Share

Bab 18

Author: Bertha
Tamara tidak menjawab pertanyaan pertama karena memang tidak perlu. Namun, soal yang kedua, karena berkaitan dengan rumah mereka, dia tetap menjelaskan.

"Aku hubungi asistenmu. Dia 'kan karyawanmu dan sudah beberapa kali ke rumah. Menurutku, ini nggak termasuk bocorin alamat. Toh kamu juga percaya sama dia."

Carlos langsung meledak. Dia ingin mengucapkan sesuatu yang sebenarnya paling ingin dikatakan, tetapi yang keluar justru berbeda.

"Terus kenapa kalau dia karyawanku? Dulu dia datang ke rumah karena kamu ada di rumah, tapi sekarang kamu nggak di sana."

Itu hanya alasan untuk pelampiasan. Alasan sebenarnya tidak bisa diucapkannya. Kenapa Tamara lebih memilih menelepon Ihsan daripada mencoba menghubunginya lagi?

Hanya karena dia sempat menolak panggilan itu? Padahal Tamara sendiri mengabaikan teleponnya ratusan kali!

Wanita ini lebih memilih orang luar daripada dirinya sendiri. Hal ini membuat Carlos hampir gila karena kesal.

Di ujung telepon, Tamara diam beberapa detik. Dia tahu Carl
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 19

    Saat ini di dalam rumah sakit, Ihsan membawa semua barang yang dibutuhkan Tamara dan meletakkannya dengan sopan di nakas."Terima kasih, maaf sudah merepotkan. Ongkos taksinya sudah kutransfer, tolong diterima," kata Tamara sambil tersenyum."Nyonya, jangan sungkan begini. Sudah kewajibanku membantumu. Lagi pula, siang tadi aku juga salah. Aku seharusnya kasih tahu kalau Pak Carlos yang cari," ucap Ihsan dengan penuh penyesalan."Dia bosmu, mana mungkin kamu berani ngomong ke aku. Aku bisa ngerti." Begitu nama Carlos disebut, ekspresi Tamara langsung berubah datar.Ihsan ingin menjelaskan, sebenarnya jika dia memberi tahu Tamara juga tidak akan terjadi masalah besar. Jadi, dia sendiri yang memilih untuk diam ...."Sekali lagi terima kasih, kamu balik saja. Lagian, kamu masih harus kerja," ujar Tamara lagi."Nyonya, soal Pak Carlos ...," kata Ihsan ragu-ragu."Aku nggak mau dengar kamu bela dia. Kamu pergi saja," sela Tamara langsung.Ihsan pun terdiam, pelan-pelan membalikkan badan. Sa

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 20

    Begitu membuka aplikasi media sosial, senyuman yang sempat muncul di bibir Verona langsung lenyap saat melihat waktu di obrolan baris kedua paling atas. Wajahnya berubah dingin seketika.Pukul 17.57 sore, itu adalah waktu ketika Carlos masih dalam perjalanan ke restoran. Saat membuka halaman obrolan, semua pesan sebelumnya sudah terhapus, yang tersisa hanya dua baris pesan dari Carlos.[ Kenapa telepon aku? ][ Nggak jadi. ]Verona beralih ke daftar riwayat panggilan. Di baris pertama ada nama Tamara, tetapi Carlos yang menelepon duluan. Durasinya dua menit.Sebelum sempat berpikir apa yang mereka bicarakan selama dua menit itu, suara langkah kaki terdengar dari arah pintu. Verona langsung tersentak, buru-buru keluar dari halaman itu, lalu mematikan layar dan duduk kembali seperti biasa.Pintu ruangan dibuka, Carlos masuk dan berkata, "Aku lupa bawa ponsel."Verona tersenyum dan langsung menyerahkan ponselnya ke tangan Carlos. Begitu pria itu pergi, senyuman Verona langsung hilang. Tat

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 21

    Di ruang rawat, Tamara sedang tengkurap di ranjang, menggunakan tablet grafis untuk latihan dan membangun kembali keterampilan tangannya. Di sampingnya, ponsel tiba-tiba berdering. Dia melirik sekilas, lalu melemparkannya kembali ke samping.Panggilan itu mati dalam 40 detik. Awalnya dia mengira pria itu akan berhenti, tetapi ternyata masuk lagi panggilan kedua.Lalu yang ketiga, lalu keempat, tiada henti. Seolah-olah ingin mengulangi kejadian pagi tadi, seratus panggilan bertubi-tubi.Tamara benar-benar tidak mengerti. Untuk apa Carlos meneleponnya di jam segini? Suruh dia pulang masak makan malam? Bukankah dia tahu Tamara sedang dirawat?Karena takut pria itu akan bertingkah gila lagi dengan langsung menerobos masuk dan melampiaskan emosi, Tamara meletakkan pena digital, menarik napas panjang, dan akhirnya menjawab.Sebelum sempat mengucap "halo", suara keras langsung menyambar dari ujung sana. "Kenapa baru angkat? Sebaiknya kamu kasih aku alasan yang masuk akal!"Tamara membatin, 'H

