"Bersama Pamanku?" Edward memicingkan matanya, "Di mana?" tanyanya. "Di gri..." Bill reflek merapatkan bibirnya sebelum ia salah bicara. Pagi ini, meski Ernest belum menjelaskan apapun padanya tentang mengapa Sahabatnya itu tergesa-gesa membeli sebuah griya tawang dan membawa Rosalia untuk tinggal di sana bersamanya-- Namun ia yakin bahwa Ernest pasti melakukan hal itu demi sebuah alasan. "Gri?" Edward menautkan alisnya, "Gri apa?! Gri... Griya tawang? Apa Paman membeli sebuah griya ta.... Mmmph..." Ia sontak mendelikkan matanya ketika mulutnya tiba-tiba dibekap oleh Bill. "Ssst!!! Kecilkan suaramu, dasar bodoh!" sungut Bill gemas. Sesaat setelahnya, kala ia melihat Edward menganggukkan kepala tanda mengerti dan memberi isyarat padanya bahwa pemuda itu tidak akan berbicara lagi-- Bill pun perlahan-lahan mengangkat tangannya dari mulut Edward, lalu menyapu telapak tangannya yang sedikit basah pada celananya. "Jadi itu benar?""Ya," jawab Bill singkat. Ia kemudian meminta segelas wh
Las Vegas Blvd pukul 1 lewat, 2 buah sedan elegan dan 2 sedan hitam memasuki halaman sebuah hotel termewah di area ini. Tiba di depan Lobby hotel, pria yang mengendarai sedan mewah pertama yang tak lain adalah salah seorang Bodyguard Ernest-- Bergegas keluar dari sedan. Pria ini menghampiri sedan mewah kedua yang dikendarai oleh Ben, lalu membukakan pintu di bagian penumpang untuk Ernest dan wanita yang menemani Bosnya ituBeberapa saat yang lalu, di pesawat pribadi Ernest, Rosalia terbangun ketika ia merasakan gerakan Ernest yang ingin mengangkat tubuhnya. Ia yang kala itu masih setengah sadar, membiarkan saja Ernest menggendongnya ala bridal style menuruni anak tangga pesawat. Kepalanya ia jatuhkan di dada bidang Ernest, menghirup wangi parfum mewah Ernest dan aroma maskulin kulit Ernest yang menembus kemeja yang dikenakan oleh Kekasihnya itu. Selama beberapa saat ia terbuai dan menikmati apa yang ia lakukan, hingga di saat Ernest akan memasukkan dirinya ke kursi belakang mobil mew
Tiba di hadapan Rosalia, Ernest menghentikan langkahnya. Menatap Kekasih kecilnya itu yang tengah menunduk dengan wajah merona. "Malam masih panjang, Mrs. Gail. Kamu juga sudah terlalu banyak tidur di pesawat tadi." Ia diam sejenak, mengangkat tangannya untuk menyentuh dagu Rosalia dan menarik sedikit dagu tersebut ke atas. Namun, Rosalia yang masih malu tampak enggan menatapnya. "Kamu tidak seperti ini di pertemuan pertama kita, Rosalia Heart." Sungutnya gemas. "Itu karena aku sedang mabuk," sambung Rosalia cepat, sama sekali tidak ingin menatap Ernest, meski wajahnya kini telah dipaksa menengadah agar ia menatap wajah Kekasihnya itu."Ada wine di ruangan pendingin, ingin minum?""Tuan Ernest Gail, bagiku malam itu adalah sebuah kesalahan! Aku melakukannya karena aku... Aku benci disebut sebagai gadis yang tidak menarik!" Sesaat Rosalia menghela nafas, lalu mengangkat pandangan matanya, menatap Ernest yang juga sedang menatap dirinya. Tatapan Kekasihnya itu sangat tajam, seakan mene
