Share

Teh Manis

Author: BulanSabit
last update Last Updated: 2024-11-01 14:28:38

"Ayleen di sini, Ma." Ia memunculkan diri dari ruang kerja dekat vas bunga.

Suara Ayleen sontak membuat dua wanita tadi menoleh kemudian mendekat. Ayleen mencium tangan keduanya sambil mencoba menekan dada bergemuruh.

"Kamu ngapain di situ, Sayang?" Mama Indah merangkul pundak sang menantu, mengajaknya duduk di ruang tamu bersama Papa Alfi. Ayleen tahu, mertua dan Nenek Cia sedang bersandiwara jadi rubah baik. Maka diapun ikut bersandiwara sesempurna mungkin, mengikuti alur cerita yang diperankan keluarga Arkhan.

Menatap kedua mertua dan Nenek Cia satu per satu, hati bagai diremas kuat hingga hancur berkeping. Perih sekali.

'Mengapa kalian berpura-pura menyayangiku disaat bahagiaku terpusat pada kalian? Apa salahku? Apakah karena aku jelek? Bukankah kalian yang menginginkanku hadir dalam keluarga kalian?' Berbagai pertanyaan merasuki benak.

"Tadi lagi membereskan meja kerja Mas Arkhan, Ma," jawab Ayleen berbohong. Senyuman tipis menghiasi wajah, menampilkan kerutan bekas luka bakar yang semakin kentara.

Ayleen mencium tangan Papa Alfi sesaat mereka di ruang tamu.

"Apa kabar, Pa?" tanya Ayleen berusaha bersikap sopan kendati amarah dan tanda tanya masih menguasai hati.

"Baik, Nak. Kamu baik juga, kan?"

Ayleen mengangguk pelan seraya tersenyum sebagai jawaban lantas duduk di sofa diikuti Mama Indah dan Nenek Cia di sampingnya.

"Kamu pasti capek ya?" Nenek Cia mengusap pelan paha Ayleen yang tertutup gaun sebetis. Di rumah, Ayleen memang selalu memakai baju yang rapi nan cantik untuk memikat hati sang suami. Namun, semua ternyata sia-sia. Wajah bopeng menyebabkan Arkhan tidak membiarkan Ayleen masuk ke dalam hatinya meski hanya sebesar debu.

"Nggak kok, Nek. Ayleen tidak capek. Ayleen ke dapur ya. Biar Ayleen buatkan minuman dulu." Ayleen mencoba untuk bertingkah senormal mungkin. Seperti biasa jika mertua bertamu.

"Eh, tunggu Ayleen. Kasihan kamu kan capek habis berberes. Indah, coba kamu saja yang buat." Nenek Cia mengedipkan sebelah mata, seakan memberi kode pada sang menantu.

Mama Indah mengerti kode tersebut. Ia gegas beranjak. "Kamu istirahat saja, Sayang. Biar Mama yang bikin minuman." Bibir tipis merah merona menerbitkan senyuman di wajah cantik Mama Indah seraya melangkah ke dapur.

*"Ayleen biar menjadi urusan kami biar tidak mengganggu kalian"*

Rasa curiga menyergap ketika ucapan Nenek Cia pada Arkhan tadi terngiang di telinga.

Andai saja Ayleen tidak mendengar ucapan mereka tadi, mungkin Ayleen akan merasa heran dengan sikap mereka. Pasalnya, mereka tidak pernah turun ke dapur. Kalau mereka bertamu, selalu minta dilayani dengan baik.

Mereka tahu Ayleen adalah wanita lemah yang penurut. Entah mengapa, mereka masih saja takut Ayleen menggagalkan malam pengantin Arkhan, padahal malam pengantin bukan di rumah. Setakut itu mereka?

Di dalam hati, Ayleen tersenyum. 'Tenang saja, ketakutan kalian akan ku kabulkan.'

"Baiklah. Tapi, Nek. Ayleen mau ke kamar dulu ya. Mandi dan ganti baju. Gak enak bau keringat."

