Home / Fantasi / Kebangkitan Kaisar Iblis / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Kebangkitan Kaisar Iblis: Chapter 11 - Chapter 20

50 Chapters

Bab 11

Seolah mengerti maksudnya, Hugo segera bertanya, "Sekarang, Ondo dan yang lainnya sudah nggak jadi ancaman lagi. Nona punya rencana apa selanjutnya?"Belum sempat Tiana bicara, Aldis sudah menjawab lebih dulu, "Oh, sebenarnya kami berencana mengantar Nona pergi mengungsi ke Kediaman Pramesti!"Saat ini Aldis sudah tidak lagi menganggap Hugo sebagai budak biasa, melainkan sebagai salah satu petinggi Keluarga Garjita yang setara dengannya. Dia melanjutkan, "Kamu pasti tahu, putra Keluarga Pramesti memang punya ikatan pertunangan dengan nona kita.""Oh, maksudmu Keluarga Pramesti di Kota Andaras?" ucap Hugo yang menyentuh dagunya sambil diam-diam mengangguk.Berdasarkan ingatan pemuda ini, Keluarga Pramesti adalah keluarga terkuat di Kota Andaras yang sebanding dengan Keluarga Garjita.Jika Hugo bisa menyerahkan Tiana dan Daren ke Keluarga Pramesti, pemuda ini setidaknya bisa tenang dalam kematiannya. Mungkin Iblis Hati dalam hatinya pun bisa ikut sedikit terangkat. Bisa jadi, itu bahkan
Read more

Bab 12

Akan tetapi Aldis sama sekali tidak tahu bahwa bagi Hugo saat ini, kota ini tak ada bedanya dengan desa kecil yang terpencil."Aldis, kita masih belum sampai di Kediaman Pramesti?" Setelah melewati suka duka bersama selama 5 hari terakhir, hubungan Hugo dan Aldis jadi jauh lebih dekat. Bahkan, kini mereka sudah saling menyebut nama secara langsung.Belum sempat Aldis menjawab, Tiana sudah lebih dulu berbicara, "Kita nggak bisa langsung ke Kediaman Pramesti. Aku dan Daren sebaiknya pergi dulu untuk menyampaikan maksud kami secara resmi, baru setelah itu menjemput kalian. Kalian bisa istirahat dulu di penginapan depan sana.""Seribet itu?" tanya Hugo sambil mengernyit.Aldis hanya bisa tersenyum pahit dan mengangkat bahu dengan pasrah. Dia menimpali, "Mau gimana lagi? Kita datang untuk meminta perlindungan dari Keluarga Pramesti. Kalau langsung pergi ke sana tanpa basa-basi, nanti malah dianggap nggak sopan."Hugo menarik napas dalam-dalam, lalu berujar sambil mengangguk setuju, "Oke, ka
Read more

Bab 13

Hugo mengajak, "Lagian mereka nggak akan kembali dalam waktu dekat. Ayo, kita jalan-jalan ke tempat lain dulu."Setelah itu, Hugo berbalik dan berjalan pergi. Aldis tahu bahwa ucapannya tadi sama sekali tak didengarkan. Dia hanya bisa menghela napas pasrah dan mengikuti dari belakang.Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah pasar kecil. Di tempat ini, para kultivator mandiri membuka lapak dan berdagang. Ada yang barter barang, ada juga yang menukar dengan batu spiritual untuk kebutuhan kultivasi.Berdasarkan pengalaman Hugo di kehidupan sebelumnya, kadang-kadang di tempat seperti ini bisa ditemukan beberapa barang bagus yang tersembunyi dari perhatian banyak orang.Sepanjang jalan, mereka menengok ke sana ke mari. Aldis terlihat sangat antusias, bahkan matanya sampai berbinar-binar. Beberapa kali, dia bahkan tergoda ingin langsung membeli sesuatu.Namun setiap kali melihat ekspresi datar Hugo yang tak tertarik, Aldis pun mengurungkan niatnya dan buru-buru menyusul.Mungkin bahkan Aldi
Read more

