Aku sedang koordinasi dengan Robin tentang rapat laporan keuangan rahasia untuk besok, dan sambil ngetik cepat di ponsel, aku kirim pesan ke Maya, pastikan apa waktu tersebut cocok untuknya. Setelah semuanya beres, aku kembali tenggelam dalam tugas-tugas lain yang menumpuk di mejaku.Satu jam kemudian, suara pintu kantor dibuka dengan kasar membuatku refleks menoleh. Bosku, Aditya membungkuk ke arahku, kedua tangannya mencengkeram sandaran kursiku, dan wajahnya begitu dekat sampai aku bisa merasakan panas napasnya. Tatapannya menyala-nyala, dan suaranya yang biasanya berat kini terdengar lebih serak dan tegas.“Cit, dengar baik-baik. Masalah ini harus selesai hari ini, dan aku nggak ingin dengar satu pun alasan. Batalin semua janji yang kamu punya. Setelah jam kerja, kita pergi dari kantor ini dan duduk untuk diskusikan hal ini seperti orang dewasa.”Tanpa menunggu jawabanku, dia menatapku satu detik lebih lama, lalu berdiri tegak, berbalik badan, dan menutup pintu dengan keras, hingga
Baca selengkapnya