Tanpa rasa curiga, mereka mengizinkan Ayleen naik ke lantai atas. Ke kamarnya sendiri. Bukannya mengganti baju, ia malah mengambil foto kedua orang tuanya dari dalam lemari.

Ia mengusap kedua wajah yang terpampang di bingkai kecil. "Ma, Pa, tega sekali mereka. Disaat Ayleen sangat menyayangi, mereka ternyata tidak tulus. Kepada siapa lagi Ayleen bersandar, Pa? Bahkan suami sendiri tidak pernah menganggap Ayleen."

Ia terisak. Dua kenyataan pahit yang ia hadapi hari ini - suami membawa istri baru dan kasih sayang palsu mertua - begitu menghimpit dadanya hingga terasa sesak. Bahkan untuk menghirup udara segar saja rasanya begitu sulit.

Ia peluk, ia cium bertubi-tubi foto yang terbingkai rapi. Enam tahun berpisah, rasa rindu belum puas menggerogoti jiwa. Diusia dua puluh tiga tahun, status yatim piatu bersandang di pundaknya karena ulah orang yang ia pun belum tahu siapa.

Setelah merasa tenang. Menyimpan foto, mengenakan baju hitam kemudian merapikan rambut hitam legam.

"Huuft! Sudah lima bulan aku tidak memakai pakaian favoritku ini." Ia bergumam.

Gegas ia mengambil gaun hitam panjang berlengan pendek sebagai luaran. Memakai riasan tipis lantas memasang kembali silikon ke pipi.

Drrrttt

Ayleen mengangkat telepon.

"Bos, semuanya sudah siap." Suara dari seberang sana terdengar.

"Oke. Amankan situasi sampai aku datang."

*

"Maaf kalau Ayleen lama." Ia duduk di tempat semula.

"Tidak apa-apa. Kamu kenapa cantik sekali malam ini? Mau ke mana, Sayang?" tanya Mama Indah menelisik penampilan Ayleen dari atas ke bawah.

"Di rumah aja. Kan memang biasanya Ayleen seperti ini, Ma."

Mama Indah mengangguk meski wajahnya masih memperlihatkan ekspresi heran bercampur curiga. Mungkin takut malam pengantin Arkhan dan Sandra diganggu Ayleen. Dia pikir, wanita mana sih yang tidak sakit hati jika suami menikah lagi? Bibir bisa tersenyum dan berkata tidak apa-apa, di dalam hati siapa tahu?

"Yuk, diminum. Moga manisnya pas." Mama Indah menunjuk pada teh hangat di atas meja.

Mama Indah dan Nenek Cia menatap intens tatkala Ayleen menyeruput teh hangat. Sesaat mereka saling tatap lantas mengulum bibir, menahan tawa. Tingkah mencurigakan mereka tak luput dari sudut mata Ayleen.

Usai menyeruput teh. Ayleen dengan santai mengajak ketiga tamu itu mengobrol. Menceritakan masa kecilnya yang begitu indah, hingga tragisnya saat ia kehilangan kedua orang tua. Ketiga tamu itu juga menceritakan hal seru apapun. Tingkah lucu Arkhan saat kecil, gimana pria itu direbutkan para gadis kala ia remaja sampai sekarang dan lain-lain. Empat orang itu larut dalam obrolan seru.

Beberapa menit kemudian, Ayleen menekan-nekan perut. "Perut Ayleen kenapa ini ya?" Dia bertanya pelan. Empat pasang mata milik Nenek Cia dan Mama Indah bersitatap. Seolah saling mengirim pesan.

"Kamu sakit perut, Sayang?" Mama Indah mengelus pundak Ayleen.

"Iya, Ma. Kok tiba-tiba begini sih?" Wajah Ayleen mengkerut, meringis menahan sakit.

"Loh, Ayleen kenapa?" Papa Alfi juga ikut cemas. "Emang kamu habis makan apa, Nak?"

Ayleen menggeleng pelan. "Tidak ada yang aneh kok, Pa." Ia meringis kembali.

"Cepat ambilkan kotak P3K, Indah," perintah Nenek Cia panik. Pura-pura panik, tepatnya.

