Semua Bab Cinta Diam-Diam Sang Bos: Bab 31 - Bab 40

50 Bab

Bab 31

Aku meninggalkan kantor dengan perasaan nggak percaya atas apa yang baru saja terjadi, tapi itu benar-benar luar biasa.Aku putuskan naik taksi supaya bisa sampai di rumah lebih cepat dan segera melihat anakku. Saat aku tiba, dia langsung berlari ke arahku sambil tersenyum lebar, dengan suara sengau kecilnya berteriak bahagia, "Ibuuu!" Anakku memenuhi hatiku dengan cinta.Minda belum pulang. Aku pun ngobrol sebentar dengan Lina. Dia benar-benar luar biasa. Dia sudah siapkan semuanya, termasuk makan malam dan Panji pun sudah minum obatnya."Lina, aku nggak tahu gimana harus terima kasih sama kamu," kataku tulus."Ah, nggak usah terima kasih segala, Cit. Anakmu itu anak paling gemesin yang pernah aku jaga. Sama sekali nggak ngerepotin, walaupun lagi pilek. Lagi pula, waktu Bu Sasa telepon dan bilang butuh aku jaga cucunya, aku senang banget, di rumah aku sering kesepian." Aku tersenyum mendengar ucapannya. Memang benar, ibu temanku itu menganggap anakku seperti cucunya sendiri, dan dia
Baca selengkapnya

Bab 32

Aku tiba di gedung tempat tinggal Aditya dan langsung kagum melihat tempat itu, desainnya sangat indah dan modern. Aku memperkenalkan diri, dan sang satpam mempersilakan masuk. Di dalam lift, pikiranku mulai dipenuhi dengan semua rencana jahil yang akan kulakukan untuk mengganggu bosku.Aku dan Minda begadang semalam untuk pilih baju, sepatu, pakaian dalam, dan merancang apa yang dia sebut sebagai "Strategi Menggoda."Dia membujukku untuk pakai gaun oranye, warna terang yang mencuri perhatian. Katanya warna itu sangat cocok dengan kulitku yang cerah dan rambutku yang gelap, membuatku terlihat bercahaya. Gaunnya sepanjang lutut, pas badan, dengan belahan di kedua sisi yang akan memperlihatkan banyak bagian dari kaki saat aku duduk. Lehernya berbentuk kotak dengan tali pundak yang lebar. Dia memilihkan pakaian dalam putih dari renda dengan pita-pita kecil, sandal hitam bertali tinggi, dan menata rambutku setengah diangkat, membiarkan dua helaian rambut jatuh menghiasi wajah. Riasanku dib
Baca selengkapnya

Bab 33

Sambil bekerja berdampingan, aku juga cari kesempatan goda Aditya dengan sentuhan halus sambil melewati kertas, menyilangkan kakiku agar gaunku naik sedikit lebih tinggi, godaan halus. Setiap kali aku "secara nggak sengaja" menyentuhnya, matanya membakarku, seolah memperingatkanku dia nggak akan bertanggung jawab atas tindakannya.Pada satu titik, ketika aku berdiri untuk ambil dokumen yang lebih jauh, aku dengan ringan menyapukan payudaraku ke lengannya, seperti "kecelakaan kecil". Aditya mengerang dan menatapku dengan tegas.Aku meraih dokumen itu dan masih berdiri di samping Aditya, membungkuk sedikit terlalu jauh, membuat payudaraku hampir tumpah keluar dari leherku, lalu berbicara di dekat telinganya, "Bos, rasanya ada yang aneh sama laporan ini."Dia dengan cepat menaruh tangannya di meja, mendorong semua kertas ke samping, hingga dokumen berserakan di lantai. Dia meraih pinggangku dan menempatkanku di atas meja, berdiri dan memposisikan dirinya di antara kakiku. Sambil menekank
Baca selengkapnya

