All Chapters of Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai: Chapter 11 - Chapter 20

50 Chapters

Bab 11

Carlos membanting pintu dengan keras, lalu berbalik ke dapur menatap makanan yang dia bawa pulang tadi. Semua ini terasa sangat konyol. Setelah itu, dia melemparkan semuanya ke tempat sampah.Dia mengambil ponsel dan mencoba menelepon. Setelah mencoba tiga kali, tetap tidak ada yang menjawab. Saat dia hendak marah, dia baru teringat bahwa ponsel Tamara rusak.Carlos akhirnya tidak melanjutkan panggilan itu. Ekspresinya dingin dan penuh amarah saat kembali ke kamar utama untuk mandi dan bersiap tidur.Terserah wanita itu mau ke mana. Mau mati sekalipun bukan urusannya!Pukul 2 dini hari, di atas ranjang, Carlos terbangun karena perutnya tidak nyaman. Dengan ekspresi penuh kegusaran, dia memanggil, "Tamara, sup pereda mabuk ...."Carlos menoleh ke pintu kamar yang masih terbuka, ternyata posisinya masih sama setelah dibanting tadi. Dia pun menggertakkan giginya, lalu pergi mencari obat maag.Daging panggang tadi terlalu berminyak dan dia hanya makan sedikit. Apalagi, dia juga minum soju.
Read more

Bab 12

"Ada apa, Carlos?" tanya Verona sambil duduk dan memeluk pinggang dari belakang.Carlos menepis tangannya, berkata dengan suara serak, "Maaf, tadi aku yang kelewatan. Istirahatlah yang baik."Setelah berkata begitu, dia buru-buru turun dari ranjang, hampir seperti melarikan diri dari tempat itu."Carlos! Carlos!" Verona berusaha mengejarnya. Namun, setelah membuka pintu, koridor sudah kosong.Di menggigit bibirnya, tangannya mencengkeram kusen pintu, tatapannya penuh dengan amarah.Di basemen, Carlos masuk ke mobil. Tatapannya masih kosong, hatinya masih belum tenang sejak tadi. Dia memegang keningnya dengan ekspresi penuh penyesalan.Dari sudut mata, dia melihat ke kursi penumpang depan. Di sana masih tergeletak sebuah ponsel baru. Dia segera mengalihkan pandangan, wajahnya tampak bersalah dan canggung.Di kamar hotel, setelah Verona menutup pintu, dia masuk ke kamar mandi. Ketika melihat bekas di lehernya dari cermin, senyuman sinis muncul di wajahnya. Dia memotretnya dan mengirimkan
Read more

Bab 13

"Cari terus, aku nggak percaya dia bisa hilang begitu saja." Carlos menggertakkan giginya.Ihsan sudah menggunakan segala cara yang dia bisa, bahkan sudah menelepon beberapa kali, tetapi Tamara tetap tidak mengangkat.Ketika dia hampir putus asa, akhirnya satu panggilan berhasil tersambung dan kali ini diangkat."Nyonya! Kamu di mana?" Suara Ihsan terdengar sangat emosional."Kenapa mencariku?" Suara Tamara di ujung sana terdengar dingin."Ini ... soal Pak Carlos ...." Ihsan refleks menjawab, tetapi langsung menahan diri dan mengarang alasan, "Pak Carlos suruh aku cari dokumen, tapi aku nggak bisa menemukannya. Aku mau tanya, tapi Nyonya nggak di rumah. Dokumennya sangat mendesak ...."Tamara sungguh kehabisan kata-kata melihat Carlos. Pria ini sembarangan membuang barang, lalu menyuruhnya mencarinya?"Suruh dia cari sendiri," jawab Tamara dengan dingin."Tapi, Nyonya ... Pak Carlos rapat seharian. Dia sibuk ...." Ihsan pandai memainkan peran, suaranya terdengar tergesa-gesa dan gugup,
Read more