Disaat Mama Indah beranjak. Mereka dikejutkan oleh bunyi benda jatuh.

Bugh

"Mama!!!"

"Nenek!"

Ayleen, Mama Indah dan Papa Alfi berteriak. Nenek Cia mendadak pingsan, tersungkur di lantai. Mama Indah sampai lupa mengambil kotak P3K. Sang anak dan menantu membopong tubuh kurus Nenek Cia ke atas sofa. Di samping Ayleen yang sedang meringis kesakitan.

"Duh, perutku kok mules juga ya, Pa?" Mama Indah pun mendadak memegang perut. Tubuhnya membungkuk menahan sakit.

"Sakit banget ni, Pa. Aku ke toilet dulu." Mama Indah berlari sekencang ia bisa. Menuju toilet di dekat dapur.

"Duh, gimana ini? Kok pada sakit semua?" Papa Alfi kalang kabut. Bola matanya mengedar ke segala penjuru rumah. Mencari sesuatu. "Di mana sih kotak P3K?" gumamnya dalam hati.

Matanya tertuju pada kotak P3K yang di tempel di dinding depan kamar Arkhan lantai atas. Langkahnya cepat menuju ke kotak tersebut.

"Pa, Ayleen juga ingin ke toilet," teriak Ayleen. Berlari terbirit-birit.

Papa Alfi menoleh sejenak kemudian melanjutkan meniti anak tangga tanpa menyadari sesuatu yang direncanakan sang menantu.

Related chapters

  • 5 Bulan Setelah Menikah   Bab 7. Wanita Cantik

    Di sebuah jalan raya yang cukup sepi saat Arkhan hendak menuju hotel, tanpa diduga mobil dihadang oleh delapan preman menggunakan sepeda motor."Berhenti!" teriak salah satu preman yang menyalip ke depan mobil. Arkhan menekan rem mendadak hingga menimbulkan bunyi ban berdecit nyaring.Sandra panik. Ia memeluk lengan Arkhan. "Mereka mau apa, Mas? Aku takut." Suaranya terdengar gemetar."Tenang, Sayang. Paling mereka akan meminta uang," imbuh Arkhan mencoba menenangkan istri.Dua preman turun dari motor, menghampiri mobil. Mengetuk kasar pintu depan mobil kiri dan kanan.TokTok"Keluar kalian!"Arkhan tidak serta merta mengikuti kemauan preman itu. Ia takut akan terjadi hal yang lebih parah jika keluar."Keluar atau kami pecahkan kaca mobil mahalmu!" Preman yang satunya mengancam.Sandra semakin ketakutan. Wajahnya pucat pasi. "Gimana ini, Mas?""Aku keluar saja. Kamu tunggu di sini." Tanpa menunggu jawaban, Arkhan gegas keluar bersamaan dengan enam orang preman lain turun dari motor.

    Last Updated : 2024-11-02
  • 5 Bulan Setelah Menikah   Bab 8. Video

    "Jangan mendekat!" Arkhan mengusir wanita yang baru saja ia nikahi tadi siang."Mas ...," lirih Sandra terisak. Terus mendekati sang suami, namun Arkhan selalu menjauh. Seakan-akan jijik pada Sandra."Kita pulang ke rumah," ucap Arkhan cepat, berjalan menuju mobil mendahului Sandra."Mas, bukannya malam ini kita nginap di hotel?" Sandra berlari kecil mengejar Arkhan dengan linangan air mata. Setelah apa yang terjadi padanya, bukan dukungan yang ia terima, tapi penolakan dari pria yang seharusnya memberi kenyamanan dan ketenangan.Arkhan berpaling sejenak. Sorot matanya tajam, siap menusuk apapun di hadapan. "Lihat penampilanmu!"Gemetar. Sandra memindai tubuhnya dari atas ke bawah. Baju compang camping, banyak sobekan di sana, rambut kusut berantakan, make up luntur, lipstik merah menyala bahkan menepi ke tempat yang bukan seharusnya.Memejamkan mata. Sandra menarik napas dalam. Menenangkan rasa yang hancur berserakan. "Kita bisa beli pakaian dulu, Mas. Aku akan memberikan yang terbai

