Share

Bab 33

Author: Maria Anita
Sambil bekerja berdampingan, aku juga cari kesempatan goda Aditya dengan sentuhan halus sambil melewati kertas, menyilangkan kakiku agar gaunku naik sedikit lebih tinggi, godaan halus. Setiap kali aku "secara nggak sengaja" menyentuhnya, matanya membakarku, seolah memperingatkanku dia nggak akan bertanggung jawab atas tindakannya.

Pada satu titik, ketika aku berdiri untuk ambil dokumen yang lebih jauh, aku dengan ringan menyapukan payudaraku ke lengannya, seperti "kecelakaan kecil". Aditya mengerang dan menatapku dengan tegas.

Aku meraih dokumen itu dan masih berdiri di samping Aditya, membungkuk sedikit terlalu jauh, membuat payudaraku hampir tumpah keluar dari leherku, lalu berbicara di dekat telinganya, "Bos, rasanya ada yang aneh sama laporan ini."

Dia dengan cepat menaruh tangannya di meja, mendorong semua kertas ke samping, hingga dokumen berserakan di lantai. Dia meraih pinggangku dan menempatkanku di atas meja, berdiri dan memposisikan dirinya di antara kakiku.

Sambil menekank
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 34

    Setelah mengumpulkan kembali dokumen yang berserakan, kami mulai menyusunnya satu per satu. Menjelang sore, kami masih belum selesai memeriksa rekening perusahaan, tetapi Aditya menyarankan agar kami istirahat sejenak dan cari makan. Sementara dia terima telepon dari Peter, aku manfaatkan waktu untuk hubungi Minda, memastikan anakku baik-baik saja dan memberi tahunya aku masih ada banyak kerjaan."Cit, santai saja. Panji dan aku baik-baik saja. Kita akan makan malam sambil nonton kartun, lalu tidur. Selesaikan kerjaanmu, tapi sempatkan juga ‘taklukkan bosmu, ya," kata Minda sambil tertawa di ujung telepon."Min, aku serius, kami beneran sibuk," jawabku berusaha terdengar tegas meski sebenarnya nggak berhasil."Cit, istirahat dua jam itu wajib! Lagi pula, jangan sia-siakan usaha aku, aku sudah habis-habisan bantu kamu goda si bos itu," sahut temanku sambil terkekeh puas. "Serius deh, aku dan Panji senang banget bisa habiskan waktu bersama. Kamu tahu aku suka banget merawat dia.""Oke, M

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 35

    Ketika kami tiba di kamarnya, Adit menaruhku di lantai dan memelukku, menciumku dengan dalam. Bibir kami bertemu, dan aku merasakan tubuhku tergelitik oleh sentuhannya. Lidahnya menyerbu mulutku, dia terasa seperti kopi yang kami minum setelah makan malam. Aku berada di surga, merasakan mulutnya di mulutku dan lidahnya memilikiku secara posesif.Tangannya berada di pinggangku, dia memelukku dalam pelukan yang membuatku merasa terlindungi dan dihargai. Adit menghentikan ciuman kami, menempelkan dahinya ke dahiku, dan dengan mata tertutup mulai berbicara, "Sayang, aku nggak bisa jelasin apa yang terjadi padaku sejak kamu datang. Ini seperti api yang melahapku, aku pengen banget bersamamu setiap detik, aku pengen sentuh kamu dan benar- benar pengen masuk ke dalammu. Aku pengen banget, Citra. Kamu sendiri mau apa?"Matanya terbuka dan terkunci dengan mataku. Tatapan hampir hitam kecokelatan itu menembus jiwaku dan benar-benar melucuti pertahananku, membuatku tertawan dan merindukan sentuh

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 36

    Aku terkesima dengan kenikmatan yang dirasakan Aditya. Aku pun pastikan untuk membersihkannya semuanya dengan mulutku. Ketika aku menjilat bibirku, Aditya menatapku dengan ekspresi mabuk, menampilkan senyum yang indah. Dia mengusap ibu jarinya di pipiku dan menarikku ke pelukannya, berbisik di telingaku, “Kamu benar-benar luar biasa! Lezat! Dan sangat bersemangat! Tapi sekarang, aku mau kamu baring aja di ranjang ini." Dia menggendongku dan menaruhku di ranjang, menggerakkan tangannya ke seluruh tubuhku, menatapku seolah-olah aku seorang dewi.Lalu dia berbaring di atasku dan mulai menciumku sembari menyentuh seluruh tubuhku dengan tangannya. Dia gerakkan tangannya ke area intimku dan memasukkan satu jari, bergerak perlahan masuk dan keluar sebelum menambahkan jari kedua."Sialan, Citra, kamu sudah sangat siap untukku. Aku nggak bisa tolak!" Dia berkata dengan mata berbinar, dan aku merasa dia terangsang sepenuhnya lagi. "Aku ingin bercinta denganmu dalam banyak posisi, tapi aku mau m

