi sukses menusuk dada Ayleen sedalam-dalamnya. Menggandeng pundak dan berjalan menuju pintu utama tanpa mempedulikan perasaan Ayleen yang tercabik untuk kesekian kali. Bisa saja, Ayleen melaporkan ini semua pada Kakek. Ia tahu kalau Arkhan takut tidak mendapat warisan jika ketahuan Kakek akan perlakuan buruknya pada Ayleen. Tapi, bagaimana bisa dia melapor? Ketemu saja belum pernah. Pintu dibuka, disambut oleh kehadiran Papa Alfi, Mama Indah dan Nenek Cia, orang tua dan nenek kandung Arkhan. Ayleen lekas mencuci tangan, mengeringkannya dengan serbet yang menggantung tak jauh dari wastafel, hendak menyambut kedatangan orang tua yang sangat ia sayangi. Pengganti kedua orang tuanya yang telah meninggal enam tahun lalu. "Loh, Arkhan mau kemana, Sayang?" Suara Mama Indah terdengar nyaring hingga ke dapur. "Mau ke luar, Ma. Malam ini aku nginap di luar. Mama, Papa, dan Nenek ada apa ke mari?" Nenek Cia mencondongkan badan, mendekatkan wajah pada sepasang pengantin baru. "Kalian ingin malam pengantin?" ucapnya berbisik. Mungkin berharap Ayleen tidak mendengar ucapannya. Namun sayang, Ayleen bisa mendengarnya karena jaraknya sudah sangat dekat hanya terhalang tembok pembatas ruang tamu dengan ruang keluarga. "Semoga sukses ya." Papa Alfi menimpali. Menepuk pundak sang anak berulang kali sembari tersenyum meledek. Sedangkan Mama Indah celingak celinguk seperti mencari seseorang. "Istri bopengmu mana? Dia gak marah kamu nikah lagi?" "Dia di dapur. Aman, Ma. Dia tidak akan berani membantahku," sahut Arkhan dibalas anggukan dan senyum lebar tiga orang tua itu. Arkhan sangat yakin janji manisnya bisa mengurung Ayleen agar selalu tunduk padanya. "Bagus. Cepat kalian pergi. Bikinin Nenek cicit yang banyak ya. Wanita bopeng itu urusan kami biar tidak mengganggu kalian." Wanita dengan rambut penuh uban itu menepuk pundak sang cucu dengan tatapan mengharap. Bagai disambar petir, tubuh Ayleen meluruh ke dinding. Papa Alfi, Mama Indah dan Nenek Cia yang selama ini tampak menyayangi dan lembut ternyata hanya topeng belaka. Mereka telah sukses merobek kepercayaannya, terlebih setelah menyetujui pernikahan kedua Arkhan. 'Pantas saja mereka tidak pernah menanyakan cucu. Mereka memang tidak menginginkan cucu dari rahimku yang bopeng ini. Mengapa mereka melakukan ini padaku?' Suara pintu ditutup disusul oleh deru mobil yang semakin menjauh. "Akhirnya Arkhan punya partner kalau menghadiri acara," ucap Mama Indah bahagia. Tanpa ia sadari, ucapannya kembali menyayat hati seorang wanita yang sedang bersandar di dinding. Meski Ayleen sendiri sudah tahu, silikon tipis menyerupai bekas luka bakar yang menutup sebagian besar wajahnyalah penyebab Arkhan berlaku buruk. Akan tetapi, tetap saja mendengar kalimat itu masih menorehkan luka di hati. Tak berselang lama, Papa Alfi duduk di sofa, sementara Mama Indah dan Nenek Cia melesat masuk. "Ayleen." Mama Indah memanggil lembut. "Kamu di mana, Nak?" Nenek Cia menimpali. Dua wanita itu masuk rumah semakin dalam mencari sosok wanita yang mereka hina. Ayleen gegas bersembunyi di balik vas bunga besar. Menetralkan emosi yang membara. Berusaha pura-pura tidak mengetahui apa yang mereka sembunyikan darinya. Biarlah mereka tahu Ayleen adalah wanita jelek yang lemah dan penurut. Ting Pesan masuk, laporan dari seseorang yang bisa ia andalkan. Ia membaca seksama sederet tulisan berisi informasi penting. "Sandra, kamu dalam genggamanku." Ayleen tersenyum miring. Tak lama, pesan masuk kembali ke ponsel menampilkan posisi Arkhan dan Sandra. "Sepertinya pengorbanan lima bulan tidak cukup untuk mencuri perhatianmu, Mas. Kalau seperti itu maumu, baiklah. Tunggu aku di sana, Mas." Ia bergumam pelan. Sebelum ia memunculkan diri di hadapan dua rubah berwujud wanita tua, ia menuliskan kembali perintah yang harus dilaksanakan orang terbaiknya. [Cari informasi sedetail mungkin tentang keluarga Hendrawan.] Pesan dikirim."Ayleen. Ini Sandra, istriku. Dia akan tinggal