    Last Updated : 2024-11-04
  • 5 Bulan Setelah Menikah   Bab 9. Nomor Asing

    "Lihat! Mau mengelak seperti apa lagi kamu?!" Arkhan menyodorkan ponsel berisi video yang dikirim oleh nomor tak dikenal. Video dimana baju Sandra dirobek paksa. Dua preman itu mencumbu tubuh Sandra secara brutal. Sandra meraung meminta tolong hendak dilepaskan, kedua preman itu semakin blingsatan. Memukul dan melecehkan secara bergantian. Raungan kesedihan dan ketakutan Sandra seakan memanggil mereka untuk berbuat lebih. Papa Alfi ikut menyaksikan pelecehan yang dialami Sandra. Wajahnya tambah memerah. 'Apa yang terjadi jika video itu tersebar? Ini aib besar. Bagaimana nasib perusahaan andai semuanya bocor?'"Siapa yang mengirimkan video itu?"Arkhan menggeleng. "Tidak tahu, Pa. Sudah dihubungi, tapi nomornya tidak aktif."Papa Alfi tampak berpikir keras. Memikirkan kemungkinan siapa orang yang menjadi dalang kejadian tadi."Tapi, Mas. Aku tidak merasakan sakit di area intimku. Itu tandanya aku masih per**an." Sandra tetap menyangkal sambil menangis tersedu-sedu."Siapa yang percay

    Last Updated : 2024-11-05
  • 5 Bulan Setelah Menikah   Bab 10. Identitas Tersembunyi

    Di kamar yang berbeda. Ayleen melepas gaun hitam, Ayleen menghempas tubuh di ranjang empuk. "Huft. Hampir saja gagal. Ternyata Mas Arkhan jago bela diri juga. Lumayan untuk mengulur waktu. Andai saja tidak, aku bakalan telat ke sana," ucapnya bermonolog.Ia memejamkan mata, mengingat kembali rekaman kejadian tadi.Beberapa jam yang lalu...Ayleen mencurigai Mama Indah yang mendadak rajin membuat minuman. Dia pikir, apakah ada hubungannya dengan ketakutan mereka terhadap Ayleen yang bisa menggagalkan malam pengantin Arkhan? Dari lantai atas, Ayleen mengintip Mama Indah. Memang benar, Mama Indah memasukkan sesuatu ke dalam satu gelas teh. Sementara teh yang lain tidak. Sudah bisa Ayleen tebak, teh itu untuknya.Ketika Mama Indah sudah membawa minuman ke ruang tamu, giliran Ayleen yang ke dapur. Mengecek bungkus yang dibuang Mama Indah ke tong sampah. Obat pencahar, itulah yang dimasukkan ke dalam teh Ayleen. Bagai ditusuk ribuan jarum, hati Ayleen perih menerima perlakuan penuh tipu da

    Last Updated : 2024-11-10
  • 5 Bulan Setelah Menikah   Bab 11. Kepingan Masa Lalu

    Tubuh Ayleen menegang. Kepingan masa lalu berputar kembali di ingatan."Lepaskan Mama dan Papa! Kalian jahat!" Ayleen menjerit kala menyaksikan Ameera - ibunya - ditampar tanpa ampun. Bipta - papanya - dipukuli tanpa belas kasih. Dalam posisi berlutut, kedua tangan mereka diikat. Mereka tak mampu melawan, meski hanya sekedar berteriak pun tidak mampu. Mereka kehabisan tenaga. Ayleen sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Kedua tangannya dicekal ke belakang dan dijaga satu pria bertopeng.Ayleen tidak mengerti, entah kesalahan apa yang dilakukan Ameera dan Bipta sampai pria bertopeng itu berlaku sekejam itu pada mereka."Berisik!" Seorang pria bertopeng yang memukul Bipta tadi mendekat lantas menampar pipi Ayleen. Perih, panas, sakit. Namun rasa yang tercipta tidak seberapa dibanding sakit hati melihat kedua orangtuanya diperlakukan tidak pantas.PlakPlakTamparan di kiri dan kanan pipi Ameera menggema kembali di sebuah hutan yang Ayleen tidak tahu tepatnya di mana. Darah segar mengalir

