Home / Romansa / 09.06 / Chapter 6

Share

Chapter 6

Author: Sasha
last update Last Updated: 2021-09-20 10:52:41

"Jalan, woi!" 

Perempuan itu menepuk pundak Raja. Di balas anggukan pelan, Raja mengayuh sepedanya dengan kecepatan sedang.

"Nggak pernah lihat cowok seganteng kamu. Baru pindah ya?" tanya perempuan itu berpegangan pada pundak Raja.

"Hm," sahut Raja tidak terlalu menanggapi ucapan perempuan yang tidak ia kenal.

"Pantes aja sih. Awas aja, aku kasih tahu ke kamu. Di daerah sini, pantang lihat cowok ganteng dikit. Pasti langsung kayak cacing kepanasan. Mau yang muda atau yang tua, sama aja. Jadi, jangan pernah risih sama warga di sini, karena dengan mereka melalukan itu, artinya mereka suka sama kamu," ujar perempuan itu panjang lebar. 

Raja mengangguk saja, dia sedikit tidak paham dengan apa yang di ucapkan oleh perempuan di belakangnya itu.

"Eh, woi! Warung belok kanan lah, bukan lurus. Kentara kali kalau nggak pernah ke warung, ya?" 

Suara perempuan itu kembali terdengar. Raja memutar stang sepedanya ke arah kanan. Dan terlihat, toko yang cukup besar yang sudah ramai akan pengunjung anak muda.

"Itu memang jadi tempat tongkrongan mereka." 

Perempuan itu memberitahu. Raja hanya diam mendengarkan saja.

Dia berhenti, dan perempuan di belakangnya itu turun. Setelah menstandar kan sepedanya, dia ikut masuk.

"Eh, lo. Anak pindahan ya?" tanya salah satu anak muda yang berkumpul di toko itu.

Atensi mereka teralih pada Raja. Terus terang menatap lelaki jangkung itu, membuatnya sedikit risih dengan tatapan itu. Raja mengangguk pelan.

"Di mama rumah lo?" tanya lelaki dengan rambut yang di cat biru.

"Tetangga gue Jangan ganggu dia." 

Suara perempuan yang menumpang tadi terdengar.

"Mau beli apa aja?" tanya perempuan itu lagi. 

Raja memberikan secarik kertas yang isinya seluruh belanjaan yang akan ia beli. Sengaja membuatnya agar tidak kelupaan.

"Semua ini?" 

Raja mengangguk polos.

"Oke." 

Perempuan itu kembali masuk ke dalam toko itu.

"Sini duduk, ngapain berdiri aja?" 

Raja menurut, duduk di salah satu kursi panjang yang kosong.

"Risih karena di lihatin sama mereka?" tanya seorang lelaki bernama Bian.

Raja mengangguk jujur. Mereka tertawa terbahak-bahak, membuat Raja bingung. Apakah ada yang salah? 

"Jujur amat sih lo." 

Suara Bian kembali mengudara.

"Salah kalau jujur?" tanya Raja.

"Nggak salah sih, tapi lo kelewat jujur anaknya. Mana mukanya polos amat lagi," celetuk Reinhard. 

"Nggak usah merasa risih. Di sini udah biasa kayak gini. Salam kenal, gue Bian. Panggil aja Iyan," ujar Bian bertos ala anak laki-laki. Raja mengangguk lalu membalas tos tersebut.

"Gue Reinhard. Panggil aja Re." 

"Gua Alfa." 

"Gio." 

"Marva." 

"Mervi." 

"Ojal." 

"Ze." 

"Fahri." 

"Niko." 

"Viko." 

"Salam kenal semuanya. Gue Raja," ujar Raja saat mereka semua memperkenalkan diri mereka.

"Oke. Salam kenal balik. Mulai sekarang lo teman kita. Jadi, kalau ada yang ganggu lo, kasih tahu secepatnya ke kita supaya kita hajar yang ganggu lo itu," ujar Bian.

"Kalau ada yang nggak lo paham sama wilayah daerah ini, bisa tanya ke gua. Gua hapal semuanya di luar otak." Itu suara Mervi.

"Memangnya lo punya otak?" 

Suara perempuan itu mengudara. Mengalihkan pandangan mereka pada perempuan tersebut yang memegang kantung plastik sangat besar.

"Mau buat hajatan?" tanya Ze. Fila menggeleng. 

"Belanjaan dia." 

Fila menunjuk ke arah Raja.

