Don't Stop Me Now
Bagaimana pun Takdir tetap menjadi satu-satunya kekuatan, meski sikapnya yang tak menentu begitu nyata pada setiap laku lajak yang tampak. Tetapi aku tak tahu dia milikku atau bukan, karena untuk menjadi telinga, pundak, punggung, lengan dia ada paling depan. Tak terkecuali dengan memasukkan nama lain dimatanya yang aku tidak tahu siapa. Yang kenangannya terus dibawa dalam kepala. Dalam perjalanan kita yang tak sebentar ini, apakah aku hanya punya bagian untuk menjadi samar? Walaupun berulang kali Takdir bilang, "Hubungan itu berdua. Bicara jika ada sedikit rasa tak nyaman." Tapi, jelasnya aku ini siapa bagimu?
Baca
Chapter: TelusurBRAKKKK!!!Suara pintu yang dibanting dari kamar sebelah. Aku yakin dari kamar Kak Thawaf dan Kak Tiara. Hampir aku keluar kamar saking penasarannya, tapi kuurungkan hanya untuk meratapi perasaan sakit dan kecewa atas apa yang sudah telingaku dengar. Pernyataan yang tidak pernah kuharapkan, terlebih dilontarkan oleh orang yang aku cinta dengan sangat.Aku sedang tidak ingin peduli dengan orang lain. Ada perasaan yang harus kutenangkan sendirian. Perasaan yang tidak pernah bisa kujelaskan, karena semuanya terasa seperti mimpi. Tapi aku harus tetap waras dengan keadaan yang saat ini sedang ku alami. Meski sebenarnya, semua orang akan menjadi gila ketika jatuh cinta.Dalam kamar yang cukup luas bagiku ini, masih terasa pengap karena dipenuhi udara cemburu. Hawa panas yang tidak biasanya menyelimuti setiap sudut ruangan. Aku yang terkapar lemas tak berdaya, mau tidak mau harus menutup hari dengan rasa paling bajingan yang pernah ada. Namun satu sisi, aku harus mafhum bahwa aku hanya orang
Terakhir Diperbarui: 2024-01-30
Chapter: With USetelah sekian jam melanjutkan perjalanan, akhirnya kami sampai di tempat tujuan, kami semua kelelahan diperjalanan, karena asik bersenda gurau dan bernyanyi. Halaman yang cukup luas bisa untuk parkir mobil, motor, bahkan kalau ada tukang parkir bisa ikut sekalian bangun pos parkir. Semua turun dari mobil. Aku sibuk mengeluarkan semua barang-barang, kak Thawaf pun sama. Berbeda dengan kak Tiara yang langsung duduk selonjoran diteras rumah, pasti sangat capek. Sebab aku juga merasakannya, kalau boleh aku ingin segera menuju kamar mandi. Lengket banget badan ku, seperti habis olahraga lari maraton. "Capek ya?" tanya ku kepada kak Tiara. "Sama aku juga" lanjutku. "Belum dijawab padahal kan?" tanya kak Tiara. "Ya, gak apa-apa. Pasti capek kok, aku udah tahu, hehe" Aku duduk disamping kak Tiara, setelah memasukkan semua barang-barang ke ruang tamu. Di teras rumah yang dingin, aku, kak Tiara, dan kak Thawaf duduk bersama tanpa alas menunggu tuan rumah yang entah kemana setelah kami sam
Terakhir Diperbarui: 2022-07-27
Chapter: Just 2 B With UKemudian, Kak Takdir menginjak gas untuk menambah kecepatan laju mobil. Terlihat dari samping raut wajahnya tampak kesal atas kejadian tadi yang hampir saja mencelakai kami semua. Aku baru mendengarnya mengucapkan kata binatang saat sedang marah. Pikiranku malah kesana kemari, karena ketakutanku kalau-kalau suatu hari nanti dibentak dan dimaki pakai bahasa kasar oleh kak Takdir.Kak Takdir berusaha mengejar mobil avanza tadi, mengakibatkan tubuh kami terombang-ambing seperti dalam kapal yang diterjang badai. Perasaan takut kian memeluk lebih kencang. Untung saja, dari bangku belakang kak Thawaf bisa memperingatkan kak Takdir yang sedang diselimuti kekesalan."Dir, pelan-pelan saja. Biarin mobil tadi mungkin sedang buru-buru!""Lihat Kiblat! Dia pasti ketakutan" lanjutnya.Kak Takdir melirik ke arah ku, lalu menghembuskan nafas dan selang beberapa detik akhirnya mengurangi kecepatan. Namun kami semua terdiam. Tidak ada yang berbicara sepatah kata pun