    Last Updated : 2024-11-11
  • 5 Bulan Setelah Menikah   Bab 12. Malam Pertama

    Di kamar, Arkhan bersandar di kepala ranjang setelah membersihkan diri. Tatapannya kosong, pun hatinya. Kejadian malam ini benar-benar menghantam kehidupannya. Pria yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan harus menelan pil pahit bahwa istrinya sudah disentuh oleh pria lain.Tidak ada suara keceriaan dan kebahagiaan yang mengisi malam pengantin Arkhan selain suara gemericik air dari kamar mandi.Tak lama, pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan sosok wanita yang baru saja ia halalkan tadi siang berbalut jubah mandi. Tampak jelas banyak lebam yang menutupi kulit putih mulusnya. Sudut bibir pecah, mungkinkah ia telah ditampar kuat karena berontak? Banyak tanda kemerahan juga di sana. Hati Arkhan mendadak perih melihatnya. Harusnya ia yang menciptakan tanda kepemilikan di tubuh wanita itu. Tapi, nyatanya ....'Seandainya kamu sedikit lebih berani, melawan dan melepaskan diri. Semua ini tidak akan terjadi, Sandra,' sesalnya dipenuhi rasa amarah yang hendak meletus. Tangan terkepal kua

    Last Updated : 2024-11-12
  • 5 Bulan Setelah Menikah   Bab 13. Makan Siang

    Menjawab rasa penasaran, Arkhan gegas menyibak selimut. Di atas sprei, ia menemukan noda berwarna merah di sana.'Astaga! Dia benar-benar pera*an. Apa yang telah ku lakukan? Aku tidak mempercayainya. Aku menyakitinya dengan permainan kasarku. Aku bahkan tidak peduli rintihan kesakitannya atas perlakuanku.'Arkhan terperosok dalam kubangan rasa bersalah."Sayang," panggilnya sambil beranjak dari tempat tidur menghampiri sang istri dengan selimut membalut tubuh.Sandra membisu. Membuka koper yang isinya belum sempat dimasukkan ke lemari lantas mengenakan pakaian kerja. Kemeja putih dan rok span selutut. Sandra tampak cantik dan memesona dengan pakaian itu. Lalu duduk di kursi meja rias. Mengambil tote bag berisi skin care andalan kemudian memoleskan ke wajah. Mencoba menutupi lebam dan luka. Ia tidak ingin kejadian tadi malam menghancurkan kariernya. Sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan terkenal, tampil prima adalah harga mati bagi Sandra.Arkhan mengalungkan lengan di leher

    Last Updated : 2024-11-17
  • 5 Bulan Setelah Menikah   Bab 14. Opik, Dia kan Sudah Meninggal?

    Pagi yang sama di rumah orang tua Arkhan. "Gimana perut kamu, Sayang? Masih sakit?" tanya Papa Alfi sesaat mereka bertiga mengisi kursi di meja makan. Hendak sarapan."Agak enakan, Sayang. Aku heran, kenapa bisa sakit perut padahal obat itu kan aku masukkan ke gelas Ayleen, Mas?""Mungkin kamu salah ambil gelas, Indah." Nenek Cia menerka kemungkinan yang terjadi."Kalau iya, tapi Ayleen juga sakit perut kan?" "Iya, benar Ayleen sakit perut. Waktu kamu ke toilet, dia juga berlari ke toilet," jelas Papa Alfi dengan dahi mengerut."Lalu kenapa Nenek pingsan?" Papa Alfi menoleh ke arah Nenek Cia - mamanya sendiri. Ia memanggilnya Nenek karena membiasakan panggilan Arkhan pada sang Nenek waktu kecil. Hingga Arkhan dewasa, panggilan itu tersemat."Ntahlah, apa Nenek ada kelainan jantung ya?" tebak Nenek Cia yang mulai gelisah mengkhawatirkan kesehatannya. Meskipun usianya sudah lanjut, rambutpun sudah memutih, setahunya tubuhnya sangat sehat. Dia rajin kontrol dan sangat menjaga pola maka