di sini dan kamu harus berbuat baik padanya," ucap Arkhan tanpa beban kepada Ayleen, wanita yang ia nikahi lima bulan lalu karena paksaan keluarga.Ayleen terpaku sejenak kemudian melanjutkan memotong sayur tanpa menoleh pada Arkhan maupun wanita di sebelahnya. Terkejut? Ya, tentu saja Ayleen terkejut. Hampir saja jantungnya lompat dari tempatnya. Sakit hati? Jelas. Tidak dapat dijelaskan bagaimana remuk hatinya saat ini. Pria yang sudah berhasil menempati tahta tertinggi di hati. Pria yang ia perjuangkan selama lima bulan untuk mendapatkan perhatiannya ternyata tidak pernah ingin menyemai cinta diantara mereka. Sekarang, malah membawa wanita lain yang sudah menjadi istri untuk tinggal bersama. "Ayleen." Arkhan memanggil kembali.Ayleen memejamkan mata. Menarik napas dalam-dalam. Menyembunyikan rasa sakit dan sesak yang diciptakan dua manusia siang ini. Tak ingin terlihat lemah di mata pria bergelar suami dan wanita di sampingnya. Untuk
Mematut diri di hadapan cermin, memandangi wajah mulus tanpa ada yang tahu termasuk suami."Tega sekali kamu, Mas. Disaat aku sudah mencintaimu, gampang sekali kamu membawa orang ketiga.""Andai kamu tahu wajah asliku, apa kamu akan mencintaiku?" tanyanya dengan tatapan sendu.Untuk kesekian kali, buliran bening menyapa pipi, makanan sehari-hari yang diberikan Arkhan padanya. Bunyi ketukan pintu sangat keras dan mendesak mengagetkannya. Cepat ia menghapus sisa air mata yang membasahi pipi. Beranjak menuju wastafel, cuci muka di sana."Ayleen! Ayleen! Kamu ngapain di dalam? Mau malas-malasan kamu, hah!"Belum sampai satu jam wanita itu masuk ke rumah, Ayleen sudah hapal betul suara siapa yang memanggil dan mengetuk pintu tidak sopan."Kamu ---" Ucapan Sandra semakin pelan lalu terpotong. Kepalan tangan melayang di udara. Hendak menggedor lagi keburu Ayleen membuka pintu."Apa? Tidak tahu sopan santun kamu di rumah orang. Main gedor-gedor semaumu," ketus Ayleen melotot, mendongakkan da
Sandra yang keheranan melihat tingkah Ayleen bertanya, "Ngapain kamu senyum sendiri? Udah jelek, gila lagi. Harusnya kamu usir dia dari sini, Mas." Sandra memutar bola mata ke samping, menatap Arkhan."Hush! Jangan! Dia masih ada gunanya. Tuh lihat rumah kita, bersih. Aku tidak perlu sewa ART." Arkhan menunjuk beberapa sudut rumah.Sandra merotasikan bola mata sesuai telunjuk Arkhan. Benar saja, rumahnya rapi dan bersih. Setahu Sandra, memang di rumah itu tidak memakai jasa ART setelah pernikahan Arkhan dan Ayleen. Ayleen yang bekerja sebagai Office Girl di suatu perusahaan pernah berkata, "Kantor aja bisa ku bersihkan, apalagi rumah pribadi kita." Sandra mengingat bagaimana Arkhan menirukan cara bicara Ayleen saat mereka masih berpacaran, tepatnya berselingkuh."Lagipula, aku tidak bisa sembarangan mengusir dia. Andai Kakek tidak mengancamku, sudah ku lakukan dari dulu. Tidak hanya ku usir, aku akan langsung menceraikannya." "Adanya Ayleen, kamu juga bisa minta ini itu sama dia, kan
Pijitan Ayleen sanggup membuat Sandra tertidur pulas. Racikan Ayleen memang belum bereaksi. Dosis sedang memberikan ia posisi aman agar tidak memancing kecurigaan sepasang pengantin baru. Meninggalkan wanita ulat bulu di sofa, ia berpindah ke kamar. Duduk kembali di meja rias menghadap cermin besar di sana.Cukup lama Ayleen mematut diri di hadapan cermin hingga langit oranye menyapa. Suara ketukan pintu cukup keras memecahkan lamunan. Tergesa-gesa, ia pasang kembali selaput tipis yang memberi kesan kerutan di sebagian besar pipi kanannya."Sia..." Pertanyaan Ayleen terpotong karena kala pintu terbuka menampilkan sosok tegap Arkhan. Ia tidak menyangka Arkhan akan mengetuk pintu kamarnya. Sesuatu yang mustahil baginya selama ini."Aku dan Sandra lapar, kamu bikinkan kami makanan ya. Cepat," pinta Arkhan memaksa."Masih ada sup ayam tadi," sahut Ayleen mencoba ketus meski hatinya berbunga-bunga, jantungnya jedag jedug tak menentu bertatapan dengan sang pujaan hati.Arkhan menatap dingi