Yang terjadi berikutnya, netra Ernest sontak membola ketika tengkuknya ditarik secara tiba-tiba dan bibirnya dihujani kecupan liar yang berasal dari seorang pemula. Kecupan yang mampu membangkitkan gairahnya hingga ia membalas kecupan tersebut.Selama beberapa saat dua bibir saling berpagut, saling menyesap dan saling memilin lidah. Di sisi lain, salah satu tangan Ernest mulai melepaskan tali yang mengikat bath rope Rosalia. Di saat ia menarik tali tersebut, kerah bath rope yang Rosalia kenakan langsung meluncur melewati pundak Kekasih kecilnya itu. Memperlihatkan kulit putih bersih dengan dua gundukan yang tidak tertutupi sama sekali. Membuat Ernest yang melihat pemandangan indah itu tanpa sengaja, sontak menelan salivanya dengan susah payah.Glukk!!'Shitt!!' umpatnya dalam hati, karena area di bawah pinggangnya tiba-tiba bereaksi. Ada sesuatu yang sedang mengeras di sana, sesuatu yang telah ia buat berpuasa selama 7 hari.Dengan nafas menderu, ia pun memperdalam kecupannya. Sement
Pukul 10 pagi waktu Las Vegas..."Mrs. Gail, bangunlah!" bisik Ernest di samping telinga Rosalia yang masih tertidur lelap. Tubuh polos Kekasih kecilnya itu tertutupi oleh selimut hotel hingga ke pundak, sementara bath rope yang membalut tubuh Rosalia semalam-- Kini tergeletak di pinggir ranjang. Tak jauh dari kepala Kekasihnya itu.Ia sendiri, sejak jam 9 pagi ia telah terbangun saat sinar matahari yang masuk lewat sisi tirai yang sedikit terbuka, jatuh tepat ke atas wajahnya. Dan Ernest memilih untuk menghubungi Ben terlebih dahulu sebelum ia membersihkan tubuhnya lalu membangunkan Rosalia yang tampak kelelahan. Semalam, ia hanya melakukannya sebanyak dua kali pada Rosalia. Tapi ia berhasil membuat Rosalia melayang berkali-kali karena ulahnya. Sebagai seorang Casanova, sebenarnya ia sudah sering menemukan hal ini terjadi pada setiap wanita yang pernah tidur dengannya. Dan hingga saat ini, belum pernah ada satu wanita pun yang hanya mendapatkan kepuasan sebanyak satu kali jika ia me
Usai Ernest makan, Ben yang tengah berdiri di samping Ernest membungkukkan tubuhnya lalu berbisik pada Bosnya itu."Tuan, semalam aku telah memeriksa tentang pria itu setelah Tuan memintaku memesan pakaian, hari ini pria itu telah melakukan reservasi di Casino xxx di 3131 Las Vegas Blvd. Ini sudah aku konfirmasi pada Pemilik Casino, Tuan Ernest." Terang Ben."Pukul berapa?""Reservasinya pukul 3 sore, Tuan.""Pukul 3?" Ernest melirik pergelangan tangan kirinya yang ia tumpukan di atas meja untuk menopang dagunya. Melihat pada jam tangan mewah yang melingkar di sana. "Masih 3 jam lagi, lalu bagaimana dengan para Bodyguard?" ia kembali bertanya pada Ben."4 orang telah berpencar untuk mengawasi Casino tersebut, Tuan. Dan 4 orang lagi masih berada di dalam kamar, menunggu perintah dari Tuan." Sahut Ben. Sejenak ia melirik Rosalia, gadis belia itu tampak berusaha mengacuhkan apa yang ia dan Ernest bicarakan dengan berpura-pura mengamati keadaan di dalam restoran. Tingkah Rosalia itu memb
Ernest mendengus, menghela nafas, lalu melepaskan kerah jas Gabriel sambil tersenyum. Ia juga memberi isyarat pada keempat Bodyguardnya yang sedang menghadang beberapa Security Bar yang ingin menegurnya dengan cara menganggukkan sedikit kepalanya. "Maaf, ini hanya sedikit gurauan antar teman!" tukasnya pada Security Bar. Dua pria bertubuh tinggi besar itu saling beradu pandang sesaat, sebelum akhirnya mereka meninggalkan Bodyguard Ernest sambil geleng-geleng kepala, merasa bingung terhadap tingkah absurd kaum Milyuner yang telah mengunjungi Bar mereka. "Ada-ada saja," celetuk salah seorang dari kedua Security itu pada rekannya yang langsung diangguki oleh rekannya dengan anggukan setuju. Setelah kedua Security pergi, Ernest memberi isyarat pada Ben untuk menjaga Rosalia. Sedangkan ia sendiri, ia menarik lengan Gabriel untuk pergi bersamanya menuju salah satu meja kosong di sudut Bar. "Mengapa melakukan itu, Bung?" protesnya pada Gabriel setibanya ia dan Gabriel di sudut Bar. "Aku