    Last Updated : 2024-11-19

Latest chapter

  • 5 Bulan Setelah Menikah   bab 19. Bima Sakti Atmadja

    "Kamu tidak apa-apa, Nona?" Suara bariton pria terdengar seiring dengan jatuhnya tubuh Ayleen ke dalam lingkaran lengan kokoh milik pria itu. Gegas Ayleen memperbaiki posisinya, berdiri tegak. Sejenak ia terdiam, beberapa detik kemudian menundukkan kepala setelah mengingat siapa pria yang menyelamatkannya. "Maaf, Tuan." Bima Sakti Atmadja, tamu penting Pak Erfan tersenyum tipis ke arah Ayleen. Ia memutar arah matanya, menatap nanar pada dua wanita yang bersikap semena-mena.Bulan dan Rina ternganga. Entah karena apa. Apakah karena melihat pria tampan? Secara mereka itu penggemar pria tampan, terlebih mapan. Atau karena merasa tidak terima Ayleen diselamatkan oleh pria setampan Bima? Hidung bangir, alis tebal, tinggi sekitar 189 sentimeter, kulit putih bersih, pakaian mahalnya memperlihatkan ia bukanlah orang biasa. Pria di hadapan Ayleen menunjukkan kharisma yang khas."Kalian berdua. Aku siap menjadi saksi perlakuan kalian. Kalian pilih saja, mau dipenjara, dipecat secara tidak ho

  • 5 Bulan Setelah Menikah   Bab 18. Mobil Lamborghini

    "Maafkan saya, Pak. Kami tidak sengaja. Saya tidak akan mengulanginya lagi." Tejo menunduk malu mengingat tingkah bejatnya barusan. "Saya juga minta maaf, Pak. Saya dalam keadaan tidak sadar," ungkap Santi yang langsung di SP3 oleh Pak Erfan. Dari tadi ia terus membela diri dari tuduhan. Dia yakin sedang dikuasai obat perangsang. Andai tidak, mana mungkin dia sudi kesuciannya direnggut oleh lelaki kere dan kerempeng seperti Tejo."Kalian bilang tidak sengaja? Tidak sadar? Kalian bahkan sangat menikmatinya dan kamu menyebut namaku dengan mulut kotormu itu, Santi." Pak Erfan berang. Tejo dan Santi terlonjak kaget kala meja di hadapannya digebrak kuat."Cepat keluar dari ruanganku! Kalian ku pecat dengan tidak hormat dan tanpa pesangon."Dua manusia tadi sontak menggeser kursi, berlutut di depan meja. "Tolong beri kami kesempatan, Pak."Tejo tidak rela pekerjaan yang ia dapatkan susah payah harus berakhir memalukan seperti ini. Sementara Santi, ia merasa tidak rela harus kehilangan pri

  • 5 Bulan Setelah Menikah   Bab 17. Kehebohan

    Amarah memuncak dan berkumpul di ubun-ubun tatkala Sandra melihat dengan mata kepalanya sendiri, Arkhan sedang makan bersama seorang wanita bermasker. Awalnya ia memang ingin makan siang di restoran ini. Jarak Restoran Antik memang cukup dekat dengan kantor tempatnya bekerja. Ia sempat merasa bahagia saat melihat mobil Arkhan terparkir, keinginannya makan siang bersama Arkhan akan terkabul. Tidak disangka, kedatangannya ke tempat ini membuat dadanya terasa dihimpit bongkahan batu besar hingga remuk redam."Tadi ku ajak makan siang bersama, dia bilang ada meeting. Lalu ini apa?" Sandra menggerutu kesal sambil menggulung jarak hingga menyisakan sekitar satu setengah meter dari meja Arkhan. Emosi Sandra semakin membuncah kala ia mendengar Arkhan terdengar penuh harap meminta alamat wanita bermasker itu dan berniat untuk makan bersama kembali."Arkhan!"Kini Sandra sedang berada di belakang Arkhan. Ayleen yang sedang menjauh sontak menoleh mendengar suara yang baru kemarin ia hapalkan. S

