author-banner
Kelaras ijo
Kelaras ijo
Author

Kelaras ijo の小説

Tanah Larangan: Jangan Bawa Pulang Apa pun

Tanah Larangan: Jangan Bawa Pulang Apa pun

Di balik ketenangan sebuah desa terpencil, tersembunyi rahasia kelam yang tak boleh diganggu. Bukit kecil, dua pohon beringin tua, sumur peninggalan Belanda, dan rawa yang tampak biasa ternyata menjadi gerbang menuju dunia lain—kampung bangsa lelembut yang tak kasat mata. Reza, perantau yang pulang kampung, tak sengaja melanggar larangan tak tertulis: Jangan pernah ambil sesuatu dari tanah itu. Sejak saat itu, dunia sekitarnya berubah. Bayangan-bayangan muncul dari kabut, suara-suara dari sumur memanggil namanya, dan sosok yang menyerupai dirinya sendiri mulai menampakkan wujud... Tanah Larangan adalah novel horor berdasarkan kisah nyata dari sebuah desa wingit di Indonesia. Atmosfer mencekam, teror perlahan yang merayap, dan misteri gaib yang siap menarik pembaca ke dunia lain—ini bukan sekadar cerita, ini adalah peringatan. Apakah kamu cukup berani untuk masuk, dan keluar dengan selamat? ---
読む
Chapter: Api di Tengah Bambu
Malam itu, hujan turun tak seperti biasanya. Air seakan tak hanya jatuh dari langit, tapi juga menyusup dari balik tanah. Langit hitam pekat, tak ada bintang, dan bulan pun tertutup awan gelap yang bergulung seperti naga tidur. Desa sepi, tapi udara terasa berat. Seolah-olah desa sedang menahan napas menunggu sesuatu yang tak kasatmata. Di tengah hutan bambu, tempat makam tua berada, tampak samar nyala api. Bukan api biasa. Warna merahnya terlalu pekat, menyala-nyala seperti darah yang membara. Api itu berdansa di udara, berputar, naik turun, seolah membentuk sesuatu. Lalu... terdengar suara. Pelan. Parau. Berdesis seperti lidah yang terbakar. “Segel... telah dibuka... Waktu... telah hampir tiba...” Di dalam rumah Bu Darmi, Reza terbangun dari tidurnya dengan napas terengah. Dadanya sesak, dan matanya terasa perih. Ia melihat ke sekeliling—tak ada apa-apa. Tapi ia tahu, malam ini berbeda. Sesuatu bergerak di luar. Ki Harjo sudah duduk di ruang depan, mata tuanya menatap lampu miny
最終更新日: 2025-04-26
Chapter: Segel Terakhir, Gerbang Terbuka
Subuh belum menampakkan cahaya, langit masih pekat diselimuti kabut kelabu. Namun rumah Bu Darmi sudah ramai. Suara kidung Jawa lirih terdengar dari ruang belakang, tempat Ki Harjo dan Reza bersiap menuju lokasi segel terakhir. Kali ini, perjalanan mereka tak bisa sembarangan. Bu Darmi menyiapkan bekal berupa kemenyan, bunga telon, minyak kelapa campur kembang kantil, serta seikat tali janur yang sudah dibacakan mantra pelindung. “Kali ini kau akan berjalan di antara dua dunia, Za. Dunia kita dan dunia mereka. Tapi ada satu hal yang harus kau tahu... segel ketiga ini tak hanya dikunci oleh bangsa lelembut. Ia dikunci oleh darah.” Reza menatap wajah Bu Darmi dengan ragu. “Darah siapa, Bu?” “Darahmu.” Langkah mereka menembus kabut pagi, menyusuri jalan setapak yang menuju sebuah bukit kecil di timur desa. Dulu bukit ini dianggap tempat biasa, tempat warga mencari kayu atau sekadar berteduh. Tapi sejak tragedi tanah larangan terjadi, tak ada satu pun warga yang berani mendekat. Tiga
最終更新日: 2025-04-26
Chapter: Darah Penjaga Segel
Langit menggantung kelabu, nyaris tanpa cahaya. Kabut dari rawa makin merangsek masuk ke desa, membawa hawa dingin yang menusuk tulang. Malam itu, udara terasa berat, dan keheningan yang menggantung bukan keheningan biasa—seolah alam menahan napas menanti sesuatu yang mengerikan akan datang.Reza duduk bersila di depan api kecil yang menyala redup. Wajahnya murung. Di belakangnya, Ki Harjo tengah membuat lingkar pelindung dari abu dupa dan bunga tujuh rupa, mengitari tubuh Reza dengan mantra-mantra pelindung. Bu Darmi menyiapkan ramuan dari akar-akaran dan air dari sumber mata air tua, yang katanya bisa menguatkan jiwa dalam menghadapi gangguan astral.“Segel kedua... dijaga oleh penjaga yang tak lagi berbentuk manusia,” ucap Ki Harjo pelan.Reza menoleh, bulu kuduknya berdiri.“Penjaga segel itu... dulunya manusia?” tanyanya.“Ya. Ia dulunya penjaga pertama tanah larangan. Karena melanggar sumpah, dia dihukum menjadi penunggu segel. Abadi, tanpa wujud pasti, hanya bisa dilihat oleh o
