Semua Bab Cinta Diam-Diam Sang Bos: Bab 21 - Bab 30

50 Bab

Bab 21

Aku sedang koordinasi dengan Robin tentang rapat laporan keuangan rahasia untuk besok, dan sambil ngetik cepat di ponsel, aku kirim pesan ke Maya, pastikan apa waktu tersebut cocok untuknya. Setelah semuanya beres, aku kembali tenggelam dalam tugas-tugas lain yang menumpuk di mejaku.Satu jam kemudian, suara pintu kantor dibuka dengan kasar membuatku refleks menoleh. Bosku, Aditya membungkuk ke arahku, kedua tangannya mencengkeram sandaran kursiku, dan wajahnya begitu dekat sampai aku bisa merasakan panas napasnya. Tatapannya menyala-nyala, dan suaranya yang biasanya berat kini terdengar lebih serak dan tegas.“Cit, dengar baik-baik. Masalah ini harus selesai hari ini, dan aku nggak ingin dengar satu pun alasan. Batalin semua janji yang kamu punya. Setelah jam kerja, kita pergi dari kantor ini dan duduk untuk diskusikan hal ini seperti orang dewasa.”Tanpa menunggu jawabanku, dia menatapku satu detik lebih lama, lalu berdiri tegak, berbalik badan, dan menutup pintu dengan keras, hingga
Baca selengkapnya

Bab 22

Peter memberiku segelas air dan aku menerimanya dengan tangan yang masih gemetar. Aku baru sadar kalau aku menangis waktu Aditya menyapukan jemarinya di wajahku."Tenang, Cit. Dia nggak punya kuasa untuk nyakitin kamu. Jangan takut, kamu nggak akan kehilangan kerjaan hanya karena pria bodoh itu." Bosku berbicara dengan lembut sambil mengusap punggungku agar aku tenang."Benar tuh, Cit. Jangan pedulikan Jodi, dia memang nyebelin. Kamu perempuan kuat, jangan biarkan dia nakutin kamu," kata Peter memberi dukungan."Sejak kapan kamu bebas panggil asistenku pakai nama panggilan?""Sejak kami jadi teman. Dan kamu juga jangan jadi bos yang nyebelin!"Aku tertawa mendengar candaan mereka, lalu bosku berdiri dan pegang daguku agar aku menatapnya."Bukan nyebelin, tapi mungkin agak sedikit bajingan," katanya sambil mengedip dan tersenyum. 'Astaga, kenapa sih pria ini harus setampan itu!'"Astaga, kalian berdua malah kabur dari kenyataan!" Peter berkata sambil menyeringai. "Tapi Cit, aku baru saj
Baca selengkapnya

Bab 23

Aku kembali ke mejaku menjelang akhir jam kerja. Aku menyelesaikan semua tugas harianku dan mendengar Robin masuk sambil menyanyikan lagu “Kamu Cantik Kamu Baik.”“Robin, kamu bisa jadi penyanyi terkenal itu.” Aku tersenyum padanya.“Mungkin, mungkin, tapi aku suka suasana di kantor ini. Carisa sudah cerita semuanya. Aku tadi ada di lantai tiga buat ngeprint. Kamu nggak apa-apa?” Dia menatapku, menunggu jawaban.“Aku nggak apa-apa. Terima kasih.”“Kalau gitu, aku pulang dulu yah. Istriku telepon, katanya dia pulang lebih awal dan punya kejutan buatku. Aku suka banget kejutan-kejutannya, sudah nggak sabar!”“Wah, beruntung banget kamu. Semoga malam kalian menyenangkan yah!”“Terima kasih. Besok waktu makan siang aku bakal cerita ke kamu tentang kejutannya. Eh, gimana kalau akhir pekan ini kita ketemuan? Aku sudah cerita ke istriku tentang kamu, dan dia pengen banget ketemu kamu.”“Eh, itu ide bagus! Boleh nggak aku bawa temanku?”“Boleh boleh saja. Sampai ketemu besok, Cantik!”Aku ters
Baca selengkapnya