"Sebanyak itu?" 

Pandangan Ze teralih pada Raja.

"Enggak kek nya. Cuma mau beli telur, mie instan, sama sosis doang. Kagak sebanyak itu." Raja menjawab. 

"Iya, tahu. Tapi kan tadi uang nya masih ada sisa. Jadi aku beliin semua cemilan. Nggak papa, kan?" Raja menggeleng pelan.

Fila tersenyum puas. Belanjaan itu ia serahkan pada Marva, membuat lelaki itu bingung. 

"Apa nih?" tanya Marva.

"Bawa. Kita berdua naik sepeda, jadi nggak bisa bawa belanjaan segitu banyaknya." 

Fila menjelaskan. Marva menghela napas panjang. Sudah ia duga.

"Lain kali kalau mau ke warung, jangan ajak dia. Ntar lo bangkrut," ujar Bian menasihati. Raja membalasnya dengan senyuman saja.

"Raja?" 

Yang di panggil mengalihkan pandangannya.

"Om Renon?" Raja menyalami pria itu.

"Kapan kamu sampai?" tanya Renon.

"Tiga jam yang lalu, Om. Om tinggal di daerah sini juga?" tanya Raja. 

Pria itu mengangguk sebagai jawaban.

"Papa kamu mana? Nggak biasanya nyuruh anaknya ke warung," ujar Renon.

"Papa pergi ke rumah temannya." 

Renon mengangguk pelan.

"Main ke rumah Om. Ntar kita mabar bareng," ujar pria itu menepuk pundak Raja.

"Aman itu, Om." 

Raja membalasnya dengan senyuman.

"Ze, pulang kamu. Bunda kamu ngambek sama Ayah. Bantu Ayah. Buruan!" 

Sedangkan Ze yang sedang menikmati mie rebus itu mengalihkan pandangannya, menatap Ayahnya.

"Ayah apain lagi Bunda sampai ngambek?" 

"Tadi nggak sengaja bakar poster punya Bunda kamu." 

Ze mendengus kesal.

"Kenapa nggak sekalian album nya aja yang di bakar sih? Kenapa harus posternya?" 

"Nggak usah banyak omong kamu. Buruan pulang sebelum kucing kamu mati jadi pelampiasan," cerca Renon.

Ze menghela napas lagi. Lalu bangkit. 

"Om Lan. Utang dulu, ntar di bayar sama Bunda!" teriak lelaki itu.

"Oke." 

"Gua balik, jangan kangen." 

Ze tersenyum menggoda seraya berlari pelan menyusul langkah Ayahnya.

Related chapters

  • 09.06   Chapter 7

    "Thanks udah mau bantuin," ucap Raja."Nggak masalah kali. Lagian, kita kan teman," sahut Mervi."Mau mampir?" tawar Raja. Mereka menggeleng."Lain kali aja. Gua mau ke masjid dulu. Lo nggak ke masjid?" tanya Bian."Gue non-muslim," jawab Raja."Oh, sorry. Gua nggak tahu soal itu." Raut wajah Bian menjadi pias."Nggak masalah.""Kalau gitu kita duluan ya," ujar Marva. Raja mengangguk."Ntar malem jan lupa kumpul di warung tadi. Anggap aja perkenalan diri lo." Suara Ojal."Kalau nggak sibuk, gue ngumpul kok."***Makan malam telah tiba. Balak dan anak itu tampaknya tengah menikmati makan malam."Bagaimana keseharian kamu selama Papa nggak ada di rumah?" tanya Heru membuka percakapan.Raja terdiam cukup lama. "Nothing special, and very boring. But,

    Last Updated : 2021-09-20
  • 09.06   Chapter 8

    "Fisika adalah suatu pelajaran yang terdiri dari enam huruf.""Fisika adalah suatu pelajaran yang memahami arti emosi, pusing, dan sabar dalam waktu yang bersamaan."Jawaban ngawur lainnya masih terdengar, membuat guru itu bungkam."Kenapa diam, pak? Jawaban kami salah?" tanya Afri."Nggak. Jawaban kalian nggak ada yang salah, dan juga nggak ada yang benar," jawab pak Dewan."Terus, kenapa diam?" Kali ini Dafa yang bertanya."Saya diam karena saya bingung dengan jawaban kalian yang kelewat benar."Tawa mulai terdengar, hingga guru itu kembali bersuara."Baiklah. Saya akan menjelaskan apa itu fisika. Fisika sains atau ilmu alam yang mempelajari materi beserta gerak dan perilakunya dalam lingkup ruang dan waktu, bersamaan dengan konsep yang berkaitan seperti energi dan gaya. Sebagai salah satu ilmu sains paling dasar, tujuan utama fisika adalah memahami bagaimana alam semesta berkerja," jelas pak Dewan."Karena selam