最終更新日: 2025-04-26
Chapter: Tawa dari Balik Kabut
Udara pagi itu terasa jauh lebih dingin dari biasanya. Kabut tipis yang menyelimuti desa seolah menyimpan sesuatu yang belum terungkap. Di balik embun yang menempel di dedaunan dan aroma tanah basah yang menusuk hidung, Reza memandangi sebuah jalur setapak yang jarang dilewati. Di sanalah, konon, segel kedua tersembunyi.Ki Harjo sudah menyiapkan segala sesuatu sejak subuh. Bunga tujuh rupa, dupa, air dari tujuh mata air, dan kain mori yang sebelumnya digunakan untuk membungkus sesaji. Reza, yang kini tampak lebih tenang namun matanya menyiratkan ketegangan, berdiri di samping Bu Darmi yang terus menerus merapal doa.“Perjalanan kali ini tidak seperti yang pertama,” ucap Ki Harjo, sembari menyalakan dupa. “Segel kedua dijaga oleh sesuatu yang tidak bisa kita lawan dengan senjata atau mantra.”Reza menelan ludahnya. “Lalu, dengan apa kita menghadapinya, Ki?”“Keberanian... dan hati yang bersih,” jawab Ki Harjo singkat.Mereka menyusuri jalur setapak yang semakin lama terasa sunyi dan m
最終更新日: 2025-04-25
Chapter: Tawa dari Balik Kabut
Pagi itu, udara desa terasa berat. Kabut turun lebih tebal dari biasanya, menyelimuti setiap sudut jalan, ladang, dan pepohonan. Matahari bahkan tampak enggan menampakkan diri. Ki Harjo, Reza, dan Bu Darmi berdiri di depan gerbang kecil menuju makam leluhur yang terletak di tengah hutan keramat. Tak banyak bicara, hanya saling tatap penuh makna. Reza menggenggam erat buntelan kain berisi bunga tujuh rupa dan dupa, sementara Ki Harjo membawa kendi air dan tongkat kayunya. "Kau sudah siap, Le?" tanya Ki Harjo pelan, namun tegas. Reza mengangguk. "Saya siap, Ki." Perjalanan menuju makam tak jauh, namun suasananya berbeda. Angin tak bergerak, tapi dedaunan gemeretak. Suara burung pun lenyap—digantikan bisikan-bisikan lirih dari arah hutan. Saat mereka tiba di pemakaman tua, Reza langsung mengenali nisan kakek buyutnya. Nisan itu berbeda—besar, terbuat dari batu andesit, dan dililit akar pohon beringin kecil. Kabut seakan memusat pada titik itu. Ki Harjo menancapkan tongkatnya ke tana
最終更新日: 2025-04-25
Chapter: Perjalanan ke Segel Pertama
Pagi itu, udara terasa lebih berat dari biasanya. Embun di pucuk daun masih belum sempat menguap, saat Ki Harjo sudah berdiri di depan rumah Bu Darmi dengan kain lurik dan ikat kepala hitam. Di tangannya tergenggam tongkat kayu cendana yang sudah terlihat tua, tapi memancarkan aura aneh. Reza keluar dari rumah dengan ransel kecil di punggung, wajahnya tegang tapi tekadnya sudah bulat.“Kita mulai hari ini,” kata Ki Harjo tanpa basa-basi. “Segel pertama terletak di tengah-tengah hutan sebelah timur, di sebuah petilasan tua yang ditutupi akar beringin.”Reza mengangguk. “Apa yang akan kita lakukan di sana?”“Membuka kembali segel yang sudah mengendur. Tapi untuk melakukannya, kita harus melalui ujian. Bukan dari bangsa lelembut… tapi dari tempat itu sendiri.”Perjalanan dimulai. Mereka melewati jalan setapak yang biasa dilalui para petani—tapi semakin jauh ke dalam, semak-semak mulai merapat, pepohonan makin gelap, dan hawa menjadi lembab serta mencekam. Bahkan suara burung pun tak terd
最終更新日: 2025-04-25
lantai tiga belas

lantai tiga belas

Sinta, perawat magang di Rumah Sakit Umum Kartika, tak pernah menyangka bahwa panggilan telepon pertamanya akan datang dari lantai yang tak seharusnya ada—lantai tiga belas. Sejak malam itu, hidupnya berubah menjadi teror yang tak berkesudahan. Lorong-lorong sunyi, suara langkah di tengah malam, dan sosok perempuan yang menyerupainya—semuanya membawa Sinta semakin dekat pada rahasia kelam yang terkubur di rumah sakit tua itu. Namun semakin ia menggali, semakin ia sadar... mungkin lantai tiga belas bukan hanya bagian dari bangunan. Mungkin, lantai itu adalah pintu ke dunia yang tak bisa ia tinggalkan. “Jangan pernah naik ke lantai tiga belas... karena sekali kamu ke sana, kamu tak akan kembali sebagai dirimu yang dulu.”
