Keesokan paginya, Hugo sedang bermeditasi di dalam kamar penginapan. Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki yang buru-buru. Dalam sekejap, terdengar suara yang keras. Pintu kamar didobrak.Aldis menerobos masuk sambil terengah-engah. Dia memandang Hugo dan berucap dengan ekspresi cemas, "Gawat, anggota Keluarga Rahagi mengepung penginapan ini."Hugo perlahan membuka matanya dan menyunggingkan senyuman aneh. Dia menanggapi, "Akhirnya, orang yang membuat masalah datang."Aldis yang merasa aneh bertanya, "Eh, kenapa kamu sama sekali nggak panik?"Hugo melambaikan tangannya dengan santai, lalu berdiri dan berjalan ke luar. Dia menyahut, "Aku memang menunggu mereka. Panggil kakak beradik itu keluar."Mendengar perkataan Hugo, Aldis yang merasa tidak berdaya memutar bola matanya. Hugo memang berstatus kepala pelayan Keluarga Garjita dan memanggil majikannya dengan hormat di luar. Namun, sebenarnya Hugo tidak pernah menghormati Tiana dan Daren.Kalau dulu, Aldis pasti mewakili ayah Tiana
Setiap nyawa mereka terancam, Hugo bisa menyelesaikan masalah dengan cara yang tak terduga. Baik saat menghadapi Silas atau Novem, masalahnya pasti selesai jika Hugo sangat yakin. Dibandingkan kedua ahli itu, orang-orang di depan mereka sama sekali tidak ada apa-apanya.Sekarang Tiana sudah paham. Asalkan Hugo tidak panik, mereka pasti baik-baik saja. Tiana tersenyum tipis begitu melihat ekspresi Hugo yang tenang.Tiana mengangkat dagu dan menegaskan, "Keluarga Garjita sudah bertahan di Kota Andaras selama ratusan tahun. Mana mungkin bisa lenyap begitu saja? Kristala, Keluarga Rahagi baru pindah ke Kota Andaras puluhan tahun yang lalu. Tolong jaga sikapmu."Akhirnya, kepercayaan diri yang seharusnya dimiliki Tiana sebagai putri Keluarga Garjita sudah kembali. Kepercayaan diri ini membuat semua orang terpana pada Tiana.Jika dibandingkan, Kristala yang berasal dari keluarga berjaya malah terlihat seperti gadis liar yang galak, sedangkan Tiana baru menunjukkan aura putri keluarga bangsaw
Chafik mencibir, lalu perlahan menghampiri Hugo dan mengomentari, "Ternyata seperti yang adik sepupuku bilang. Kamu itu budak yang sombong. Kalau kami sama-sama maju untuk melawan orang sepertimu, itu sama saja menghina Lembah Aram."Selesai bicara, Chafik berkelebat dan seketika menghilang. Hugo berkedip, lalu berjungkir balik ke samping. Saat dia mengangkat kepalanya lagi, tampak bekas darah yang jelas di pipinya.Darah terus menetes. Tempat Hugo sebelumnya sudah dikuasai oleh Chafik. Sementara itu, Chafik tertawa, lalu memandang Hugo dengan sinis seraya berucap, "Ternyata kamu berhasil menghindarinya."Hugo menyipitkan matanya dan menyunggingkan senyuman aneh. Dia menceletuk, "Tingkat Pengumpul Energi Keenam, kultivator iblis. Menarik."Tadi serangan Chafik sangat aneh dan sulit ditebak. Kalau bukan karena Hugo mempunyai pengalaman bertarung yang banyak, dia pasti sudah mati diserang secara mendadak.Namun, hal ini membuat Hugo tahu Lembah Aram menggunakan teknik kultivasi iblis. Ji