Terakhir Diperbarui: 2021-04-05
Chapter: What You Didn't SayNamanya juga orang kaya kadang gak punya etika, tapi gak semuanya gitu. Bisa jadi orang yang saling mengasihi sesama manusia, cuma sayangnya aku belum nemu yang demikian. Semisal ada pun sudah yakin itu karena orang tersebut mencintai aku. Suatu saat nanti, mungkin, kak Takdir akan menjadi orang kaya pertama yang aku temuin dengan perilaku yang sangat baik.Di kamar ku yang tidak luas ini, aku mondar-mandir kebingungan. Harus bawa apa aja kalau berlibur 2 hari. Maklum, aku belum pernah diajak berpergian jauh sama teman. Sewaktu disekolah lama ku itu, sepertinya semua orang disana tidak menyukai aku. Mereka tak ada yang mau menemaniku bahkan untuk sekedar duduk sebangku saat jam pelajaran.Sepi menjadi temanku yang paling lengket, tapi aku gak ngerasa kesepian. Aku punya selalu punya pacar, meskipun sebentar atau baru saja putus. Gosip-gosip disekolah lama ku rasanya sudah kelewatan. Entah siapa yang memulai kalau yang ingin menjadi pacarku adalah mereka yang haus
Terakhir Diperbarui: 2021-03-28
Chapter: Me FirstBismilah, ucapku dalam hati. Dengan rasa percaya diri yang masuk kategori tinggi, aku berjalan menuju tempat yang diberitahu Kak Takdir melalui pesan singkat semalam. Sesampai dilokasi aku tercengang, karena tempatnya gak rapi dan kotor. Aku masih berdiri mematung melihat Kak Takdir dan teman-temannya yang sedang bersendagurau, terlihat nyaman sekali dengan tempat ini. Aku segera mengambil sapu yang berada disisi meja. Maksudnya mau membersihkan buat duduk ku saja, ya kali aku mau bersih-bersih tempat ini. Emangnya aku seksi kebersihan. Aku memperhatikan mereka. Ada yang sedang bermain ponsel, curiga sih lagi main domba hago. Ada yang pusing karena dapet kartu jelek alias lagi main remi pake duit dua ribuan. Ada yang sambil merokok, makan mie, makan cilok. Ada juga yang sambil tadarus dipojokan, kayaknya bertugas menjaga tongkrongan ini agar tidak banyak mahkluk astralnya. Kalau setan, jangan ditanya, ini lagi pada ngumpul. “Aku mau tunjukin sesuatu.” Ucap Kak Takdir. Belum dijawab
Terakhir Diperbarui: 2021-03-27
Chapter: I'll Take You EverywhereTidak seperti biasanya. Hari ini aku sedang ada pengarahan dari wali kelas tentang banyak hal termasuk nilai. Semenjak kemarin beberapa orang ketahuan menyontek pada saat ulangan harian pelajaran Fisika. Serta betapa gaduhnya kelas kita hingga ditegur berkali-kali.Aku duduk dibarisan kedua dekat jendela. Kebetulan pintu kelas pun dibuka lebar. Aku melihat bayangan seseorang disana. Semakin memanjang dan mulailah raganya terlihat. Raga yang ingin sekali aku miliki. Takdir Abdala Jihad tanpa kedua temannya.“Assalamualaikum, Bu” ucap Kak Takdir sambil melangkahkan kaki menuju Bu guru.“Ada apa, Takdir?”“Bu, saya mau ijin berbicara sebentar dengan Kiblat.”Tentu saja. Ibu Guru dan semua teman-teman melihat ke arahku dengan tatapan aneh. Meski aku tak tahu betul apa yang ada dalam pikiran mereka.“Untuk apa?” tanya Bu Guru.“Ada hal serius yang harus saya sampaikan, Bu. Ini menyangku
Terakhir Diperbarui: 2021-03-26