読む
Chapter: jam tiga tiga belas
Pukul 03.13.Waktu terlarang. Waktu yang seharusnya tak pernah ada.Di rumah sakit ini, jam 03.13 bukan sekadar angka. Ia adalah jeda antara dunia, celah sempit tempat roh-roh tidak tahu mereka sudah mati, tempat lantai 13 menganga menunggu mangsanya.Dan malam ini... waktunya telah tiba.---Dimas duduk di ruang jaga. Tubuhnya lemas, keringat dingin membasahi punggung. Sejak kejadian semalam, ia tidak bisa tidur. Matanya merah, bibirnya kering, dan pikirannya... pecah.Ia tak tahu mana kenyataan, mana bayangan. Ia tak tahu apakah ia masih manusia, atau hanya refleksi yang belum sadar bahwa tubuhnya sudah digantikan.Karena sejak insiden di ruang pendingin itu, ia merasa ringan. Terlalu ringan.Seperti... ia bukan lagi dirinya.Dimas mengusap wajah. Lalu menatap cermin kecil di meja.Bayangannya... mengedipkan mata tanpa ia ikut mengedip.Jantungnya mencelos. Ia menjatuhkan cermin itu ke lantai—pecah berkeping-keping.Dan dari serpihannya, bayangannya muncul di setiap pecahan, semuany
最終更新日: 2025-04-10
Chapter: cermin ke dua
Sudah tiga hari sejak Dimas “keluar” dari lorong itu. Tapi ia tahu, dirinya tidak benar-benar kembali. Ada sesuatu yang tertinggal di sana. Atau lebih parah… ada sesuatu yang ikut dengannya ke dunia ini.Setiap malam, Dimas duduk di ruang jaga dengan pandangan kosong. Ia tidak tidur. Ia tak sanggup. Karena tiap kali ia memejamkan mata, ia kembali ke lorong itu. Kembali ke dinding yang bernafas, ke suara jeritan tanpa bentuk, ke cermin yang retak dan senyum miliknya yang bukan miliknya.Dan tiap kali ia bangun… sesuatu berubah.Pertama, bayangannya di cermin tak selalu mengikuti geraknya.Kedua, jam dinding di ruang jaga berhenti pada pukul 03:13 tiap malam, lalu bergerak kembali lima menit kemudian, seolah tak terjadi apa-apa.Ketiga, dan ini yang paling membuatnya takut—orang-orang mulai menghilang.Awalnya hanya rumor. Seorang pasien di lantai 3 yang kabur tanpa jejak. Lalu seorang perawat yang katanya tidak pulang sejak shift malam. Dan pagi ini, kabar terbaru: dr. Rendra, kepala r
最終更新日: 2025-04-10
Chapter: jangan menoleh
Dimas berdiri membeku di depan pintu besi besar bertuliskan “Ruang Pendingin”. Tangannya menggenggam erat tuas dingin yang berembun, tapi tubuhnya seolah tak sanggup bergerak. Nafasnya menggantung di udara, berasap, meski seharusnya ruangan itu belum terbuka.Di belakangnya, langkah itu kembali terdengar.Berat. Teratur. Menyeret. Makin dekat.Guguk… guguk… gukkk…Dimas memejamkan mata. Ia ingat pesan Sinta:“Jangan menoleh… apapun yang kamu dengar.”Tapi suara itu… kini bukan hanya langkah.Ada suara bisikan—tak jelas kata-katanya, seperti suara orang berbicara dalam mimpi buruk, berulang-ulang, makin cepat, makin bising. Seolah banyak mulut berteriak langsung ke telinganya.“JANGAN MENOLAK… JANGAN MENOLAK… JANGAN MENOLAK…”Ia hampir menoleh. Tapi gigi bawahnya menggigit bibir sampai darah merembes. Ia menahan.Dengan satu hentakan, Dimas memutar tuas. Suara logam tua berderit panjang, dan udara dingin seperti es menyembur keluar. Kabut tebal menyelimuti tubuhnya saat pintu membuka.