  • 5 Bulan Setelah Menikah   bab 16. Kencan Pertama

    "Selamat tinggal, Santi. Sepertinya kali ini kamu akan benar-benar tidak bisa menggangguku lagi." Ayleen bergumam pelan seraya mengayun langkah ke arah parkiran. Senyuman manis terukir di wajahnya. Tanpa ia sadari, tindakan yang baru saja ia lakukan membuat lobang kecil untuk dirinya sendiri.Sebelum menaiki motor, Ayleen menyempatkan diri menghubungi Dean. "Hallo, Dean." Ayleen menyapa sesaat telepon tersambung."Hallo, Bos. Ada yang bisa ku bantu?""Apa sudah ada informasi tentang keluarga Hendrawan?""Informasi baru saja ku dapatkan, Bos. Semua informasi tentang suami Bos dan kedua orangtuanya bisa dikatakan lengkap. Namun, informasi tentang Hendrawan sendiri terpotong," sahut Dean yang merupakan satu-satunya anak buah yang tahu bahwa Ayleen sudah menikah."Maksudmu?" Ayleen merasa ada yang mengganjal pada informasi tersebut."Hanya ada informasi tentang Hendrawan sejak enam tahun lalu, sebelumnya datanya ditutup."'Ditutup? Apakah itu berarti Kakek Hendrawan bukan orang biasa? Ke

  • 5 Bulan Setelah Menikah   bab 15. Erfan Expander

    Ayleen terdiam dalam lamunan. Teguran Bu Asmara menariknya ke alam nyata. "Ayleen, ada apa?""Eh." Ayleen tersentak kaget."Kamu kayak tertarik pada salah satu atasan kita?" tanya Bu Asmara yang tidak tahu kalau Ayleen sebenarnya sudah menikah karena saat ia bekerja di sana memang status Ayleen masih lajang. Permintaan Arkhan untuk menggelar pernikahan tertutup melunturkan niat Ayleen mengundang temannya di kantor."Bukan begitu, Bu. Aku hanya penasaran aja. Itu tadi jalan paling depan, siapa ya?" tanya Ayleen yang merasa familiar dengan wajah dan gestur tubuh pria yang berjalan paling depan diantara ketiga pria lain dan baru saja memasuki ruangan CEO."Yang pake jas abu tua itu kan?"Ayleen menjawab dengan anggukan."Itu Pak Erfan. CEO di sini. Masa sih kamu gak kenal?"Ayleen menggeleng. "Belum pernah ketemu, Bu."Bu Asmara menatap cengo. "Ya ampun, Ayleen. Kok bisa? Bukannya kamu sudah beberapa kali dapat tugas di ruangannya?" Ayleen menggaruk tengkuk yang tiba-tiba gatal. "Biasa

  • 5 Bulan Setelah Menikah   Bab 14. Opik, Dia kan Sudah Meninggal?

    Pagi yang sama di rumah orang tua Arkhan. "Gimana perut kamu, Sayang? Masih sakit?" tanya Papa Alfi sesaat mereka bertiga mengisi kursi di meja makan. Hendak sarapan."Agak enakan, Sayang. Aku heran, kenapa bisa sakit perut padahal obat itu kan aku masukkan ke gelas Ayleen, Mas?""Mungkin kamu salah ambil gelas, Indah." Nenek Cia menerka kemungkinan yang terjadi."Kalau iya, tapi Ayleen juga sakit perut kan?" "Iya, benar Ayleen sakit perut. Waktu kamu ke toilet, dia juga berlari ke toilet," jelas Papa Alfi dengan dahi mengerut."Lalu kenapa Nenek pingsan?" Papa Alfi menoleh ke arah Nenek Cia - mamanya sendiri. Ia memanggilnya Nenek karena membiasakan panggilan Arkhan pada sang Nenek waktu kecil. Hingga Arkhan dewasa, panggilan itu tersemat."Ntahlah, apa Nenek ada kelainan jantung ya?" tebak Nenek Cia yang mulai gelisah mengkhawatirkan kesehatannya. Meskipun usianya sudah lanjut, rambutpun sudah memutih, setahunya tubuhnya sangat sehat. Dia rajin kontrol dan sangat menjaga pola maka