Bab 24

Aku masuk ke rumah dengan kata-kata terakhir bosku yang masih terngiang di kepala. Dia akan terus godain aku. Sebenarnya dia mau apa dariku? Hari ini benar-benar terjadi banyak hal. Apa kerjaanku di kantor bisa makin tenang dan normal?Aku pergi lihat anakku, yang sudah tidur pulas seperti malaikat, sambil peluk boneka beruang kesayangannya.Aku kepikiran untuk ajak Minda jalan-jalan di taman waktu hari Minggu, pasti senang banget. Aku lewat kamar temanku yang juga sudah tidur, lalu ambil monitor bayi darinya.Aku mandi untuk hilangkan semua stres hari ini, lalu tidur di ranjang, tidur sambil mikirkan bosku. Aku pasti sudah gila.Pagi harinya aku bangun dan siapkan si kecil untuk diantar ke tempat penitipan sebelum berangkat kerja. Dia selalu bangun dengan suasana hati bagus, tersenyum padaku dan cerita tentang betapa dia suka sekolahnya. Saat aku kasih dia pakai baju, dia cerita banyak hal tentang semua yang dia pelajari. Aku tersenyum seperti orang bodoh, rasanya luar biasa bisa meli
Baca selengkapnya

Bab 25

Semua orang sudah datang, jadi bosku suruh aku untuk kunci pintu ruanganku dan tutup pintu ruangannya setelah aku masuk. Kami pun duduk di sofa dan Aditya pun mulai berbicara.“Begini, kalian berempat adalah satu-satunya orang yang bisa aku percaya saat ini, jadi topik pertemuan ini rahasia dan nggak boleh diketahui siapa pun. Enam bulan lalu, aku mulai sadar ada yang nggak sesuai antara laporan keuangan, akuntansi, dan laporan komersial. Jadi Peter dan aku mulai periksa lebih teliti. Dari laporan keuangan terakhir, kami yakin ada yang nggak beres saat kami cocokkan data. Menurutku ada orang yang korupsi dana perusahaan.”Aku merasa tidak nyaman. Ini benar-benar serius. Aku melirik Robin yang tampak setegang aku. Lalu Peter ikut bicara.“Benar, teman-teman, tapi bukan cuma uang yang dialihkan, tapi ada sumber daya lain juga yang diselewengkan. Selain itu, beberapa klien mengurangi frekuensi kerja sama dengan kita, dan beberapa lainnya langsung putusin kontrak.”“Kalau gitu, ini serius
Baca selengkapnya

Bab 26

Aku mendengar bosku memanggil, lalu menoleh. Aku kira dia bakal kasih aku tugas tambahan.“Ya, Pak Aditya?”“Tolong tutup pintunya dan ke sini.”Aku menutup pintu, kembali melangkah, dan berdiri di hadapannya. Dia duduk di sofa yang sama, sofa yang selalu mengingatkanku pada banyak hal tak masuk akal.Aditya tampak sedikit murung, dengan kedua siku bertumpu di lutut dan kepalanya tertunduk. Aku ingin mengusap rambutnya dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja, tapi aku tidak melakukannya.Setiap kali dia menyentuhku, rasanya seperti akal sehatku lenyap begitu saja. Sentuhan paling sederhana darinya pun bisa buat kulitku panas, buat tubuhku merindukannya. Apa yang pria ini timbulkan dalam diriku sungguh tak bisa dijelaskan.Dia berdiri di hadapanku dan menarik pinggangku, memelukku dengan hangat. Pelukannya lembut, tenang, dan penuh kasih sayang. Rasanya berbeda dari interaksi kami sebelumnya, namun entah mengapa, tetap terasa akrab dan membuat hatiku nyaman.Aku merasakan kecup hang
Baca selengkapnya

Bab 27

Sudut Pandang Aditya.Selama perjalanan, aku menyadari Citra tampak sangat tegang dan khawatir. Apa pun masalahnya, jelas telah mengubah suasana hati asistenku yang biasanya tenang.Saat kami tiba, dia langsung meloncat keluar dari mobil dan berlari. Aku segera menyusul. Dia menatapku seolah ingin bertanya kenapa aku ikut, jadi aku buru-buru menjawab, "Aku ikut. Aku memang belum tahu daruratnya apa, tapi mungkin saja kamu butuh bantuan."Dia tidak berkata apa-apa, hanya mengangguk. Saat kami masuk ke apartemennya, seorang wanita menghampiri dengan wajah cemas.“Citra, untung kamu datang. Aku hampir saja mau telepon kamu,” kata wanita itu.“Dia di mana, Lin?” tanya Citra cemas.“Di kamar, demamnya makin tinggi. Aku baru saja mau ambilkan air untuknya,” jawab wanita itu. Aku mulai bertanya-tanya, siapa sebenarnya "dia" yang dimaksud?Citra bergegas ke lorong, dan aku tak tahan dan pengen ikut. Saat masuk ke kamar, aku melihatnya mengangkat seorang anak kecil dan berkata lembut, “Nggak a
Baca selengkapnya