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 37

    Aku terbangun di pagi hari dengan ciuman Aditya yang mendarat di tubuhku. Kami nyaris nggak tidur semalaman. Setelah kembali bercinta di ranjang dan sekali lagi di kamar mandi, kami turun ke bawah untuk sarapan. Aku menelepon ke rumah dan Minda meyakinkanku semuanya baik-baik saja. Setelah sarapan, kami kembali selesaikan dokumen. Saat semuanya selesai, hari sudah menjelang sore."Cit, kita perlu bicara," kata Aditya dengan nada serius, langsung menarik perhatianku sepenuhnya. "Aku cuma mau pastikan kita ada dalam pemahaman yang sama. Apa yang terjadi antara kita bukan main-main aja. Aku mau kamu jadi bagian dari hidupku, berada di tempat tidurku dan dalam keseharianku. Aku juga mau jadi bagian dari hidupmu dan Panji. Jadi aku mau kamu tahu, kita sedang pacaran sekarang."Aku tersenyum mendengar kata-katanya. Dia begitu tampan dan manis. Aku bangkit dari tempat dudukku dan menghampirinya sambil berkata, "Karena kita sudah pacaran, berarti aku bisa lakukan ini."Aku duduk di pangkuannya

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 38

    Aku melihat HP-ku dan ada notifikasi pesan dari Aditya. Dia kasih kabar kalau dia sudah tunggu aku di depan pintu. Aku ambil tasku dan turun tangga seperti melayang di atas awan kebahagiaan.“Selamat pagi, sayang! Tidurmu nyenyak?” Aditya bertanya sambil menarikku ke dalam pelukannya dan mencium bibirku dengan ciuman yang lambat dan menggoda.“Aku tidur dengan sangat nyenyak, bahkan bermimpi tentang pacarku yang tampan dan luar biasa seksi,” jawabku dengan senyum bodoh setelah ciuman kami.“Sepertinya itu aku,” katanya sambil tersenyum memesona. “Dan, si kecil di mana? Bukannya kita harus antar dia ke tempat penitipan?”Hatiku meleleh melihat caranya bertanya tentang putraku dengan penuh semangat.“Nggak, Minda sudah antar dia. Dia emang ibu baptis paling penyayang sedunia.”“Kurasa dia harus mulai belajar berbagi perhatian si kecil dengan aku, karena sepertinya kita sudah jadi teman. Dia suka sama aku, kan?” tanyanya sambil menatapku penuh harap menunggu konfirmasi.“Ya, dia suka bang

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 39

    Dua jam setelah pergi, Aditya kembali dengan wajah kacau.Dia berjalan melewatiku, tampak seperti baru saja melihat iblis sendiri, dan menggeram, “Ke kantorku, sekarang juga, Citra!”Aku membeku mendengar nada suaranya. Peter dan Maya menyusul di belakangnya, dan aku mendengar mereka mencoba menenangkannya. Tapi Aditya tak menghiraukan. Aku berdiri dan masuk ke kantornya dengan bingung, diikuti dua orang itu yang menutup pintu di belakangku.Aku langsung berhenti saat melihat tatapan marahnya tertuju padaku, suaranya menggelegar, mengucapkan kata-kata yang awalnya bahkan sulit kupahami.“Teganya kamu, Citra! Kamu datang seperti anak domba nggak berdosa, padahal kamu serigala berbulu domba! Kamu khianati kepercayaanku, sesuatu yang nggak pernah dilakukan siapa pun. Setelah semua yang terjadi di antara kita! Kamu kekecewaan terbesar dalam hidupku!” Dia berteriak padaku, amarahnya memancar dari setiap sudut tubuhnya.“Adit, ada apa ini? Apa maksudmu?” tanyaku, tenggorokanku mulai tercekat

