Home / Fantasi / Kebangkitan Kaisar Iblis / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Kebangkitan Kaisar Iblis: Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

Bab 21

Keempat orang itu keluar dari Kediaman Pramesti. Sepanjang jalan, Tiana dan Aldis gemetar ketakutan sambil sesekali menoleh ke belakang.Keduanya takut Silas tiba-tiba berubah pikiran dan mengejar mereka. Hanya Hugo yang tetap tenang. Meski begitu, matanya terlihat sedikit berkilat marah.Baru berjalan beberapa langkah setelah meninggalkan Kediaman Pramesti, Hugo tiba-tiba berhenti dan bertanya dengan dingin tanpa menoleh, "Nona, apa kamu masih punya tempat tujuan lain?"Mendengar ini, mata Tiana seketika berkaca-kaca. Dia menggeleng frustrasi. Aldis menghela napas dalam hati, ikut merasa gundah.Hugo menarik napas dalam-dalam dan menggertakkan giginya. Dia bersumpah dalam hati, suatu hari dia akan menghancurkan Keluarga Pramesti.Jelas-jelas hanya tinggal selangkah lagi hingga masalah kakak adik Keluarga Garjita terselesaikan. Sialnya, rencana Hugo dirusakkan oleh keegoisan ayah dan anak Keluarga Pramesti.Suatu hari nanti, andai Keluarga Pramesti benar-benar hancur, Silas pasti akan
Read more

Bab 22

Faktanya, yang paling senang saat Kristala ditampar adalah Tiana. Aldis menyadari hal ini, Hugo tentu saja juga sama.Namun, Hugo berpikir selangkah lebih jauh. Berhubung sudah terlanjur berseteru, mereka harus memahami seluk-beluk latar belakang musuh."Kalau begitu, Keluarga Rahagi pasti masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Tujuh Keluarga Bangsawan," ucap Hugo.Tangan Tiana bergetar pelan. Dia bertanya dengan gugup, "Kamu tahu dari mana?" Detik itu, dia benar-benar berharap Hugo akan tertawa, lalu berkata bahwa dia hanya bergurau dan menakut-nakuti mereka.Sayangnya, Hugo malah menjawab dengan serius, "Gadis yang tadi berkoar-koar ingin kita mencicipi kehebatan Tujuh Keluarga Bangsawan.""Gi ... gimana bisa jadi begini? Kita sudah nggak sengaja menyinggung seseorang dari Tujuh Keluarga Bangsawan?" gumam Tiana, wajahnya seketika memucat. Otaknya seolah-olah berhenti berputar dan matanya hanya menatap kosong pada Hugo.Mata Aldis terbelalak dan jantungnya seakan-akan berhenti ber
Read more

Bab 23

Terdapat sebuah bangunan kuno di wilayah paling timur Kota Andaras. Gerbangnya yang menjulang tinggi hingga tiga puluhan meter memancarkan aura mengintimidasi dari jauh. Itu sebabnya, tidak ada orang yang berani berlama-lama dalam radius seratus meter dari situ.Hanya ada dua pengawal berjubah emas yang berjaga di luar gerbang. Namun, aura yang mereka pancarkan memberi kesan seolah-olah ada seratus pengawal imperial elite yang berdiri di sana.Kedua pengawal itu hanya berdiri diam, tetapi tempat-tempat yang mata mereka pindai terasa seperti dilewati tebasan pedang tajam. Orang biasa tidak akan berani bertemu pandang dengan mereka.Siapa sangka, empat sosok asing tiba-tiba muncul di tempat yang sangat jarang didatangi orang ini."Tingkat Pengumpul Energi Puncak!" gumam Hugo sambil berjalan mendekat.Tiana, Daren, dan Aldis mengikuti langkahnya dari belakang. Berbeda dengan sikap Hugo yang tenang, tubuh ketiganya sontak menegang ketika bertemu tatapan kedua pengawal itu. Mereka seakan-ak
Read more