Kultivasi iblis berbeda dengan kultivasi biasa yang beraturan dan mementingkan fondasi yang kuat di setiap tahapan. Kultivator iblis terobsesi untuk meningkatkan kekuatan.Obsesi yang ekstrem ini membuat kultivator iblis sering menunjukkan sisi gila yang berbeda dengan kultivator lain. Mereka berani melakukan apa pun untuk meningkatkan kekuatan. Ini adalah alasan kultivator biasa sangat takut kepada kultivator iblis.Hal ini karena melawan kultivator iblis sama saja dengan bertarung dengan sekelompok orang gila. Itulah sebabnya Chafik yang juga memahami prinsip ini menyesal setelah tahu Hugo adalah kultivator iblis.Chafik memang yakin dirinya bisa mengalahkan Hugo. Namun, kultivator iblis gila akan bertindak sesuka hati begitu mulai bertarung. Biarpun bisa menang, Chafik juga akan mengalami kerugian besar jika melawan Hugo.'Aku harus segera menghabisinya,' batin Chafik yang menyipitkan matanya. Dia memancarkan aura membunuh, lalu telapak tangannya mengeluarkan asap berwarna sian.Beg
Selesai bicara, Chafik langsung menghampiri Hugo. Meskipun gerakannya tidak secepat sebelumnya, Tiana dan lainnya tetap merasa serangan Chafik sulit ditebak."Jangan," ucap Tiana. Dia mengulurkan kedua tangannya untuk melindungi Hugo.Namun, Chafik menyeringai, lalu berkelebat dan tertawa. Dia membalas, "Tiana, aku nggak tega bunuh kamu."Whoosh! Di depan ketiga anggota Keluarga Garjita, Chafik hendak memukul kepala Hugo lagi. Semua orang bisa melihat dengan jelas jejak telapak tangan sian yang dilancarkan Chafik, tetapi mereka tidak bisa menghentikannya.Chafik memang ingin membunuh Hugo di depan semua anggota Keluarga Garjita. Saat merasakan serangan telapak tangan yang memancarkan hawa dingin, Hugo menyunggingkan senyuman aneh.Bam! Tiba-tiba, telapak tangan sian dicengkeram oleh tangan seseorang dengan kuat sehingga Chafik tidak bisa menggerakkan tangannya."Jurus bela diri kelas fana menengah, Cakar Ragnala?" seru Chafik yang kaget. Dia melihat ke depan, seseorang sedang memandang
Chafik meminta tolong kepada Jabal. Suara Hugo yang mengerikan terdengar lagi. "Mati saja!"Chafik dan Jabal berteriak dengan serempak, "Jangan!"Namun, semuanya sudah terlambat. Hugo sudah menarik jantung Chafik dengan kuat hingga keluar dari tubuhnya. Darah menyembur. Chafik memelotot, lalu tumbang.Chafik memang tidak ingin bertarung dengan kultivator iblis. Hal ini karena dia tahu kultivator iblis aneh dan kejam."Kak!" panggil Kristala. Dia pingsan setelah melihat jasad Chafik.Para pengawal Keluarga Rahagi segera membawa Kristala meninggalkan tempat ini. Sekarang mereka kehilangan sokongan. Di sini hanya ada anggota Paviliun Ragnala, mana mungkin pengawal Keluarga Rahagi berani melawan mereka?Untuk pertama kalinya, Jabal yang berdiri di samping menelan ludah saking gugupnya saat melihat seseorang mati di depannya. Ketika melihat Hugo, jantung di tangannya masih bergerak. Dahi Jabal berkeringat.Jabal sering melihat kultivator iblis, tetapi tindakan Hugo adalah yang paling mengej
"Keluar!" bentak Novem.Saat tengah malam, akhirnya Hugo berhasil menghentikan pendarahan di dadanya. Dia duduk bersila di tempat tidur dengan wajah pucat pasi.Tiana ingin memeriksa luka Hugo, tetapi Hugo mengusirnya. Hari ini, Hugo memang memenangkan pertarungan dengan Chafik. Namun, dia tidak merasa puas dengan kemenangannya.Alasannya bukan karena Hugo yang menyerang secara diam-diam merasa dia menang dengan cara licik. Di dalam kultivasi iblis, ini adalah hal yang sering dijumpai dan bukan hal aneh. Hanya saja, Hugo merasa sangat tidak berdaya saat menghadapi pertarungan ini.Kekuatan Hugo dan Chafik memang berbeda 4 tingkat. Akan tetapi, Hugo merasa jika dirinya mengerahkan seluruh kekuatannya sebagai Kaisar Iblis, dia pasti bisa menaklukkan anak ingusan itu.Nyatanya, Hugo bukan hanya tidak bisa menang. Dia malah tidak bisa mengambil keuntungan sedikit pun. Akhirnya, Hugo mengandalkan rencana awalnya untuk memancing anggota Paviliun Ragnala keluar dan membunuh Chafik secara diam