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 40

    Aku tertidur dan bahkan nggak sadar saat Lina datang dengan Panji. Aku baru terbangun ketika Minda duduk di sampingku di tempat tidur dan menatapku dengan penuh perhatian. Hanya satu lampu kecil yang menyala di kamar. Aku pun duduk perlahan dan memandang temanku dengan perasaan sedih yang begitu dalam.“Kenapa, Cit? Lina bilang kamu sudah tidur waktu dia datang bersama Panji. Dia sempat periksa kamu, tapi kamu sedang tidur. Dia juga lihat kamu habis nangis. Kenapa? Bertengkar sama Aditya? Itu pasti cuma sementara, nanti juga baikan.” Suara Minda terdengar begitu tenang, hingga membuat hatiku sedikit tenang.“Nggak, Min. Ini nggak akan berlalu gitu saja. Apa yang terjadi itu ngeri banget,” Aku kasih tahu Minda sambil tahan air mata yang kembali menggenang.“Coba cerita dulu ke aku. Nanti kita nilai sama-sama seberapa ngeri itu. Kalau memang parah, aku bakal suruh Fajar datang dan hajar si Aditya sampai kapok,” katanya mencoba cairkan suasana.“Nanti aku cerita. Tapi Panji mana?” Aku ber

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 41

    Sudut Pandang Aditya. Aku terduduk di dalam kamar yang gelap di apartemenku. Aku nggak sanggup menatap tempat tidurku sendiri tanpa mikirin malam luar biasa bersama Citra, lalu merasa hancur saat sadar semuanya cuma kebohongan besar. Kenapa dia tega gitu padaku?' Aku diliputi rasa sakit karena dikhianati oleh perempuan itu.Sejak pesta bertahun-tahun lalu, di hari orang tuaku meninggal, aku nggak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun. Aku bersumpah nggak akan pernah jatuh cinta lagi setelah ditinggalkan oleh wanita itu. Tapi kemudian aku biarkan Citra masuk ke dalam hidupku begitu cepat. Sebenarnya, bukan aku yang izinkan dia masuk. Dia datang sendiri dan langsung mengambil tempat. Dan dia ternyata adalah ular berbisa yang menyergap dan menghancurkanku sepenuhnya.Hari ini aku merasa di surga, lalu tiba-tiba dijatuhkan ke neraka. Saat si peretas menelepon dan bilang hanya aku, Peter dan Maya yang perlu datang karena dia sudah tahu dari mana informasi itu bocor, aku sama sekali ngg

Latest chapter

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 50

    Aku memandang sekeliling ruangan itu, nggak mengerti apa-apa. Selain aku dan bosku, Pak Guntur, ada juga Minda, Heru, Aditya, Peter, Robin, Maya, dan Alex.‘Apa maksudnya semua ini?’ Aku menatap Minda, dan dia mengangkat bahu, sama bingungnya denganku. Heru menarik sebuah kursi dan memberi isyarat agar aku duduk di sebelah Aditya. Dia bercanda?'Aku mulai curiga kalau ini hanyalah trik Aditya lagi supaya bisa bicara denganku. Tentu saja dia nggak sungguh-sungguh mau beli sistem itu. Tapi aku akan tetap profesional dan lakukan yang terbaik, setidaknya bosku bisa menilai kinerjaku.“Citra, tolonglah, aku tahu kamu profesional hebat dan bisa atasi ini.” Heru berkata seolah-olah membaca pikiranku. “Aku minta kamu datang karena kamu pernah kerja di Grup Mahadi dan paham dengan masalah yang sedang mereka hadapi.”“Baik, Pak. Saya akan bantu sebisa mungkin.” Aku pun duduk dan menjaga sikap profesional.Pak Guntur mulai mempresentasikan aplikasinya, dan aku menambahkan beberapa pandangan dan o

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 49

    Aku benar-benar capek. Minggu ini terasa kacau dan aku nggak bisa tidur dengan nyenyak, setiap malam menangis hingga tertidur. Bicara dengan Aditya kemarin juga nggak membantu, justru buat aku semakin hancur.“Selamat pagi, Citra! Apa kabar?” Minda masuk ke dapur dan memegang wajahku dengan kedua tangannya, menatapku dengan seksama.“Aku benar-benar berantakan, Min. Riasan ini cuma tutupin lingkaran hitam di bawah mata. Aku capek banget!”Saat ini kami mendengar bel rumah berbunyi, dan Minda pergi menjawabnya sementara aku menyuapi Panji sarapan. Aku teralihkan memperhatikan si kecil, dia adalah cinta terbesarku, dan hanya dengan menatapnya saja, hatiku bisa tenang. Aku tahu aku akan kuat dan terus maju karena dia. Dia menatapku dengan senyum lebar serta mata hitam kecokelatan itu, membuat hatiku meleleh oleh cinta.“Kamu anak tercinta ibu, Nak!” Aku berkata padanya dan dia bertepuk tangan sambil mengirim ciuman. Senyumku semakin lebar.“Cit, ini untukmu.” Minda datang dari pintu memba