Bab 24

"Oh?" Mata Agnia sontak berbinar. Dia tersenyum dan mengangguk ke arah Tiana, lalu menoleh lagi ke arah Hugo dan berkata, "Pusaka yang ingin Tuan jual pasti berharga, aku harus melihatnya. Mari, silakan masuk."Usai berkata demikian, Agnia berjalan di depan dan memimpin mereka masuk. Hugo dan ketiga orang yang takut-takut itu mengikuti dari belakang.Dua pengawal yang tertinggal menatap kosong ke arah perginya keempat orang itu. Mereka saling memandang dengan bingung.Salah seorang pengawal itu bergumam, "Apa pemuda tadi ... teman Nona?"Pengawal yang lain menyahut, "Nggak mungkin, dari mana Nona punya teman miskin seperti itu? Mungkin Nona hanya ingin berlatih. Setelah Nona melihat pusaka yang mereka bawa nggak sesuai harapan, mereka pasti akan diusir. Saat itu ... hehehe ...."Pengawal yang pertama berujar lagi, "Ya, kita harus memberi mereka pelajaran, terutama Hugo yang angkuh itu. Tapi, gimana kalau mereka benar-benar punya pusaka yang disukai Nona?""Mana mungkin! Lihat saja pena
Read more

Bab 25

"Dua ratus ribu? Hehehe ...," ujar Hugo sambil tertawa kecil. Pemuda itu mengusap dagunya sambil menggeleng. Kemudian, dia langsung mengulurkan tangan hendak mengambil gulungan itu seraya berkata, "Karena Nona Agnia nggak tulus, kita akhiri saja transaksi hari ini."Agnia memundurkan tubuh ke belakang sambil memeluk gulungan itu erat-erat. Seolah-olah dia takut Hugo akan mengambilnya kembali."Tuan Hugo, ini hanya lukisan formasi tingkat pertama. Dua ratus ribu sudah sangat tinggi. Lagi pula, lukisan ini digambar dengan tangan, nggak disimpan dalam slip giok. Aku sudah cukup adil dengan menawarkan dua ratus ribu batu spiritual," protes Agnia."Hehehe ... Nona Agnia, biarpun aku bukan orang terpelajar, kamu nggak bisa membodohiku seperti ini. Cepat kembalikan lukisan itu padaku," ujar Hugo sambil mengulurkan tangannya lagi. Namun, dia tidak langsung merebutnya, melainkan hanya menatap mata Agnia lekat-lekat.Masih sambil memeluk erat lukisan itu, Agnia menggertakkan giginya dan berseru,
Read more

Bab 26

"Apa? Aku nggak mengerti?" ucap Agnia dengan ekspresi terkejut. Wajahnya memerah dan emosinya tersulut.Sejak kecil, Agnia bisa mengingat dengan jelas karakteristik semua barang yang pernah dilihatnya. Dia juga tahu nilai barang-barang itu. Jadi, Agnia bisa menilai keaslian giok hitam di pasar padahal dia tidak tahu tentang giok hitam palsu.Ini adalah bakat Agnia dan kelebihan yang membuatnya bisa menjadi juru taksir top di Paviliun Ragnala dalam waktu singkat. Intinya, Agnia mempunyai bakat yang luar biasa.Namun, ucapan Hugo tadi membuat Agnia terpukul. Kemampuan Agnia dalam menilai disangkal. Hal ini lebih merusak harga diri Agnia dibandingkan celaan lainnya."Tuan Hugo, seleramu memang bagus. Tapi, jangan terlalu sombong," tegur Agnia. Dia tersenyum, tetapi ekspresinya terlihat marah. Bahkan, orang lain bisa mendengar suara Agnia yang geram saat berbicara.Akan tetapi, Hugo tetap mengangguk sembari tersenyum. Dia bertanya, "Ada juru taksir yang lain, nggak?"Setelah terdiam sejena
Read more

Bab 27

"Paman Novem, ini ...," ucap Agnia yang memandangi Novem sambil terbengong-bengong. Dia benar-benar kebingungan. Namun, Novem hanya melambaikan tangannya dan mengamati ekspresi Hugo yang tenang dengan satu mata.Hugo juga mengamati Novem. Setelah beberapa saat, Hugo tersenyum licik dan berkomentar, "Sepertinya terlalu rendah.""Apa?" seru semua orang setelah mendengar ucapan Hugo. Bukan hanya Agnia, bahkan Tiana dan Aldis juga melihat Hugo dengan ekspresi tidak percaya.Bagi Keluarga Garjita, nilai 1,8 juta adalah kekayaan yang luar biasa banyak. Bahkan nona besar seperti Tiana tidak berani membayangkan suatu saat Keluarga Garjita bisa memiliki begitu banyak batu spiritual. Namun, Hugo yang berstatus pelayan malah menganggapnya terlalu rendah?Hal ini membuat Tiana dan Aldis bingung. Kalau bukan karena Hugo tumbuh besar di Manor Sharila, mereka pasti mengira Hugo berasal dari keluarga bangsawan. Selera Hugo sangat tinggi.Namun, sebelum semua orang tersadar dari keterkejutan mereka set
Read more