15 menit kemudian, keributan terjadi di meja 8. Keributan itu dilakukan oleh target Ernest yang merasa kesal pada Gabriel karena dianggap telah mempermainkan dirinya yang sudah mengalami kekalahan berkali-kali.Gara-gara hal itu, pria tersebut langsung diusir dari Casino dengan tidak hormat. Ia diseret dan dilempar keluar Casino oleh para Security Casino hingga jatuh terduduk di depan parkiran, di hadapan beberapa tamu Casino yang baru saja datang.Inilah rencana Ernest yang sebenarnya, membuat kesal pria itu hingga keempat Bodyguardnya bisa mengikuti pria itu secara diam-diam dan menghadangnya di sebuah jalanan sepi lalu menculiknya.***Malam hari, pukul 7 di ruangan dalam kapal sebuah pesiar pribadi yang sengaja Ernest sewa. Ernest kini sedang duduk di sofa sambil mengguncang pelan gelas tinggi yang telah terisi wine sepertiga gelas.Di hadapan Ernest, pria yang telah mengacaukan proyek Oliver di Positano-- Sekarang tengah berlutut di lantai dengan wajah babak belur.3 jam sebelumny
Ini sudah dua hari sejak terakhir Ernest datang menemui Rosalia di rumah peristirahatan milik Ayah mertuanya. Dan selama dua hari ini, suaminya itu sudah tidak pernah lagi mengganggu dirinya. Tidak menemuinya sama sekali. Membuat Rosalia menjadi bingung dan juga berpikir, apakah Ernest benar-benar telah menyerah padanya. "Ed, aku ingin kembali bekerja!" cetusnya di meja makan, saat ia sarapan pagi bersama Edward. Namun Edward hanya menatapnya dengan wajah seolah kurang yakin kalau ia sudah siap untuk bekerja. "Bagaimana tubuhmu, Rosi? Kau yakin ingin melakukan hal ini?"Rosalia mengangguk tegas, keseriusannya itu juga ia tunjukkan lewat tatapan matanya yang tertuju pada Edward. "Aku bosan, Ed," ungkapnya, mencoba menjelaskan alasan tentang mengapa ia memutuskan untuk pergi bekerja. Sesaat, ia sempat menangkap raut wajah Edward tiba-tiba tampak aneh. Seolah ada sesuatu yang sedang disembunyikan Edward darinya. Tapi apa? "Baik, tapi sebaiknya aku menghubungi Luis terlebih dahulu, b
Di dalam kamarnya, duduk bersandar di atas ranjang, Rosalia terus menunggu seandainya Ernest naik ke lantai dua rumah peristirahatan. Lalu menggedor pintu kamarnya sambil berteriak marah memanggil namanya. Tapi hal itu tidak terjadi sama sekali, terlalu hening, terlalu sepi, membuat ia ingin menangis. Tak lama, suara sedan terdengar di pekarangan rumah. Suara itu seolah bergerak menjauh, pergi menjauhi rumah peristirahatan. "Dia menyerah? Haha ... ternyata hanya begitu." Rosalia tertawa lirih, dan di penghujung tawanya, ia justru terisak pelan. Menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, meringkuk, dan terus terisak di sana hingga ia tertidur. 1 jam kemudian, gagang pintu kamar Rosalia tiba-tiba bergerak turun. Berselang beberapa detik, pintu itu yang ternyata tidak terkunci bahkan didorong perlahan dari luar oleh sesosok tubuh tinggi besar. Sesaat, pria ini melemparkan pandangannya ke arah ranjang. Menatap cukup lama pada Rosalia yang telah tampak pulas, baru kemudian melangkah perlah