Tidak salah lagi. Selama 10 hari kultivasi tertutup itu, Hugo menggunakan satu hari untuk melatih Bayi Darah miliknya, sedangkan 10 hari sisanya dia manfaatkan untuk melepaskan Bayi Darah itu agar keluar dan menyerap esensi darah orang lain.Ini bukan hanya bisa meningkatkan basis kultivasi Bayi Darah tersebut, tetapi juga memungkinkan bayi itu membawa kembali esensi darah untuk memulihkan energi darah Hugo sendiri.Sementara itu di Keluarga Pramesti yang seperti ini, para ahli di atas Tingkat Penempaan Tulang sangat langka. Itu sebabnya, Hugo tidak khawatir bahwa Bayi Darah akan mengalami bahaya.Alhasil, Hugo menjadi makin berani membiarkan Bayi Darah berkeliaran ke mana-mana. Tak butuh waktu lama, bayi itu sudah menyerap esensi darah lebih dari 50 orang.Namun saat Hugo sedang menyeringai licik sambil diam-diam membunuh anggota Keluarga Pramesti, tiba-tiba malah ada suatu aura aneh yang menarik perhatiannya."Ahli kultivasi iblis?" Hugo sempat tercengang sejenak, lalu mengarahkan Ba
Wush!Fajar baru mulai menyingsing ketika Hugo kembali ke rumah kecil itu sambil menggendong dua wanita muda dan cantik di masing-masing tangannya.Para penjaga dari Paviliun Ragnala yang melihatnya sempat terpaku sejenak. Sebab, sudah lebih dari 10 hari mereka tidak melihat Kepala Pelayan Keluarga Garjita ini. Namun setelah itu, mereka langsung menunjukkan senyum penuh pengertian.Beberapa orang bahkan berteriak untuk meledek, "Wah Hugo, semalam pasti kewalahan ya!"Tepat saat itu, Agnia lewat dan melihat Hugo. Pandangannya lalu berpindah ke arah dua wanita cantik yang berada dalam pelukannya.Alis Agnia mengerut pelan, lalu dia memutar matanya dengan ekspresi jijik dan melangkah pergi tanpa memedulikan pria itu, seolah tidak pernah melihatnya. Hanya saja, mulutnya masih sempat bergumam, "Semua pria sama saja."Hugo tahu bahwa mereka sudah salah paham, tetapi dia tidak peduli. Dia terus berjalan dan masuk ke kamarnya sambil menggendong dua wanita itu, lalu melempar mereka begitu saja
"Mana ada? Mereka tetap sangat menghormati Nona kok," ucap Nita cepat-cepat. Dia berusaha menghibur nonanya.Wanita berbaju hitam itu hanya tersenyum pahit, lalu merespons sambil menggeleng, "Nita, kamu nggak perlu menghiburku lagi. Aku cuma berharap setelah perjalanan ini selesai, aku bisa mendapatkan Telapak Naga untuk menyembuhkan luka Ayah Angkat.""Nona sangat berbakti, pasti keinginan itu akan terkabul!" jawab Nita sambil tersenyum lembut. Kedua matanya memicing seperti bulan sabit. Melihat senyuman Nita, wanita berbaju hitam pun ikut tersenyum dan terlihat sedikit lega.Kemudian pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara helaan napas lirih masuk ke telinga mereka berdua. "Nona, berbakti dan mengabulkan keinginan itu dua hal yang berbeda. Lagian, siapa yang bilang Telapak Naga bisa menyembuhkan luka?""Siapa di sana?" Wanita berbaju hitam dan Nita segera menoleh ke arah datangnya suara. Entah sejak kapan Hugo sudah duduk santai di jendela. Pria itu sedang menatap mereka berdua samb