Bab 34

Setelah mengumpulkan kembali dokumen yang berserakan, kami mulai menyusunnya satu per satu. Menjelang sore, kami masih belum selesai memeriksa rekening perusahaan, tetapi Aditya menyarankan agar kami istirahat sejenak dan cari makan. Sementara dia terima telepon dari Peter, aku manfaatkan waktu untuk hubungi Minda, memastikan anakku baik-baik saja dan memberi tahunya aku masih ada banyak kerjaan."Cit, santai saja. Panji dan aku baik-baik saja. Kita akan makan malam sambil nonton kartun, lalu tidur. Selesaikan kerjaanmu, tapi sempatkan juga ‘taklukkan bosmu, ya," kata Minda sambil tertawa di ujung telepon."Min, aku serius, kami beneran sibuk," jawabku berusaha terdengar tegas meski sebenarnya nggak berhasil."Cit, istirahat dua jam itu wajib! Lagi pula, jangan sia-siakan usaha aku, aku sudah habis-habisan bantu kamu goda si bos itu," sahut temanku sambil terkekeh puas. "Serius deh, aku dan Panji senang banget bisa habiskan waktu bersama. Kamu tahu aku suka banget merawat dia.""Oke, M
Baca selengkapnya

Bab 35

Ketika kami tiba di kamarnya, Adit menaruhku di lantai dan memelukku, menciumku dengan dalam. Bibir kami bertemu, dan aku merasakan tubuhku tergelitik oleh sentuhannya. Lidahnya menyerbu mulutku, dia terasa seperti kopi yang kami minum setelah makan malam. Aku berada di surga, merasakan mulutnya di mulutku dan lidahnya memilikiku secara posesif.Tangannya berada di pinggangku, dia memelukku dalam pelukan yang membuatku merasa terlindungi dan dihargai. Adit menghentikan ciuman kami, menempelkan dahinya ke dahiku, dan dengan mata tertutup mulai berbicara, "Sayang, aku nggak bisa jelasin apa yang terjadi padaku sejak kamu datang. Ini seperti api yang melahapku, aku pengen banget bersamamu setiap detik, aku pengen sentuh kamu dan benar- benar pengen masuk ke dalammu. Aku pengen banget, Citra. Kamu sendiri mau apa?"Matanya terbuka dan terkunci dengan mataku. Tatapan hampir hitam kecokelatan itu menembus jiwaku dan benar-benar melucuti pertahananku, membuatku tertawan dan merindukan sentuh
Baca selengkapnya

Bab 36

Aku terkesima dengan kenikmatan yang dirasakan Aditya. Aku pun pastikan untuk membersihkannya semuanya dengan mulutku. Ketika aku menjilat bibirku, Aditya menatapku dengan ekspresi mabuk, menampilkan senyum yang indah. Dia mengusap ibu jarinya di pipiku dan menarikku ke pelukannya, berbisik di telingaku, “Kamu benar-benar luar biasa! Lezat! Dan sangat bersemangat! Tapi sekarang, aku mau kamu baring aja di ranjang ini." Dia menggendongku dan menaruhku di ranjang, menggerakkan tangannya ke seluruh tubuhku, menatapku seolah-olah aku seorang dewi.Lalu dia berbaring di atasku dan mulai menciumku sembari menyentuh seluruh tubuhku dengan tangannya. Dia gerakkan tangannya ke area intimku dan memasukkan satu jari, bergerak perlahan masuk dan keluar sebelum menambahkan jari kedua."Sialan, Citra, kamu sudah sangat siap untukku. Aku nggak bisa tolak!" Dia berkata dengan mata berbinar, dan aku merasa dia terangsang sepenuhnya lagi. "Aku ingin bercinta denganmu dalam banyak posisi, tapi aku mau m
Baca selengkapnya

Bab 37

Aku terbangun di pagi hari dengan ciuman Aditya yang mendarat di tubuhku. Kami nyaris nggak tidur semalaman. Setelah kembali bercinta di ranjang dan sekali lagi di kamar mandi, kami turun ke bawah untuk sarapan. Aku menelepon ke rumah dan Minda meyakinkanku semuanya baik-baik saja. Setelah sarapan, kami kembali selesaikan dokumen. Saat semuanya selesai, hari sudah menjelang sore."Cit, kita perlu bicara," kata Aditya dengan nada serius, langsung menarik perhatianku sepenuhnya. "Aku cuma mau pastikan kita ada dalam pemahaman yang sama. Apa yang terjadi antara kita bukan main-main aja. Aku mau kamu jadi bagian dari hidupku, berada di tempat tidurku dan dalam keseharianku. Aku juga mau jadi bagian dari hidupmu dan Panji. Jadi aku mau kamu tahu, kita sedang pacaran sekarang."Aku tersenyum mendengar kata-katanya. Dia begitu tampan dan manis. Aku bangkit dari tempat dudukku dan menghampirinya sambil berkata, "Karena kita sudah pacaran, berarti aku bisa lakukan ini."Aku duduk di pangkuannya
Baca selengkapnya