Malam hari, usai makan malam. Rosalia terus mengunci dirinya di dalam kamar, duduk termangu di atas ranjang sambil menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya yang sengaja ia tekuk. Hari ini ia jengkel sekali, sangat jengkel atas semua yang telah Ernest lakukan padanya. Dan ... bagaimana bisa suaminya itu merayunya, menggodanya, menyentuhnya dengan tangan yang pernah menyentuh Barbara sebelumnya, tanpa merasa bersalah pada dirinya? Ernest anggap apa dirinya? 'Itu karena kau juga sengaja membiarkannya melakukan hal itu padamu, Rosi! Kau ... selalu takluk ketika Ernest menyentuhmu. Kau selalu menyerah di bawah kecupannya. Pria itu menyadarinya, Rosalia Heart! Dia mengetahui kelemahanmu!'Rosalia memiringkan kepalanya, mencoba mengacuhkan semua jeritan yang diteriakkan hatinya padanya. Meski ia tahu kalau semua itu memang benar adanya. Yah, ia memang selemah itu di hadapan Ernest. Itu benar, dan ia tidak menampiknya. Ia juga sadar kalau ia tidak bisa melihat sekelilingnya karena h
Perlahan-lahan, Edward membalikkan tubuhnya. Dan ia sontak membeku saat telah berhadapan sempurna dengan Pamannya. Sebab wajah Ernest kini tampak sangat menakutkan. Beberapa saat yang lalu, Ernest hampir berhasil melepaskan satu-satunya kain yang masih melekat di tubuh Rosalia, namun konsentrasinya tiba-tiba terganggu oleh suara bel. Selama beberapa saat ia mencoba untuk mengacuhkannya, tapi naasnya ... suara bel kedua justru membuat Rosalia seketika membuka matanya. Istrinya itu menatap lekat ke arahnya, ia bahkan melihat ada kebencian di wajah Rosalia saat itu. Dan lebih sialnya lagi, suara bel kembali terdengar. Semakin sering, hingga Rosalia yang semula telah terpengaruh oleh sentuhannya, langsung mendorong tubuhnya. Istrinya itu bahkan segera memunguti semua pakaiannya dan bergegas berlari ke kamar mandi. Keributan itu tentu saja membuat Ernest meradang. Karena gara-gara suara bel, gairahnya yang semula telah berada di puncak, akhirnya langsung terjun bebas akibat penolakan Ros
Pukul 11 siang, Edward, Ben, dan juga Elio tampak memasuki lobby hotel. Ketika ketiganya telah memasuki lift, Edward yang sudah menahan kesabarannya sejak turun dari mobil, langsung membuka mulutnya. "Ini terlalu siang!" protesnya pada Ben, "Kau dengar? Rosi pasti sangat kelaparan sekarang," sungutnya. Ben tidak menanggapi celotehan Edward itu, melainkan melirik arloji mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sekarang sudah pukul 11? Seharusnya saat ini Tuan sudah terbangun, 'kan? Dan juga sudah berbicara pada Nyonya, 'kan? Apa mereka baik-baik saja?" gumamnya pelan, ada keresahan di dalam nada suara Ben. Begitu pula kala ia melihat lampu lift yang menunjukkan pergantian lantai semakin mendekati lantai tempat di mana kamar Ernest berada. Tepat di saat lift tiba dan pintu lift telah terbuka, dengan wajah ragu ia keluar dari lift. Edward masih berkicau bak burung merpati yang belum diberi makan, namun Ben sengaja menulikan telinganya. Ia bahkan tidak mengerti sejak kapan Edwar
'Jangan!' erang hati Ernest, saat Rosalia tiba-tiba membuka piyama yang ia kenakan. Lalu mengusap tubuhnya yang memanas dengan menggunakan ... apapun itu, kini benda sialan itu sedang menari-nari di atas kulit tubuhnya. Membuat ia sontak menahan nafas ketika benda itu perlahan bergerak turun dan menyusuri perutnya. Menuju ke area ... "Bagaimana ini? Tubuh Ernest semakin panas, apa yang harus kulakukan sekarang? Dan di mana mereka?"Fiuh, Ernest menghela nafas lega. Karena bertepatan ia membuka matanya— di saat yang sama Rosalia tiba-tiba melemparkan pandangannya ke arah pintu kamar. Namun tangan istrinya itu masih mengusap perutnya, bahkan handuk yang Rosalia genggam di tangannya hampir menyentuh ... Ernest melirik benda lembut berwarna putih itu sambil kembali menahan nafas. Sebab, jika benda sialan itu sampai menyentuh miliknya, Rosalia pasti akan segera tahu kalau ia telah terjaga. 'Jangan ke sana! Ukh ....' Ia sontak merapatkan bibirnya kala jari kelingking Rosalia tiba-tiba me