Hugo menggeleng tanpa daya, lalu lanjut mengamati. Orang berbaju hitam itu melepaskan tudung hitam di kepalanya.Sepasang mata bening yang indah pun terlihat. Rambutnya yang hitam legam dan berkilau terurai seperti air terjun. Kulitnya begitu putih, halus, dan lembut seolah-olah bisa pecah bila disentuh. Ternyata dia adalah seorang wanita cantik yang sangat langka.Bahkan, para anak buah di sekitarnya pun tak bisa menahan diri untuk menelan ludah. Pandangan mereka kosong ketika menatapnya. Sampai wanita itu menatap mereka dengan tajam, barulah mereka buru-buru menunduk.Tanpa banyak bicara, wanita itu berseru keras, "Nita, ambilkan kertas dan kuas!" Gadis itu pun segera membawakan kuas, tinta, kertas, dan batu tinta.Wanita itu menggulung lengan bajunya, lalu mulai menggambar dengan hati-hati di atas kertas. Sebelum 15 menit berlalu, dia sudah menyelesaikan sebuah gambar denah tempat tinggal. Melihatnya, Hugo pun diam-diam memuji dalam hati.Gambar itu menggambarkan dengan jelas tata l
Dalam lebih dari 10 hari berikutnya, sosok Hugo sama sekali tidak terlihat lagi di rumah kecil milik Paviliun Ragnala. Bukan hanya Agnia dan yang lainnya, bahkan ketiga orang dari Keluarga Garjita pun jarang melihat wajahnya.Sejak menyatakan niatnya dengan lantang kepada semua orang, Hugo menjadi makin gila-gilaan dalam berlatih. Dia mengurung diri di dalam kamar dan tidak menemui siapa pun.Hanya saat malam tiba, barulah Hugo membiarkan Bayi Darah keluar untuk menyerap energi primordial dari para petarung.Targetnya adalah Keluarga Pramesti. Selama 10 hari lebih itu, Silas benar-benar dibuat frustrasi. Jumlah pengawal di rumah mereka berkurang setiap hari. Lebih parahnya lagi, semuanya menghilang tanpa jejak. Tak ada satu pun mayat yang ditemukan.Hal ini membuat Silas curiga bahwa mereka telah menyinggung Keluarga Garjita, lalu kini Keluarga Garjita meminta bantuan Paviliun Ragnala untuk membalas dendam.Sebab menurut Silas, hanya kekuatan dari Tujuh Keluarga Bangsawan yang mampu me
Agnia tidak menjawab apa pun. Dia hanya memandang bayangan punggung Hugo yang perlahan menghilang. Jabal sempat ragu sejenak, lalu menceritakan semua kejadian sebelumnya.Setelah mendengar semua penjelasan dari awal sampai akhir, Novem hanya bisa menggeleng sambil menghela napas panjang.Kemudian, Novem berujar dengan pasrah, "Sudah sering kubilang, berselisih itu wajar tapi jangan sampai menjatuhkan martabat orang lain. Kalian mempermalukan Keluarga Garjita seperti itu, ya wajar saja dia mau membuktikan pada kalian.""Tapi ... apa yang dia katakan barusan, rasanya benar-benar mustahil," gumam Jabal ragu-ragu.Sambil mengelus janggutnya, mata satu-satunya Novem berputar pelan dalam rongga matanya. Kemudian, dia berbicara, "Kalau Keluarga Garjita punya seorang ahli formasi tingkat kelima sebagai pelindung, walaupun mungkin nggak akan bisa menyamai reputasi Tujuh Keluarga Bangsawan, mereka pasti akan menjadi salah satu yang terkuat di kalangan keluarga biasa.""Jadi, lebih baik kita teta
Novem ingin mengajaknya bergabung dengan Paviliun Ragnala bukan tanpa alasan. Itu jelas akan membawa keuntungan besar bagi Paviliun Ragnala sendiri.Di sisi lain, Hugo hanya tersenyum tipis dan tak langsung menjawab. Dia menyeruput secangkir teh dengan tenang. Sebenarnya sebelum datang ke sini, dia sudah bisa menebak maksud Novem.Hugo adalah seseorang yang mampu membentuk formasi tingkat kelima. Siapa di seluruh kekaisaran ini yang tidak ingin merebutnya? Bahkan jika dia berhadapan langsung dengan Kaisar, sang Kaisar pun harus bersikap sopan dan memperlakukannya dengan penuh hormat.Jadi sejak saat Hugo memutuskan untuk membentuk formasi tadi, dia sudah memperkirakan akan ada hasil seperti ini.Melihat Hugo masih belum memberikan jawaban, Novem kembali bertanya, "Saudara Hugo, gimana menurutmu?"Hugo menyeringai kecil, lalu bertanya dengan tenang, "Kalau aku mengajukan beberapa syarat, nggak masalah, 'kan?""Tentu saja nggak masalah! Selama Paviliun Ragnala bisa memenuhinya, kamu bole