Bab 28

Hugo tersenyum, lalu menyerahkan lukisan itu pada Novem dan berkata, "Harganya 10 juta. Kami ambil 1 juta dulu, ke depannya kamu lunasi pelan-pelan. Anggap kamu berutang pada kami.""Ini ...," kata Novem sambil melihat lukisan di tangannya. Setelah mempertimbangkannya untuk beberapa saat, akhirnya Novem mengangguk dan melanjutkan, "Oke. Sampai pembayarannya lunas, Paviliun Ragnala berutang pada Keluarga Garjita."Selesai bicara, Novem mengambil lukisan itu dan berjalan keluar dari ruang tamu. Dia tidak berbicara lagi. Hanya saja, setelah sosoknya menghilang dari pandangan semua orang, terdengar suaranya dari kejauhan. "Agnia, beri mereka 1 juta dan antar mereka keluar.""Um, oke!" sahut Agnia yang ragu-ragu sejenak. Dia bingung karena dirinya tidak pernah melihat ekspresi Novem yang frustrasi seperti ini.Saat melihat Hugo lagi, Agnia baru melihat Hugo tersenyum puas. Padahal emosi kepala pelayan Keluarga Garjita ini tidak bisa ditebak sejak dia masuk.Kemudian, Agnia mengantar Hugo da
Read more

Bab 29

Keesokan paginya, Hugo sedang bermeditasi di dalam kamar penginapan. Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki yang buru-buru. Dalam sekejap, terdengar suara yang keras. Pintu kamar didobrak.Aldis menerobos masuk sambil terengah-engah. Dia memandang Hugo dan berucap dengan ekspresi cemas, "Gawat, anggota Keluarga Rahagi mengepung penginapan ini."Hugo perlahan membuka matanya dan menyunggingkan senyuman aneh. Dia menanggapi, "Akhirnya, orang yang membuat masalah datang."Aldis yang merasa aneh bertanya, "Eh, kenapa kamu sama sekali nggak panik?"Hugo melambaikan tangannya dengan santai, lalu berdiri dan berjalan ke luar. Dia menyahut, "Aku memang menunggu mereka. Panggil kakak beradik itu keluar."Mendengar perkataan Hugo, Aldis yang merasa tidak berdaya memutar bola matanya. Hugo memang berstatus kepala pelayan Keluarga Garjita dan memanggil majikannya dengan hormat di luar. Namun, sebenarnya Hugo tidak pernah menghormati Tiana dan Daren.Kalau dulu, Aldis pasti mewakili ayah Tiana
Read more

Bab 30

Setiap nyawa mereka terancam, Hugo bisa menyelesaikan masalah dengan cara yang tak terduga. Baik saat menghadapi Silas atau Novem, masalahnya pasti selesai jika Hugo sangat yakin. Dibandingkan kedua ahli itu, orang-orang di depan mereka sama sekali tidak ada apa-apanya.Sekarang Tiana sudah paham. Asalkan Hugo tidak panik, mereka pasti baik-baik saja. Tiana tersenyum tipis begitu melihat ekspresi Hugo yang tenang.Tiana mengangkat dagu dan menegaskan, "Keluarga Garjita sudah bertahan di Kota Andaras selama ratusan tahun. Mana mungkin bisa lenyap begitu saja? Kristala, Keluarga Rahagi baru pindah ke Kota Andaras puluhan tahun yang lalu. Tolong jaga sikapmu."Akhirnya, kepercayaan diri yang seharusnya dimiliki Tiana sebagai putri Keluarga Garjita sudah kembali. Kepercayaan diri ini membuat semua orang terpana pada Tiana.Jika dibandingkan, Kristala yang berasal dari keluarga berjaya malah terlihat seperti gadis liar yang galak, sedangkan Tiana baru menunjukkan aura putri keluarga bangsaw
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status