  • 5 Bulan Setelah Menikah   Bab 13. Makan Siang

    Menjawab rasa penasaran, Arkhan gegas menyibak selimut. Di atas sprei, ia menemukan noda berwarna merah di sana.'Astaga! Dia benar-benar pera*an. Apa yang telah ku lakukan? Aku tidak mempercayainya. Aku menyakitinya dengan permainan kasarku. Aku bahkan tidak peduli rintihan kesakitannya atas perlakuanku.'Arkhan terperosok dalam kubangan rasa bersalah."Sayang," panggilnya sambil beranjak dari tempat tidur menghampiri sang istri dengan selimut membalut tubuh.Sandra membisu. Membuka koper yang isinya belum sempat dimasukkan ke lemari lantas mengenakan pakaian kerja. Kemeja putih dan rok span selutut. Sandra tampak cantik dan memesona dengan pakaian itu. Lalu duduk di kursi meja rias. Mengambil tote bag berisi skin care andalan kemudian memoleskan ke wajah. Mencoba menutupi lebam dan luka. Ia tidak ingin kejadian tadi malam menghancurkan kariernya. Sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan terkenal, tampil prima adalah harga mati bagi Sandra.Arkhan mengalungkan lengan di leher

  • 5 Bulan Setelah Menikah   Bab 12. Malam Pertama

    Di kamar, Arkhan bersandar di kepala ranjang setelah membersihkan diri. Tatapannya kosong, pun hatinya. Kejadian malam ini benar-benar menghantam kehidupannya. Pria yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan harus menelan pil pahit bahwa istrinya sudah disentuh oleh pria lain.Tidak ada suara keceriaan dan kebahagiaan yang mengisi malam pengantin Arkhan selain suara gemericik air dari kamar mandi.Tak lama, pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan sosok wanita yang baru saja ia halalkan tadi siang berbalut jubah mandi. Tampak jelas banyak lebam yang menutupi kulit putih mulusnya. Sudut bibir pecah, mungkinkah ia telah ditampar kuat karena berontak? Banyak tanda kemerahan juga di sana. Hati Arkhan mendadak perih melihatnya. Harusnya ia yang menciptakan tanda kepemilikan di tubuh wanita itu. Tapi, nyatanya ....'Seandainya kamu sedikit lebih berani, melawan dan melepaskan diri. Semua ini tidak akan terjadi, Sandra,' sesalnya dipenuhi rasa amarah yang hendak meletus. Tangan terkepal kua

  • 5 Bulan Setelah Menikah   Bab 11. Kepingan Masa Lalu

    Tubuh Ayleen menegang. Kepingan masa lalu berputar kembali di ingatan."Lepaskan Mama dan Papa! Kalian jahat!" Ayleen menjerit kala menyaksikan Ameera - ibunya - ditampar tanpa ampun. Bipta - papanya - dipukuli tanpa belas kasih. Dalam posisi berlutut, kedua tangan mereka diikat. Mereka tak mampu melawan, meski hanya sekedar berteriak pun tidak mampu. Mereka kehabisan tenaga. Ayleen sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Kedua tangannya dicekal ke belakang dan dijaga satu pria bertopeng.Ayleen tidak mengerti, entah kesalahan apa yang dilakukan Ameera dan Bipta sampai pria bertopeng itu berlaku sekejam itu pada mereka."Berisik!" Seorang pria bertopeng yang memukul Bipta tadi mendekat lantas menampar pipi Ayleen. Perih, panas, sakit. Namun rasa yang tercipta tidak seberapa dibanding sakit hati melihat kedua orangtuanya diperlakukan tidak pantas.PlakPlakTamparan di kiri dan kanan pipi Ameera menggema kembali di sebuah hutan yang Ayleen tidak tahu tepatnya di mana. Darah segar mengalir

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status