Pukul 6 pagi di mansion Ernest. "Oliver, tunggu!" Rose yang baru saja keluar dari kamar, mengejar Oliver yang tergesa-gesa melewati dirinya. Di mansion ini, Ernest seperti sengaja menempatkannya di sebuah kamar yang berdekatan dengan kamar Oliver dan Edward. Bahkan sejak ia tiba di mansion ini, ia belum pernah sekalipun bertemu dengan sang empunya mansion. Pria yang telah berhasil menggetarkan hatinya di pertemuan pertama mereka. Semula, ia mengikuti bawahan Tuan Besar Gail kembali ke kotanya hanya karena ia ingin bertemu dengan Edward. Ya, ia setuju untuk melanjutkan pertunangannya dengan keluarga Gail semua karena Edward! Tapi, di mansion Tuan Besar Gail-- Ia lalu dipertemukan dengan Ernest. Adik Carlisle ini tadinya ia pikir setidaknya sudah seusia Ayahnya, memiliki sedikit kerutan di kening dan di pinggir bibir. Tanda-tanda penuaan yang terkadang terlihat pada orang-orang di usia 30 tahun ke atas. Sayangnya tebakannya itu salah, pria itu hanya tampak sedikit lebih dewasa ketim
Gail Group pukul 10 pagi. "Tuan Edward, anda tidak boleh masuk!"Keributan terdengar di depan ruangan kantor Ernest. Di dalam kantor, Oliver yang mendengar keributan itu langsung menutup laptopnya. 10 menit yang lalu, ia baru saja menerima email dari Ernest yang masih berada di Las Vegas. Dalam email tersebut Pamannya itu mengatakan padanya bahwa sebagian besar dana yang telah digelapkan oleh mantan kontraktornya saat ini telah berhasil diamankan dan akan segera dikirimkan padanya sebelum Ernest pergi ke Dubai untuk menangani proyeknya. Oliver tentu saja merasa senang mendapatkan kabar itu dari Pamannya, dengan begitu-- Kerugian yang perlu ia tutupi sudah tidak terlalu banyak lagi. Namun, sebelum ia sempat membalas email Ernest, tiba-tiba ia mendengar keributan di luar kantor Ernest yang sekarang sedang ia tempati untuk menggantikan Ernest menangani Gail Group. "Tuan Edward!"Ceklekk! Brakk!! Oliver melemparkan tatapannya pada pintu yang telah didorong keras hingga menghantam dind
Pukul 12 siang, dari sebuah Mal besar yang terdapat tak jauh dari Resto Les Jardin-- Edward dan Anton melangkah terburu-buru keluar dari Mal tersebut. Sesekali mereka tampak terlibat pembicaraan serius sambil berjalan kaki menuju Resto Les Jardin, tanpa mengacuhkan tatapan para wanita cantik yang sedang tertuju pada mereka, terutama Edward. Belakangan ini, sejak Edward mulai memasang wajah dinginnya yang terlalu berlebihan, ia justru tanpa sadar menarik perhatian para wanita di sekitarnya. Ditambah lagi langkahnya yang tegap berderap saat memasuki semua Mal yang ia kunjungi, membuat banyak wanita tidak bisa melepaskan diri dari pesona tubuh tingginya yang kekar. Meski Edward tampak sedikit urakan dengan rambut panjangnya yang dibiarkan menyentuh pundak, namun tatanan rambutnya yang ditata rapi dengan menggunakan gel membuat aura yang ia tampilkan bak pemeran dracula dalam serial televisi. Selama ini, Edward memang tidak terlalu peduli pada lingkungan di sekitarnya. Tidak ada yang bi
Dua hari kemudian, sore hari di Burj Khalifa, Dubai. Ernest membawa Rosalia menemui salah seorang rekan bisnisnya di restoran gedung pencakar langit ini. Tiba di lantai teratas Burj Khalifa, seorang pria tinggi besar berdandan parlente tiba-tiba datang menghampirinya dan juga Ben yang berdiri di sampingnya. "Mr. Ernest?" sapa pria tersebut dalam bahasa inggris yang memiliki logat timur tengah. Pria ini langsung menjabat tangan Ernest setibanya ia di hadapan Ernest. "Aku sudah menunggu anda sejak kemarin." Ia terkekeh sambil menepuk punggung tangan Ernest yang menjabat tangannya. Kemudian, ia melirik ke samping Ernest. Pada wanita muda yang dibawa oleh rekan bisnisnya itu. Melihat mata Nizam, sang rekan bisnisnya tertuju pada Rosalia-- Ernest pun memperkenalkan Rosalia pada rekan bisnisnya itu. "Mr. Nizam, perkenalkan! Dia... Adalah TUNANGANKU." Ia sengaja menekankan kata-kata tunanganku di akhir kalimat seiring ia memberi isyarat pada Rosalia agar menjabat tangan Nizam. Ernest melak