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 22

    Kecemburuan bertambah semakin liar, dia harus segera bertindak.Di dalam ruang perawatan.Tamara mengernyitkan alis dan tidak terlalu memikirkan kalimat terakhir yang diucapkan Carlos. Dia membuka aplikasi media sosial dan melihat ada transferan dari pria itu.Pria itu mengirimkan 120 juta dengan catatan "biaya operasi."Tanpa ragu, dia langsung mengembalikan uang itu. Kalau tidak, apa dia harus menunggu hingga saat perceraian nanti untuk ditagih kembali?Baris pertama ruang pameran.Melihat Tamara tidak menerima uang darinya, Carlos mengirim pesan untuk menanyakan alasannya. Tamara membalas.[ Nggak operasi, jadi nggak perlu. ][ Carlos: Bukannya kamu harus dirawat inap? Itu biaya rawat inap. ]Tamara melihat pesan itu lalu membalas.[ Cuma segitu, aku masih bisa bayar sendiri. ]Setelah membalas, dia mematikan ponsel dan meletakkannya di samping.Carlos kembali mengirim pesan. Pertama menanyakan "segitu" yang dimaksud Tamara itu tepatnya berapa. Lalu kedua, dia kembali mentransfer ua

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 23

    "Kalau malam ini ada kerugian, langsung hubungi asistennya saya."Mata direktur langsung berbinar. Dia paling suka dengan orang yang tegas dan lugas seperti ini. Sambil tersenyum, dia berkata, "Nggak ada kerugian, kok. Lagi pula kami memang seharusnya mengantisipasi kejadian tak terduga."Kalau Verona sudah pulih, dia bisa ikut lagi di peragaan berikutnya. Posisinya akan selalu kusisakan untuknya."Carlos berdiri, tapi tetap menyerahkan kartu nama asistennya, lalu berbalik menolong Verona.Melihat Verona pincang dan hampir jatuh lagi, Carlos pun kembali menggendongnya dari depan. Verona tampak malu-malu bersandar manja di pelukannya dan tangannya melingkar di leher Carlos.Di luar ruangan.Para wartawan yang gesit sudah siap siaga di depan pintu. Begitu melihat momen itu, mereka langsung mengabadikannya.Verona yang ketakutan langsung membenamkan wajahnya ke dada Carlos, sementara Carlos menghardik dingin, "Hapus semua foto itu. Kalau nggak, siap-siap perusahaan kalian ditutup."Tak la

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 24

    "Terus gimana, dong? Kartu identitasku masih di tasku, jadi aku nggak bisa ke hotel lain ...," tanya Verona dengan tak berdaya."Ke rumahku saja," jawab Carlos.Verona terdiam sejenak, lalu berkata sambil menunduk, "Sepertinya nggak bagus kalau begitu. Aku nggak mau kamu dan Rara bertengkar demi aku.""Dia nggak berhak ngurusin aku. Itu rumahku sendiri, terserah aku mau ngizinkan siapa menginap," balas Carlos dengan nada dingin.Mendengar hal itu, Verona masih setengah menolak dengan wajah yang berlinang air mata. Carlos langsung membawanya dengan paksa ke apartemennya.Begitu naik lift dan sampai di lantai tujuan, Verona mengikuti di belakang Carlos. Dia sengaja menghapus bedak di lehernya dan membiarkan bekas ciuman yang tersembunyi terlihat jelas.Saat pintu terbuka, Verona mengira akan langsung melihat Tamara. Namun, ruangan itu tampak kosong dan sunyi. Dia melangkah ke ruang tamu sambil mengedarkan pandangannya, lalu berkata pelan, "Rara tidur ya? Kita jangan ganggu dia."Carlos m