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 48

    Sudut Pandang Aditya.Aku benar-benar kaget ketika Heru kasih aku segelas bir.“Minum ini, bisa buat kamu tenang. Setelah kamu tenang, kamu bisa cerita ke aku apa yang terjadi,” kata Heru dengan nada serius sambil mengambil telepon. “Guntur, aku kasih Citra libur untuk sisa hari ini. Terima kasih ya.”Heru menutup telepon, duduk di depanku, dan minum bersamaku. Setelah tiga kali tegukan, akhirnya aku bisa berkata, “Aku kacaukan semuanya, Heru, aku ngerusak satu-satunya kesempatan yang aku punya untuk bahagia. Aku cinta Citra tapi aku malah kacaukan semuanya. Sekarang dia benci aku.”Heru menyesap birnya lagi dan berbicara dengan lembut, “Sejak kapan kamu jadi pengecut yang nyerah hanya karena satu pintu tertutup?”Aku memandangnya seolah-olah mendadak dia jadi aneh. Dia benar-benar nggak mengerti kalau Citra membenciku.“Nanti aku akan telepon Peter dan kita bertiga akan minum sampai mabuk di rumahku,” katanya sambil berdiri. “Mana kunci mobilmu?”Sambil menyerahkan kunci mobilku, Heru

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 47

    “Citra, Pak Heru mau kamu segera ke kantornya,” kata bos baruku yang muncul di bilik kerja tempatku duduk. “Kamu bisa pergi sekarang. Tugas yang aku kasih sudah selesai?”Aku memandang pria bertubuh pendek dan berisi itu, dengan kacamata bulat bergagang motif kura-kura, lalu tersenyum. Dia memang sedikit nyentrik, tapi sangat baik dan sering bersenandung seharian di kantor.Aku ditempatkan di departemen pemasaran, di mana seluruh lantainya terbuka dengan bilik kerja yang diatur berkelompok berisi empat orang. Satu-satunya ruangan tertutup hanya milik atasanku. Suasananya sibuk dan penuh warna, dipenuhi dengan suara, semua orang sibuk berbicara, entah lewat telepon atau satu sama lain. Aku merasa lingkungan ini santai dan menarik, sepertinya aku akan bisa beradaptasi dengan baik. Bahkan aku sudah punya satu teman. Tapi sekarang, setelah dipanggil oleh Pak Heru, aku mulai khawatir kalau dia berubah pikiran dan nyesal mempekerjakanku.Aku mendongak dan menyerahkan beberapa folder kepada b

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 46

    Sudut Pandang Aditya.Aku kembali ke kantor dengan perasaan terluka seperti binatang yang terkurung. Aku benar-benar putus asa. Aku pengen banget kejar Citra dan mohon agar dia maafin aku. Tapi aku nggak bisa begitu saja melakukannya. Dia sedang kerja di perusahaan Heru dan aku nggak bisa sembarangan masuk ke sana. Itu nggak sopan dan dia akan makin benci aku.Tapi aku juga nggak sanggup tunggu sampai jam kerja selesai. Jadi, aku putusin untuk kejar dia. Aku keluar kantor dan kasih tahu Carisa kalau aku nggak akan kembali hari itu. Aku ingin menyeret ular itu keluar dan usir dia dari gedungku, tapi aku nggak bisa lakukan itu juga. Aku harus tunggu... Itu membuatku gila.Aku pergi ke perusahaan Dunia Liantar dengan ribuan pikiran berputar dalam kepalaku. Tapi aku berniat minta bantuan Heru agar bisa bicara dengan Citra tanpa buat dia malu.“Selamat siang, Pak Aditya. Ada yang bisa saya bantu?” Sekretaris Heru selalu bersikap profesional, meski dia kelihatan heran karena aku tiba-tiba da