    Last Updated : 2021-10-16
  • 09.06   Chapter 9

    "Maksudnya apa? Jangan sembunyiin semuanya dari aku, aku bingung harus kayak mana." Raja menunduk dalam."Kamu memang orang yang sudah membuat Bunda kamu pergi, karena saat itu, Bunda kamu berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan kamu."Raja tertegun mendengar itu. Jadi, benar. Dirinya adalah orang yang sudah membuat Bunda nya pergi?"Tapi, semua itu tidak akan terjadi jika Mama kamu bertindak segila itu. Saat itu...."Flashback09 Juni 2006Alifah, Widya, Jia dan para lelaki lainnya, berjalan menemani Widya yang katanya tengah ngidam. Menginginkan jalan-jalan di sekitaran taman bersama-sama."Kalau nanti anak aku udah lahir, pasti kita nggak akan bisa kumpul kayak gini lagi. Pastinya aku bakal sibuk urus anak aku." Widya membuka suara."Nggak papa kali, Wid. Lagian, kita kan bisa datang ke rumah lo. Nggak usah sedih gitu, ah," hibur Alifah."Nah, benar yang di katakan Alifah. Nggak usah merasa

    Last Updated : 2021-10-18
  • 09.06   Chapter 10

    "Nggak tahu. Tadi gue ke kamar mandi sebentar. Pas gue balik, di sini cuma ada Rizal doang. Pas gue tanya Widya sama Jia ke mana. Katanya mereka mau ke kamar mandi. Tapi, setengah jam kita berdua nunggu, mereka nggak balik-balik." Heru menjelaskan dengan detail. "Gimana? Widya udah ketemu?" tanya Rizal dengan napas tidak beraturan. "Belum. Gue udah cari ke seluruh tempat di taman, tapi nggak ada." Heru menjawab. "WOI! JANGAN DIAM AJA, ITU DI TOLONGIN MBAK-MBAK NYA. KASIHAN DIA. SEBENTAR LAGI AMBULANS DATANG!" Teriakan dari arah jalan mengalihkan pandangan mereka. "Itu ada apa?" tanya Alifah ketika melihat banyaknya orang yang berlarian menuju jalan raya. Tidak menjawab pertanyaan Alifah, para lelaki itu berlari kencang, menerobos kerumunan massa yang mengumpul. "WIDYA!" teriak Ri

    Last Updated : 2021-11-22
  • 09.06   Chapter 11

    "Maafkan saya, pak. Saya terpaksa melakukan itu karena istri anda yang keracunan makanan. Penyakit pasien yang mendadak kambuh, juga hantaman keras itu membuat istri anda tidak bisa bertahan dengan lama. Tadi, pasien sempat sadar sebentar, dan meminta kami untuk menyelamatkan anaknya, dibanding dirinya. Sedangkan bapak tadi mengatakan harus menyelamatkan istri bapak dibanding anaknya. Dan kami memutuskan untuk menyelamatkan anak anda, karena salah satu pembunuh darah istri anda yang bocor. Sekali lagi, saya dan tim saya minta maaf, pak."Dari penjelasan dokter tadi, satupun tidak ada yang bisa Rizal terima. Di satu sisi, dirinya sangat senang anak yang sejak lama ia tunggu, akhirnya lahir, namun dalam keadaan prematur. Sedangkan di sisi lain, dirinya sangat kecewa lantaran istrinya yang meninggalkan dirinya seorang diri, dengan bayi hasil dari pernikahannya dengan Widya.Kenapa takdir sangat kejam dengannya? Mengapa salah satu diantaranya harus pergi, sedangkan d