Chapter: Keep It RealSeorang pengangguran seperti gue yang punya banyak pengalaman di dunia datingharus berhati-hati dalam menentukan pakaian yang dikenakan. Jangan sampai membuat orang lain ikut merasakan tidak nyaman akibat sepasang mata milik orang-orang disekeliling memandang dengan tatapan hina. Ketakutan akan hal yang belum terjadi sering sekali gue alami. Pikiran-pikiran kalut yang sebenarnya bisa di atasi malah semakin menjadi. Banyak pertanyaan dikepala yang akhirnya membuat gue tidak yakin pada diri sendiri.Sambil menunggu Padi, gue memutuskan untuk bermain ponsel saja. Sekalian mengabari kedua sahabat gue yang sangat sempurna untuk standar cantiknya Indonesia. Bukan apa-apa, gue cuma takut kejadian beberapa kali dengan orang berbeda harus dialami juga saat sedang bersama Padi."Gue mau jalan sama Padi hari ini." begitu isi pesan gue di grup.Tak butuh waktu lama, mereka sudah membaca pesan gue. Namun, tidak ada jawaban sama sekali. Gue yang terbiasa akan h
Terakhir Diperbarui: 2021-05-25
Chapter: BadSedikit tersenyum, karena tahu siapa pengirim pesan ini. Tetapi sengaja tidak langsung gue balas. Alasannya, karena gue gak mau terlalu terlihat senang meskipun sebenarnya iya. Entah hanya gue atau beberapa perempuan lain dimuka bumi ini pun pernah sengaja mendiamkan lebih lama pesan dari seseorang hanya untuk menyamarkan perasaan. Padahal untuk menilai perasaan, tidak melulu lewat 'cepat-lambat'nya membalas pesan. Gue sudah menentukan menit keberapa akan membalasnya. Sembari menunggu jam dinding yang terus berjalan, gue memutuskan untuk mengambil laptop dan tidak menonton drama Korea. Melainkan membuka playlist gue yang sempat diceritakan itu. Mencari lagu yang cocok untuk didengarkan malam ini membuat gue kesal sendiri, karena terlalu banyak lagu-lagu random tidak berurutan. "Gue beresin dulu deh biar gampang nyari lagu" Kemudian, gue klik salah satu lagu tanpa melihat judulnya. Gue rasa malam ini yang terpenting tidak hening saja. Ada sekitar dibawah seratus lagu yang harus gue m
Terakhir Diperbarui: 2021-05-20
Chapter: It's AliveDimulut gue, sushi ini porak poranda dikunyah gigi-gigi geraham. Hancur dengan kenikmatan yang sungguh tak bisa gue lewatkan saat tepat melintasi tenggorokan. Tentunya, karena makanan ini gue merasa sedang dicintai oleh diri sendiri. Ah, ingin sungkem sama yang buat. Sembari menghabiskan semua ini, gue denger jelas penggalan lirik dari lagu yang diputar oleh komunitas musik hiphop. Lagu dengan tempobewegt,rahangku Godzilla taringku Drakula, bait liriknya tepat menggambarkan diri gue yang sedang lahap menyantap Purinsesu Kaguya. Didukung oleh kesadaran akan tubuh besar yang menghabiskan banyak tempat ini. Hei, anjing!Kau tak ada disini saat ku tegap berdiri melawan dunia sendiriBagai gadai harga diri dengan harakiri Astaga, baitnya mengandung gue. Secepatnya, gue ambil ponsel yang selalu sepi tak ada notifikasi pesan masuk. Membuka gugell untuk menulis lirik lagu demi mendapatkan judulnya dan siapa penyan
Terakhir Diperbarui: 2021-05-20
Chapter: Purinsesu KaguyaSebagai pengangguran, gue sangat menikmati sekali hidup yang seperti tidak hidup ini. Dari senin ke senin lagi cuma rebahan dan makan. Paling mentok nonton drama Korea terbaru buat ngisi waktu sibuk gue, karena kalau gue bilang ngisi waktu luang. Ya, gimana, ya. Dibanding kesibukan sih, lebih banyak luangnya. Sore ini, dengan mata yang sudahrancakoleh sepasang softlens minus akhirnya gue mandi juga. Bersiap untuk datang ke sebuah kafe deket rumah gue. Di kafe yang biasa gue datengin sama kedua temen gue ini, lagi rame karena ada acara. Gue gak peduli sama sekali. Bersama kekuatan yang masih penuh, gue melangkahkan kaki dengan mantap. Bagi gue, berjalan diantara banyak orang itu memang butuh mental yang kuat, karena lirikan dan pandangan orang-orang. Mereka semua menatap gue, seperti melihat hal yang menjijikan. Gue sudah sangat biasa memaklumi sepasang mata milik mereka. Bodo amat. Gue berdiri melihat ke dinding yang sudah di pajang sebuah menu p
Terakhir Diperbarui: 2021-05-20