最終更新日: 2025-04-10
Chapter: lorong tak berujung
Dimas tak tahu sudah berapa lama ia berada di dalam.Lorong lantai tiga belas itu... tidak seperti lantai biasa. Panjangnya tidak masuk akal. Saat ia berjalan, langkahnya menggema, tapi dinding tak pernah mendekat. Setiap beberapa meter, cahaya lampu di atas berkedip—ritmis, seakan berdetak.Detak… yang perlahan menyerupai suara jantung. Bukan jantungnya.Seseorang… atau sesuatu… sedang hidup di lorong ini.Ia menoleh ke belakang—pintu masuk telah menghilang. Dinding di belakangnya kini menyatu seperti tak pernah ada pintu di sana.“Tenang... tenang... ini cuma... bangunan tua…” gumam Dimas, mencoba menenangkan diri.Tapi jantungnya justru berdebar lebih keras saat terdengar suara lain… langkah kaki yang bukan miliknya. Berat, lambat, berulang.Dimas berhenti. Langkah itu juga berhenti.Ia mulai berlari.Dan di tengah lari itu, ia melihatnya—ruang 1313.Pintu itu terbuka sedikit.Lampu di dalamnya berpendar merah. Tapi kali ini, ada suara dari dalam. Bukan jeritan. Bukan tawa.Doa.Se
最終更新日: 2025-04-10
Chapter: tanda yang tertinggal
Rumah Sakit Kartika mulai berubah.Bukan secara fisik—lantai, dinding, dan koridornya masih terlihat sama. Tapi ada sesuatu di udara, sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan logika. Bau obat-obatan digantikan aroma besi karat dan tanah basah. Cahaya matahari yang biasanya menyelinap melalui jendela pagi, kini terasa dingin. Redup.Dan yang paling terasa… adalah suasana. Ketegangan. Sunyi yang tidak wajar.Seluruh staf merasakannya, meskipun mereka tak mengatakannya secara langsung.Termasuk Dimas.Sudah tiga hari berlalu sejak Sinta menghilang. Tidak ada kabar, tidak ada laporan polisi, dan yang paling mengganggu: tidak ada yang mengingat keberadaan Sinta dengan pasti. Data dirinya seperti menguap. Beberapa orang bahkan bertanya, “Sinta siapa ya?”Dimas tahu dia tidak gila.Ia melihat sendiri wajah Sinta. Mendengar ceritanya. Membaca arsip dengan tangan sendiri. Tapi kini, semua itu seperti ilusi.Dan pagi itu, ia melihat sesuatu yang membuat bulu kuduknya berdiri.Di papan shift ruan
最終更新日: 2025-04-10
Chapter: cermin ke dua
Sinta tidak tahu di mana ia berada. Yang ia ingat hanya cahaya remang, suara detak jam yang menggaung tak henti, dan tubuhnya sendiri—atau setidaknya, sesuatu yang menyerupai tubuhnya—yang terbaring di ranjang ruang 1313.Sekarang, ia berdiri dalam ruangan serba abu-abu. Dinding-dinding kosong tanpa jendela, dan di setiap sisinya… cermin.Cermin yang memantulkan sosoknya, tapi tak seratus persen identik. Di salah satu cermin, ia tampak tersenyum—senyum yang menyeramkan. Di cermin lain, ia menangis darah. Dan di pojok kanan… ia melihat dirinya sendiri berdiri dengan kepala tertunduk dan rambut menutupi wajah, seperti mayat hidup.Sinta mundur, panik. Tapi lantai di bawahnya terasa seperti lumpur, setiap langkah terasa berat dan lengket. Suaranya menggema, dan untuk pertama kalinya, ia sadar...Ia bukan satu-satunya yang ada di sini.Seseorang—atau sesuatu—mengawasinya dari dalam cermin.Bukan bayangannya. Tapi makhluk lain.Makhluk itu tak berkedip, matanya hitam pekat seperti lubang t
最終更新日: 2025-04-10
あなたも気に入るかもしれません
Rahasia Terkutuk
Rahasia Terkutuk
Horor · Sakura Aeri
7.5K ビュー
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM
Horor · Eri Setiani
7.1K ビュー
40 Hari Setelah Kematian Bapak
40 Hari Setelah Kematian Bapak
Horor · Yasmin_imaji
7.0K ビュー
Poison (Racun untuk Maduku)
Poison (Racun untuk Maduku)
Horor · Widanish
6.8K ビュー
Pesugihan Tumbal Nyai
Pesugihan Tumbal Nyai
Horor · Dini Lisdianti
6.6K ビュー
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status