    Last Updated : 2021-11-24
  • 09.06   Chapter 12

    Heru mengangguk. Alasan yang bagus."Masuk ke kamar kamu sana. Besok sekolah, dan Papa nggak mau kamu absen di bulan pertama. Kalau bulan kedua mah, nggak papa," suruh Heru yang dibalas anggukan oleh Raja.Setelahnya, Heru pergi menuju kamarnya sendiri. Namun, mendengar suara Raja lagi, dirinya mengurungkan niatnya."Pa," panggil Raja. Dengan cepat, Heru membalikkan tubuhnya."Kenapa?" Raja menatap Papa nya dengan ragu."Apa yang mau kamu katakan? Jangan ragu, katakan saja. Daripada mengganggu pikiran kamu, dan kamu tidak bisa tidur dengan nyenyak." Suara Heru kembali mengudara."Papa.... tau rumah Ayah, tidak?"Heru menatap anaknya bingung. Kenapa mendadak bertanya tentang Ayahnya?"Memangnya kenapa?""Kamu rindu dengan Ayah kamu yang brengsek itu?"Kalimat itu sangat menusuk di hati Raja."Bukan. Raja cuma mau ambil foto Bunda aja. Kata Tante Alifah, Papa ng

    Last Updated : 2021-11-24
  • 09.06   Chapter 1

    Keinginanku hanya satu dan terlihat sangat mudah. Aku hanya ingin bahagia. Tapi, kenapa Tuhan sangat sulit untuk mewujudkannya? Apakah aku tidak diperbolehkan untuk bahagia? Apakah aku harus merasakan sakit dan menderita seumur hidupku? Katanya, Tuhan itu adil. Dia adil terhadap hamba nya. Skenarionya terlalu indah dan sangat sulit ditebak. Namun, tidak untukku. Skenarionya buruk dan mudah ditebak. Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah bahagia. Mungkin. Dalam cahaya yang minim dan tertutup. Sudah dapat dipastikan jika seseorang yang berada di dalamnya akan tercekik karena pengap, minim udara. Dia meringkuk dalam kedinginan dan juga ketakutan. Bibirnya bergetar hebat, wajah pucat pasi, bahkan suhu tubuhnya yang meninggi. Perlahan, air matanya kembali menetes, seiring rasa sakit di seluruh tubuhnya bercampur menjadi satu. "Bunda.... Aku mau ikut Bunda."

    Last Updated : 2021-09-20
  • 09.06   Chapter 2

    "Memangnya kamu siapa Raja, sampai-sampai kamu berani membawa anak saya?" Ayah Raja kembali bertanya."Saya yang mengasuh Raja sejak kecil. Dan, saya juga orang yang dipercayakan oleh nyonya Widya untuk menjaga anak kandungnya!"Ayah Raja menatap wanita itu nyalang.Tangan yang tadinya hendak melayangkan sebuah tamparan kepada perempuan itu, kini seakan tertahan dan seperti ada yang menghalanginya."Jangan pernah kasar dengan perempuan!"Sang penghalang menyentak tangan Ayah Raja dengan kasar, lalu memberikan bogeman mentah.BughRaja yang melihat itu, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher milik Jia. Dia sangat ketakutan. Apalagi pada saat tatapan Ayahnya menatapnya dengan sangat tajam."Mau apa kau ke sini?"Suara Ayah Raja mengudara. Menatap sang penghalang dengan tajam dan tidak suka. Rahang kokoh itu terlihat

    Last Updated : 2021-09-20

Latest chapter

  • 09.06   Chapter 12

    Heru mengangguk. Alasan yang bagus."Masuk ke kamar kamu sana. Besok sekolah, dan Papa nggak mau kamu absen di bulan pertama. Kalau bulan kedua mah, nggak papa," suruh Heru yang dibalas anggukan oleh Raja.Setelahnya, Heru pergi menuju kamarnya sendiri. Namun, mendengar suara Raja lagi, dirinya mengurungkan niatnya."Pa," panggil Raja. Dengan cepat, Heru membalikkan tubuhnya."Kenapa?" Raja menatap Papa nya dengan ragu."Apa yang mau kamu katakan? Jangan ragu, katakan saja. Daripada mengganggu pikiran kamu, dan kamu tidak bisa tidur dengan nyenyak." Suara Heru kembali mengudara."Papa.... tau rumah Ayah, tidak?"Heru menatap anaknya bingung. Kenapa mendadak bertanya tentang Ayahnya?"Memangnya kenapa?""Kamu rindu dengan Ayah kamu yang brengsek itu?"Kalimat itu sangat menusuk di hati Raja."Bukan. Raja cuma mau ambil foto Bunda aja. Kata Tante Alifah, Papa ng