Bab 14

Setelah semua orang diusir keluar, dokter masuk. Tamara menggigit bibirnya, rasa sakit yang tajam membuat air matanya bercucuran.Suasana di dalam ruang rawat kembali sunyi, hanya isak tangis Tamara yang terdengar. Para pasien lain menatapnya dengan tatapan penuh simpati. Sungguh wanita yang malang."KDRT termasuk tindak kriminal. Aku akan lapor polisi sekarang juga." Perawat yang sudah tak tahan lagi pun mengeluarkan ponselnya.Carlos akhirnya tersadar dan langsung merebut ponsel itu. "Aku nggak bersalah! KDRT apanya! Jangan asal bicara, aku bisa buat kamu kehilangan pekerjaan!" Dia mengancam dengan galak."Tulang ekor pasien retak gara-gara kamu, 'kan?" Perawat itu menatap tajam dan bertanya.Tulang ekor .... Carlos tertegun lagi. Matanya secara refleks menatap ke bagian tubuh Tamara yang mengalami cedera.Pertama kali, dia melempar Tamara ke lantai. Kedua kali, dia mendorong Tamara hingga terjatuh dengan keras. Jangan-jangan ... benar karena itu ....Ketika melihat Carlos terdiam, p
Read more

Bab 15

"Kamu yang menggoresnya dengan pisau, aku lihat dengan mata kepalaku sendiri," kata Carlos."Oh, terus dia terluka nggak?" Tamara langsung membalas.Carlos pun bungkam. Luka Verona itu bahkan tidak lebih besar dari bekas cakaran kuku dan tidak perlu plester."Kamu bilang aku drama sendiri? Menurutku, kamu yang jago memutarbalikkan fakta di sini," ejek Tamara melihatnya hanya diam."Kamu tanya aku pulang atau nggak semalam? Kenapa? Mau aku lihat sendiri kamu bermesraan semalaman sama perempuan itu? Kamu sudah selingkuh, tapi masih bisa bersikap sok benar!"Begitu ucapan itu dilontarkan, tubuh Carlos sontak menegang. Dia langsung membantah dengan keras, "Aku nggak selingkuh!""Terus bekas di lehermu itu bekas digigit anjing?" sindir Tamara.Carlos segera menyentuh lehernya, lalu mengambil ponsel. Dia membuka kamera untuk melihat bagian kerahnya. Benar saja, ada bekas cupang di sisi lehernya."Dengar penjelasanku, itu bukan ...." Carlos panik, tetapi Tamara langsung menyelanya."Nggak per
Read more

Bab 16

Kenapa marah? Ya, karena ...."Kalau dia memang berani, kenapa nggak bicara langsung sama aku? Kenapa harus lewat kamu?" sergah Carlos.Kenapa harus melalui asisten? Apa mengirim pesan dan menelepon bisa membunuhnya?Ihsan memandang ke depan dengan bengong. Saat ini, dia sungguh kehabisan kata-kata. Apa cara penyampaian sepenting itu? Sampai membuat Carlos begitu marah? Dia benar-benar tidak paham.Katanya Carlos tidak mencintai Tamara, tetapi dia mencarinya dengan panik. Jika dibilang cinta, dia malah tidur dengan wanita lain dan menyakiti Tamara sedemikian rupa.Sementara itu, di dalam kamar rawat, Tamara berterima kasih atas perhatian dari sesama pasien. Namun, sekarang dia hanya ingin tenang dan sendiri.Yang dikatakan Ihsan memang benar. Tamara tidak akan membongkar tentang Carlos dan Verona, demi menjaga martabat Arham.Lagi pula, 25 hari lagi dia akan pergi. Selama mereka tidak mengganggu hidupnya, seindah apa pun cinta mereka, dia tidak peduli.....Sore itu, Carlos sungguh kac
Read more

Bab 17

Di dalam kantor, suasana hati Carlos sudah jauh membaik. Dia bahkan menyilangkan kakinya dan menikmati kopi dengan santai.Tepat pukul 5.30 sore, dia bangkit, mengambil jas, dan bersiap pulang kerja. Dia berencana makan malam dulu bersama Verona.Begitu mobil dinyalakan, ponselnya berdering. Dia mengeluarkannya, melirik sekilas, lalu tersenyum dingin sebelum menolak panggilan dan memasukkan ponselnya kembali ke saku."Tadi siang marah-marah dan nggak angkat teleponku. Sekarang butuh bantuanku ya?" cela Carlos sambil menginjak pedal gas.Dia bisa menebak tujuan Tamara menelepon. Paling-paling karena biaya rumah sakit. Wanita itu pasti tidak punya uang lagi. Selama dua tahun ini, Tamara tidak bekerja. Dari mana dia punya tabungan?Mengingat semua perlakuan Tamara padanya, dari kebaikan yang tidak dihargai, sampai disemprot air dan dipukul dengan sikat toilet, Carlos semakin kesal dan melajukan mobilnya lebih cepat.Setelah sepuluh menit berkendara dan hampir sampai tujuan, saat di lampu
Read more