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 25

    Mengingat hal itu, Tamara menggigit bibirnya. Dia benar-benar menyesal dan marah pada dirinya sendiri karena tidak lebih dulu merobek atau membakar buku harian itu. Namun, kemudian dia teringat, buku itu disimpan dalam laci yang dikunci. Seharusnya Verona tidak bisa membukanya.Tamara berusaha menenangkan diri kembali. Saat hendak mematikan ponsel, sebuah notifikasi berita muncul dengan judul yang sangat mencolok.[ Pewaris Keluarga Suratman Hadiri Show, Menerobos Panggung demi Seorang Wanita. ]Tatapan Tamara terhenti dua detik. Pewaris keluarga Suratman ... siapa lagi kalau bukan Carlos?Kemudian, dia melihat kata "seorang wanita". Saat tersadar, jemarinya sudah menekan tautan berita itu. Halaman itu terbuka dan menampilkan foto Carlos sedang menggendong seorang wanita, sementara wanita itu bersandar penuh di pelukannya.Dilihat dari samping wajahnya saja, Tamara langsung tahu bahwa wanita itu adalah Verona.Tamara menggulir layar ponsel. Beberapa gambar lainnya menunjukkan foto jara

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 26

    Carlos membantu Verona berdiri dengan stabil. Namun di saat itu juga, tali bajunya tanpa sengaja melorot dari bahu.Dari sudut pandangnya sekarang, Carlos bisa melihat jelas belahan dadanya. Di atasnya bahkan masih ada bekas cumbuan yang intim tadi malam. Sementara itu, baju yang dikenakan Verona ... adalah milik Tamara.Seketika, perasaan bersalah menghantamnya keras, seolah-olah dia baru saja berselingkuh tepat di hadapan Tamara. Telapak tangannya mulai berkeringat dan dia langsung memalingkan wajah."Carlos, pegang tangan kiriku, aku mau cuci muka," kata Verona sambil mendongak.Carlos langsung mengambil handuk kecil dan memeras airnya, lalu menyerahkannya kepada Verona. Setelah selesai mengelap wajah, Verona mencoba berdiri sendiri sambil bersandar ke meja wastafel."Aku sudah nggak apa-apa, makasih ya, kamu bisa ke ...."Sebelum ucapannya selesai, tubuh Verona kembali goyah. Namun, kali ini Carlos sudah siap. Dia langsung merangkul pinggang Verona dan menahannya dengan mudah."Jan

Latest chapter

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 50

    Tamara menatap pria di depannya dengan penuh kebencian dan menggertakkan gigi sambil menahan diri untuk tidak berkata apa pun lagi.Anjing rabies, maniak, gila .... Semua kata kasar ini rasanya masih belum cukup untuk menggambarkan Carlos. Pintu dikunci rapat. Bahkan dua kunci tambahan juga dipasang. Carlos sendiri berjaga di depan pintu.Tamara hanya menghela napas, lalu berbalik masuk ke kamarnya. Tidak ada gunanya bicara dengan orang gila. Melihat Tamara masuk, wajah Carlos sedikit melunak. Namun tidak lama kemudian, sebuah kotak perhiasan dilempar keluar dari kamar.Carlos menatap kotak itu dengan geram, giginya kembali bergemeletuk. Akan tetapi, dia tidak memungutnya.Mendengar keributannya sudah mereda, Verona yang berada di kamar tamu pun membuka pintu dan keluar dengan hati-hati. Dia memungut kalung itu, lalu melihat ke Carlos yang berdiri di depan pintu dan berkata dengan perhatian, "Carlos ... mungkin kamu salah paham sama Rara? Bagaimanapun, dia cinta sekali sama kamu.""Sal

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 49

    "Kasih saja sama siapa pun yang suka. Aku nggak butuh," ujar Tamara dengan tenang.Carlos hampir gila karena kesal. Dia menatap wajah Tamara, ekspresinya tetap sama tenang, datar, dan dingin. Persis seperti sedang menghadapi orang asing yang tidak punya hubungan apa pun dengannya."Kalau nggak ada urusan, silakan keluar. Aku mau tidur," kata Tamara mengusirnya dengan tegas."Baru jam sepuluh! Mau tidur apaan?!" Carlos membentak."Aku sudah beliin kamu sesuatu, bukan? Apa lagi yang masih membuatmu nggak puas? Hah? Coba ngomong!" teriaknya.Tamara terpaksa mundur setengah langkah. Sikap Carlos saat ini benar-benar seperti hendak memukulnya. Seketika, rasa takut menguar di dadanya.Dipukul saat masih dalam ikatan pernikahan hanya dihitung sebagai kekerasan dalam rumah tangga, bukan penganiayaan berat. Carlos paling-paling hanya akan dipenjara tiga tahun.Saat keduanya masih saling bersitegang, tiba-tiba ponsel Tamara yang tergeletak di atas ranjang berdering. Tamara langsung berlari untuk

