Ketika cinta harus memilih
Ardiansyah Anieta
"Elena, why are you hiding from me? (Elena, kenapa kau menghindar dariku?)"
"You know why ... I'm married, i have kids. And you're such a bad influence on me. (Kau tau kenapa ... Aku sudah menikah dan mempunyai anak-anak. Lagipula kau membawa pengaruh buruk buatku"
"You have married too seven years ago but you still want to meet me. We're even ... (Kau pun sudah menikah tujuh tahun lalu tapi kau masih bersedia menemuiku. Bahkan kita ..."
"Stop it. It's a big mistake!!! (Hentikan. Dulu itu kesalahan besar!!!)"
"Calm down, Elena ... i'm here not to argue. I miss you ... (Tenanglah, Elena ... Aku di sini bukan untuk berdebat. Aku rindu padamu ..."
Elena hampir terisak, mukanya memerah matanya berair napasnya tersengal. Ia ingin segera berlalu dari momen ini.
"I am not the same person. I have changed. And I am fully happy for I am now. Don't ruin my happiness. I want you to stay away from my life ... please ... (Aku bukanlah orang yang sama. Aku sudah berubah. Dan aku sangat bahagia dengan keadaanku sekarang. Jangan mengusik kebahagiaanku. Menjauhlah dari kehidupanku ... Aku mohon ....)"
"I'll wait ... (Aku akan menunggu ...)"
"Don't wait. You have to move on. Get married, have a bunch of kids like you want it. Be happy ... (Jangan menunggu. Kau harus melanjutkan hidupmu. Menikahkah. Miliki banyak anak seperti yang kau mau. Berbahagialah ...)"
"I can't find someone like you. (Aku tidak bisa menemukan penggantimu.)"
102.2K DibacaOngoing