"Sudah 30 menit berlalu, di mana mereka?" Rosalia beranjak dari tepian ranjang, berdiri tegak, lalu melemparkan pandangannya pada pintu kamar. Tanpa menyadari bahwa seseorang telah terjaga dan kini sedang menatap dirinya dengan wajah tak percaya. Pria tampan itu bahkan mengerjapkan matanya, seolah ia sedang bermimpi saat ini. 'Baby? Apa yang terjadi? Mengapa dia ... Dia ada di dalam kamarku?' monolog Ernest dalam hati, tanpa melepaskan pandangannya dari tubuh ramping Rosalia yang sedang membelakangi dirinya. Well, ia sebenarnya sudah bangun sejak merasakan ranjang yang ia tiduri berderit pelan. Saat itu ia menemukan Rosalia tengah mencoba untuk beranjak dari pinggir ranjang. Namun istrinya itu tampak tidak menyadari kalau ia sudah terjaga. Dan sekarang, ia justru sedang berpikir keras tentang apa yang telah terjadi semalam? Mengapa ia sampai tidak tahu kalau Rosalia telah datang ke kamar hotelnya? Dan juga ... dari mana istrinya ini tahu di mana ia menginap? Apakah itu Elio yang tel
Setelah hampir dua jam menunggu Dokter yang Ben katakan akan segera datang, dan sambil mengusap wajah Ernest dengan handuk hangat, Rosalia yang tak sabar akhirnya kembali membuka mulutnya."Di mana Dokternya? Apa kau benar-benar telah menghubunginya, Ben?" sungutnya, seiring ia berpaling pada Asisten suaminya yang justru tidak berani menatap matanya. Aneh, sangat aneh.Keanehan itu juga dirasakan oleh Edward dan Elio. Hanya saja, Elio tidak berani berbicara pada Ben. Selain itu, posisinya hanyalah penjaga rumah. Apa haknya untuk mempertanyakan apa yang telah Ben perbuat, sedangkan pria itu memiliki status yang lebih tinggi darinya?Berbeda dengan Elio, Edward justru segera menarik lengan Ben. Membawa pria itu menjauh dari Rosalia yang terus mengikuti Ben dengan tatapan matanya.Di dekat sofa, Edward langsung melepaskan lengan Ben. Ia bahkan memukul lengan itu seraya berbisik, "Hei, kau ... apa benar kau sudah memanggil Dokter?" gerutunya.Namun Ben, entah apa yang terjadi? Tiba-tiba p
"Apa yang terjadi, Ben?" dengan langkah lebar Rosalia menghampiri Ben yang menyambutnya di lobby hotel. Di belakangnya, Edward dan Elio bergegas mengejar dirinya. "Kita bertemu lagi, Nyonya," sapa Ben seraya menundukkan kepalanya. Usai melakukan hal itu, ia lalu melemparkan pandangannya pada Edward dan Elio. Kemudian mengangguk pada kedua pria itu dan berpaling kembali pada Rosalia. "Maaf, Nyonya. Seharusnya aku tidak menakuti Nyonya seperti ini," cetusnya. "Dan Tuan, mungkin Tuan juga akan marah padaku nanti jika Tuan bangun dan mengetahui apa yang telah kulakukan pada Nyonya. Tapi masalahnya ...." Ben diam sejenak, menurunkan pandangannya juga memasang wajah cemas. Ekspresi Ben itu tentu saja membuat Rosalia menjadi semakin takut. Sementara Edward dan Elio, justru saling bertukar pandang, bertanya-tanya dalam hati apakah telah terjadi sesuatu yang buruk terhadap Ernest? "Ben?!" desak Rosalia, dengan suara sedikit meninggi. Namun setelahnya, ia justru menghela nafas kala menemukan