Wush!Tiba-tiba, terdengar suara angin terbelah. Seseorang mendadak muncul di depan Jabal dan Agnia. Mereka berusaha melihat dengan jelas siapa yang datang. Ternyata dia adalah Novem. Saat ini, satu-satunya mata Novem terlihat bersinar penuh semangat."Barusan, siapa yang membentuk formasi itu?" tanya Novem segera.Agnia bergumam, "Eh, itu ...."Keduanya saling memandang sejenak, lalu akhirnya Jabal yang menjawab, "Kepala Pelayan Keluarga Garjita, Hugo!""Apa? Dia?" Novem langsung terkejut. Dia berbalik dan kembali meneliti formasi di sekelilingnya. Makin lama menatap, ekspresinya makin menunjukkan keterkejutan.Novem berujar, "Seorang ahli sejati dalam dunia formasi bukan cuma harus memahami setiap tingkatan formasi dengan sangat mendalam, tapi juga harus melewati latihan bertahun-tahun serta memahami harmoni langit dan bumi, baru bisa menguasai rahasia di dalam formasi.""Aku yang sudah tua begini saja cuma bisa membentuk formasi tingkat ketiga. Bagaimana mungkin anak seusianya bisa
Tiana sedikit tertegun. Dia tidak tahu apa yang ingin dilakukan Hugo, tetapi tetap menyerahkan sebuah cincin kepadanya.Setelah menerima cincin itu, Hugo langsung melompat ke atap tertinggi di rumah tersebut. Dia memandang sekeliling dari atas dengan saksama."Eh, ini bukan rumahmu. Kenapa naik ke atas sana? Cepat turun!" seru Agnia dengan nada kesal, sementara bibirnya cemberut.Hugo tidak menghiraukannya. Dia terus mengamati sekeliling. Tak lama kemudian, dia berkata datar, "Formasi pertahanan tingkat ketiga, Formasi Naga Melingkar."Begitu kata-kata itu keluar, Jabal dan Agnia langsung terkejut. Sebab, apa yang dikatakan Hugo memang formasi pertahanan yang dipasang oleh Novem untuk rumah ini. Hanya saja, bagaimana dia bisa langsung mengenalinya hanya dengan satu pandangan?Namun sebelum mereka sempat memproses rasa terkejut itu, Hugo sudah kembali melompat ke udara. Dari cincin itu, batu-batu spiritual memelesat keluar dan berhamburan ke sekeliling rumah seperti hujan deras.Dalam w
Melihat bujukan tidak berhasil, Jabal hanya bisa menghela napas pelan lalu meninggalkan tempat itu bersama Agnia. Namun di saat mereka baru saja meninggalkan ruangan, terdengar suara tawa marah Novem menggema.Keesokan paginya, Hugo membawa tiga orang dari Keluarga Garjita pindah dari penginapan ke rumah yang disediakan oleh Novem.Tempat itu adalah rumah tamu milik Paviliun Ragnala yang digunakan khusus untuk menjamu tamu kehormatan. Ukurannya hanya sedikit lebih besar dibandingkan Manor Sharila milik Keluarga Garjita. Ini adalah rumah terbaik di seluruh Kota Andaras, tidak ada tandingannya.Begitu para mata-mata dari berbagai keluarga yang terus mengawasi Keluarga Garjita mengetahui kabar ini, mereka langsung melapor ke atasannya.Dalam waktu singkat, berita bahwa Keluarga Garjita tinggal di bawah perlindungan Paviliun Ragnala tersebar ke seluruh penjuru kota.Semua orang tahu bahwa Paviliun Ragnala bukan hanya menjadi pelindung kuat Keluarga Garjita, tetapi juga sangat menghargai me