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 48

    Mendengar ucapan itu, ekspresi riang di wajah Carlos perlahan memudar. Dia terdiam beberapa detik, lalu mengernyit sambil menatap ke depan. "Aku bukan lagi menghibur dia dan aku juga nggak punya perasaan apa-apa.""Tapi bukankah kalung itu ... kamu beli untuk dia?" tanya Verona dengan menggertakkan gigi.Carlos kembali diam. Kali ini, lebih lama dari sebelumnya. Entah berapa menit kemudian, akhirnya dia membuka mulut dengan canggung, "Aku beliin untuk bantu kamu ganti rugi. Jangan mikir yang aneh-aneh.""Aku sama dia cuma nikah kontrak, dipaksa sama Kakek. Seumur hidup aku nggak akan jatuh cinta sama dia."Kalau sebelumnya Verona mungkin akan percaya kata-katanya, kali ini tidak. Sebab, waktu Carlos menawar kalung mahkota mawar tadi, dia bahkan tidak menanyakan pendapat Verona dan langsung menawar gila-gilaan.Sebaliknya, Carlos bahkan tidak pernah mengatakan hendak membelikannya apa pun. Bukankah sudah jelas sekali perbedaan antara dicintai atau tidak?Sesampainya di kompleks, di dala

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 47

    Di seberang.Carlos mengirimkan pesan dari ponselnya untuk mencari informasi soal barang-barang yang akan dilelang malam ini terlebih dahulu. Karena terlalu fokus, dia sama sekali tidak melihat wajah Verona yang saat itu tampak penuh cemburu dan kesal.Usai makan malam, Carlos mengantar Verona ke tempat pelelangan.Sepanjang perjalanan, Verona masih berpikir optimis. Dia yakin Carlos pasti akan membelikannya sesuatu juga. Soal kalung buat Tamara ... nanti tinggal dia rebut saja.Membayangkan hal itu, sudut bibir Verona terangkat. Dia mengepalkan tangannya pelan dan mendengus dingin dalam hati.Saat lelang resmi dimulai."Verona, gimana menurutmu kalung ruby ini?" tanya Carlos sambil menunjuk katalog ke arahnya.Verona langsung tersenyum malu-malu. Sesuai dugaan, Carlos tidak akan melupakannya. "Warna dan kilaunya cantik sekali, cerah tapi tetap anggun," jawabnya dengan suara manja dan penuh harapan.Carlos mengelus dagunya dan menilai, "Memang terlalu mencolok. Nggak cocok untuk Tamara

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 46

    "Nggak berharga? Hehe, iya benar. Bagimu, semua itu memang nggak berharga." Tamara memelototinya dengan sekujur tubuh yang gemetaran dan menggertakkan gigi.Padahal Verona yang membuang barangnya, tapi Carlos malah menuduhnya perhitungan. Melihat wajahnya yang hampir menangis dan mata berkaca-kaca, Carlos langsung tertegun."Cuma sebuah kalung, 'kan? Kubelikan lagi saja untukmu sebagai ganti rugi," ujar Carlos dengan nada melunak."Aku nggak butuh ganti rugi darimu! Bagiku, seberapa banyak pun uangnya, nggak akan bisa beli nilai kalung itu!" ujar Tamara dengan bibir bergetar, lalu berbalik dengan penuh amarah."Jangan nggak tahu diri! Aku sudah bilang mau bantu Verona ganti rugi, kamu masih mau apa lagi?" Carlos juga mulai emosi dan membentaknya.Yang menjawab hanyalah suara pintu kamar yang dibanting tertutup. Carlos pun semakin marah.Padahal dia belum sempat menegur sikap Tamara selama beberapa hari ini, sekarang malah dirinya yang kena semprot duluan."Carlos, maaf ya, ini semua sa