  • 09.06   Chapter 11

    "Maafkan saya, pak. Saya terpaksa melakukan itu karena istri anda yang keracunan makanan. Penyakit pasien yang mendadak kambuh, juga hantaman keras itu membuat istri anda tidak bisa bertahan dengan lama. Tadi, pasien sempat sadar sebentar, dan meminta kami untuk menyelamatkan anaknya, dibanding dirinya. Sedangkan bapak tadi mengatakan harus menyelamatkan istri bapak dibanding anaknya. Dan kami memutuskan untuk menyelamatkan anak anda, karena salah satu pembunuh darah istri anda yang bocor. Sekali lagi, saya dan tim saya minta maaf, pak."Dari penjelasan dokter tadi, satupun tidak ada yang bisa Rizal terima. Di satu sisi, dirinya sangat senang anak yang sejak lama ia tunggu, akhirnya lahir, namun dalam keadaan prematur. Sedangkan di sisi lain, dirinya sangat kecewa lantaran istrinya yang meninggalkan dirinya seorang diri, dengan bayi hasil dari pernikahannya dengan Widya.Kenapa takdir sangat kejam dengannya? Mengapa salah satu diantaranya harus pergi, sedangkan d

  • 09.06   Chapter 10

    "Nggak tahu. Tadi gue ke kamar mandi sebentar. Pas gue balik, di sini cuma ada Rizal doang. Pas gue tanya Widya sama Jia ke mana. Katanya mereka mau ke kamar mandi. Tapi, setengah jam kita berdua nunggu, mereka nggak balik-balik." Heru menjelaskan dengan detail. "Gimana? Widya udah ketemu?" tanya Rizal dengan napas tidak beraturan. "Belum. Gue udah cari ke seluruh tempat di taman, tapi nggak ada." Heru menjawab. "WOI! JANGAN DIAM AJA, ITU DI TOLONGIN MBAK-MBAK NYA. KASIHAN DIA. SEBENTAR LAGI AMBULANS DATANG!" Teriakan dari arah jalan mengalihkan pandangan mereka. "Itu ada apa?" tanya Alifah ketika melihat banyaknya orang yang berlarian menuju jalan raya. Tidak menjawab pertanyaan Alifah, para lelaki itu berlari kencang, menerobos kerumunan massa yang mengumpul. "WIDYA!" teriak Ri

  • 09.06   Chapter 9

    "Maksudnya apa? Jangan sembunyiin semuanya dari aku, aku bingung harus kayak mana." Raja menunduk dalam."Kamu memang orang yang sudah membuat Bunda kamu pergi, karena saat itu, Bunda kamu berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan kamu."Raja tertegun mendengar itu. Jadi, benar. Dirinya adalah orang yang sudah membuat Bunda nya pergi?"Tapi, semua itu tidak akan terjadi jika Mama kamu bertindak segila itu. Saat itu...."Flashback09 Juni 2006Alifah, Widya, Jia dan para lelaki lainnya, berjalan menemani Widya yang katanya tengah ngidam. Menginginkan jalan-jalan di sekitaran taman bersama-sama."Kalau nanti anak aku udah lahir, pasti kita nggak akan bisa kumpul kayak gini lagi. Pastinya aku bakal sibuk urus anak aku." Widya membuka suara."Nggak papa kali, Wid. Lagian, kita kan bisa datang ke rumah lo. Nggak usah sedih gitu, ah," hibur Alifah."Nah, benar yang di katakan Alifah. Nggak usah merasa

  • 09.06   Chapter 8

    "Fisika adalah suatu pelajaran yang terdiri dari enam huruf.""Fisika adalah suatu pelajaran yang memahami arti emosi, pusing, dan sabar dalam waktu yang bersamaan."Jawaban ngawur lainnya masih terdengar, membuat guru itu bungkam."Kenapa diam, pak? Jawaban kami salah?" tanya Afri."Nggak. Jawaban kalian nggak ada yang salah, dan juga nggak ada yang benar," jawab pak Dewan."Terus, kenapa diam?" Kali ini Dafa yang bertanya."Saya diam karena saya bingung dengan jawaban kalian yang kelewat benar."Tawa mulai terdengar, hingga guru itu kembali bersuara."Baiklah. Saya akan menjelaskan apa itu fisika. Fisika sains atau ilmu alam yang mempelajari materi beserta gerak dan perilakunya dalam lingkup ruang dan waktu, bersamaan dengan konsep yang berkaitan seperti energi dan gaya. Sebagai salah satu ilmu sains paling dasar, tujuan utama fisika adalah memahami bagaimana alam semesta berkerja," jelas pak Dewan."Karena selam