Bab 28

Sudut Pandang Aditya.Aku nggak bisa tidur dan habiskan malam mondar-mandir di apartemen. Jam lima pagi, aku turun ke tempat gym, melepaskan semua ketegangan. Selama satu jam berikutnya, aku habiskan waktu menendang dan memukul samsak. Pukul tujuh, aku sudah sampai di kantor.Aku memanfaatkan waktu itu untuk telepon Alex. Aku paham dia dan tahu kalau dia tipe orang yang bangun dan mulai kerja sangat pagi, jadi aku nggak khawatir soal jam. Kami mengobrol cukup lama, dan aku jelaskan secara singkat apa yang sedang terjadi, serta cari dia adalah saran dari Citra. Dia senang sekali mendengar nama Citra, katanya dia adalah aset yang sangat berharga dan wawasannya sangat membantu dalam menemukan bukti.Setelah berbicara dengan Alex, aku menerima pesan dari asistenku, menanyakan apa dia boleh datang lebih lambat karena harus tunggu pengasuh anaknya datang. Putranya nggak bisa pergi ke tempat penitipan. Aku langsung membalas: [Citra, hari ini tinggal saja di rumah dengan anakmu.]Layar ponsel
Baca selengkapnya

Bab 29

Sudut Pandang Aditya. Setelah semua orang keluar dari kantorku, aku manfaatkan waktu untuk menelepon beberapa orang lagi dan menyelesaikan beberapa dokumen. Pagi hari berlalu begitu cepat, dan tak lama kemudian Peter datang dan menyeretku keluar untuk makan siang. Saat kami kembali, aku putuskan mampir ke toko roti, berniat buat asistenku agak senang. Rasa penasaran tentang ayah dari putranya membakar dalam pikiranku, tapi aku bisa tunggu sampai dia nggak terlalu tegang untuk menceritakannya padaku.Ketika aku kembali ke kantor, dia sudah duduk di mejanya, bekerja. Aku bertanya tentang anaknya, dan dengan senyum lebar, dia bilang anaknya baik-baik saja dan tetap cerewet seperti biasa. Aku ikut tersenyum dan kembali ke ruanganku.Menjelang akhir hari, aku berjalan ke pintu dan memanggil asistenku. Saat dia masuk, aku mengunci pintu. Matanya membesar melihatku, dan aku memintanya duduk di sofa. Sebenarnya aku punya banyak pertanyaan untuknya, tapi aku putuskan untuk menundanya sampai be
Baca selengkapnya

Bab 30

Sudut Pandang Aditya.Aku duduk di kursiku dan menjawab telepon dengan speaker. Suara tajam langsung terdengar."Aditya, apa-apaan ini kamu renovasi lantai keuangan tanpa persetujuan dariku?!”"Kecilkan suaramu, Jodi. Aku bukan pesuruhmu yang bisa kamu bentak sesukamu, aku bosmu. Dan aku nggak butuh izinmu untuk lakukan apa pun di perusahaanku!”"Ini nggak sopan! Aku baru saja keluar gedung ketika dapat pesan dari Maya yang bilang mulai Senin nanti, divisi keuangan bakal pindah ke lantai 16, satu lantai dengan divisi pemasaran. Ini benar-benar konyol! Keuangan harus bagi lantai dengan departemen lain? Apalagi berbagi dengan pemasaran? Aku sudah coba kembali ke lantai itu, tapi lift-nya nggak berhenti di lantai kita. Sebenarnya ada apa sih?!""Persis seperti yang ditulis di pesan itu. Lantai departemen keuangan akan direnovasi. Ikuti instruksi di email. Mulai Senin, kamu akan kerja di lantai 16. Keuangan dan pemasaran akan bagi lantai untuk sementara, kita nggak punya lantai kosong lain
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status