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 45

    Sudut Pandang Aditya.Kemarin, aku datang ke kantor dengan kepala pusing akibat mabuk parah dan sama sekali nggak pengen lakuin apa pun. Maya, Alex, Patrick, dan Robin seharian bela Citra. Mereka bilang nggak percaya kalau Citra yang kirim email-email itu dan khianati aku seperti itu. Mereka bahkan tegur aku karena nggak mau dengar dia dulu, dan sekarang semuanya lagi tunggu hasil audit untuk lihat apa yang akan terungkap. Maya pergi ke departemen keuangan untuk ambil dokumen-dokumen yang katanya sedang diverifikasi. Saat dia di sana, Jodi telepon aku marah besar, bicara ngawur di telingaku. Tapi aku terlalu lelah untuk peduli. Aku cuma bilang, serahkan semua pada Maya kalau dia masih mau pertahankan pekerjaannya.Maya bawa dokumen-dokumen itu ke auditor. Aku bilang ke Alex semua ini percuma karena dokumennya memang ada dan Jodi sudah kasih itu semua, artinya Carisa nggak mungkin bocorin informasi. Tapi Alex peringatkan aku kalau dia sudah punya salinan dokumen sebelumnya, lebih baik

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 44

    Keesokan harinya, kami berangkat pagi-pagi. Saat tiba di kantor, Pak Heru memanggil kami masuk ke ruangannya.“Citra, apa kabar? Aku sudah bicara dengan Peter, dan dia sangat khawatir. Dia cerita sedikit tentang apa yang terjadi, nggak terlalu rinci, tapi sepertinya Aditya memang bertindak bodoh.”“Aku nggak yakin dia bodoh atau nggak, Pak Heru. Tapi yang jelas, aku nggak lakuin hal yang dituduhkan padaku,” jawabku. Aku mulai membayangkan beliau berubah pikiran tentang mempekerjakanku.“Aku yakin kamu nggak lakuin itu, Citra. Aku sudah lama kenal Keluarga Lurdi. Mereka nggak akan bela kamu kalau mereka nggak yakin sepenuhnya dengan kejujuranmu! Dan kalau Omar bilang kamu orang paling jujur di dunia, aku percaya itu.” Heru tersenyum hangat padaku. “Sayangnya, aku nggak bisa kasih posisi sebagus sebelumnya, tapi aku butuh orang tambahan di departemen penjualan. Gajinya cukup baik dan aku yakin kamu bisa tangani pekerjaannya dengan mudah. Jadi kalau kamu mau, pekerjaan ini milikmu.”Aku t

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 43

    Aku merasa benar-benar kehilangan arah, nggak tahu harus berbuat apa. Minda pergi pagi-pagi, bersikeras untuk antar Panji ke tempat penitipan anak, sementara Lina bersikeras menemaniku seharian. Aku merasa itu ide yang bagus, dia orang yang luar biasa, memberiku banyak nasihat dan berkata bahwa tidak ada kesulitan yang berlangsung selamanya.Minda sempat bilang sebelum pergi kalau aku tak perlu melakukan apa-apa hari ini. Katanya dia akan bicara dengan ayahnya, dan malam ini kami akan putuskan langkah selanjutnya. Tapi entah kenapa, aku merasa nggak nyaman. Rasanya aku sudah terlalu sering ngerepotin Keluarga Lurdi.Aku dan Lina makan siang bersama, dan dia bercerita tentang anak-anak serta cucu-cucunya, yang ternyata nggak tinggal di Kota Pekanida. Semuanya tinggal terlalu jauh, jadi dia nggak bisa bertemu mereka setiap minggu. Makanya dia bilang betapa bahagianya dia bisa merawat Panji.Sore harinya, dia pergi ke pasar dan bilang akan jemput Panji setelah itu. Dia menyuruhku istiraha

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 42

    Sudut Pandang Jodi. Aku bersandar di ranjang dan menyalakan sebatang rokok, meniupkan asapnya sambil memandangi gimana asap itu menghilang di udara. Aku tersenyum dan berkata pada wanita di sampingku, “Selamat, sayang. Lagi-lagi kamu luar biasa banget. Nanti aku transfer uang ke rekeningmu, beli sesuatu yang kamu suka.” Aku tersenyum geli, membayangkan suaminya yang percaya dia wanita suci. “Aku cuma heran, gimana suami bodohmu itu nggak curiga dari mana asal uangmu?”Aku menatap selingkuhanku yang berbaring telanjang di sampingku. Ini bukan pertama kalinya dia memberiku informasi dan bantuan kecil. Kami sudah jadi kekasih gelap selama bertahun-tahun, dan nggak ada satu pun orang pernah curiga. Dia penuh tipu daya dan aku suka itu. Dia tertawa saat aku sebut suaminya, lalu mengambil rokok dari tanganku, mengisapnya, dan berkata, “Suamiku memang bodoh. Dia pikir semua yang aku beli itu palsu dan dia percaya aku cuma pakai perhiasan imitasi. Dia sebodoh Aditya, yang nggak sadar apa ya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status