  • 09.06   Chapter 7

    "Thanks udah mau bantuin," ucap Raja."Nggak masalah kali. Lagian, kita kan teman," sahut Mervi."Mau mampir?" tawar Raja. Mereka menggeleng."Lain kali aja. Gua mau ke masjid dulu. Lo nggak ke masjid?" tanya Bian."Gue non-muslim," jawab Raja."Oh, sorry. Gua nggak tahu soal itu." Raut wajah Bian menjadi pias."Nggak masalah.""Kalau gitu kita duluan ya," ujar Marva. Raja mengangguk."Ntar malem jan lupa kumpul di warung tadi. Anggap aja perkenalan diri lo." Suara Ojal."Kalau nggak sibuk, gue ngumpul kok."***Makan malam telah tiba. Balak dan anak itu tampaknya tengah menikmati makan malam."Bagaimana keseharian kamu selama Papa nggak ada di rumah?" tanya Heru membuka percakapan.Raja terdiam cukup lama. "Nothing special, and very boring. But,

  • 09.06   Chapter 6

    "Jalan, woi!"Perempuan itu menepuk pundak Raja. Di balas anggukan pelan, Raja mengayuh sepedanya dengan kecepatan sedang."Nggak pernah lihat cowok seganteng kamu. Baru pindah ya?" tanya perempuan itu berpegangan pada pundak Raja."Hm," sahut Raja tidak terlalu menanggapi ucapan perempuan yang tidak ia kenal."Pantes aja sih. Awas aja, aku kasih tahu ke kamu. Di daerah sini, pantang lihat cowok ganteng dikit. Pasti langsung kayak cacing kepanasan. Mau yang muda atau yang tua, sama aja. Jadi, jangan pernah risih sama warga di sini, karena dengan mereka melalukan itu, artinya mereka suka sama kamu," ujar perempuan itu panjang lebar.Raja mengangguk saja, dia sedikit tidak paham dengan apa yang di ucapkan oleh perempuan di belakangnya itu."Eh, woi! Warung belok kanan lah, bukan lurus. Kentara kali kalau nggak pernah ke warung, ya?"Suara perempuan itu kembali terdengar. Raja memutar stang sepedanya ke arah kanan. Dan

  • 09.06   Chapter 5

    "Aku nggak izinkan kamu bawa Raja pergi, Mas," ujar Jia."Aku nggak butuh izin dari kamu untuk membawa Raja kemanapun aku pergi," balas Heru yang telah memasukkan koper miliknya ke dalam bagasi mobil."Di mana Raja?" tanya Heru pada bodyguard nya."Masih di atas, Tuan," jawab salah satu di antara bodyguard Heru."Sudah siap semuanya?" tanya Heru sesaat setelah dia melihat Raja yang tengah berjalan ke arahnya dan membawa sebuah kardus besar, yang tidak ia ketahui isinya apa. Raja mengangguk pelan."Masukkan semua barang-barang milik Raja ke bagasi mobil."Heru memerintahkan bodyguard nya untuk memasukkan semua barang-barang Raja yang jumlahnya tidak sedikit."Baik, Tuan."Beberapa pria berbaju hitam memasukkan barang-barang milik Raja ke mobil belakang."Raja, kamu beneran mau tinggalin Mama? Kamu udah ngg

  • 09.06   Chapter 4

    Heru menanyakan pertanyaan yang sama.Raja diam. Tidak tahu harus menjawab pertanyaan itu."Jujur aja. Papa nggak akan marah."Raja mengangguk pelan, sebagai jawaban."Apa yang kamu simpulkan?"Raja menatap Papa nya tidak paham."Maksudnya apa?""Apa yang kamu pikirkan setelah mendengar obrolan Papa sama Mama kamu tadi?""Aku nggak tahu, Pa. Nggak ngerti apa yang Papa bilang tadi. Kenapa Papa bilang kalau Mama adalah orang yang udah bikin Bunda pergi? Apa, ini saling berkaitan?"Heru dapat melihat dengan jelas, kerutan kebingungan di wajah Raja.Dia menghela napas panjang.Apakah dirinya harus membongkar semua ini? Apakah Raja akan bisa menerimanya?"Pa, kenapa diam? Ada yang Papa sembunyikan dari Raja?"Suara Raja membuyarkan lamunan Heru.

DMCA.com Protection Status