Bab 14

"Sialan! Nggak disangka aku juga bisa salah nilai barang." Di jalan kecil yang remang-remang, si pedagang berjalan lesu sambil memanggul buntelan di punggungnya.Suasana di sekeliling sunyi senyap. Tak terdengar suara apa pun, kecuali desahan keluh kesah yang terus keluar dari mulutnya."Bos, tunggu sebentar!" Tiba-tiba, terdengar suara lantang dari belakangnya. Pedagang itu terkejut dan langsung berhenti. Saat menoleh, dia melihat Hugo berlari mendekatinya dengan cepat."Kamu ... yang tadi di pasar itu ...." Pedagang itu langsung mengenali Hugo. Gara-gara dia, semua orang di pasar tahu bahwa batu giok hitam miliknya palsu."Ada apa kamu mencariku?" tanya pedagang itu dengan nada sedikit kesal.Hugo membalas sambil tersenyum ramah, "Bos, aku mau beli batu giok hitammu. Aku bersedia bayar dengan 10 batu spiritual." Matanya sekilas melirik ke arah buntelan di punggung si pedagang.Pedagang itu termenung sejenak, lalu memandang Hugo dengan heran. Dia akhirnya bertanya, "Tuan, kamu sendiri
Read more

Bab 15

Gluk ... gluk .... Seperti bayi yang tengah menyusu, setiap tetes darah yang jauh ke atas batu giok seketika menghilang. Denyut batu giok itu juga makin lama makin intens.Hugo mengawasi semua ini dengan seringai puas di wajahnya. Dia terus menyalurkan energinya untuk mengalirkan lebih banyak darah segar ke atas batu giok darah.Jika ingin memurnikan Bayi Darah, yang pertama harus dilakukan seorang kultivator adalah memberinya darah. Hal ini harus terus dilakukan hingga dia bersatu sepenuhnya dengan Roh Darah dan bisa merasakan meridian jantungnya.Seiring berjalannya waktu, makin banyak darah yang tubuh Hugo alirkan keluar. Namun, Roh Darah itu seperti serigala yang senantiasa kelaparan, tidak berhenti menyerap darahnya.Hugo menjilat bibirnya yang sedikit kering. Wajahnya perlahan memucat dan penglihatannya mulai kabur. Dia tahu ini reaksi akibat kehilangan banyak darah, hanya saja dia tidak bisa berhenti.Hanya ada satu kesempatan untuk menaklukkan Roh Darah dan memurnikannya menjad
Read more

Bab 16

Setengah jam kemudian, Aldis dan Hugo tiba di gerbang sebuah kediaman megah. Dua kata dari tinta emas tertulis besar-besar di atas plakat: "Kediaman Pramesti".Ketika keduanya hendak memasuki kediaman, dua orang pengawal menghalangi mereka. "Berhenti, siapa kalian? Beraninya menerobos masuk ke Kediaman Pramesti!"Aldis mengatupkan kedua tangannya dan berucap sambil tersenyum, "Hahaha ... Aku Aldis Taraka, komandan pengawal Keluarga Garjita dari Manor Sharila. Dia Hugo, kepala pelayan Keluarga Garjita. Saat ini tuan muda dan nona muda kami sedang bertamu di kediaman kalian."Mendengar ini, Hugo sontak tertegun dan melempar tatapan bingung pada Aldis. Sejak kapan dia menjadi kepala pelayan Keluarga Garjita?Seperti bisa membaca isi pikiran Hugo, Aldis berbisik di telinganya, "Delapan hari lalu, orang Keluarga Pramesti datang dan berkata kalau kamu adalah kepala pelayan Keluarga Garjita. Kurasa Nona Tiana yang memperkenalkanmu seperti itu. Selamat, Hugo. Hehehe ...."Hugo menggeleng frust
Read more

Bab 17

Di tepi sungai berwarna hijau gelap, seorang pemuda berwajah tampan sedang bermain bersama seorang gadis cantik bergaun merah. Keduanya saling kejar-kejaran, membawa tawa ceria mereka bergema di permukaan air yang tenang.Rasa sendu timbul di hati Tiana kala dia memandang dua orang yang sedang bermesraan itu. Namun, demi membangun kembali keluarganya yang terpuruk, dia memaksakan diri untuk mendekat sambil berkata, "Kak Ronal ...."Wajah pemuda tampan itu perlahan berubah muram. Dia melirik Tiana dengan dingin dan berkata, "Tiana, aku sudah bilang dengan sangat jelas. Mulai sekarang, kita nggak ada hubungan lagi. Hanya ada Kristala seorang di mataku.""Ya, cepatlah sadar diri dan angkat kaki dari sini. Kak Ronal sudah lama berhenti menyukaimu," timpal gadis bergaun merah itu sambil mengangkat pandangannya, menatap Tiana dengan sinis.Tiana menggigit bibirnya kuat-kuat, matanya mulai berkaca-kaca. Dia masih samar-samar mengingat ketika Keluarga Garjita dan Keluarga Pramesti masih berhub
Read more

