Share

Bab 5. Kepalsuan

Beberapa menit selesai makan, seperti biasa Ayleen merapikan meja dan mencuci piring. Sandra sama sekali tidak berniat membantu.

"Hallo, wanita sok cantik. Harap cuci piringmu," seru Ayleen kala melihat Sandra berlenggang meninggalkan dapur.

Mendengarnya, Sandra terbahak. "Aku sok cantik? Aku cuci piring?" Sandra menunjuk wajahnya sendiri. "Sorry banget. Aku gak akan mengotori tangan mulusku dengan sabun."

Wanita ber-make up tebal itu menghampiri. Mendorong sedikit bahu Ayleen. Ayleen yang tidak siap karena tidak mengira Sandra berani main fisik, tubuhnya sedikit oleng. "Hey, wanita bopeng. Jangan samakan aku dengan kamu. Kamu cocoknya jadi pelayan saja di rumah ini. Melayani kami sebagai raja dan ratu. Jadi, kamu cuci semua piring kotor itu. Paham?!"

Ayleen merasa geli mendengar ucapan sombong dan angkuh wanita di hadapannya. Jujur, sebenarnya ia merasa kecantikan Sandra tidak sebanding dengan kecantikan yang ia miliki. Hanya saja, ia harus menutupi kecantikan itu dengan silikon tipis karena alasan tertentu.

"Ingat! Aku bukan pelayan di rumah ini. Aku istri Mas Arkhan!" Ayleen memekik.

"Ada apa ini?" Arkhan tiba-tiba datang dari lantai atas sembari memainkan kunci mobil di jari telunjuk.

Sandra menghambur ke pelukan. "Dia menyuruhku cuci piring, Mas. Aku gak mau tanganku kasar dan jelek seperti dia." Ia merengek manja di dada bidang Arkhan.

Tangan kekar dan besar terulur, mengelus lembut punggung sang istri yang mengadu. Seolah dialah korban perdebatan singkat tadi.

"Ayleen, berani sekali kamu menyuruh Sandra. Cuci piring kotor itu tugasmu. Bukankah setiap hari kamu melakukannya? Sandra tidak boleh capek. Apalagi malam ini malam spesial untuk kami. Kamu harus ingat, jika kamu ingin aku memperlakukanmu dengan baik, maka perlakukan Sandra lebih baik juga." Arkhan menukas lembut tapi sukses menusuk dada Ayleen sedalam-dalamnya. Menggandeng pundak dan berjalan menuju pintu utama tanpa mempedulikan perasaan Ayleen yang tercabik untuk kesekian kali.

Bisa saja, Ayleen melaporkan ini semua pada Kakek. Ia tahu kalau Arkhan takut tidak mendapat warisan jika ketahuan Kakek akan perlakuan buruknya pada Ayleen. Tapi, bagaimana bisa dia melapor? Ketemu saja belum pernah.

Pintu dibuka, disambut oleh kehadiran Papa Alfi, Mama Indah dan Nenek Cia, orang tua dan nenek kandung Arkhan. Ayleen lekas mencuci tangan, mengeringkannya dengan serbet yang menggantung tak jauh dari wastafel, hendak menyambut kedatangan orang tua yang sangat ia sayangi. Pengganti kedua orang tuanya yang telah meninggal enam tahun lalu.

"Loh, Arkhan mau kemana, Sayang?" Suara Mama Indah terdengar nyaring hingga ke dapur.

"Mau ke luar, Ma. Malam ini aku nginap di luar. Mama, Papa, dan Nenek ada apa ke mari?"

Nenek Cia mencondongkan badan, mendekatkan wajah pada sepasang pengantin baru. "Kalian ingin malam pengantin?" ucapnya berbisik. Mungkin berharap Ayleen tidak mendengar ucapannya. Namun sayang, Ayleen bisa mendengarnya karena jaraknya sudah sangat dekat hanya terhalang tembok pembatas ruang tamu dengan ruang keluarga.

"Semoga sukses ya." Papa Alfi menimpali. Menepuk pundak sang anak berulang kali sembari tersenyum meledek.

Sedangkan Mama Indah celingak celinguk seperti mencari seseorang. "Istri bopengmu mana? Dia gak marah kamu nikah lagi?"

"Dia di dapur. Aman, Ma. Dia tidak akan berani membantahku," sahut Arkhan dibalas anggukan dan senyum lebar tiga orang tua itu. Arkhan sangat yakin janji manisnya bisa mengurung Ayleen agar selalu tunduk padanya.

"Bagus. Cepat kalian pergi. Bikinin Nenek cicit yang banyak ya. Wanita bopeng itu urusan kami biar tidak mengganggu kalian." Wanita dengan rambut penuh uban itu menepuk pundak sang cucu dengan tatapan mengharap.

Bagai disambar petir, tubuh Ayleen meluruh ke dinding. Papa Alfi, Mama Indah dan Nenek Cia yang selama ini tampak menyayangi dan lembut ternyata hanya topeng belaka. Mereka telah sukses merobek kepercayaannya, terlebih setelah menyetujui pernikahan kedua Arkhan.

'Pantas saja mereka tidak pernah menanyakan cucu. Mereka memang tidak menginginkan cucu dari rahimku yang bopeng ini. Mengapa mereka melakukan ini padaku?'

Suara pintu ditutup disusul oleh deru mobil yang semakin menjauh.

"Akhirnya Arkhan punya partner kalau menghadiri acara," ucap Mama Indah bahagia.

Tanpa ia sadari, ucapannya kembali menyayat hati seorang wanita yang sedang bersandar di dinding. Meski Ayleen sendiri sudah tahu, silikon tipis menyerupai bekas luka bakar yang menutup sebagian besar wajahnyalah penyebab Arkhan berlaku buruk. Akan tetapi, tetap saja mendengar kalimat itu masih menorehkan luka di hati.

Tak berselang lama, Papa Alfi duduk di sofa, sementara Mama Indah dan Nenek Cia melesat masuk.

"Ayleen." Mama Indah memanggil lembut.

"Kamu di mana, Nak?" Nenek Cia menimpali.

Dua wanita itu masuk rumah semakin dalam mencari sosok wanita yang mereka hina.

Ayleen gegas bersembunyi di balik vas bunga besar. Menetralkan emosi yang membara. Berusaha pura-pura tidak mengetahui apa yang mereka sembunyikan darinya. Biarlah mereka tahu Ayleen adalah wanita jelek yang lemah dan penurut.

Ting

Pesan masuk, laporan dari seseorang yang bisa ia andalkan. Ia membaca seksama sederet tulisan berisi informasi penting.

"Sandra, kamu dalam genggamanku." Ayleen tersenyum miring.

Tak lama, pesan masuk kembali ke ponsel menampilkan posisi Arkhan dan Sandra.

"Sepertinya pengorbanan lima bulan tidak cukup untuk mencuri perhatianmu, Mas. Kalau seperti itu maumu, baiklah. Tunggu aku di sana, Mas." Ia bergumam pelan.

Sebelum ia memunculkan diri di hadapan dua rubah berwujud wanita tua, ia menuliskan kembali perintah yang harus dilaksanakan orang terbaiknya.

[Cari informasi sedetail mungkin tentang keluarga Hendrawan.] Pesan dikirim.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status