Bab 18

Tamara tidak menjawab pertanyaan pertama karena memang tidak perlu. Namun, soal yang kedua, karena berkaitan dengan rumah mereka, dia tetap menjelaskan."Aku hubungi asistenmu. Dia 'kan karyawanmu dan sudah beberapa kali ke rumah. Menurutku, ini nggak termasuk bocorin alamat. Toh kamu juga percaya sama dia."Carlos langsung meledak. Dia ingin mengucapkan sesuatu yang sebenarnya paling ingin dikatakan, tetapi yang keluar justru berbeda."Terus kenapa kalau dia karyawanku? Dulu dia datang ke rumah karena kamu ada di rumah, tapi sekarang kamu nggak di sana."Itu hanya alasan untuk pelampiasan. Alasan sebenarnya tidak bisa diucapkannya. Kenapa Tamara lebih memilih menelepon Ihsan daripada mencoba menghubunginya lagi?Hanya karena dia sempat menolak panggilan itu? Padahal Tamara sendiri mengabaikan teleponnya ratusan kali!Wanita ini lebih memilih orang luar daripada dirinya sendiri. Hal ini membuat Carlos hampir gila karena kesal.Di ujung telepon, Tamara diam beberapa detik. Dia tahu Carl
Read more

Bab 19

Saat ini di dalam rumah sakit, Ihsan membawa semua barang yang dibutuhkan Tamara dan meletakkannya dengan sopan di nakas."Terima kasih, maaf sudah merepotkan. Ongkos taksinya sudah kutransfer, tolong diterima," kata Tamara sambil tersenyum."Nyonya, jangan sungkan begini. Sudah kewajibanku membantumu. Lagi pula, siang tadi aku juga salah. Aku seharusnya kasih tahu kalau Pak Carlos yang cari," ucap Ihsan dengan penuh penyesalan."Dia bosmu, mana mungkin kamu berani ngomong ke aku. Aku bisa ngerti." Begitu nama Carlos disebut, ekspresi Tamara langsung berubah datar.Ihsan ingin menjelaskan, sebenarnya jika dia memberi tahu Tamara juga tidak akan terjadi masalah besar. Jadi, dia sendiri yang memilih untuk diam ...."Sekali lagi terima kasih, kamu balik saja. Lagian, kamu masih harus kerja," ujar Tamara lagi."Nyonya, soal Pak Carlos ...," kata Ihsan ragu-ragu."Aku nggak mau dengar kamu bela dia. Kamu pergi saja," sela Tamara langsung.Ihsan pun terdiam, pelan-pelan membalikkan badan. Sa
Read more

Bab 20

Begitu membuka aplikasi media sosial, senyuman yang sempat muncul di bibir Verona langsung lenyap saat melihat waktu di obrolan baris kedua paling atas. Wajahnya berubah dingin seketika.Pukul 17.57 sore, itu adalah waktu ketika Carlos masih dalam perjalanan ke restoran. Saat membuka halaman obrolan, semua pesan sebelumnya sudah terhapus, yang tersisa hanya dua baris pesan dari Carlos.[ Kenapa telepon aku? ][ Nggak jadi. ]Verona beralih ke daftar riwayat panggilan. Di baris pertama ada nama Tamara, tetapi Carlos yang menelepon duluan. Durasinya dua menit.Sebelum sempat berpikir apa yang mereka bicarakan selama dua menit itu, suara langkah kaki terdengar dari arah pintu. Verona langsung tersentak, buru-buru keluar dari halaman itu, lalu mematikan layar dan duduk kembali seperti biasa.Pintu ruangan dibuka, Carlos masuk dan berkata, "Aku lupa bawa ponsel."Verona tersenyum dan langsung menyerahkan ponselnya ke tangan Carlos. Begitu pria itu pergi, senyuman Verona langsung hilang. Tat
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status