Bab 18

"Siapa kamu?"Kristala dan Ronal memandang pemuda di depan mereka, sama-sama terhenyak. Mereka berdua adalah muda mudi berbakat di Kota Andaras, ahli di Tingkat Pengumpul Energi ke atas. Keduanya tidak terkalahkan di antara orang-orang sepantaran mereka.Hugo sepertinya sebaya dengan mereka. Namun, bagaimana kecepatan serangannya bisa sedahsyat itu? Mereka bahkan tidak sempat bereaksi, lalu tahu-tahu sudah menerima tamparannya. Sejak kapan ada orang sepertinya di dunia ini?Saat ini, Aldis dan Daren juga buru-buru mendekat dan membantu Tiana bangun. Ketika melihat pemuda kurus di depannya, Aldis bahkan lebih terkejut dari dua orang itu.Meskipun Aldis adalah ahli Tingkat Pengumpul Energi Keempat dan Ronal hanya berada di Tingkat Pengumpul Energi Ketiga, dia tetap seorang bawahan. Mana mungkin teknik bela diri dan jurus bela diri yang dikultivasikannya bisa dibandingkan dengan keturunan keluarga bangsawan? Jika mereka bertarung, dia mungkin tidak akan sanggup mengalahkan Ronal.Namun, k
Read more

Bab 19

Retakan serupa jaring laba-laba muncul di batu bata di atas tanah. Andaikan Kristala dan Ronal bukan ahli Tingkat Pengumpul Energi, lutut mereka mungkin sudah hancur dan kaki mereka sudah lumpuh sekarang.Keduanya meringis kesakitan. Begitu menengadah, mereka melihat Hugo berdiri di depan mereka dengan raut datar."Lagi-lagi kamu," geram Kristala.Kristala dan Ronal tahu betul, hanya Hugo di antara orang-orang ini yang bisa menyerang mereka tanpa disadari siapa pun.Kristala menatap wajah Hugo dengan dingin, seolah-olah ingin melahapnya. Kemudian, dia meraung keras, "Kalaupun kalian berlutut dan memohon ampun sekarang, aku nggak akan melepaskan kalian!"Duk, duk! Dua tendangan kembali dilancarkan. Hugo menendang kedua orang itu bahkan tanpa melirik mereka."Kalian ingin aku berlutut? Mimpi saja sana," ujar Hugo.Kristala dan Ronal sontak tertegun. Untuk sesaat, mereka bahkan melupakan rasa sakit karena tendangan Hugo tadi.Bisa dimaklumi jika sebelumnya Hugo menampar mereka untuk membe
Read more

Bab 20

Apa, 20% kekuatannya? Aldis memicingkan matanya dan berseru, "Basis kultivasimu berada di Tingkat Penempaan Tulang Kedelapan. Dua puluh persen dari kekuatanmu bahkan lebih dahsyat dari kekuatan penuh seorang ahli Tingkat Pengumpul Energi Kesembilan. Kamu jelas-jelas ingin membunuh kami!""Paman Silas, kumohon belas kasihan darimu. Daren masih anak-anak, dia nggak bersalah!" mohon Tiana dengan buru-buru.Namun, Silas hanya mendengus dan membuang muka. Kristala yang melihat ini pun tersenyum puas."Oke, kalau begitu aku duluan," ucap Hugo dengan datar sambil menyeringai.Whoosh! Tiba-tiba saja, jejak telapak tangan merah sudah muncul di udara. Silas tidak menyangka Hugo berani menyerang terlebih dahulu. Dia pun segera melepaskan auranya dan membalas dengan jurus telapak tangan.Duar! Disertai bunyi keras, jejak telapak tangan darah itu hancur. Aura lawan yang kuat membuat Hugo terdorong mundur belasan langkah. Namun, dia hanya didesak mundur tanpa mengalami luka apa pun."Basis kultivasi
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status