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 45

    Lima hari yang lalu, Carlos pulang dan kembali bertengkar dengan Tamara malamnya. Dia memarahi Tamara dan menganggapnya malas karena menyuruh Verona yang mengantar makanan. Dia juga bahkan menuduh Tamara bersikap dingin dan tidak membalas pesannya.Namun yang membuatnya terkejut adalah, Tamara tidak membantah satu kata pun. Dia hanya diam dan mendengarkan semuanya tanpa emosi. Justru Verona yang mengambil alih dan mengaku bahwa dirinya sendiri yang ingin mengantar makan.Setelah itu, selama beberapa hari berturut-turut, memang hanya Verona yang datang mengantarkan makanan.Carlos mengatupkan bibirnya. Tamara sudah terlalu lama bersikap dingin dan seenaknya, sampai-sampai dia merasa sudah tak sanggup lagi menoleransinya. Sepertinya dia memang sudah terlalu memanjakan Tamara, hingga perempuan itu kini bahkan tidak tahu lagi bagaimana menempatkan diri.Dengan wajah muram, Carlos berdiri. Dia sudah memutuskan, malam ini dia akan memberi Tamara "pelajaran".Pukul lima sore.Verona lebih dul

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 44

    Resepsionis itu menundukkan kepala dan tidak berani membantahnya. Ihsan yang mengikuti di belakang Verona, memutar matanya dengan sinis saat melihat sikap Verona yang angkuh ini. Bahkan istri sah saja tidak searogan pelakor ini. Hanya saja, entah kenapa Carlos menyukai wanita ini ....Saat ini, di rumah.Tamara sedang sibuk memperbarui dan menyunting CV miliknya. Ada celah dua tahun di riwayat kerjanya. Meskipun dia bisa saja masuk lewat koneksi perusahaan kakak seniornya, tetap saja bagian HR harus menyetujuinya dulu.Ponselnya sudah bergetar tujuh atau delapan kali. Tamara bahkan tidak meliriknya sama sekali.Pasti Carlos lagi. Mungkin terlalu senggang sehabis makan, sekarang dia mulai bertingkah lagi. Marah-marah sambil membela Verona-nya. Memangnya tadi siapa yang nyuruh Verona ngantar makanan? Jelas-jelas dia sendiri yang ngotot ingin pergi.Namun, karena dokumen perceraian sudah diberikan, Tamara pikir seharusnya Verona tidak akan main kotor lagi dengan meracuni makanan lalu menj

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 43

    "Kaget karena lihat aku yang datang ya?" Verona tersenyum, lalu berkata dengan setengah bercanda, "Atau kamu kecewa karena yang datang bukan Rara?"Carlos langsung mengerutkan kening. Tanpa berpikir panjang, dia membantah, "Mana mungkin. Jangan buat aku jijik."Verona tersenyum tipis, lalu melangkah mendekat. Saat itu Carlos menambahkan, "Ngantar makanan itu kewajiban dia. Masa aku pelihara dia cuma untuk numpang hidup? Aku cuma nggak mau kamu capek, kamu nggak seharusnya kerjakan hal begitu.""Aku cuma sekalian lewat saja, kok. Lagi pula, belakangan ini aku nggak ada jadwal peragaan busana, jadi cuma kerja setengah hari," jawab Verona."Taruh saja di meja. Nanti aku suruh asisten antarin kamu ke studio," kata Carlos sambil bangkit menuju sofa."Nggak usah buru-buru, aku temanin kamu sebentar ya," kata Verona sambil tersenyum dan duduk merapat di sebelahnya.Carlos tidak menjawab. Begitu kotak makan dibuka, aroma yang sedap langsung menyebar. Dia mencicipi sesuap makanan dengan hati-ha

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 42

    Carlos masuk dapur, mencoba mengakali sedikit makanan. Nasi sisa diseduh dengan air panas. Jangan salah, rasanya ternyata lumayan juga. Mungkin karena nasi itu dimasak oleh Tamara? Rasanya manis dan harum saat dimakan.Keesokan paginya, saat Tamara bangun lebih awal seperti biasa, dia langsung sadar nasi di penanak nasi tinggal setengah. Dia mengernyit sambil mencoba mengingat.'Apa nasinya terbuang sedikit waktu aku buang lauk semalam ya?'Tamara malas memikirkan lebih lanjut. Karena nasinya tidak cukup lagi untuk dimasak nasi goreng, dia akhirnya menggoreng telur dan sosis.Carlos bangun pagi-pagi demi sarapan. Namun, saat melihat menunya ternyata adalah makanan barat, dia langsung mengernyit. "Kenapa bukan nasi goreng?""Nasinya nggak cukup," jawab Tamara dengan tanpa ekspresi.Carlos terdiam sejenak saat teringat bahwa dia yang menghabiskan nasinya semalam. Dia merasa bersalah, tetapi tidak berani mengakuinya. "Kalau begitu, yang sisa itu tetap masakkin nasi goreng untukku saja."T

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status