Bab 38

Aku melihat HP-ku dan ada notifikasi pesan dari Aditya. Dia kasih kabar kalau dia sudah tunggu aku di depan pintu. Aku ambil tasku dan turun tangga seperti melayang di atas awan kebahagiaan.“Selamat pagi, sayang! Tidurmu nyenyak?” Aditya bertanya sambil menarikku ke dalam pelukannya dan mencium bibirku dengan ciuman yang lambat dan menggoda.“Aku tidur dengan sangat nyenyak, bahkan bermimpi tentang pacarku yang tampan dan luar biasa seksi,” jawabku dengan senyum bodoh setelah ciuman kami.“Sepertinya itu aku,” katanya sambil tersenyum memesona. “Dan, si kecil di mana? Bukannya kita harus antar dia ke tempat penitipan?”Hatiku meleleh melihat caranya bertanya tentang putraku dengan penuh semangat.“Nggak, Minda sudah antar dia. Dia emang ibu baptis paling penyayang sedunia.”“Kurasa dia harus mulai belajar berbagi perhatian si kecil dengan aku, karena sepertinya kita sudah jadi teman. Dia suka sama aku, kan?” tanyanya sambil menatapku penuh harap menunggu konfirmasi.“Ya, dia suka bang
Baca selengkapnya

Bab 39

Dua jam setelah pergi, Aditya kembali dengan wajah kacau.Dia berjalan melewatiku, tampak seperti baru saja melihat iblis sendiri, dan menggeram, “Ke kantorku, sekarang juga, Citra!”Aku membeku mendengar nada suaranya. Peter dan Maya menyusul di belakangnya, dan aku mendengar mereka mencoba menenangkannya. Tapi Aditya tak menghiraukan. Aku berdiri dan masuk ke kantornya dengan bingung, diikuti dua orang itu yang menutup pintu di belakangku.Aku langsung berhenti saat melihat tatapan marahnya tertuju padaku, suaranya menggelegar, mengucapkan kata-kata yang awalnya bahkan sulit kupahami.“Teganya kamu, Citra! Kamu datang seperti anak domba nggak berdosa, padahal kamu serigala berbulu domba! Kamu khianati kepercayaanku, sesuatu yang nggak pernah dilakukan siapa pun. Setelah semua yang terjadi di antara kita! Kamu kekecewaan terbesar dalam hidupku!” Dia berteriak padaku, amarahnya memancar dari setiap sudut tubuhnya.“Adit, ada apa ini? Apa maksudmu?” tanyaku, tenggorokanku mulai tercekat
Baca selengkapnya

Bab 40

Aku tertidur dan bahkan nggak sadar saat Lina datang dengan Panji. Aku baru terbangun ketika Minda duduk di sampingku di tempat tidur dan menatapku dengan penuh perhatian. Hanya satu lampu kecil yang menyala di kamar. Aku pun duduk perlahan dan memandang temanku dengan perasaan sedih yang begitu dalam.“Kenapa, Cit? Lina bilang kamu sudah tidur waktu dia datang bersama Panji. Dia sempat periksa kamu, tapi kamu sedang tidur. Dia juga lihat kamu habis nangis. Kenapa? Bertengkar sama Aditya? Itu pasti cuma sementara, nanti juga baikan.” Suara Minda terdengar begitu tenang, hingga membuat hatiku sedikit tenang.“Nggak, Min. Ini nggak akan berlalu gitu saja. Apa yang terjadi itu ngeri banget,” Aku kasih tahu Minda sambil tahan air mata yang kembali menggenang.“Coba cerita dulu ke aku. Nanti kita nilai sama-sama seberapa ngeri itu. Kalau memang parah, aku bakal suruh Fajar datang dan hajar si Aditya sampai kapok,” katanya mencoba cairkan suasana.“Nanti aku cerita. Tapi Panji mana?” Aku ber
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status