Pukul 9 malam, satu sedan mewah dan satu sedan hitam berhenti di depan sebuah Klub privasi di daerah Sheikh Zayed Road. Sebuah Klub yang hanya bisa dimasuki oleh para Milyuner. Dari dalam sedan mewah Ben keluar tergesa-gesa untuk membukakan pintu bagi Ernest dan Rosalia yang duduk di kursi belakang sedan. Sementara dari sedan hitam, 4 Bodyguard Ernest juga turut meninggalkan sedan. Para Bodyguard ini mengambil posisi dengan berdiri di samping Rosalia dan Ernest saat Ernest melangkahkan kakinya menuju pintu masuk Klub. Dan Ben, ia justru mengikuti Ernest di belakang Bosnya itu. Melewati pintu masuk, Ernest dihantarkan ke sebuah pintu khusus oleh dua pria berpakaian rapi yang menyambutnya setelah ia menyebutkan namanya. Di balik pintu khusus tersebut, cahaya temaram yang mewah menyorot tubuhnya. Cahaya berwarna-warni itu berasal dari lampu-lampu sorot yang diarahkan ke setiap kristal yang menggantung di langit-langit lounge. Kristal-kristal indah ini menjuntai bak tumbuhan merambat, na
"Wanita murahan!"Rosalia memutar pergelangan tangannya yang ditahan oleh Nizam dan balik mencengkram tangan Nizam. Tidak cukup sampai di situ, ia juga memelintir tangan Nizam ke belakang tubuh pria itu lalu menendang bokong Nizam hingga Nizam tersungkur dan mendarat di lantai lounge yang dingin. Dihajar oleh seorang gadis kecil di depan banyak orang, wajah Nizam sontak menjadi merah padam. Namun, tepat di saat ia ingin bangkit untuk menyerang Rosalia-- Satu sepatu kulit brand ternama tiba-tiba menginjak tangannya yang ia tekankan ke lantai untuk mengangkat tubuhnya. Nizam menggeram kala merasakan buku-buku tangannya terasa perih akibat bergesekan dengan alas sepatu kulit tersebut. Dan di saat ia menengadah mengangkat wajahnya, keringat dingin perlahan-lahan muncul di keningnya. Di hadapannya, dengan wajah arogan dan sorot matanya yang dingin, saat ini Ernest tengah menatapnya. Dan seakan tidak peduli dengan kerjasama mereka, Ernest semakin keras menginjak tangannya. "Cukup!! Lelak
"Ben? Masuk! Kita kembali ke hotel!" titah Ernest dengan wajah gusar. Kata-kata Bosnya itu membuat Ben yang ingin memprotes sikap Ernest terhadap Rosalia, sontak mengurungkan niatnya dan segera berlari ke sisi kanan sedan Ernest. Masuk pada pintu bagian pengemudi. Di saat ia telah menempatkan tangannya pada setir, ia... Sejenak melirik kaca spion mobil. Memperhatikan Ernest yang masuk di pintu bagian belakang dan langsung menangkap pinggang ramping Rosalia yang ingin keluar melalui pintu lainnya. "Lepaskan! Aku tidak ingin kembali ke hotel bersamamu!" teriak Rosalia garang sambil memukuli kedua lengan Ernest yang melingkar erat di pinggangnya. Sementara tubuhnya yang ramping kini ditempatkan di atas pangkuan Kekasihnya itu. "Acuhkan dia! Sekarang jalan, Ben!" titah Ernest lagi. Dengan berat hati, Ben pun mulai menjalankan sedan untuk meninggalkan parkiran Klub. Di sepanjang perjalanan menuju hotel, keributan kecil terus terdengar dari kursi belakang. Keributan itu berasal dari Ros
Pukul 9 pagi di resto hotel."Setelah ini aku akan memeriksa pekerjaanku terlebih dahulu." Ernest memperhatikan Rosalia yang tengah duduk di hadapannya. Tidak seperti beberapa hari kemarin, hari ini Kekasih kecilnya itu masih terlihat kesal dan tampak enggan menyentuh makanannya. Melihat hal itu, ia pun merogoh saku bagian dalam jas miliknya. Mengeluarkan 1 black card dari dalam sakunya itu dan menyodorkannya pada Rosalia. "Ini! Pergilah berbelanja selama aku bekerja, tapi jangan lupa untuk membawa ponselmu agar aku bisa menghubungimu!" tukasnya arogan. Rosalia hanya melirik kartu yang Ernest sodorkan ke hadapannya, lalu mengalihkan tatapannya pada Ernest yang sedang mencoba tersenyum padanya. Senyum menyebalkan yang membuatnya sangat ingin memukul wajah tampan itu sekarang juga. "Aku ingin pulang, Ernest. Dan tentang hubungan kita..." Ia sengaja menggantungkan kalimatnya, menunggu reaksi yang akan Ernest tampilkan di wajahnya. Harapannya itu terwujud, kini-- Di hadapannya, Ernest